You are on page 1of 109

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2009


(Studi Kasus di Unit Utility PT. SK. Keris Banten)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
Artia Tamado Sitorus
NIM 6450405163

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010

ABSTRAK
Artia Tamado Sitorus, 2009, Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di
Unit Utility PT. SK. Keris Banten), Skripsi, Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I: Eram Tunggul Pawenang, SKM,
M. Kes, Pembimbing II: dr. Anik Setyo Wahyuningsih.
Kata Kunci: Bahaya Potensial, Penilaian Risiko
Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko merupakan bagian dari
program keselamatan dan kesehatan kerja dalam tahapan manajemen risiko, yang
dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PAK). Tujuan dari penelitian adalah mempelajari
Penerapan Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko di Unit Utility PT. SK
Keris Banten.
Berdasarkan sifat masalah dan analisa datanya, penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif, ditinjau dari segi waktu penelitian ini termasuk penelitian
cross sectional. Lokasi dan waktu penelitian adalah di Unit Utility PT. SK Keris
Banten dilakukan pada bulan Juli 2009. Obyek penelitian adalah penerapan
Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko di Unit Utility PT. SK Keris
Banten. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan Penilaian Risiko
mengacu pada metode yang telah digunakan oleh Perusahaan. Data yang
digunakan dalam penelitian adalah data primer hasil dari observasi dan
wawancara serta data sekunder yang diperoleh dari perusahaan. Penilaian Risiko
yang dilakukan di Utility Unit menggunakan kriteria kekerapan dan keparahan.
Pelaksanaan Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko yang
dilakukan oleh peneliti bersama dengan para ahli dalam hal ini petugas K3 dan
supevisor setempat mengahasilkan 19 macam risiko dengan tingkat risiko rendah
berjumlah 3 risiko, tingkat risiko sedang berjumlah 7 risiko, tingkat risiko tinggi
berjumlah 8 risiko dan tingkat risiko ekstrim berjumlah 1 risiko.
Penerapan identifikasi aspek lingkungan dan sumber bahaya K3 di Utility
Unit PT. SK Keris Banten sudah dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan dari tahun ke tahun. Sebaiknya dibentuk divisi khusus untuk
menangani manajemen K3 Agar hasil dari identifikasi potensi bahaya dan
penilaian risiko yang dibuat lebih terjamin keakurasian dan kevalidannya.

ii

ABSTRACT
Artia Tamado Sitorus. 2009. Hazard Identification and Risk Assesment of
Occupational Health and Safety (Case Study in Utility Unit
of PT. SK Keris Banten). Final Project. Public Health, Sport
Science Faculty, University State of Semarang. 1st Counselor:
Eram Tunggul Pawenang, 2nd Counselor: dr. Anik Setyo
Wahyuningsih.
Keywords: Hazard Identification and Risk Assessment
Hazard Identification and Risk Assessment are part of occupational health
and safety program in phase of risk management which are conducted to avoid
work accident and the occupational disease. The aim of this research is to study
the implementation of hazard identification and risk assessment at Utility Unit PT.
SK Keris Banten.
Based on the characteristic of the problem and the data analysis, this
research is descriptive research. Meanwhile, based on the time of the research, this
research is categorized as cross sectional research. This research took place at
Utility Unit PT. SK Keris Banten, it was held on July, 2009. The research object is
the implementation of hazard identification and risk assessment at Utility Unit PT.
SK Keris Banten. The method used in the risk assessment research is based on the
method from the company. There are two kinds of the data used in this research,
they are; primary data which is taken from the result of observation and interview,
and secondary data which is taken from the company. Risk Assessment that is
conducted at Utility Unit is using probability and severity criteria.
According to Hazard Identification and Risk Assessment that are
conducted by the researcher and experts who consist of official of K3 and a
supervisor at Utility Unit are producing 19 kinds of risk by low risk level with the
number of 3 risks, medium risk level with the number of 7 risks, high risk level
with the number of 8 risks and extreme risk level with the number of 1 risk.
Implementation of identification to the environment aspect and
Occupational Health and Safety at Utility Unit PT. SK Keris Banten had been
totality done in every years. The special division should be made to handle the
Occupational Health and Safety management. So that the result of hazard
identification and risk assessment are guaranteed.

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di Unit Utility
PT. SK. Keris Banten) ini telah diujikan dalam ujian skripsi pada tanggal 15
Maret 2010 dan telah diperbaiki seta mendapat pengesahan dari panitia ujian dan
para penguji skripsi.

Mengesahkan
Panitia dan Penguji

Nama dan Tanda Tangan

Ketua Panitia Ujian


Skripsi

Drs. Harry Pramono, M.Si.


NIP. 19591019.198503.1.001

Sekretaris Panitia Ujian dr. H. Mahalul Azam, M.Kes.


Skripsi
NIP. 19751119.200112.1.001

Penguji I

Drs. Sugiharto, M.Kes.


NIP. 19550512.198601.1.001

Penguji II

Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M. Kes.

Penguji III

dr. Anik Setyo Wahyuningsih.

NIP. 19740928.200312.1.001

NIP. 19740903.200604.2.001

iv

Tanggal
Penandatanganan

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
Bersukacitalah dalam pengharapan,

sabarlah dalam kesesakan, dan

bertekunlah dalam doa (LAI, 2005:192).

Persembahan
Skripsi ini Ananda persembahkan untuk:
1. Ayahanda (Sahat Maruli Sitorus) dan
Ibunda (Tiurlan Simanjuntak).
2. PT. SK. Keris Banten.
3. Almamater UNNES.

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di
Unit Utility PT. SK. Keris Banten) dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat

Fakultas

Ilmu

Keolahragaan

Universitas

Negeri Semarang.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bantuan dari berbagai pihak, dengan
rendah hati disampaikan terima kasih kepada:
1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, Bapak Drs. M. Nasution, M.Kes atas ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Bapak dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas ijin
penelitian.
3. Pembimbing I, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M. Kes., atas arahan
dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Pembimbing II, Ibu dr. Anik Setyo Wahyuningsih, atas atas arahan dan
bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. General Manager SK. Keris, Bapak Lukman Hakim Hutabarat, atas ijin
Penelitian.

vi

6. Team Manager Human Resource Management, Ibu Tri Trisnaningsih, SH,


MM, atas ijin penelitian.
7. Manager Safety Health and Environment, Bapak Ridwan Tri Cahyono, S.T.,
atas ijin penelitiannya.
8. Seluruh karyawan PT. SK. Keris khususnya Safety Health and Environment
Officer dan Utility Team, atas bantuan dan dukungannya dalam Penelitian ini.
9. Bapak Sahat Maruli Sitorus, Ibu Tiurlan Simanjuntak dan keluarga (Suma Sun
Lady Sitorus dan Joseph Dean Sitorus) atas perhatian, kasih sayang dan
motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Buat sahabatku The Toxic (Bella, Eva, Tj, Ira, Ade, Sari dan Sri) terima kasih
atas dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.
11. Semua pihak yang terlibat, terima kasih atas bantuan dalam penyelesaian
skripsi ini .
Semoga amal baik dari semua pihak, mendapat imbalan yang berlipat ganda
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Disadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna, diharapkan
adanya kegiatan yang sejenis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan hasil
penelitian ini dapat bermanfaat.

Semarang, Maret 2010

Penyusun

vii

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................

ABSTRAK ..................................................................................................

ii

ABSTRACT ..................................................................................................

iii

PENGESAHAN ..........................................................................................

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...............................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

1.1

Latar Belakang ..............................................................................

1.2

Rumusan Masalah ..........................................................................

1.3

Tujuan Penelitian............................................................................

1.4

Manfaat Penelitian..........................................................................

1.5

Keaslian Penelitian .........................................................................

1.6

Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................

2.1.

Pengertian Kecelakaan Kerja ..........................................................

2.2.

Sistem Manajemen K3....................................................................

2.3.

Manajemen Risiko K3 ....................................................................

12

2.3.1

Identifikasi Bahaya .........................................................................

14

2.3.2

Penilaian Risiko .............................................................................

14

2.3.3

Menetapkan Pengendalian ..............................................................

19

2.4.

Kerangka Teori...............................................................................

27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................

28

3.1.

Kerangka Konsep ...........................................................................

28

3.2.

Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................

28

viii

3.3.

Definisi Operasional .......................................................................

29

3.4.

Pendekatan Latar Penelitian............................................................

31

3.5.

Fokus Penelitian .............................................................................

31

3.6.

Sumber Data Penelitian ..................................................................

31

3.7.

Instrumen Penelitian .......................................................................

31

3.8.

Teknik Pengambilan Data...............................................................

32

3.9.

Keabsahan Data .............................................................................

32

3.10.

Analisis Data .................................................................................

33

BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................

34

4.1.

Gambaran Umum SK. Keris ...........................................................

34

4.2.

Gambaran Hasil Penelitian .............................................................

44

4.2.1.

Pengenalan Unit Utility ..................................................................

44

4.2.2.

Klasifikasi Aktivitas Kerja..............................................................

57

4.2.3.

Identifikasi Bahaya .........................................................................

56

4.2.4.

Penilaian Risiko .............................................................................

60

4.2.5.

Pengendalian Risiko .......................................................................

66

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................

70

5.1.

Bahaya Potensial ............................................................................

70

5.2.

Tingkatan Risiko ............................................................................

74

5.3.

Ketentuan Tingkat Lanjut ...............................................................

75

5.4.

Pengendalian Risiko ......................................................................

81

5.5.

Keterbatasan Penelitian ..................................................................

81

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................

82

6.1.

Simpulan .......................................................................................

82

6.2.

Saran ..............................................................................................

82

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

83

LAMPIRAN .................................................................................................

85

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Keaslian Penelitian .................................................................................

2. Daftar Bahaya Potensial ..........................................................................

15

3. Menentukan Peluang ..............................................................................

16

4. Panduan Daftar Bahaya Potensial ...........................................................

17

5. Penilaian Risiko - 2D Model ...................................................................

18

6. Penilaian Risiko - 3D Model ...................................................................

19

7. Daftar Personal Protective Equipment ...................................................

21

8. Definisi Operasional ...............................................................................

29

9. Perjanjian Kerja Bersama SK. Keris .......................................................

37

10. Proses Produksi Unit Utility ...................................................................

45

11. Jenis APD di Utility ...............................................................................

50

12. Pengukuran Kebisingan Mesin Utility 2009 ...........................................

55

13. Identifikasi Bahaya di Utility ..................................................................

57

14. Penilaian Risiko Utility ..........................................................................

60

15. Pengendalian Risiko Utility ....................................................................

66

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1.

Bagan Manajemen Risiko ......................................................................

13

2.

Hirarki Pengendalian Risiko ...................................................................

19

3.

Kerangka Teori ......................................................................................

27

4.

Kerangka Konsep ..................................................................................

28

5.

Angka Kecelakaan Kerja SK. Keris 2005 2009 ...................................

51

6.

Angka Kecelakaan Kerja Utility 2005 2009 ........................................

52

7.

Jenis Kecelakaan Kerja SK. Keris 2005 2009 .....................................

53

8.

Persentase Kecelakaan Kerja Utility 2005 2009 ..................................

53

9.

Pemeriksaan Audiometri Seluruh Karyawan SK. Keris 2008 .................

54

10. Pemeriksaan Audiometri Karyawan Utility 2008 ...................................

55

11. Penilaian Risiko Utility .........................................................................

65

12. Earplug .................................................................................................

78

13. Earmuff .................................................................................................

78

14. Nitrile Gloves ........................................................................................

79

15. Chemical Respirator .............................................................................

79

16. Dust Respirator .....................................................................................

79

17. Welding Goggles ...................................................................................

80

18. Safety Shoes ..........................................................................................

80

19. Safety Helmet ........................................................................................

80

20. Welding Mask .......................................................................................

80

21. Face Shield ...........................................................................................

80

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Risk Assesment Form .............................................................................

86

2. Laporan Kecelakaan Kerja .....................................................................

87

3. Noise Result ............................................................................................

88

4. Fire Equipment .......................................................................................

89

5. Lay Out PT. SK. Keris ...........................................................................

90

6. SK P2K3 Disnakertrans Kabupaten Tangerang .......................................

91

7. Struktur Pengurus P2K3 PT. SK Keris ....................................................

94

8. Struktur Organisasi Utility ......................................................................

96

9. Form Pemberitahuan Urusan Kecelakaan Kerja .....................................

97

10. Dokumentasi ...........................................................................................

98

11. Hasil Pengukuran Audiometri karyawan SK Keris ..................................

99

12. Utility Lay Out ........................................................................................ 101


13. Internship Form....................................................................................... 107
14. Struktur Organisasi SK. Keris ................................................................ 108
15. Proses Produksi PT. SK. Keris ............................................................... 109
16. Surat Ijin Penelitian Jurusan .................................................................... 110
17. Surat Ijin Penelitian Fakultas ................................................................... 111
18. Surat Keterangan Penelitian Perusahaan ................................................. 112
19. Surat Keterangan Pembimbing ............................................................... 113
20. Surat Keterangan Penguji ....................................................................... 114

xii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia banyak menghadapi tantangan

yang tidak dapat dihindari yaitu terjadinya arus globalisasi yang ditandai dengan
perdagangan bebas, meningkatnya teknologi informasi, komunikasi dan
transportasi, sehingga hubungan antar bangsa yang tiada batas melanda seluruh
dunia hingga pada saat ini sudah dapat dirasakan dampaknya. Kesepakatankesepakatan di bidang perdagangan dan ekonomi seperti ASEAN Free Trade Area
(AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade
Organization (WTO), merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak
dapat menghindarkan diri dari perubahan dan perkembangan yang melanda dunia
(Tjandra Yoga Aditama dan Tri Hastuti, 2006:2).
Perdagangan

bebas

menuntut

para

praktisi

bisnis

untuk

lebih

memperhatikan hal-hal yang terkait dengan penyediaan lingkungan kerja yang


sehat, nyaman dan aman, tidak hanya bagi para pekerjanya namun bagi semua
pihak yang terkait dengan aktivitas bisnisnya. Banyak hal yang sudah dilakukan
oleh para pengusaha untuk memenuhi tuntutan pengelolaan lingkungan,
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, mulai dari hal-hal kecil seperti
kampanye kebersihan, sampai kepada suatu hal yang membutuhkan dana cukup
tinggi, seperti pembuatan Waste Water Treatment (WWT) dan Dust Collector.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan suatu pengelolaan

lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja yang sistematis melalui penerapan


ISO 14000 dan SMK3 (Edhie Sarwono, 2002:1).
Riset yang dilakukan oleh International Labour Office (ILO) tahun 2009
menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 5500 orang meninggal, setara
dengan satu orang setiap 15 detik, dan setiap 15 detik 160 pekerja mengalami
kecelakaan kerja, berarti dalam satu hari hampir satu juta pekerja menderita akibat
kecelakaan kerja (ILO World Day For Safety and Health at Work, 2009:1).
Selama periode Januari hingga Nopember 2007 telah tercatat 65.474 kasus
kecelakaan kerja di seluruh Indonesia. Kecelakaan kerja di luar tempat kerja
sebesar 60% dan kecelakaan di tempat kerja sebesar 40%. Dari data tersebut
dijelaskan sebanyak 5326 orang cacat tetap, 58. 697 orang sembuh tanpa cacat
dan 1451 orang meninggal dunia. Sehingga dapat disimpulkan selama periode
2007 di Indonesia setiap harinya pekerja yang tewas akibat kecelakaan kerja
mencapai empat orang. Seorang pekerja tewas akibat kecelakaan kerja adalah
tinggi, karena nilai sebuah nyawa tidak bisa digantikan dengan apapun (Ahmad
Anshori, 2008:1).
Setiap kejadian kecelakaan kerja, ternyata menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit, baik berupa kerugian yang bersifat ekonomi, dalam bentuk
kerusakan, hilangnya waktu kerja, biaya perawatan dan pengobatan, menurunnya
jumlah mutu dan produksi, maupun kerugian yang berupa penderitaan karena
cedera, cacat atau bahkan kematian (A. M. Sugeng Budiono, 1996:223). Sesuai
dengan Persyaratan Permenaker 05/Men/1996 elemen 2.1 disebutkan bahwa,
identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan, produk

barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk
memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (Rudi Suardi, 2007:71).
PT Freeport Indonesia misalnya, telah melakukan pelatihan Hazard
Identification and Risk Assessment Determining Control (HIRADC - Identifikasi
Bahaya & Penilaian Risiko Penerapan Kontrol). Pelatihan dilaksanakan dan wajib
untuk semua staf sehingga para karyawan staf dapat mengidentifikasi bahaya dan
menilai risiko, serta menerapkan kontrol yang sesuai untuk risiko yang ditemui
ditempat kerja masing-masing sehingga dapat meminimalisir potensi kerugian di
area kerja (PT. Freeport Indonesia, 2008:1)
PT. SK Keris adalah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan Polyester
Filament Yarn (PFY) dan Polyethylene Terephthalate (PET) yang berada di Kota
Tangerang Banten dengan jumlah tenaga sebanyak 890 orang. Menurut data
perusahaan, selama tahun 2007 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 8 kasus
dengan 1 orang meningggal dunia ( di Utility Unit), tahun 2008 sebanyak 6 kasus
dan pertengahan tahun 2009 sebanyak 3 kasus yang terjadi di tempat kerja.
Kecelakaan kerja tidak hanya menyebabkan penderitaan bagi pekerja itu sendiri
tetapi juga kerugian yang sangat berdampak bagi perusahaan itu sendiri, sebab
peningkatan kecelakaan kerja di tempat proses produksi menyebabkan antara lain
terhalangnya proses produksi yang dikarenakan oleh pengurangan tenaga kerja,
kemudian hilangnya hari kerja dikarenakan harus beristirahat karena sakit dan
proses pencarian tenaga kerja baru yang sangat memakan waktu dimana PT. Keris
berproduksi 24 jam/hari.

Setiap tempat kerja di mana dilakukan suatu proses kerja mengandung


risiko atau bahaya yang berasal manusia, mesin, alat kerja, dan material lainnya.
Untuk menghilangkan atau mengurangi kasus ataupun kerugian yang terjadi maka
dilakukan serangkaian kegiatan identifikasi bahaya dan penilaian risikonya
dengan metode yang ada di perusahaan tersebut kemudian dilakukan penilaian
tingkat risiko bahayanya dan bagaimana tindakan pengendalian yang dilakukan di
PT. SK. Keris.
Berdasarkan latar belakang di atas

tertarik untuk dilakukan penelitian

dengan judul tentang Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2009. Dalam penelitian ini
akan diberikan gambaran tentang pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko di Unit Utility PT. SK. Keris Banten sebagai langkah untuk perbaikan.
Dalam pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian risiko ini mengacu pada
Permenaker RI No. Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan Occupational Health and Safety Assessment Series
(OHSAS) 18001:1999 serta kebijakan perusahaan tentang Health Safety and
Environtment (HSE) Risk Management.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dikaji

penelitian ini adalah :

dalam

1.2.1 Rumusan Masalah Umum


Bagaimanakah gambaran bahaya potensial dan tingkatan risiko di Unit
Utility PT. SK Keris Tahun 2009?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1.

Bagaimanakah gambaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di PT. SK Keris Tahun 2009?

2.

Bagaimanakah prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko di Unit


Utility PT. SK Keris Tahun 2009?

3.

Bagaimanakah prosedur tindak lanjut di Unit Utility PT. SK Keris Tahun


2009?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran bahaya potensial dan tingkatan risiko di Unit
Utility PT. SK Keris.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui gambaran Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di PT. SK Keris.

2.

Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan identifikasi bahaya dan penilaian


risiko di Unit Utility PT. SK Keris.

3.

Untuk mengetahui prosedur tindak lanjut di Unit Utility PT. SK Keris.

1.4 Keaslian Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan beberapa penelitian yang pernah ada (Tabel 1).
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Judul
Penelitian

Tahun &
Tempat
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian

M. Noorcahyo E. P
Noor Diansyah
Perbandingan Analisis Kecelakaan, Insiden, Tinjauan Penerapan Pendokumentasian Dengan Standar
Ketidaksesuaian serta Tindak Koreksi dan
SMK 3, Permenaker No. 5 Tahun 1996 di PT.Sinar Pantja
Pencegahan di Sebuah Perusahaan Tekstil
Djaja Semarang
di Kabupaten Semarang dengan Persyaratan
OHSAS 18001:1999 elemen 4.5.2

Artia Tamado S
Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Tahun
2009 (Studi Kasus di Unit Utility
PT. Sk. Keris Banten)

2003 Semarang

2007 Semarang

2009 Banten

Studi Deskriptif dengan pendekatan


retrospektif
Prosedur, Kecelakaan kerja,
ketidaksesuaian, tindak koreksi,
pencegahan dan penilaian sesuai dengan
OHSAS 18001:1999
Kecelakaan menunjukkan tingkat
kekerapan (FR) sebesar 3, tingkat
keparahan (SR) sebesar 32,  riteria tidak
sesuai sebesar 7,69%,  riteria perbaikan
sebesar 23,08%.

Studi Deskriptif dengan pendekatan observasional

Studi Deskriptif dengan


pendekatan observasional
Identifikasi Bahaya, Penilaian
Risiko dan Ketentuan Tindak
Lanjut berdasarkan Permenaker
No. 5 Tahun 1996
-

Strategi Pendokumentasian berdasar sistem audit SMK 3


Permenaker No. 5 Tahun 1996
Dari 8 indikator komponen rencana strategis keselamatan
dan kesehatan kerja Permenaker No. 05/Men/1996 PT SPD
telah melaksanakan penuh 3 indikator, terlaksana sebagian
4 indikator dan 1 indikator belum dilaksanakan. Dari 3
indikator komponen manual sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja Permenaker No. 05/Men /1996 PT SPD
telah melaksanakan penuh 2 indikator dan 1 indikator
belum dilaksanakan. Dari 5 indikator komponen
penyebaran informasi K3 Permenaker No. 05/Men/1996 PT
SPD telah melaksanakan penuh 4 indikator dan 1 indikator
belum dilaksanakan penuh.

1.5

Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti


1.

Sebagai tambahan pengetahuan dan merupakan pengalaman dalam


melakukan penelitian dan penulisan ilmiah

2.

Memperdalam, mengembangkan pengetahuan serta menambah wawasan


mengenai Identifikasi bahaya dan penilaian risiko.

1.4.2 Bagi PT. SK Keris


Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dari data
kecelakaan kerja sehingga dapat dijadikan dasar melakukan tindak pencegahan dan
tindak perbaikan dalam sebuah prosedur atau sistem manajemen K3.
1.4.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Penelitian ini dapat menambah informasi pengetahuan dalam Keselamatan
dan Kesehatan Kerja khususnya tentang identifikasi bahaya dan penilaian risiko di
perusahaan.

1.6

Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat


Lingkup tempat penelitian ini adalah di PT. SK Keris Desa Cihuni,
Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Waktu penelitian adalah pada bulan Juni Juli 2009
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Materi penelitian ini dibatasi hanya pada Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di perusahaan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian
Menurut A. M. Sugeng Budiono (2005:171), kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap
manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
2.1.2 Penyebab Kecelakaan Kerja
Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu
penyebab langsung (immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes):
2.1.2.1 Sebab Langsung (Immediate Causes)
Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya dilihat
dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok:
1. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku, , tindak-tanduk
perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan.
2. Kondisi-kondisi Tidak Aman (unsafe conditions) yaitu keadaan yang akan
menyebabkan kecelakaan.
2.1.2.2 Sebab Dasar (Basic Causes)
Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena:
1. Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi
2. Kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian
3. Stress
4. Motivasi yang tidak cukup atau salah.
8

Faktor lingkungan, antara lain karena:


1. Tidak cukup kepemimpinan atau pengawasan
2. Tidak cukup rekayasa (engineering)
3. Tidak cukup pembelian atau pengadaan barang
4. Tidak cukup perawatan (maintenance)
5. Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang/bahan-bahan
6. Tidak cukup standar-standar kerja
7. Penyalahgunaan
2.2

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2.2.1 Pengertian SMK3


Occupational Health and Safety Assessment Series menjabarkan
pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang memudahkan manajemenmanajemen risiko K3 yang berkaitan dengan bisnis organisasi. Hal ini mencakup
struktur organisasi ativitas yang terencana, tanggung jawab, praktek, prosedur,
proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai,
meninjau dan memelihara kebijakan K3 organisasi (OHSAS 18001:1999).
2.2.2 Manfaat SMK3
Menurut Rudi Suardi (2007:21), manfaat dari Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu perlindungan karyawan,
memperlihatkan kepatuhan terhadap peraturan, mengurangi biaya, membuat

10

sistem manajemen yang efektif serta meningkatkan kepercayaan dan kepuasan


pelanggan perusahaan:
2.2.2.1

Perlindungan Karyawan
Tujuan inti penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) adalah memberi perlindungan kepada pekerja, karena pekerja


adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya dari
berbagai jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Rudi Suardi, 2007:21).
2.2.2.2

Memperlihatkan Kepatuhan pada Peraturan


Pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang melakukan

pembangkangan terhadap peraturan dan undang-undang, seperti citra buruk,


tuntutan hukum dari badan pemerintah, seringnya menghadapi masalah dengan
tenaga kerjanya semua itu tentunya mengakibatkan kebangkrutan. Dengan
menerapkan SMK3, sebuah perusahan telah menunjukkan itikad baiknya dalam
mematuhi peraturan dan perundang-undangan sehingga mereka dapat beroperasi
normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan (Rudi Suardi,
2007:22).
2.2.2.3

Mengurangi Biaya
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

melakukan pencegahan terhadap ketidaksesuaian sehingga dengan menerapkan


sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat
kerja. Walaupun setiap enam bulannya perusahaan melakukan proses sertifikasi
dan mengeluarkan sejumlah biaya, tetapi apabila SMK3 dilaksanakan secara
efektif dan penuh komitmen maka nilai uang yang keluar tersebut jauh lebih kecil

11

dibandingkanbiaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja (Rudi Suardi,


2007:22).
2.2.2.4

Membuat Sistem Manajemen yang Efektif


Salah satu bentuk nyata dari penerapan SMK3 adalah adanya prosedur

yang direkomendasikan. Adanya prosedur manajemen, maka segala aktivitas dan


kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor teratur.
Dengan demikian organisasi dapat berkonsentrasi melakukan peningkatan
terhadap sistem manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap
permasalahan-permasalahan yang terjadi (Rudi Suardi, 2007:22).
2.2.2.5

Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan


Adanya pengakuan penerapan SMK3, citra organisasi terhadap

kinerjanya akan semakin meningkat dan tentu akan meningkatkan kepercayaan


pelanggan (Rudi Suardi, 2007:23).
2.2.3 Penerapan SMK3
2.2.3.1

Menyatakan Komitmen
Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan

sebuah SMK3 dalam organisasi harus dilakukan oleh manajemen puncak.


Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam bentuk katakata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari,
dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan (Rudi
Suardi, 2007:25).

12

2.2.3.2

Menetapkan Cara Penerapan SMK3


Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan

SMK3. Tetapi perusahaan/organisasi dapat juga untuk tidak menggunakan jasa


konsultan dalam menerapkan SMK3, jika organisasi yang bersangkutan memiliki
personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang.
Selain itu, organisasi tentunya sudah memahami dan berpengalaman dalam
menerapkan standar SMK3 ini dan mempunyai waktu yang cukup (Rudi Suardi,
2007:25).
2.2.3.3

Membentuk Kelompok Kerja


Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota

kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja. Hal ini
penting sebab merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang
bersangkutan (Rudi Suardi, 2007:27).
2.2.3.4

Menetapkan Sumber Daya


Sumber daya ini mencakup orang atau personel, perlengkapan, waktu

dan dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara
resmi di luar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan.
Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan
untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan untuk mengolah dan
menyimpan data. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama orang yang
terlibat dalam penerapan.Sementara dana yang diperlukan adalah untuk membayar
konsultan (bila menggunakan konsultan), lembaga sertifikasi, dan biaya untuk
pelatihan karyawan di luar perusahaan (Rudi Suardi, 2007:29).

13

2.2.3.5

Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya

dengan pernyataan komitmen manajemen melalui ceramah, surat edaran atau


pembagian buku2 yang terkait dengan SMK3 (Rudi Suardi, 2007:30).
2.3

Manajemen Risiko
Sebagai bagian dari proses manajemen, penerapan manajemen risiko

dalam SMK3 bertujuan untuk membantu pihak manajemen untuk mencegah


terjadinya kerugian pada perusahaan melalui pengelolaan risiko yang akurat.
Dalam manajemen risiko, penilaian risiko sangat berpengaruh dalam menentukan
akibat atau pemaparan potensi bahaya, sebab melalui penilaian risiko, maka
kecelakaan akibat kerja dapat dicegah ataupun dihilangkan (A. M. Sugeng
Budiono, 2005:210).
Menurut Rudi Suardi (2007:69), manajemen risiko merupakan inti dari
Sistem Manajemen K3 , karena itu secara khusus OHSAS dan Permenaker
No.05/Men/1996 mempersyaratkan adanya pengelolaan risiko. Sebuah organisasi
dapat menerapkan metode pengendalian risiko apapun sejauh metode tersebut
mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas risiko dan
mengendalikan risiko dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan jangka
panjang. Bagan Manajemen Risiko (gambar 1).

14

Klasifikasi Aktivitas Kerja


Identifikasi Bahaya
Menentukan Risiko
Menyusun Prioritas
Tindak Lanjut
Memilih Sasaran Penting
Bagi sasaran yang dianggap
penting diberi nilai pencapaian
jika memungkinkan

Sasaran yang tidak masuk


kriteria penting disimpan
untuk program berikutnya

Membuat Program
Menerapkan Program
Tinjauan
Gambar 1
Bagan Manajemen Risiko.

2.3.1 Identifikasi Bahaya


Langkah pertama dalam proses manajemen risiko adalah melakukan
identifikasi bahaya tempat kerja atau tempat yang berpeluang mengalami
kerusakan. Cara sederhana untuk memulai menentukan bahaya dapat dilakukan
dengan membagi area kerja berdasarkan kelompok (Rudi Suardi, 2007:74),
seperti:

15

1.

Kegiatan-kegiatan (seperti pekerjaan pengelasan, pengolahan data)

2.

Lokasi (kantor, gudang, lapangan)

3.

Aturan-aturan (pekerja kantor, atau bagian elektrik)

4.

Fungsi atau proses produksi (administrasi, pembakaran, pembersihan,


penerimaan, finishing)
Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:

1.

Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya (Tabel 2.1)

2.

Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.

Tabel 2. Daftar Bahaya Potensial


Lingkungan Kerja
Energi
Akses
Electrical
1. Mengacu pada akses 1. Tersetrum
yang sesuai
Gravitasi
Penyegar Ruangan
1. Jatuh/Tersandung/Terg
1. Udara yang kotor
elincir
2. Tertimpa benda
Temperatur yang Ekstrim
1. Kontak dengan benda Energi Kinetik
yang panas atau dingin
1. Menabrak/tertabrak
2. Terkena
lingkungan
benda
yang panas atau dingin.
Getaran
Pencahayaan
1. Getaran
1. Mengacu
pada
seluruh/sebagian tubuh
pencahayaan
yang
sesuai
Kebisingan
1. Bising tiba-tiba/dalam
Tekanan Mental
waktu yang lama
1. Gertakan/gangguan
2. Kekerasan
Radiasi
3. Kerja shift
1. Radiasi UV, infra-red
2. Gelombang mikro
3. Laser

Pekerjaan Manual
Tegangan Tubuh
1. Kejang otot ketika
mengangkat,
mengangkut
atau
menurunkan benda.
2. Kejang otot ketika
menangani
benda
selain
mengangkat,
mengankut
atau
menurunkan benda.
3. Kejang otot ketika
tidak ada benda yang
ditangani
4. Pergerakan
yang
berulang.
Ergonomis
1. Kelelahan
2. Desain tempat kerja
yang mengakibatkan
stres, kesalahan.

16

Biologi
1.
2.
3.
4.

Bakteri
Jamur
Virus
Parasit

Plant
Mekanik
1. Kendaraan
bermotor
2. Peralatan
mesin
3. Peralatan
manual

1.
2.
3.
4.

Zat Kimia
Terkontak dengan
zat kimia dalam
waktu sebentar
Terkontak
zat
kimia dalam waktu
yang lama
Tersengat hewan
berbisa
Kebakaran
dan
ledakan

Udara Keras
1. Debu dari kayu
2. Gas seperti: CO,
CO2
3. Asap dan uap
4. Kabut seperti asam
Kontak Kulit
1. Terserap seperti
pestisida
2. Karatan
seperti:
asam, alkali
3. alergi

2.3.2 Penilaian Risiko


Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Rudi Suardi,
2007:79). Metode Penilaian risiko antara lain:
2.3.2.1 Menentukan Peluang
Menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja, kita dapat
menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya. Berikut ini adalah beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi peluang terjadinya sebuah insiden:
1.

Berapa kali situasi terjadinya

2.

Berapa orang yang terpapar

3.

Keterampilan dan pengalaman orang yang terluka

4.

Berbagai karakteristik khusus personel yang terlibat

5.

Durasi paparan

6.

Pengaruh posisi seseorang terhadap bahaya

7.

Distraksi, tekanan waktu atau kondisi tempat kerja

8.

Jumlah material atau tingkat paparan

9.

Kondisi lingkungan

10. Kondisi peralatan


11. Efektivitas pengendalian yang ada.
Cara menentukan peluang dalam menilai risiko dijelaskan pada Tabel 3 berikut.

17

18

Tabel 3. Menentukan Peluang


Peluang
Sering
Dapat terjadi kapan saja
Sangat Sering
Dapat terjadi secara berkala
Sedang
Dapat terjadi pada kondisi tertentu
Jarang
Dapat terjadi, tapi jarang
Sangat Jarang
Memungkinkan tidak pernah terjadi
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007).
2.3.2.2 Menentukan konsekuensi
Untuk menentukan konsekuensi, kita harus membuat ketetapan pada
severity yang berpotensi terjadi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
konsekuensi yang harus dipertimbangkan:
1. Potensi pada reaksi berantai, dimana sebuah bahaya jika tidak dihilangkan,
akan mengakibatkan kondisi yang lebih berat.
2. Konsentrasi Substansi
3. Volume Material
4. Kecepatan proyektil dan pergerakan bagiannya
5. Ketinggian, akibat yang dihasilkan dari benda yang jatuh ditentukan dari benda
itu semula, begitu pula orang yang jatuh dari ketinggian.
6. Jarak pekerja dari bahaya potensial
7. Berat, untuk kejadian tertimpa benda sangat dipengaruhi berat benda tersebut.
8. Tingkat gaya dan energi. Misalnya semakin tinggi volume listrik semakin
tinggi akibat yang dihasilkan jika tersetrum.
Bahaya Potensial dibagi menjadi 5 jenis bahaya seperti pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Panduan Daftar Bahaya Potensial

19

Tidak
Signifikan
(TS)
Iritasi mata
Ketidaknyamanan
Pegal-pegal
Lelah

Bencana
Besar
(BB)

Minor
(M)

Sedang
(S)

Besar
(B)

Luka pada
permukaan
tubuh
Tergores
Terpotong/
tersayat kecil
Bising
Sakit kepala/
pusing
Memar

Luka terkoyak
Patah tulang
ringan
Sakit/ radang
kulit
Asma
Cacat minor
permanen

Terbakar
Gegar otak
Terkilir serius
Keracunan

Patah tulang
berat
Amputasi
Luka fatal
Luka
kompleks
Kanker
Penyakit
mematikan
Penyakit fatal
akut
Kematian
Tuli

Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007).


2.3.2.3 Tingkat setiap risiko
Level atau tingkatan risiko ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil
identifikasi bahaya dan konsekuensi.
Hubungan ini dapat dilihat dalam Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berikut:
Tabel 2.4 Penilaian Risiko - 2D Model
Peluang

1
Tidak
Signifikan

2
3
Minor Moderate

A
H
H
E
Sering Sekali
B
M
H
H
Sering
C
L
M
H
Sedang
D
L
L
M
Jarang
E
L
L
M
Sangat Jarang
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)

4
Major

5
Bencana
Besar

20

Tabel 2. 5 Penilaian Risiko - 3D Model


Bahaya yg
diidentifikasi

Penilaian Risiko
Paparan
Peluang
(E)
(L)

Konsekuensi
(K)

Nilai
Risiko
ExLxK

Tingkatan
Risiko

Kategori:
Definisi
Paparan
Peluang
Konsekuensi
Terus menerus 10 Sangat sering
1
Fatal
20
Berkala
6
Sering
0,6 Major
10
Tertentu
3
Sedang
0,3
Sedang
5
Tidak teratur
2
Jarang
0,1 Minor
2
Jarang
1
Sangat jarang 0,05 Tdk Signifikan 1
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)

Nilai Risiko
E > 20
H > 10
M 3-10
L <3
-

Keterangan:
E

: Ekstrim atau Signifikan

: Risiko Tinggi

: Risiko Sedang

: Risiko Rendah

2.3.3 Menetapkan Pengendalian


Perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatankegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja
yang tinggi. Pengendalian risiko kecelakaan dilakukan melalui metode Hirarki
Pengendalian Risiko (Gambar 2).

21

Menghilangkan Bahaya

Penggantian

Engineering/Rekayasa

Administrasi

Alat Pelindung Diri (APD)


Gambar 2
Hirarki Pengendalian Risiko
Hirarki pengendalian risiko terdiri dari 5 bagian yaitu:
2.3.3.1 Menghilangkan Bahaya
Menghilangkan bahaya adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan
menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Ini berarti
menghentikan peralatan atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya atau
dengan kata lain peralatan tersebut tidak digunakan lagi (Rudi Suardi, 2007:85).
2.3.3.2 Substitusi atau Mengganti
Prinsipnya adalah menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan
lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada. Ciri khas tahap ini adalah
melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja
yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi

22

peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, mengurangi


frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya (Rudi Suardi, 2007:86).
2.3.3.3 Isolasi
Pada tahap ini dilakukan isolasi terhadap area berbahaya dari pekerja
atau dari orang yang ingin memasuki area tersebut (Rudi Suardi, 2007:87).
2.3.3.4 Pengendalian secara Administrasi
Tahap

ini

menggunakan

prosedur,

Standard

Operational

Procedure(SOP) atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi risiko.


Beberapa bentuk pengendalian secara administratif (Rudi Suardi, 2007:88) adalah
sebagai berikut:
1.

Melakukan rotasi kerja untuk mengurangi efek risiko

2.

Membatasi waktu atau frekuensi untuk memasuki area.

3.

Melakukan supervisi pekerjaan.

4.

Membuat prosedur, instruksi kerja atau pelatihan pengamanan.

5.

Melakukan pemeliharaan pencegahan dan membuat prosedur house keeping.

6.

Membuat tanda bahaya.

2.3.3.5 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Sarana pengaman diri adalah pilihan terakhir yang dapat kita lakukan
untuk mencegah bahaya (Rudi Suardi, 2007:89). Alat pelindung diri mencakup
semua pakaian dan aksesoris yang digunakan pekerja yang didesain untuk
menjadi pembatas sumber bahaya. Beberapa perlindungan yang disediakan oleh
beberapa jenis Personal Protective Equipment seperti yang tertera pada Tabel 7
berikut ini:

23

Tabel 7. Daftar PPE (Personal Protective Equipment)


Bagian Tubuh
(1)

Bahaya
(2)

Kepala

Benda-benda jatuh,
ruang yang sempit,
rambut terjerat

APD
(3)
Helm keras (hard hats), helm empuk
(bump caps), topi, harnet

Tutup telinga (ear muff)

Telinga atau
pendengaran

Suara bising

sumbat telinga (ear plug)

Kacamata pelindung (goggles),

Mata

Debu, kersik,
partikel-partikel
beterbangan, radiasi,
laser, bunga api las

24

Lanjutan (Tabel 7)
(1)

(2)

(3)
Pelindung wajah

Welding Mask

Mata

Debu, kersik, partikelpartikel beterbangan,


radiasi, laser, bunga api las

Dust, mist respirator

Chemical Cartridge Respirator


Paru

Debu, asap, gas beracun


dan atmosfer miskin
oksigen

25

Lanjutan (Tabel 7)
(1)
(2)

Paru

(3)
alat bantu pernapasan
(Breathing Aparatus)

Debu, asap, gas beracun dan


atmosfer miskin oksigen

Sarung tangan pelindung,

Tangan

Tepi-tepi dan ujung yang


tajam, zat kimia korosif,
temperatur tinggi/rendah

sarung tangan tahan bahan


kimia,

26

Lanjutan (Tabel 7)
(1)

Tangan

(2)

(3)
sarung tangan tahan panas

Tepi-tepi dan ujung


yang tajam, zat kimia
korosif, temperatur
tinggi/rendah

Sepatu pengaman selubung kaki


(gaiter) dan sepatu pengaman

Rubber Boots
Kaki

Terpeleset, benda tajam


di lantai, benda jatuh,
percikan logam cair

Kulit

Kotoran dan bahan


korosif ringan/kuat dan
zat pelarut

Torso dan tubuh

Zat pelarut, kelembaban

Krim pelindung

Pelindung yang kedap seperti


sarung tangan dan celemek,
overall

27

Lanjutan (Tabel 7)
(1)

Keseluruhan tubuh

(2)

(3)
Pakaian bertekanan udara (pressured
suits), baju/rompi yang terlihat di
kegelapan (high -visibility), baju
pelindung khusus, baju tahan panas,
baju untuk segala suasana, talitemali pelindung (fullbody harnes)

Atmosfer yang
berbahaya (uap
beracun/debu
radioaktif),
Terjatuh, kendaraan
bergerak, gergaji
rantai, temperatur
tinggi, cuaca
ekstrim

Full-body harnes

Sumber: John Ridley (2008), www.saffewayindia.com/ppe.htm


2.3.2.4 Penerapan Langkah Pengendalian
Penerapan Langkah pengendalian dapat dilakukan dengan 6 cara
dibawah berikut:
2.3.2.4.1 Mengembangkan Prosedur Kerja
Prosedur kerja bertujuan sebagai alat pengatur dan pengawas terhadap
bentuk pengendalian bahaya dan risiko, agar penerapan pengendalian bahaya
potensial dapat berjalan secara efektif, melalui koridor-koridor yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu tanggung jawab manajemen, supervisor, dan pekerja

28

harus secara jelas dinyatakan dalam prosedur tersebut sehingga prosedur kerja
dapat dikembangkan (Rudi Suardi, 2007:92).
2.3.2.4.2 Komunikasi
Kita harus menginformasikan pada pekerja tentang penggunaan alat
pengendali bahaya, dan juga penting untuk diinformasikan tentang alasan
penggunaannya (Rudi Suardi, 2007:92).
2.3.2.4.3 Menyediakan Pelatihan
Agar para pekerja dan personel lainnya lebih mengenal alat pengendali
yang kita terapkan, mereka harus juga diberikan pelatihan atau penjelasan yang
memadai (Rudi Suardi, 2007:93).
2.3.2.4.4 Pengawasan
Pengawasan harus tetap dilakukan untuk memastikan alat pengendali
bahaya potensial digunakan secara benar (Rudi Suardi, 2007:93).
2.3.2.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap alat pengendali bahaya adalah bagian yang
penting dalam proses penerapan. Prosedur kerja harus mencantumkan peryaratan
pemeliharaan untuk memastikan keefektfan penggunaan alat pengendali ini (Rudi
Suardi, 2007:94).
2.3.2.4.6 Monitor dan Tinjauan
Pemantauan (monitoring) dan tinjauan risiko harus dilakukan pada
interval waktu sesuai dengan yang ditetapkan dalam organisasi. Dalam tahap ini
digunakan

daftar

periksa

pertanyaan

untuk

memastikan

sejauh

mana

kesesuaiannya dengan perencanaan (Rudi Suardi, 2007:94). Dalam menjawab


pertanyaan yang ada, kita dapat melakukan tiga cara di bawah ini:

29

1.

Berkonsultasi dengan pekerja

2.

Mengukur personel yang berpeluang terkena

3.

Memonitor laporan insiden.

2.4

Kerangka Teori
Berdasarkan dalam landasan teori di atas, maka disusun kerangka teori

mengenai keselamatan kerja sebagai berikut:


Sumber bahaya potensial yang disertai adanya risiko yang menyertai
bahaya tersebut akan menyebabkan kecelakaan kerja.
Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko perlu
dilakukan dalam upaya pencegahan ataupun pengurangan kejadian kecelakaan
kerja dimana pada tahap akhirnya akan dilakukan pemantauan dan pengkajian.
Kerangka teori secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Kecelakaan
Kerja

Evaluasi

SMK3 dan
Permenaker
05/Men/1996
elemen 2.1
tentang
Manajemen
Risiko

Gambar 3
Kerangka Teori
Sumber: Permenaker 05/Men/1996, Rudi Suardi (2007)

Pengendalian

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Kerangka Konsep

Evaluasi
Kecelakaan
Kerja

Manajemen
Risiko
1. Identifikasi
Bahaya
2. Penilaian
Risiko
3. Penentuan
Tindak
Lanjut

Perbaikan

Gambar 4
Kerangka Konsep

3.2

Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif dengan pendekatan observasional. Penelitian ini termasuk


dalam penelitian deskriptif karena bertujuan untuk melakukan deskripsi mengenai
fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau hasil
(Sudigdo dan Sofyan Ismael, 2002:82). Apabila ditinjau dari segi waktu penelitian
ini termasuk penelitian cross sectional.Penelitian dilengkapi dengan menyajikan
dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung atau melengkapi dalam
mendeskripsikan identifikasi bahaya dan penilaian
hingga Juli 2009 di PT. SK Keris pada Unit Utility.

30

risiko pada periode Juni

31

3.3

Definisi Operasional
Untuk menyamakan persepsi terhadap masing-masing variable, perlu dibuat

definisi operasional di semua variable penelitian. Adapun definisi operasional


yang digunakan untuk variable yang dimaksud adalah seperti dalam Tabel 8
berikut ini:
Tabel 8. Definisi Operasional
No
Variabel
Keterangan
(1)
(2)
(3)
1.
Peluang risiko Peluang insiden yang
dapat terjadi dengan
menggunakan skala
berdasarkan tingkat
potensinya

2.

Konsekuensi
Risiko

Instrumen Kategori
Skala
(4)
(5)
(6)
Form Risiko 1. Sering, bila kejadian dapat Ordinal
Perusahaan
terjadi kapan saja
2. Sangat sering, bila
kejadian dapat terjadi
secara berkala
3. Sedang, bila kejadian
dapat terjadi pada kondisi
tetentu
4. Jarang, bila kejadian dapat
terjadi tetapi jarang
Ordinal
Kosekuensi ditentukan Form Risiko 1. Tidak Signifikan, bila
dengan membuat
Perusahaan
terjadi iritasi
ketetapan pada severity
mata,ketidaknyamanan,
yang berpotensi terjadi
pegal-pegal, lelah
2. Minor, bila terjadi luka
pada permukaan tubuh,
tergores,
terpotong/tersayat kecil,
bising, sakit kepala/pusing,
memar
3. Sedang, luka terkoyak
patah tulang ringan,
sakit/radang kulit, asma,
cacat minor permanen
4. Besar, bila terjadi gegar
otak, terbakar, terkilir
serius, keracunan
5. Fatal, bila terjadi patah
tulang berat, amputasi,
luka fatal, luka kompleks,
kanker, penyakit
mematikan, penyakit fatal
akut, kematian, tuli

32

Lanjutan (Tabel 8)
(1)
(2)
3. Tingkatan
Risiko

(3)
Tingkatan Risiko
ditentukan oleh
hubungan antara
nilai hasil
identifikasi bahaya
dan konsekuensi
4. Ketentuan
Tindak lanjut
Tindak Lanjut ditentukan
berdasarkan
tingkatan risiko
yang dihasilkan

(4)
Form Risiko
Perusahaan

(5)
1. Ekstrim, E > 20

(6)
Ordinal

2. Risiko tinggi, H > 10


3. Risiko Sedang,M 310
4. Risiko Rendah, L < 3

Form Risiko
Perusahaan

1. Untuk risiko rendah,


Ordinal
pemantauan dan jalan
keluar yang lebih hemat
biaya atau peningkatan
yang tidak memerlukan
biaya tambahan
2. Untuk risiko sedang,
diperlukan biaya
pencegahan dan tindakan
pengukuran pengurangan
risiko dgn benar
3. Untuk risiko
tingi,pekerjaan tidak
dilaksanakan sampai
risiko direduksi
4. Untuk risiko ekstrim,
pekerjaan tidak
dilaksanakan sampai
risiko direduksi, jika
tidak memungkinkan
untuk direduksi maka
pekerjaan dihentikan

(Rudi Suardi, 2007:74)


3.4 Pendekatan Latar Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi latar penelitian adalah PT. SK Keris Kota
Tangerang. Objek penelitian ini adalah seluruh area/tempat yang termasuk dalam
Unit Utility yang akan diidentifikasi dan dinilai risikonya, sebab tujuan penelitian

33

ini adalah merinci kekhususan yang ada ke dalam konteks bukan memusatkan
pada

adanya

perbedaan-perbedaan

yang

nantinya

dikembangkan

dalam

generalisasi (Moleong, 2001:165). Sedangkan subjek penelitian ini adalah pekerja


yang bertugas di Unit tersebut beserta P2K3 perusahaan yang dipilih secara
purposive sampling.
3.5

Fokus Penelitian
Masalah dalam penelitian kualitatif disebut sebagai fokus penelitian

(Moleong, 2001:78). Fokus penelitian ini berisi pokok kajian yang menjadi pusat
perhatian yaitu identifikasi bahaya dan penilaian risiko di Unit Utility PT. SK
Keris.
3.6

Sumber Data Penelitian

3.6.1 Data primer


Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari wawancara didasarkan
pada kuesioner dan Risk Analysis Form Perusahaan yang telah disusun.
3.6.2 Data sekunder
Data sekunder digunakan sebagai pelengkap dan penunjang data primer
didapatkan dari data dokumen-dokumen PT. SK KERIS.

3.7

Instrumen Penelitian

3.7.1 Human Instrument


Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti itu sendiri
yang berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

34

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan


data, dan membuat simpulan atas temuannya (Sugiyono, 2007:222).
3.7.2 Form Analisis Risiko
Form berisikan daftar isian identifikasi bahaya dan penilaian tingkat risiko.
Form bersumber dari Persyaratan Permenaker 05/Men/1996 elemen 2.1.
3.8

Teknik Pengambilan Data

3.8.1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku obyek sasaran (Fathoni, 2006:104).
3.8.2 Wawancara
Wawancara

merupakan

suatu

metode

yang

dipergunakan

untuk

pengumpulan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara


lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Soekidjo Notoatmodjo,
2002:102). Metode wawancara yang dilakukan adalah dengan wawancara intensif,
wawancara kualitatif atau wawancara tak terstruktur.
3.8.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006:158).

35

3.9

Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan Uji

credibility atau kredibilitas (validitas interbal) dengan menggunakan triangulasi


sumber, yaitu dengan cara mengecek data data yang diperoleh melalui beberapa
sumber (anggota P2K3, pekerja, supervisor) kemudian dideskripsikan dan
dikategorisasikan. Uji Kredibilitas ini juga menggunakan bahan referensi seperti
gambar/foto untuk membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti (Sugiyono
2007:270).
3.10 Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan
Model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:245). Analisis Data Model Miles
dan Huberman terdiri atas:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
2. Reduksi Data (Data Reduction)
3. Penyajian Data (Data Display)
4. Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion and Verifying)

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. SK. Keris


4.1.1 Sejarah Singkat PT. SK Keris
PT. SK Keris yang berlokasi di Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten, bergerak dalam bidang industri Polyester
Filament Yarn (PFY) dan Polyethylene Terephthalate (PET).
Lokasi kegiatan terletak di Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Batas-batas lokasi kegiatan meliputi:
1. Sebelah Utara

: Lapangan Golf Gading Serpong

2. Sebelah Selatan

: Jalan dan Situ, Desa Cihuni

3. Sebelah Timur

: Tanah kosong

4. Sebelah Barat

: Lapangan Golf Gading Serpong

Kegiatan usaha sudah beroperasi dan sudah memiliki dokumen lingkungan


seperti Penyajian Informasi Lingkungan (PIL), Rencana Pengelolaan Lingkungan
atau Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL atau RPL) dan Usaha Pengelolaan
Lingkungan atau Usaha Pemantauan Lingkungan (UKL atau UPL). Dokumen PIL
ditetapkan pada bulan Agustus 1993 dan disetujui oleh Menteri Perindustrian
Republik Indonesia.
4.1.2 Sistem Manajemen PT. SK Keris
SK Management System (SKMS) terdiri dari Konsep Dasar Bisnis yang
mencakup pokok dan sasaran bisnis manajemen dan Faktor Bisnis Manajemen
yang mempengaruhinya. Faktor manajemen ini dikelompokkan ke dalam Static

36

37

Factors dan Dynamic Factors. Dynamic Factors yang tidak dapat dinyatakan
secara jelas dan umumnya diabaikan dalam ilmu manajemen, memberikan
dampak khusus. Khususnya, kemampuan pengelolaan diantara Dynamic Factor
dibahas dalam hubungannya dengan pengembangan keterampilan bekerja,
sementara SK-Manship ditetapkan sebagai dasar kualifikasi untuk Manager PT.
SK Keris.
SKMS merupakan tehnik manajemen yang unik dari SK Group,
dikembangkan dalam periode waktu yang cukup lama dan didapat dari
pengalaman praktis manajemen dan upaya penelitian. Oleh karena itu semua
anggota SK. Group harus belajar asas dasar tersebut secara menyeluruh dan
menjadi cakap dalam aplikasinya. Perannya akan menjadi alat dasar perusahaan
yang melekat kuat dalam strutur manajemen dan harus semakin dikembangkan
lebih jauh.
4.1.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. SK Keris
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. SK KERIS
disusun oleh 28 orang karyawan. Tujuan utama dari Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT. SK Keris adalah mencegah kecelakaan, menghindari
kerugian tenaga kerja dan meteriil, mencegah kerusakan lingkungan dan
meminimalkan kerusakan pada kejadian kecelakaan. Adapun kerugian-kerugian
yang harus dicegah adalah sebagai berikut:
4.1.3.1 Kerugian tenaga kerja
Berupa luka atau sakit bahkan kematian akibat hubungan kerja dan
penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh kondisi kerja yang buruk.

38

4.1.3.2 Kerugian materiil


Kerugian materiil adalah kerusakan barang/alat baik secara langsung
maupun tidak langsung yang disebabkan oleh kecelakaan.
1. Kerugian langsung adalah kerusakan pada barang atau alat yang terjadi dalam
suatu kejadian kecelakaan kerja.
2. Kerugian tidak langsung adalah kehilangan waktu dan tenaga kerja selama
perbaikan dan pemulihan, penurunan produktivitas dari kemerosotan moral
pekerja, yang dihasilkan oleh sisi negatif dalam suatu organisasi, merusak
nama baik perusahaan, dan penurunan secara nyata pendapatan dan dan
keuntungan yang diharapkan.
4.1.3.3 Kerusakan atau polusi lingkungan
Polusi udara, tanah dan kontaminasi air, kebisingan, getaran akibat mesin
industri, dan kerugian lainnya di perusahaan yang membebankan masyarakat
umum
4.1.3.4 Melakukan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan dan meminimalkan
kerusakan
Yaitu melakukan penyelidikan dan investigasi secara akurat dan
menyeluruh terhadap kejadian kecelakaan dan menetapkannya dalam cara/sikap
yang sempurna dan efektif.
1. Penyelidikan menyeluruh terhadap kecelakaan kerja di dalam dan luar
industri serta analisis dan dampaknya masing-masing

39

2. Identifikasi sumber bahaya di tempat kerja, termasuk peralatan, prosedur, dan


factor manusia, dan penerapan prosedur yang dirancang untuk menghilangkan
bahaya-bahaya tersebut
3. Pemasangan system peringatan cepat dan alat pengendali kerusakan yang
dirancang untuk menghindari dan meminimalkan kerusakan
4. Melatih karyawan PT. SK Keris secara tepat tentang prosedur dan kegunaan
alat-alat dan fasilitas saat keadaan darurat. Prosedur tersebut harus dibuat
sehingga dapat dimengerti.
5. Melaksanakan pemeriksaan dan peninjauan rutin terhadap semua prosedur
manajemen keselamatan mulai dari awal investigasi hingga pelaksaan
pengukuran, pelaksanaan modifikasi atau perubahan atau suplementasi jika
diperlukan.
4.1.3.5 Manajemen Keselamatan Kerja memilki dampak langsung.
Manajemen Keselamatan Kerja seharusnya diterapkan dalam derajat
tertinggi dalam keefektifan dengan biaya/harga yang seminimal mungkin.
4.1.4 Perjanjian Kerja Bersama PT. SK KERIS
Perjanjian Kerja Bersama PT. SK Keris mencakup beberapa hal penting
yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain,
perlengkapan kerja, perlindungan dan keselamatan kerja, aminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek), jaminan kecelakaan kerja, jaminan kecelakaan
diluar jam kerja, bantuan biaya perawatan akibat kecelakaan kerja, klinik
perusahaan, fasilitas kesehatan pekerja, pemeriksaan kesehatan berkala,

40

imunisasi atau vaksinasi. Perjanjian Bersama PT. SK. Keris dijelaskan


pada Tabel 9. berikut:
Tabel 9. Perjanjian Kerja Bersama PT. SK Keris
BAB
(1)

Pasal
(2)

VI

50

51

Hal
Ayat
Perjanjian
(3)
(4)
(5)
Perlengkapan
Pakaian
seragam
dan
alat-alat
1
Kerja
perlengkapan kerja
Pada waktu kerja/jam kerja, pekerja wajib
mengenakan pakaian seragam dan
2
perlengkapan lainnya yang disediakan
Pengusaha, adapun standar pemberiannya
ditentukan oleh Pengusaha
Pekerja dilarang memberikan pakaian
seragam
Perusahaan
dan
alat-alat
3
perlengkapan kerja lainnya kepada orang
lain
Pekerja dilarang membawa alat-alat
perlengkapan kerja ke luar lingkungan
4
perusahaan kecuali untuk hal-hal tertentu
yang
berhubungan
dengan
tugas
perusahaan
Pekerja wajib memelihara dan menjaga
5
pakaian dan alat-alat perlengkapan kerja
yang diberikan oleh pengusaha
Apabila
hubungan
kerja
dengan
Perusahaan berakhir, pekerja harus
6
mengembalikan pakaian seragam dan
perlengkapan kerja lainnya
Pengusaha wajib menyediakan fasilitasPerlindungan
fasilitas
tertentu
guna
terciptanya
dan
1
perlindungan kerja, keselamatan dan
Keselamatan
kesehatan kerja sesuai dengan UndangKerja
undang No 1 Tahun 1970
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, pekerja wajib mematuhi dan
2
menjalankan seluruh standar kerja,
peraturan-peraturan
dan
ketentuanketentuan kerja yang dikeluarkan oleh

41

10

11

Pengusaha
Pengusaha wajib menyediakan alat-alat
keselamatan kerja untuk dipakai oleh
pekerja dalam melaksanakan tugasnya
Pekerja wajib menggunakan alat-alat
keselamatan kerja sesuai dengan lokasi
dan jenis Pekerjaan yang dilakukannya
Alat-alat perlindungan kerja selalu harus
diperiksa dan dirawat. Apabila alat-alat
perlindungan kerja tersebut sudah tidak
memadai lagi segera mengusulkan kepada
atasan yang berwenang untuk diadakan
penggantian seperlunya
Alat-alat perlindungan kerja harus
disimpan pada tempat-tempat yang telah
ditentukan dan tidak diperkenankan
memindahkan ke tempat lain tanpa
persetujuan petugas yang berwenang
Tempat kerja harus selalu dijaga dan
dipelihara kebersihannya serta tidak
diperkenankan meletakkan barang-barang
tidak pada tempatnya
Pekerja dilarang masuk ke daerah
berbahaya
seperti
daerah
listrik
bertegangan tinggi, tempat penyimpanan
benda/bahan berbahaya serta ke dalam
gardu listrik, tanpa seijin petugas yang
berwenang.
Pekerja tidak diperkenankan menyentuh,
menjalankan dan menghentikan mesinmesin serta alat-alat lainnya di luar tugas
dan wewenangnya
Mesin-mesin atau alat-alat lainnya
sebelum dijalankan, terlebih dahulu harus
diperiksa dengan teliti. Mesin-mesin atau
alat-alat tersebut dapat dijalankan setelah
dipastikan bahwa tidak ada kerusakan atau
gejala-gejala yang dapat menimbulkan
bahaya
Apabila terjadi keabnormalan yang gawat

42

12

VII

52

Jamsostek

53

Jaminan
Kecelakaan
Kerja

54

Jaminan
Kecelakaan
Diluar Jam
Kerja

55

Bantuan
Biaya
Perawatan
Akibat
Kecelakaan
Kerja

pada mesin peralatan yang sedang


dijalankan sehingga diperkirakan akan
membawa akibat pada bagian lain, segera
melaporkan pada atasan yang berwenang
untuk
mengambil
langkah-langkah
penanggulangan
Pekerja
dilarang
merokok
atau
menggunakan api di tempat-tempat yang
telah ditentukan oleh pengusaha
Sesuai dengan peraturan Perundangundangan yang berlaku, Pengusaha
mengikutsertakan Pekerja dalam program
Jaminan
Sosial
Tenaga
Kerja
(JAMSOSTEK)
Penyelenggaraan JAMSOSTEK dilakukan
dengan
memperhatikan
Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku
Apabila Pekerja mendapat kecelakaan
kerja sesuai dengan yang dimaksud dalam
Peraturan Perundang-Undangan, maka
Jaminan Kecelakaan Kerja akan diberikan
oleh
Jamsostek
sebagai
badan
penyelenggara asuransi kecelakaan kerja,
sebagaimana diatur dalam UndangUndang No. 03/tahun1992 jo PP No.
14/1993
Apabila Pekerja mendapat kecelakaan di
luar jam kerja, maka Jaminan Kecelakaan
tersebut akan diberikan sesuai dengan SK
Bupati Kabupaten Tangerang No. 35
Tahun 2003 tentang Program Jaminan
Kecelakaan Diri di Luar Jam Kerja bagi
pekerja
pada
perusahaan-perusahaan
swasta
Dalam hal terjadi kecelakaan kerja di
lingkungan kerja yang biaya pengobatan
dan perawatannya melebihi batas yang
ditetapkan oleh Jamsostek, maka selisih
biaya tersebut menjadi tanggungan
Pengusaha,
berdasarkan
kebijakan

43

56

Klinik
Perusahaan

3
4

58

Pemeriksaan
Kesehatan
Berkala

Pengusaha
Dalam hal terjadi kecelakaan kerja di luar
lingkungan kerja dan/atau di luar jam kerja
yang biaya pengobatan dan perawatannya
melebihi batas yang telah ditetapkan oleh
Jamsostek
dan/atau
Lembaga
pertanggungan sesuai yang diatur di dalam
SK Bupati Kabupaten Tangerang No. 35
Tahun 2003, maka selisih biaya tersebut
tidak menjadi tanggungan Pengusaha,
akan tetapi Pengusaha memberikan
bantuan maksimal sebesar Rp. 10.000.000
(sepuluh juta rupiah) per kasus per orang
Pengusaha menyediakan klinik dalam
perusahaan
untuk
memberikan
pertolongan pertama bagi pekerja yang
mengalami gangguan kesehatan maupun
kecelakaan kerja
Pekerja yang akan berobat ke klinik
perusahaan harus mendapat ijin atasan
yang berwenang
Untuk pekerja wanita menikah dan
keluarganya, jaminan kesehatannya diatur
tersendiri
Untuk
pekerja
honorer
jaminan
kesehatannya diatur tersendiri
Untuk memelihara kesehatan Pekerja dan
menjalankan kegiatan perusahaan dengan
lancar, Pengusaha melakukan pemeriksaan
kesehatan kepada seluruh pekerja sekali
dalam 1 tahun
Pekerja tidak dapat menolak perintah
Pengusaha untuk diperiksa kesehatannya
oleh dokter, Rumah Sakit dan/atau
lembaga lainnya yang ditunjuk oleh
Pengusaha.
Waktu dan jenis pemeriksaan kesehatan
berkala sebagaimana dimaksud pada ayat
1 ditetapkan dan ditentukan oleh
Pengusaha

44

4.1.5 Proses Produksi


Proses produksi yang dilakukan ada dua, yaitu proses produksi PolyEthylene Terephthalate (PET) dan proses produksi Polyester Filament Yarn
(PFY).
4.1.5.1

Proses Produksi PET (Poly-Ethylene Terephthalate)


Proses produksi PET dilakukan melalui empat tahapan, yaitu :

1. Proses Slurry
2. Proses Esterifikasi (Pre-Polymerisasi)
3. Polymerisasi Kondensasi
4. Proses Chip Cutter
4.1.5.2

Proses Produksi Polyester Filament Yarn (PFY)


Proses produksi FY dilakukan melalui empat tahapan proses:

1. Pengeringan Chips (Proses Kontinyu)


2. Proses Melter
3. Proses Take Up
4. Proses Draw Winder
4.1.6 Jam Kerja
Jumlah jam kerja para karyawan setiap harinya adalah 8 jam kerja,
diselingi istirahat satu jam (jam kerja efektifnya adalah 7 jam). Pabrik beroperasi
selama 24 jam sehari (tujuh hari kerja dalam seminggu). Pembagian shift kerja :
1.

06.00-14.00, istirahat 1 jam (10.00-11.00)

2.

14.00-22.00, istirahat 1 jam (18.00-19.00)

3.

22.00-06.00, istirahat 1 jam (01.00-02.00)

45

4.2 Gambaran Hasil Penelitian


4.2.1 Pengenalan Unit Utility
Utility Unit adalah satu dari 6 unit yang berada di divisi produksi. Unit ini
merupakan Unit yang memiliki fungsi antara lain:
1.

Penghasil listrik untuk semua kegiatan industri dan keperluan kantor


(Diesel Generator dan Gas Engine).

2.

Penghasil air berupa industrial water dan pure water (Water Treatment)

3.

Penghasil Uap (steam) untuk keperluan industri (Boiler)

4.

Penghasil udara bertekanan untuk keperluan industri (Air Compressor)

5.

Penghasil Chilled Water untuk pendingin ruangan dan keperluan industri


lainnya (Turbo Chiller)

6.

4.2.1.1

Pemeliharaan limbah cair industri (Waste Water Treatment)

Proses Produksi Unit Utility


Kegiatan atau proses produksi Utility dilakukan di 6 area atau bangunan,

dimana masing-masing area memiliki mesin dan fungsi yang berbeda.


Kegiatanmesin-mesin di Unit Utility dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10. Proses Produksi Utility


Utility Unit
(1)

Air Compressor

Fungsi
(2)
Menghasilkan
udara
bertekanan
(45247
Nm3/Hour)

Cara Kerja
(3)
Udara luar dihisap masuk oleh impeller
(kipas) yang digerakkan oleh motor sehingga
udara dikompresi/ditekan dan dialirkan ke air
cooler untuk diteruskan ke Filamen Yarn Plant
untuk mendukung kerja mesin lainnya.

46

Diesel Generator

Mengasilkan
energi listrik
(10865
KW/Hour)

Gas Engine

Menghasilkan
energi listrik
(6311
KW/Hour)

Gas Boiler

Menghasilkan
Steam/uap
(10,10
Ton/Hour)

Package Boiler

Menghasilkan
Steam/uap

Coal Boiler

Menghasilkan
Steam/uap

Bahan bakar yang digunakan adalah jenis IDO


(Industrial Diesel Oil) dan MFO (Marine Fuel
Oil) yang mengalami proses pembakaran di
ruang bakar (Combustion Chamber) untuk
menghasilkan tenaga untuk memutar generator
sehingga menghasilkan tenaga listrik untuk
semua keperluan perusahaan.
Bahan bakar yang digunakan adalah jenis Gas
LNG (liquefied natural gas)
untuk menghasilkan tenaga untuk memutar
generator sehingga menghasilkan tenaga listrik
untuk semua keperluan perusahaan.
Memanfaatkan panas yang dihasilkan dari gas
buang mesin generator dengan temperatur
outlet 514 oC, air dalam pipa yang mengalir
secara sirkulasi, pipa masuk ke ruang
evaporator secara spiral, air yang telah
dipanaskan berubah menjadi steam ditampung
dalam steam drum (280oC). Selanjutnya steam
yang dihasilkan didistribusikan dari steam
drum. Steam yang dihasilkan bertekanan 15
Bar.
Bahan bakar IDO atau solar. Start awal dengan
memakai LPG dengan bukaan dumper 10%,
setelah itu 15 mnt kemudian LPG habis,
sebelum LPG habis 5 mnt terakhir bahan bakar
(IDO atau solar) masuk. Cara penyalaan
pertama ini seperti menyalakan petromax
pertama kali dengan bantuan spirtus. Panas yg
dihasilkan oleh pembakaran dihembuskan
dengan blower didalam ruang bakar, pipa-pipa
berisi air berada di ruang bakar beserta steam
drum, dipanaskan sampai temperatur 800 oC.
Steam yang dihasilkan ditampung dalam steam
drum & didistribusikan.
Memakai bahan bakar batubara kapasitas 10
Ton/ Hari. Start awal menggunakan bantuan
arang kayu (Temperatur 600 oC) untuk
memanaskan pasir silica (ketebalan 20 Cm)
dengan hembusan udara blower melalui

47

Cooling Water

Untuk
mendinginkan
mesin-mesin
utility
menggunakan
pendinginan
cooling water
fan
baik
secara sendiri
sendiri
maupun
bersamaan
(general
cooling
water).
(2626 USRT)

Water Treatment

Menghasilkan
Industrial
Water dan
Pure Water

Chiller

Menghasilkan
air pendingin
yang

lubang-lubang kecil (Diameter 1 mm). Pasir


silica membentuk fluidisasi, kemudian
batubara dimasukkan kedalam ruang bakar
melalui screw. Sebelumnya batubara yang
telah diratakan ukurannya oleh hammerstone
ditampung pada tangki penampungan untuk
ditransfer melalui belt conveyor. Panas yang
dihasilkan oleh pembakaran adalah 900 oC,
udara panas tersebut masuk didalam pipa
untuk memanaskan air dalam steam drum. Pipa
yang keluar disedot oleh blower sebagai asap
cerobong. Steam yang dihasilkan ditampung
dalam steam drum dan didistribusikan.
Air dari Water Treatment disedot Raw Water
Pump kemudian air dialirkan ke Jacket Water.
Air yang ada di dalam Jacket Water berfungsi
mendinginkan mesin, karena Jacket Water
menyelimuti mesin. Air dalam Jacket Water
akan berubah menjadi panas setelah melewati
mesin sehingga air panas dialirkan ke Cooling
Water . Di Cooling Water
air akan
didinginkan dengan Cooling Water Fan dan
didinginkan lagi dengan cara dialirkan melalui
lubang-lubang kecil sehingga air akan jatuh
(seperti air hujan) melewati udara bebas ke
tempat penampungan. Air di penampungan
akan menjadi dingin kembalin dan digunakan
lagi untuk mendinginkan mesin.
Air dari sungai Cihuni disedot masuk ke
Accelerator. Di dalam Accelerator
air
dicampur dengan PAC (Poly Aluminium
Chloride) untuk menghasilkan industrial water.
Untuk menghasilkan Pure water, air yang
dicampur PAC tadi dicampur lagi dengan HCl
(Hydrochloric Acid) and NaOH (Sodium
Hydroxyde)
Mesin chiler sebanyak 7 unit dengan kapasitas
1.000 USRT. Pada awalnya tekanan Freon
dinaikkan oleh Compressor kemudian

48

Absorber

4.2.1.2

digunakan
pada proses
FY dan PET,
(1826 USRT)
Menghasilkan
air pendingin
yang
digunakan
pada proses
FY dan PET,
PT. SK Keris
(800 USRT)

temperature dan tekanannya diturunkan lagi


(siklus) sehingga menghasilkan Freon dingin
yang akan digunakan untuk mendinginkan air.
Mesin absorber sebanyak 2 unit dengan
kapasitas 1.500 USRT. Pada awalnya air dari
Water Treatment yang melalui proses vakum,
dicampur dengan Lithium Bromide sehingga
menjadi campuran yang bertemperatur rendah
kemudian campuran tersebut digunakan untuk
mendinginkan air.

Kondisi Umum Utility

4.2.1.2.1 Kondisi Lantai


Lantai terbuat dari beton yang di cat epoxy, kondisinya kering tetapi
terkadang basah karena adanya kegiatan kebersihan dari cleaning service. Kondisi
lantai yang basah tidak mempengaruhi kegiatan di unit ini karena seluruh
karyawan baik mekanik, elektrik, operator dan cleaning service memakai alat
pelindung diri (sepatu safety). Daerah-daerah bahaya/dilarang untuk dilewati
ditandai dengan adanya Safety line berwarna terang (kuning dan hitam).
4.2.1.2.2 Kondisi Mesin
Sebagian besar mesin-mesin yang ada di Unit Utility bekerja secara
otomatis dan dipantau/dijaga oleh operator yang selalu stand by. Setiap jamnya
dilakukan pencatatan dari hasil pengukuran mesin-mesin tersebut oleh operator.
Keadaan mesin terhadap tinggi badan dan jangkauan mekanik atau elektrik atau
operator dalam menjalankan pekerjaannya sudah sesuai. Setiap tahun dilakukan
Overhaul dan pembersihan panel listrik di Unit ini. Akan tetapi, karena semua

49

mesin yang ada di unit ini berjumlah banyak, maka Overhaul dilakukan setiap hari
secara bertahap pada mesin-mesin yang berbeda.
4.2.1.2.3 Alat Angkat
Unit ini mengunakan crane sebagai alat angkat Air Compressor Machine
dan kereta dorong sebagai alat angkat untuk Cooling Tower parts.
4.2.1.3

Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Utility


Di Unit Utility terdapat berbagai jenis Alat Pelindung Diri yang

digunakan serta perlengkapan pemadam kebakaran. Berikut ini adalah daftar alat
pelindung diri dan penanganan kebakaran di Unit Utility.
4.2.1.3.1

Daftar Alat Pelindung diri di Utility


Alat Pelindung diri yang terdapat disetiap bangunan Utility adalah

sarung tangan, ear plug, helmet dan safety shoes. APD seperti respirator, full face
protector dan vynil gloves terdapat di lokasi tertentu yang berpotensi
menimbulkan bahaya kimia, debu dan api listrik. Daftar APD Utility dijelaskan
pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Jenis Alat Pelindung Diri Unit Utility
Building

Jenis APD

Water Treatment

Respirator, helmet, safety shoes, gloves

Turbo Chiller

Ear plug, helmet, safety shoes

Air Compressor

Ear plug, helmet, safety shoes, full face protector

Diesel Generator

Ear plug, helmet, safety shoes, full face protector

Package Boiler

Ear plug, helmet, safety shoes, respirator, masker

Waste Water Treatment

Respirator, helmet, safety shoes, gloves

50

4.2.1.3.2

Penanganan Kebakaran di Utility


Untuk memadamkan api karena kebakaran, dilengkapi dengan Alat

Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Pemadam Api Berat (APAB), Hidran Air
dan Foam Tank. Disetiap daerah yang dinilai dapat memicu api dilengkapi dengan
alat pemadam kebakaran, sifat disekeliling daerah tersebut disesuaikan dengan
jenis pemadam. Secara berkala, setiap bulan dilakukan pemeriksaan terhadap alat
pemadam tersebut dan dilakukan pelatihan setiap tahun terhadap semua karyawan,
pelatihan memadamkan api dan cara menghadapi keadaan darurat atau evakuasi.
APAR berisi Powder dan Gas, APAB berisi Gas, Foam tank berisi
busa dan hidran berisi air. Sumber air hidran berasal dari utility. Agar kebakaran
dapat cepat diketahui, disetiap tempat yang berbahaya dilengkapi dengan detector,
jenis detector yaitu smoke detector dan heat detector. Bila ada api di lokasi
detector, maka detector ini akan mengirim sinyal ke Control Room, sehingga
kejadian kebakaran dilokasi tertentu dapat segera diketahui. Setiap tahunnya
diadakan pelatihan pemadam kebakaran pada seluruh karyawan produksi di PT.
SK Keris. Pelatihan tersebut berupa pelatihan penggunaan APAR dan hydrant.
4.2.1.4

Kecelakaan Kerja

4.2.1.4.1 Angka Kecelakaan Kerja


Kasus kecelakaan kerja di PT. SK Keris adalah 14 kasus tahun 2005,
kemudian menurun menjadi 7 kasus pada tahun 2006, meningkat lagi menjadi 11
kasus tahun 2007, menurun menjadi7 kasus tahun 2008 dan terdapat 3 kasus
hingga pertengahan tahun 2009 (Gambar 5). Kasus kecelakaan yang terjadi ada 2
jenis yaitu kasus kecelakaan di tempat kerja dan kasus kecelakaan lalu lintas

51

(kecelakan akibat hubungan kerja). Angka kejadian kecelakaan kerja dijelaskan


pada Gambar 5.

Gambar 5
Angka Kejadian Kecelakaan Kerja di PT. SK KERIS Tahun 2005 2009
Jumlah kasus kecelakaan kerja di Utility tahun 2005 adalah 1 kasus, 2
kasus pada tahun 2007, 1 kasus pada tahun 2008 dan kasus hingga pertengahan
2009. Kejadian kecelakaan kerja di Utility sangatlah sedikit tetapi Utility
merupakan sumber bahaya potensial yang sangat fatal (Gambar 6).

Gambar 6
Angka Kejadian Kecelakaan Kerja di Utility PT. SK KERIS Tahun 2005
2009

52

Selama periode 2005 2009, kasus kecelakaan kerja di PT. SK Keris


yang mengakibatkan kematian hanya terjadi di Unit Utility (kecelakaan kerja di
tempat kerja). Kasus kematian yang lain disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
Oleh karena itu, identifikasi bahaya dan penilaian risiko sangat penting untuk
dilakukan di unit ini mengingat unit ini adalah penghasil sumber energy listrik
utama industri, sehingga sangat rentan terhadap kejadian kecelakaan kerja.
4.2.1.4.2 Jenis Kecelakaan Kerja PT. SK Keris
Dilihat dari segi terjadinya kecelakaan, kecelakaan di PT. SK Keris
dibagi atas 3 jenis yaitu, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan yang berhubungan
mesin dan kecelakaan yang bukan disebabkan karena hubungan mesin. Pada
tahun 2005, 2006 dan 2008, kasus kecelakaan kebanyakan akibat kecelakaan lalu
lintas. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2009, kecelakaan akibat hubungan mesin
lebih dominan.
Brikut ini adalah gambar jenis kecelakaan kerja di PT. SK. Keris Tahun
2005 2009 (Gambar 7).
Jenis Kecelakaan Kerja di PT. PT. SK Keris Tahun 2005 2009

Gambar 7
Jenis Kecelakaan Kerja di PT. PT. SK Keris Tahun 2005 2009.

53

Dilihat dari segi pertolongannya, jenis kecelakaan di Utility terbagi


atas 33% Lost Time Injury, 17% kematian, 17% recordable accident dan
33% pertolongan pertama pada kecelakaan, seperti pada gambar 8 dibawah
ini.

Gambar 8
Persentase Jenis Kecelakaan Kerja di Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2005 2009

4.2.1.5

Audiometri
Sebagian besar mesin-mesin produksi di setiap menghasilkan tingkat

kebisingan yang tinggi bahkan melebihi batas NAB (Nilai Ambang Batas)
kebisingan. Pengukuran Audiometri dilakukan pada seluruh karyawan PT. SK
Keris baik karyawan produksi maupun karyawan kantor seperti hasil audiometri
(Gambar 9) berikut.

54

Gambar 9
Pengukuran Audiometri Seluruh Karyawan PT. SK Keris Tahun 2008
Hasil pengukuran audiometri seluruh karyawan PT. SK Keris maka
diperoleh sebanyak 79, 89% karyawan mengalami gangguan fungsi pendengaran
dan 20,11% normal. sedangkan di unit utility sendiri 57% adalah normal, 30,6 %
mengalami gangguan pendengaran dan 19,14 % belum teridentifikasi.
Hasil pengukuran Audiometri di Unit Utility dapatdilihat pada Gambar 10 berikut.

Gambar 10
Pengukuran Audiometri Karyawan Unit Utility PT. SK Keris Tahun 2008

55

4.2.1.6

Pengukuran Kebisingan
Kebisingan di Utility dihasilkan oleh mesin-mesin yang bekerja.

Kebisingan yang dihasilkan setiap mesin berbeda tergantung dari kapasitas mesin
tersebut. Kebisingan setiap mesin di utility sudah melampaui NAB (Nilai Ambang
Batas) kebisingan. Berikut adalah pengukuran kebisingan Utility 2009 (Tabel 12).
Tabel. 12. Pengukuran Kebisingan di Utility Unit Mei 2009
Section

Location
Turbo Chiler
Air Compressor

Utility

Result
(dB)
94.3

Remarks

98.5

Diatas NAB
Diatas NAB

Diesel Generator

103.4

Diatas NAB

Gas Engine

108.5

Diatas NAB

Kebisingan paling tinggi dihasilkan oleh mesin Gas Engine, Diesel


Generator, Air Compressor dan yang terakhir adalah Turbo Chiller. Pengendalian
akibat kebisingan yang telah dilakukan adalah adanya APD berupa ear plug.
4.2.2

Klasifikasi Aktivitas Kerja di Utility

4.2.2.1 Mechanician (mekanik)


Mekanik adalah pekerja yang bertugas memperbaiki (Overhaul) dan
membersihkan mesin. Mekanik bertugas setiap hari mulai jam 08.00
17.00 (daily)
4.2.2.2 Electrician (elektrik)
Elektrik adalah pekerja yang bertugas memperbaiki dan membersihkan
panel-panel listrik dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan arus
listrik. elektrik bertugas setiap hari mulai jam 08.00 17. 00 (daily)

56

4.2.2.3 Operator
Operator adalah pekerja yang bertugas mengontrol semua kerja mesin
melalui kontrol otomatis dan pada waktu tertentu mencatat dan
memeriksa kondisi mesin secara langsung. Operator bertugas secara
shift.
4.2.2.4 Clening Service
Cleaning Service adalah pekerja yang bertugas membersihkan lantai
ruangan mesin agar tidak berdebu dan tetap bersih
4.2.3 Identifikasi Bahaya di Utility
Identifikasi Bahaya dilakukan di seluruh area di Unit Utility, mulai dari
area Water Treatment, Diesel Generator, Air Compressor, Cooling Water, Boiler
hingga Waste Water Treatment. Berikut ini adalah daftar identifikasi bahaya Unit
Utility (Tabel 13).
Tabel 13. Daftar Identifikasi Bahaya di Unit Utility
No
(1)

Identifikasi Aktivitas

Lokasi

(2)
(3)
2 orang Crusher/pekerja Coal Station
mengangkat sak/karung
juga menggunakan drum
yang dipotong untuk
memasukkan batu bara ke
penggilingan,
menaiki
tangga
yang
tidak
memiliki pegangan
1
orang
crusher Coal Station
memecahkan batu bara
dengan palu persis di atas
mesin penggiling batu
bara yang sedang berputar

Identifikasi Bahaya

Risiko

(4)

(5)
Pekerja
dapat Kaki dan tangan
terjatuh, terpeleset.
terkilir,
tertimpa
karung batu bara,
sakit punggung.

Tangan
pekerja Cacat/kehilangan
dapat ikut tergilas anggota atau fungsi
mesin
tubuh

57

Pada
waktu-waktu Coal Station
tertentu saat bekerja,
pekerja
tidak
menggunakan
masker
penutup hidung dan mulut
Operator menaiki tangga Coal Boiler
tanpa hand-rail dengan
tinggi 3 meter menuju
mesin Coal Boiler
Balok yang terbuat dari
besi menghalangi jalan
tangga menuju lantai 2
gedung Air Compressor.
Jarak antara palang besi
dengan tangga kira-kira
1,5 meter
Semua aktivitas dalam
gedung terpapar oleh
bising yang dihasilkan
oleh mesin
Iklim di tempat
cenderung panas

Air
Compressor

Air
Compressor,
Diesel
Generator,
Gas Engine
kerja Diesel
Generator

Pekerja
dapat
terpapar serbuk/debu
batu bara jika terlalu
sering
membuka
masker pada saat
bekerja
Jika terjatuh, dapat
menyebabkan tangan
dan kaki terkilir
bahkan
kepala
terbentur ke lantai

Bising
yang
dihasilkan
oleh
mesin melebihi Nilai
Ambang Batas (> 85
dB)
Menyebabkan
kondisi kerja buruk

Banyaknya debu akibat Diesel


dari proses kerja mesin
Generator,
Air
Compressor

Menyebabkan
kondisi kerja buruk

Terjepit
engine parts

Membersihkan Cylinder Overhaul


Head Air Compressor,
maka
engine
parts
diangkat
dengan
menggunakan crane

Mengisi Oli

Luka
ringan,
memar,
sakit
punggung terkilir
dan cidera pada
kepala

Kepala bisa terbentur Pusing, cidera pada


palang besi
kepala

10

Gangguan fungsi
pernapasan.
Paparan 10 tahun
menyebabkan
Pneumoconiosis

Dapat
menyebabkan
penurunan fungsi
pendengaran
bahkan ketulian
Menyebabkan
cepat lelah, kurang
konsentrasi, cepat
kehilangan cairan
tubuh/dehidrasi
Kurang focus pada
pekerjaan,
gangguan
pernapasan
fraktur ringan pada
kaki

Lube
Oil Tetesan oli yang Tergelincir
dan
Sump Tank
tidak
segera jatuh luka ringan
dibersihkan
dapat dan memar
menyebabkan
jalanan licin

58

11

Menggerinda permukaan Overhaul


mesin

Terluka
putaran
wheel

12

Pemasangan
mesin

kembali Overhaul

Terjepit spring valve

Luka ringan pada


tangan

Memperbaiki kebocoran D/G, A/C


pipa pada ruangan bergas

Mengelas pipa di
ruangan bergas dapat
menimbulkan
kebakaran

Menimbulkan
kematian
dan
kerusakan/kerugian
akibat kebakaran

Membersihkan
Parts dengan
cleaner

Menyentuh
panel Memungkinkan
parts secara tidak tersengat
arus
sengaja
listrik dan dapt
juga menyebabkan
kerusakan
Panel
sehingga
mengganggu kerja
sistem electricity
perusahaan.

13

Panel Panel Station


vacuum

14

15

16

17

karena Teriris dan


Grinding- ringan

luka

Mengisi chemical (PAC) Water


ke
dalam
tank. Treatment
Meninggalkan/meletakkan
karung di atas tank
penampungan

Dapat melukai orang Luka ringan dan


yang
berada
di memar
bawah tank dan isi
karung
dapat
sewaktu-waktu jatuh
dan masuk ke dalam
tank

Tangga dan dasar kayu Water


pada tank PAC, NaOH Treatment
dan HCl sangat rapuh.
dan jalan tersebut tidak
memiliki pegangan (handgrip)

Pekerja yang sedang Luka ringan, sakit


menggunakan tangga pada punggung dan
dan jalan tersebut memar
bisa
terperosok
bahkan jatuh

Pekerja
yang
berhubungan
langsung
dengan bahan kimia PAC
(Poly
Aluminium
Chloride)

Kontak
langsung
pengguaan
bahan
kimia
ini
dapat
terkontaminasi
melalui mata, saluran
pernapasan,
dan
pencernaan

Water
Treatment
dan
Waste
Water
Treatment

Dpt menyebabkan
iritasi mata, bila
terhirup
dpt
menyebabkan
iritasi pernapasan,
iritasi pencernaan
ringan, pemaparan
kronis
dpt
menyebabkan erosi
pada gigi

59

Pekerja
yang
berhubungan
langsung
dengan
bahan
kimia
NaOH
(Sodium
Hydroxide)

Water
Treatment
dan
Waste
Water
Treatment

Kontak
langsung
pengguaan
bahan
kimia
ini
dapat
terkontaminasi
melalui mata, saluran
pernapasan,
dan
pencernaan

Pekerja
yang
berhubungan
langsung
dengan bahan kimia HCl
(Hydrocloric Acid)

Water
Treatment
dan
Waste
Water
Treatment

Kontak
langsung
pengguaan
bahan
kimia
ini
dapat
terkontaminasi
melalui mata, saluran
pernapasan,
dan
pencernaan

18

19

Iritasi pernapasan
bahkan kerusakan
paru, iritasi mata
bahkan kebutaan,
iritasi
kulit
berkelanjutan, luka
pada
mulut,
tenggorokan, perut,
dapat
menimbulkan
kematian.
Iritasi
dan
kerusakan
permanen
pada
mata, pernapasan
(batuk,sesak napas,
hidung
berair
bahkan kematian),
penecernaan
(apabila terminum
menyebabkan
panas pada mulut,
tenggoraokan,
perut, kematian),
pemaparan kronis
menyebabkan erosi
pada gigi

4.2.4 Penilaian Risiko


Setelah melakukan Idetifikasi Bahaya, maka bahaya yang didapat akan
dinilai menurut 3 aspek yaitu, paparan, peluang dan konsekuensi bahaya tersebut.
Nilai dari masing-masing aspek itu akan dikalikan kemudian akan menghasilkan
tingkatan risiko yang berbeda-beda. Berikut ini adalah Penilaian Risiko di Utility
(Tabel 14).

60

Tabel 14. Penilaian Risiko di Unit Utility


No

Aktivitas

(1)
(2)
1
2
orang
Crusher/pekerja
mengangkat
sak/karung
juga
menggunakan drum
yang dipotong untuk
memasukkan
batu
bara ke penggilingan,
menaiki tangga yang
tidak
memiliki
pegangan
2
1 orang crusher
memecahkan
batu
bara dengan palu
persis di atas mesin
penggiling batu bara
yang sedang berputar

Paparan
(E)

Penilaian Risiko
Peluang
Konsekuensi
(L)
(C)

Tingkatan
Risiko
(E x L x C)
(6)

(3)
6
Berkala
Pekerja
tidak
melakukan
pekerjaan yang
sama
setiap
waktu, pekerja
melakukan
pergantian tugas

(4)
0.1
Jarang
Kecelakaan
belumpernah
terjadi
sebelumnya
tetapi memiliki
kemungkinan

(5)
2
Minor
Dapat
meyebabkan
memar
dan
luka ringan

6
Berkala
Pekerja
tidak
melakukan
pekerjaan yang
sama
setiap
waktu, pekerja
melakukan
pergantian tugas
6
Berkala
Pemecah
batu
bata aan terpapar
debu batu bara
selama bekerja

0.1
Jarang
Kecelakaan
belumpernah
terjadi
sebelumnya
tetapi memiliki
kemungkinan

20
Fatal
Dapat
menyebabkan
12
patah tulang,
cacat/kehilang Risiko Tinggi
an
fungsi
tubuh bahkan
kematian
10
Major
Menyebabkan
18
gangguan
pernapasan
Risiko Tinggi
seperti
Pneumoconios
is
10
Major
18
Dapat
menyebabkan
Risiko Tinggi
luka ringan,
memar,
dan

Pada
waktu-waktu
tertentu saat bekerja,
pekerja
tidak
menggunakan masker
penutup hidung dan
mulut

Operator
menaiki
6
tangga tanpa handBerkala
rail dengan tinggi 3 Operator
meter menuju mesin memeriksa
Coal Boiler
keadaan mesin
hampir setiap 1

0.3
Sedang
Pekerja dibagi
dalam system
shift kerja

0.3
Sedang
Ada 2 operator
yang bertugas
sehingga
menggunakan

1.2
Risiko Rendah

61

jam sekali

Balok yang terbuat


dari
besi
menghalangi
jalan
tangga menuju lantai
2
gedung
Air
Compressor.
Jarak
antara palang besi
dengan tangga kirakira 1,5 meter

Semua
aktivitas
dalam
gedung
terpapar oleh bising
yang dihasilkan oleh
mesin

Iklim di tempat kerja


cenderung panas

Banyaknya
akibat dari
kerja mesin

tangga tersebut benturan pada


secara
kepala
jika
bergantian
terjatuh

6
Berkala
Tangga
digunakan untuk
keperluan
tertentu

0.3
Sedang
Lantai
2
bangunan
digunakan
banyak pekerja
mulai
dari
operator,
mekanik,
electric hingga
supervisor
6
0.3
Berkala
Sedang
Paparan
Hampir setiap
dirasakan
kegiatan
sepanjang
jam dilakukan
di
kerja,
ada dalam
kalanya
bangunan, tetapi
pekerjaan
tidak semuanya
dilakukan diluar
gedung
6
0.6
Berkala
Sering
Paparan terjadi Hampir setiap
sepanjang
jam kegiatan
kerja di dalam dilakukan
di
bangunana
dalam bangunan

debu
10
0.3
proses Terus-menerus
Sedang
Paparan terjadi Adanya

2
Minor
Dapat
menyebabkan
kepala pusing,
3.6
luka ringan,
memar
Risiko Sedang

10
Major
Menyebabkan
penurunan
18
fungsi
pendengaran
Risiko Tinggi
bahkan
kehilangan
fungsi
pendengaran
5
Sedang
Dapat
menyebabkan
kurang
18
konsentrasi
pada
Risiko Tinggi
pekerjaan
sehingga dapat
menyebabkan
kecelakaan
lain
5
15
Sedang
Dapat
Risiko Tinggi

62

sepanjang
kerja

jam kegiatan
kebersihan
gedung setiap
hari

Banyaknya
akibat dari
kerja mesin

debu
10
proses Terus-menerus
Paparan terjadi
sepanjang
jam
kerja

Membersihkan
3
Cylinder Head Air
Tertentu
Compressor,
maka Kegitan
engine parts diangkat dilakukan pada
dengan menggunakan waktu Overhaul
crane

10

Mengisi Oli

3
Tertentu
Kegitan
dilakukan pada
waktu Overhaul

11

Menggerinda
permukaan mesin

3
Tertentu
Kegitan
dilakukan pada
waktu Overhaul

menyebabkan
gangguan
pernapasan,
gangguan
konsentrasi
pada
pekerjaan
0.3
5
Sedang
Sedang
Adanya
Dapat
kegiatan
menyebabkan
15
kebersihan
gangguan
gedung setiap pernapasan,
Risiko Tinggi
hari
gangguan
konsentrasi
pada
pekerjaan
5
0.6
Sedang
Sering
Dapat
Overhaul
dilakukan pada menyebabkan
9
setiap
mesin luka terbuka
dan
fraktur
sehinga
Risiko Sedang
ringan
kegiatan
dilakukan setiap
hari pada mesin
yang berbeda
0.1
2
Jarang
Minor
0.6
Lantai
setiap Terpeleset
hari dibersihkan menyebabkan
Risiko Rendah
petugas
memar
dan
luka ringan
0.6
2
Sering
Minor
Overhaul
Menyebabkan
3.6
dilakukan pada luka ringan
setiap
mesin
Risiko Sedang
sehinga
kegiatan

63

12

Pemasangan kembali
mesin

13

Memperbaiki
kebocoran pipa pada
ruangan bergas

14

Membersihkan Panel
Parts dengan vacuum
cleaner

15

Mengisi
chemical
(PAC) ke dalam tank.
Meninggalkan/meleta
kkan karung di atas
tank penampungan

16

Tangga dan dasar


kayu pada tank PAC,

dilakukan setiap
hari
pada
mesin-mesin
yang berbeda
3
0.6
2
Tertentu
Sering
Minor
Kegitan
Overhaul
Luka ringan
dilakukan pada dilakukan pada karena terjepit
3.6
waktu Overhaul setiap mesin shg
kegiatan
Risiko
dilakukan setiap
Sedang
hari
pada
mesin-mesin
yang berbeda
3
0.1
20
Tertentu
Jarang
Fatal
Perbaikan
Kejadian tidak Menyebabkan
6
diadakan pada dapat diprediksi kebakaran,
saat
terjadi
kematian dan
Risiko Sedang
kebocoran
kerugian
akibat
kebakaran
3
0.6
20
Tertentu
Sering
Fatal
Membersihkan Untuk
Dapat
panel dilakukan membersihkan menyebabkan
36
1 kali dalam panel
dengan kematian jika
seminggu
vacuum cleaner tersengat arus
Ekstrim
dibutuhkan
listrik
jarak
yang
cukup dekat
1
0.1
2
Jarang
Sedang
Minor
Tidak
banyak Pengisian PAC Luka ringan
0.2
dilalui
oleh ke
dalam akibat
pekerja
servise
tank tertimpa
Risiko Rendah
dilakukan
1 karung
minggu sekali
6
0.3
5
9
Berkala
Sedang
Sedang

64

NaOH
dan
HCl
sangat rapuh. dan
jalan tersebut tidak
memiliki pegangan
(hand-grip)

Dasar pijakkan
yang terbuat dari
kayu
sudah
rapuh
sekali
bahkan serpihan
kayu sudah jatuh
3
Tertentu
Pengisian PAC
dilakukan
1x
seminggu

Jadwal
pengisian bahan
kimia ke dalam
sorage
tank
adalah
1x
sebulan
0.3
Sedang
Peluang
akan
terjadi
pada
waktu pengisian

17

Pekerja
yang
berhubungan
langsung
dengan
bahan kimia PAC
(Poly
Aluminium
Chloride)

18

Pekerja
yang
3
0.3
berhubungan
Tertentu
Sedang
langsung
dengan Pengisian NaOH Peluang
akan
bahan kimia NaOH dilakukan
1x terjadi
pada
(Sodium Hydroxide) seminggu
waktu pengisian

19

Pekerja
yang
3
0.3
berhubungan
Tertentu
Sedang
langsung
dengan Pengisian HCl Peluang
akan
bahan kimia HCl dilakukan
1x terjadi
pada
(Hydrocloric Acid)
seminggu
waktu pengisian

Risiko Sedang
Menyebabkan
luka ringan,
memar, luka
terbuka
dan
fraktur ringan
10
Major
iritasi
mata,
iritasi
9
pernapasan,
iritasi
Risiko Sedang
pencernaan
ringan, erosi
pada gigi.
20
Fatal
kerusakan
paru,
kebutaan,
iritasi
kulit
18
berkelanjutan,
luka
pada Risiko Tinggi
mulut,
tenggorokan,
perut,
dapat
menimbulkan
kematian.
20
Fatal
Iritasi
dan
kerusakan
permanen
18
pada
mata,
pernapasan,
Risiko Tinggi
iritasi
pencernaan
bahkan
kematian,
erosi pada gigi

65

Berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan, didapatlah 4 macam risiko


dengan nilai yang berbeda, di urutan pertama terdapat Risiko Tinggi (High Risk)
sebesar 42,10%, urutan kedua terdapat Risiko Sedang (Medium Risk) sebesar
36,84%, urutan ketiga terdapat Risiko Rendah (Low Risk) sebesar 15,7% dan yang
keempat adalah Risiko Ekstrim (Extreme Risk) sebesar 5,26% seperti Gambar 11.

Gambar 11
Tingkatan Risiko di Unit Utility

4.2.5 Pengendalian Risiko


Tingkatan risiko yang dihasilkan dari Penilaian risiko kemudian dilihat
pengendalian yang sudah ada (existing control), apabila masih kurang maka perlu
dibuat pengendalian tambahan (additional control) seperti pada Tabel 15 berikut
ini.

66

Tabel 15. Pengendalian Risiko


No

Identifikasi Aktivitas

Tingkatan
Risiko
(3)

Existing
Control
(4)
Alat Pelindung
Diri
seperti
helmet
dan
safety shoes

(1)
(2)
1
2 orang Crusher/pekerja
mengangkat
sak/karung
juga menggunakan drum
1.2
yang
dipotong
untuk
Risiko
memasukkan batu bara ke
Rendah
penggilingan,
menaiki
tangga yang tidak memiliki
pegangan
2
1
orang
crusher
Alat Pelindung
memecahkan batu bara
Diri
seperti
dengan palu persis di atas
sarung tangan
12
mesin penggiling batu bara
Risiko Tinggi
yang sedang berputar

Additional Control
(5)
Engineering Control:
Pemasangan hand-rail
dan conveyor

Administrative
Control: melakukan
pemecahan batu bara
dahulu di tempat lain
kemudian pecahannya
dimasukkan ke dalam
penggilingan
Administrative
Control:
Inspeksi/pengawasan
K3
Administrative
Control:
Safety sign/warning

Pada waktu-waktu tertentu


Alat Pelindung
saat bekerja, pekerja tidak
18
Diri
seperti
menggunakan
masker Risiko Tinggi respirator dan
penutup hidung dan mulut
masker
Operator menaiki tangga
Alat Pelindung
tanpa hand-rail dengan
18
Diri
seperti
tinggi 3 meter menuju
Major
helmet
dan
mesin Coal Boiler
safety shoes
Alat Pelindung Engineering Control:
2 orang Crusher/pekerja
mengangkat
sak/karung
Diri
seperti Pemasangan hand-rail dan
juga menggunakan drum
helmet
dan conveyor
1.2
yang
dipotong
untuk
safety shoes
Risiko
memasukkan batu bara ke
Rendah
penggilingan,
menaiki
tangga yang tidak memiliki
pegangan
Balok yang terbuat dari besi
Alat Pelindung Administrative Control:
menghalangi jalan tangga
3.6
Diri
seperti Safety sign/warning
menuju lantai 2 gedung Air Risiko helmet
dan
Compressor. Jarak antara Sedang safety shoes
palang besi dengan tangga
Administrative

67

kira-kira 1,5 meter

10

11

Control: safety
line pada balok
besi
Semua aktivitas dalam
Alat Pelindung Administrative Control:
gedung terpapar oleh bising
18
Diri seperti ear- Meluangkan waktu untuk
yang dihasilkan oleh mesin Risiko plug
keluar gedung dalam
Tinggi
beberapa saat pada waktu
renggang bekerja
Iklim di tempat kerja
Engineering
Admnistrative
Control:
cenderung panas
Control:
Meluangkan waktu untuk
Exhaust
Fan, keluar gedung dalam
18
ventilation and beberapa saat pada waktu
Risiko
opened doors
renggang dlm bekerja,
Tinggi
penyediaan air minum
yang cukup di dalam
ruangan
Banyaknya debu akibat dari
Alat Pelindung Administrasi
Control:
proses kerja mesin
Diri
seperti adanya
pengawasan
masker.
penggunaan masker.
15
Administrative
Risiko
Control Seperti
Tinggi
adanya
kebersihan
setiap hari
Mengisi Oli
Alat Pelindung Admnistrative
Control:
Diri
seperti adanya Instruksi Kerja
safety
shoes. yang benar dan adanya
9
Administrative pengawasan
Risiko
Control seperti
Sedang
adanya
kebersihan
setiap hari
Menggerinda permukaan
0.6
Alat Pelindung Administrative Control:
mesin
Diri
seperti adanya Instruksi Kerja
Risiko sarung tangan
yang benar dan adanya
Rendah
pengawasan
Pemasangan kembali mesin
Alat Pelindung Administrative Control:
3.6
Diri
seperti adanya Instruksi Kerja
Risiko
sarung tangan
yang benar dan adanya
Sedang
pengawasan

68

12

Membersihkan Cylinder
Head Air Compressor,
maka engine parts diangkat
dengan menggunakan crane

13

Memperbaiki
kebocoran
pipa pada ruangan bergas

14

Membersihkan Panel Parts


dengan vacuum cleaner

15

Mengisi chemical (PAC) ke


dalam
tank.
Meninggalkan/meletakkan
karung di atas tank
penampungan
Tangga dan dasar kayu
pada tank PAC, NaOH dan
HCl sangat rapuh. dan jalan
tersebut tidak memiliki
pegangan (hand-grip)
Pekerja yang berhubungan
langsung dengan bahan
9
kimia
PAC
(Poly Risiko
Aluminium Chloride)
Sedang

16

17

18

19

Pekerja yang berhubungan


langsung dengan bahan
kimia NaOH (Sodium
Hydroxide)
Pekerja yang berhubungan
langsung dengan bahan
kimia HCl (Hydrocloric
Acid)

Alat Pelindung
3.6
Diri
seperti
Risiko
sarung tangan
Sedang
dan safety shoes
Engineering
Control seperti
6
Fire
Alarm,
Risiko
Heat Detector,
Sedang
Hydrant
dan
APAR
Alat Pelindung
36
Diri
seperti
Ekstrim sarung tangan
dan goggles
Engineering
0.2
Control adanya
Risiko pembatasan
Rendah area
dengan
pagar
Alat Pelindung
4.5
Diri
seperti
Risiko helmet
dan
Sedang safety shoes

18
Risiko
Tinggi

18
Risiko
Tinggi

Alat Pelindung
Diri
seperti
sarung tangan,
respirator dan
safety shoes
Alat Pelindung
Diri
seperti
sarung tangan,
respirator dan
safety shoes
Alat Pelindung
Diri
seperti
sarung tangan,
respirator dan
safety shoes

Administrative Control:
adanya Instruksi Kerja
yang benar dan adanya
pengawasan
Administrative Control:
adanya Instruksi Kerja
yang benar dan adanya
pengawasan

Administrative Control:
adanya Instruksi Kerja
yang benar dan adanya
pengawasan
Administrative Control:
adanya Instruksi Kerja
yang benar dan adanya
pengawasan
Substitusi Control seperti
menganti dasar kayu
dengan dasar yang lebih
kokoh dan kuat serta
memasang hand-grip
Administrative Control:
adanya Instruksi Kerja
yang benar dan adanya
pengawasan
Administrative Control:
adanya Instruksi Kerja
yang benar dan adanya
pengawasan
Administrative Control:
adanya Instruksi Kerja
yang benar dan adanya
pengawasan

BAB V
PEMBAHASAN

5.1

Bahaya Potensial
Utility Unit adalah satu dari 6 unit yang berada di divisi produksi. Unit ini

merupakan Unit yang memiliki fungsi antara lain, penghasil listrik untuk semua
kegiatan industri dan keperluan kantor (Diesel Generator dan Gas Engine),
penghasil air berupa industrial water dan pure water (Water Treatment),
penghasil Uap (steam) untuk keperluan industri (Boiler), penghasil udara
bertekanan untuk keperluan industri (Air Compressor), penghasil Chilled Water
untuk pendingin ruangan dan keperluan industri lainnya (Turbo Chiller),
pemeliharaan limbah cair industri (Waste Water Treatment).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
didapatlah 5 sumber bahaya yang ada di Unit Utility yaitu lingkungan kerja,
energi, pekerjaan manual, plant dan zat kimia (Rudi Suardi, 2007:75).
Pertama, lingkungan kerja Unit Utility merupakan tempat yang dilalui oleh
banyak pekerja (supervisor, operator, mekanik, elektrik, cleaning service, bahkan
tamu). Semakin banyak akses ke lingkungan kerja, semakin besar pula peluang
terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini yang menjadikan lingkungan kerja menjadi
salah satu sumber bahaya potensial. Selain itu, temperatur di Unit Utility
cenderung panas yang disebabkan oleh mesin-mesin yang bekerja. Setiap mesin
menghasilkan panas, bunyi, getaran, debu, asap, bau dan kelembaban udara,
dimana semua faktor tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan lingkungan
kerja. Tingginya temperatur di tempat kerja mempengaruhi banyaknya kejadian
69

70

kecelakaan kerja karena para pekerja dapat menjadi malas, tidak senang, dan acuh
tak acuh terhadap pekerjaannya (Tulus Winarsunu, 2008:58).
Kedua, energi merupakan salah satu sumber bahaya potensial yang dapat
berakibat fatal tentunya. Bahaya potensial energi dapat bersumber dari daya listrik
(electrical), gravitasi, energy kinetik, getaran dan kebisingan. Daya listrik adalah
sumber daya yang paling umum dan fleksibel digunakan di industri dan
perumahan. Listrik juga mungkin yang paling berbahaya karena tidak tampak,
tidak berbau dan jika dirasakan, mungkin sudah terlambat. Unit Utility adalah unit
penghasil daya listrik utama di PT. SK Keris baik untuk keperluan industri
maupun keperluan kantor. Total energi yang dihasilkan Unit Utility adalah 18.000
KW/jam.
Pembangkit listrik dihasilkan oleh Diesel Generator dan Gas Engine .
Bahan bakar yang digunakan Diesel Generator adalah jenis IDO (Industrial
Diesel Oil) dan MFO (Marine Fuel Oil) yang mengalami proses pembakaran di
ruang bakar (Combustion Chamber) untuk menghasilkan tenaga untuk memutar
generator sehingga menghasilkan tenaga listrik untuk semua keperluan
perusahaan. Bahan bakar yang digunakan Gas Engine adalah jenis Gas LNG
(liquefied natural gas) untuk menghasilkan tenaga untuk memutar generator
sehingga menghasilkan tenaga listrik untuk semua keperluan perusahaan. Terlebih
lagi di Unit ini pernah terjadi kecelakaan kerja yang memakan korban jiwa akibat
tersengat listrik. Total tegangan yang dihasilkan unit ini adalah 6600 Volt.
Bahaya-bahaya yang dapat timbul akibat hubungan kelistrikan adalah kejut,
hangus, mata merah, kebakaran dan statik. Unit Utility juga menghasilkan energi

71

lain berupa uap yg digunakan untuk keperluan industri. Uap yang dihasilkan
berasal dari Gas Bolier, Coal Boiler dan Package Boiler. Bahan bakarnya berasal
dari batu bara dan IDO (Industrial Diesel Oil/solar). Untuk menghasilkan uap
keperluan industri maka diperlukan 10 ton batu bara perhari sehingga penggunaan
alat pelindung diri para pemecah batu bara perlu diperhatikan mengingat peluang
debu batu bara dapat berdampak buruk terhadap kesehatan terutama pada saluran
pernapasan.
Bentuk energi lain yang berbahaya adalah gravitasi. Bahaya yang dapat
ditimbulkan akibat gravitasi bumi adalah tertimpa benda, terjatuh, tersandung dan
tergelincir. Bahaya akibat gravitasi ini dapat terjadi di Unit tetapi tidak sering
terjadi dan risiko yang ditimbulkan pun adalah risiko rendah. Lain lagi bahaya
yang ditimbulkan akibat energi kinetik antara lain apabila pekerja menabrak suatu
benda atau tertabrak benda contohnya adalah menabrak palang besi yang terlalu
rendah yang berada di gedung Air Compressor.
Bahaya oleh getaran terjadi saat mesin atau alat yang dijalankan dengan
motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran mekanis dibedakan
berdasarkan jenis pajanannya, yaitu Getaran Seluruh Badan (Whole Body
Vibration) dan Getaran Alat-alat Lengan (Tool-Hand Vibration). Getaran yang
ada di Unit Utility adalah getaran yang disebabkan oleh mesin (motor) dan akibat
yang dirasakan oleh pekerja adalah gangguan kenikmatan dalam bekerja dan
mempercepat terjadinya kelelahan.
Bahaya energi terakhir adalah kebisingan. Berdasarkan hasil penelitian,
seluruh gedung yang merupakan bagian Unit Utility menghasilkan Kebisingan

72

diatas NAB (85 dB) yaitu antara 94,3 dB 108,5 dB, sehingga melewati syarat
NAB (KEP-51/MEN/1999). Kebisingan tertinggi pada bagian Gas Engine yaitu
sebesar 108,5 dB, ini sangat perlu perhatian khusus terutama pada bagian APD
para pekerja ditemmpat itu. Sedangkan hasil pengukuran audiometri tahun 2008
terhadap seluruh pekerja di Unit Utility ini dihasilkan 53% pekerja mengalami
gangguan pendengaran. Kebisingan dapat menyebabkan gangguan kenyamanan
dan konsentrasi dalam bekerja, gangguan komunikasi, menurunkan daya dengar
dan dapat menyebabkan ketulian (A. M. Sugeng Budiono, 2005:32).
Ketiga, penanganan manual adalah segala kegiatan mengangkut atau
menopang beban dengan tangan atau kekuatan tubuh yang berupa kegiatan
mengangkat , meletakkan, mendorong, menarik, membawa, atau memindahkan.
Dari korban cedera yang berasal dari penanganan manual, sebagian besar (dua
pertiganya) berupa ketegangan otot dan terkilir (John Ridley, 2008:257).
Penanganan manual ini hampir dilakukan oleh seluruh pekerja di Unit Utility
seperti mechanician, coal crusher hingga Cleaning Service. Penanganan manual
oleh mechanician (mekanik) dapat dilihat pada saat overhaul (bongkar-pasang
mesin), sedangkan pada coal crusher (pekerja pemecah batu bara) pekerjaan
manual dapat dilihat pada saat memecahkan batu bara dan mengangkat drum batu
bara secara berulang-ulang. Pekerjaan manual seperti mengangkat beban dan
melakukan pergerakan berulang ini (pekerja penghancur batu bara) dapat
mengakibatkan tegangan tubuh dan secara ergonomis dapat menimbulkan
kelelahan.

73

Keempat, di pabrik peralatan mesin dan peralatan manual juga


merupakan sumber yang dapat menimbulkan bahaya potensial. Penanganan
mekanik mengacu pada setiap sarana bermesin untuk memindahkan atau
mengangkat beban. Contoh yang paling umum adalah lift, termasuk penggerek
(hoist), kran (crane), ban berjalan (conveyor), truk bermesin termasuk yang tanpa
pengemudi (John Ridley, 2008:262).
Kelima, bahaya potensial yang terakhir adalah zat kimia industri terutama
yang digunakan di Unit Utility antara lain, kontak dengan zat kimia, debu, ledakan
dan gas. Kontak dengan zat kimia seperti PAC (Poly Aluminium Chloride), NaOH
(Sodium Hydroxide) dan HCl (Hydrocloric Acid) dapat menyebabkan iritasi mata,
bila terhirup dapat menyebabkan iritasi pernapasan, iritasi pencernaan ringan,
pemaparan kronis dapat menyebabkan erosi pada gigi. Sedangkan debu hasil
industri dan batu bara dapat menganggu pernapasan, akan tetapi hal ini telah
ditangani dengan adanya kegiatan kebersihan oleh cleaning service. Ledakan juga
merupakan bahaya potensial yang disebabkan banyaknya macam-macam gas,
tekanan dan panas. Ledakan N2 juga pernah menjadi salah satu kasus di Unit ini.
Gas-gas hasil kerja motor (mesin) seperti CO dan CO2 dapat menimbulkan
gangguan pernapasan.

5.2

Tingkatan Risiko
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap penilaian risiko adalah risiko

tinggi berada di peringkat tertinggi, kemudian risiko sedang, risiko rendah dan
risiko ekstrim. Penilaian dilakukan berdasarkan pertimbangan paparan, peluang

74

dan konsekuensi dari sumber bahaya yang dihasilkan. Setiap tingkatan risiko ini
akan ditetapkan pengendaliannya berdasarkan prioritas tertinggi maka didapatlah
4 macam risiko dengan nilai yang berbeda, di urutan pertama terdapat Risiko
Tinggi (High Risk) sebesar 42,10%, urutan kedua terdapat Risiko Sedang
(Medium Risk) sebesar 36,84%, urutan ketiga terdapat Risiko Rendah (Low Risk)
sebesar 15,7% dan yang keempat adalah Risiko Ekstrim (Extreme Risk) sebesar
5,26%. Berdasarkan hasil penilaian, risiko ekstrim berada diurutan terakhir tetapi
apabila dilihat dari dampak yang akan ditimbulkan, maka risiko ektrim perlu
diprioritaskan, karena pengendalian risiko dimulai dari risiko yang paling tinggi
kemudian ke risiko yang paling rendah (Safety Risk Management Procedures, The
University of Western Australia).
5.3 Pengendalian Risiko
Berdasarkan bahaya potensial yang teridentifikasi di Unit Utility maka
diperlukan pengendalian risiko. Pengendalian risiko diutamakan pada Risiko
Ekstrim dan Risiko Tinggi yang menghasilkan dampak yang sangat besar (Safety
Risk Management Procedures, The University of Western Australia)..
Risiko Ekstrim terdapat pada bagian electrical dimana kegiatannya
berhubungan dengan daya listrik dimana dapat menyebabkan kejut, hangus, mata
merah, kebakaran yang berujung kematian. Secara administratif, penanganan daya
listrik dapat dilihat dari beberapa point penting pada

Electricity at Work

Regulation 1989 ( John Ridley, 2008:272) dijelaskan sebagai berikut:

75

1.

Tugas-tugas dibebankan pada atasan dan orang yang bekerja sendiri untuk
mematuhi ketentuan peraturan, dan Pekerja untuk bekerjasama dengan
atasan dalam mematuhi ketentuan peraturan.

2.

Untuk mencegah bahaya, seluruh sistem harus dikonstruksikan dengan


benar dan harus dipelihara dengan baik

3.

Perlengkapan listrik yang bekerja di lingkungan yang ganas, harus didesain


dan dibangun untuk tahan menghadapinya

4.

Seluruh konduktor dan sistem harus di insulasi dan dilindungi

5.

Perlengkapan pelindung yang disediakan harus sesuai penggunaannya,


terpelihara dengan baik, dan digunakan dengan baik

6.

Tidak boleh ada perlengkapan listrik yang digunakan jika kelebihan


kapasitas dan kekuatannya mengakibatkan bahaya

7.

Konduktor yang mengakibatkan bahaya harus dibumikan atau dilindungi


dengan sarana lain

8.

Setiap sambungan (joint) dan koneksi harus kuat

9.

Ketika perlengkapan dimatikan agar tidak bekerja, tindakan pencegahan


harus dilakukan untuk memastikannya benar-benar telah mati

10.

Jika bekerja pada atau dekat dengan perkakas listrik, harus ada ruang kerja
yang cukup, akses yang memadai, dan pencahayaan yang cukup

11.

Jika pengetahuan teknis dibutuhkan untuk mencegah bahaya maka petugas


yang bekerja harus, memiliki pengetahuan tersebut, berpengalaman atau
mendapatkan pelatihan yang cukup.

76

Sedangkan yang termasuk risiko tinggi adalah kebisingan, debu, temperatur,


zat kimia, penanganan manual. Kebisingan seperti yang telah diketahui
dampaknya pada identifikasi bahaya sebelumnya harus dikendalikan dengan cara
pengendalian secara engineering control (penyekatan, isolasi mesin, penyerapan,
peredaman getaran, pembungkaman), pengendalian secara substitusi (mengganti
mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising, mendesain ulang dan
memodifikasi peralatan, atau dengan mengubah tata letak peralatan di area kerja)
akan memakan banyak biaya dan waktu sehingga diperlukan analisis lebih lanjut
oleh perusahaan.
Pengendalian administratif kecelakaan akibat kerja maupun penyakit akibat
kerja akibat bahan kimia berbahaya seperti PAC, NAOH dan HCl adalah
(Pedoman Penanganan PAC, NAOH dan HCl) antara lain, penyimpanan PAC,
simpan di tempat sejuk dan jauhkan dari sinar matahari, simpan ditempat yang
berventilasi baik, jauhkan dari bahan pengoksidasi atau bahan makanan,
hindarkan dari pemanasan yang menghasilkan gas H2S yang berbahaya.
Penyimpanan NaOH, simpan di kontainer tertutup rapat, lindungi dari
kerusakan fisik simpan di tempat kering dan berventilasi, tidak menyimpan
bersama Alumunium dan Magnesium, selalu menambahkan NAOH ke air, bukan
sebaliknya. Penyimpanan HCl, simpan di kontainer tertutup rapat, lindungi dari
kerusakan fisik simpan di tempat kering dan berventilasi, jauhkan dari sinar
matahari langsung, selalu menambahkan HCl ke air bukan sebaliknya (Tata Cara
Penyimpanan Bahan Kimia Perusahaan).

77

Debu industri hasil kerja mesin dapat menyebabkan gangguan pernapasan


dan ketidaknyamanan dalam bekerja dapat dikendalikan dengan cara, ventilasi
keluar setempat (local exhaust) dengan menggunakan alat penghisap agar debu
dapat dialirkan keluar, perawatan rumah tangga yang baik (good housekeeping)
meliputi kebersihan, pembuangan sampah, pencucian dan pengaturan tempat kerja
yang aman telah cukup dilakukan. Ventilasi umum yang dilakukan sudah cukup
baik dengan mengalirkan udara ke dalam ruang kerja agar kadar bahan berbahaya
dalam ruang kerja berkurang sangat efektif untuk mengatasi bahaya gas dan uap
tetapi tidak tepat untuk fume dan debu. Pengawasan dan pemantauan lingkungan
kerja yang dilakukan secara teratur dan terus menerus (A. M. Sugeng Budiono,
2005:138).
Pengendalian administratif lain yang tidak dapat diabaikan adalah perlunya
dibuat organisasi khusus yang menangani SMK3 (PER.5/MEN/1996 tentang
penerapan SMK3 di perusahaan). Oleh karenanya organisasi K3 hendaknya dapat
berdiri sendiri sehingga penanganan K3 dapat direalisasikan dengan baik oleh
petugas-petugas yang bersangkutan. Monitoring

pelaksanaan standar

keselamatan kerja (inspeksi dan patroli) secara rutin serta memelihara komunikasi
tentang pesan keselamatan kerja melalui media seperti poster, buletin, stiker,
bahkan mencontohkan dengan panutan, sangat perlu digalakkan agar keselamatan
dan kesehatan kerja dapat terjaga (John Ridley, 2008:57).
Penggunaan APD merupakan alternatif terakhir bila pengendalian yang laen
telah dilakukan. Seluruh tenaga kerja yang berada di unit ini sebaiknya dilengkapi
dengan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Untuk

78

menghindari kebisingan hendaknya para pekerja menggunakan sumbat telinga


(earplug) (gambar 12) atau penutup telinga (earmuff) (gambar 13) . APD untuk
mengatasi kebisingan dapat menggunakan earmuff (mengurangi kebisingan 4050
dB) tetapi pd unit ini pekerja menggunakan earplug (mengurangi kebisingan
hingga 30 dB) hanya saja tidak semua pekerja mendapat alat ini secara merata dan
disesuaikan dengan tempat kerjanya (Prabu, 2009:2). Oleh karena itu perlu
perhatian khusus untuk memfasilitasi pekerja dengan earplug serta adanya
pengawasan agar alat ini selalu terpasang setiap kali pekerja melakukan
pekerjaannya.

Gambar 12
Earplug

Gambar 13
Earmuff

Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia seperti PAC,


NaOH dan HCl sebaiknya menggunakan sarung tangan tahan bahan kimia (nitrile
gloves) (gambar 14), Chemical Cartridge Respirator (gambar 15) karena ada
pekerja yang hanya menggunakan sarung tangan biasa dan masker kain. Debu
industri hasil kerja mesin dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan

79

ketidaknyamanan dalam bekerja sehingga sebaiknya menggunakan alat pelindung


diri seperti dust,mist respirator (gambar 16).
Pada ruangan Coal Boiler ada pekerja yg menggunakan masker debu,
ada yang menggunakan baju yg diikat menutupi mulut. Hal ini menjadi perhatian
khususnya bagi perusahaan agar dapat menyediakan APD yang cukup dan
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan pekerja dan menjadi perhatian
juga bagi pekerja untuk merawat dan membersihakan APD yang disediakan
perusahaan.

Gambar 14
Nitrile Gloves

Gambar 15
Chemical Cartridge
Respirator

Gambar 16
Dust, mist Respirator

80

Selain itu, untuk pekerjaan manual dapat menggunakan alat pelindung diri
seperti kacamata las (gambar 17), sepatu keselamatan (gambar 18), helm
keselamatan (gambar 19), welding mask (gambar 20), face shield (gambar 21).

Gambar 17
Welding Goggles

Gambar 18
Safety shoes

Gambar 19
Safety helmet

Gambar 21
Face Shield

Gambar 20
Welding mask

81

APD pekerjaan manual, perusahaan telah menyediakan dengan baik, yang


perlu menjadi perhatian adalah perusahaan perlu meningkatkan pengawasan dan
pelatihan terhadap cara pemeliharaan dan perawatan APD agar perusahaan tidak
berulang-ulang menyediakan APD bagi pekerja yang tidak menjaga APD-nya
dengan baik.
5.4

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan

observasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi


tentang suatu keadaan secara obyektif yang bertujuan untuk membuat penilaian
terhadap suatu kondisi. Karena identifikasi dan penilaian risiko ini dilakukan
secara langsung oleh peneliti, maka ada hal-hal yang tidak dapat diidentifikasi
karena keterbatasan pengalaman peneliti.

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya maka disimpulkan bahwa:
1. Identifikasi bahaya yang dilakukan di Unit Utility menghasilkan 19 bahaya
yang teridentifikasi yang bersumber dari lingkungan kerja, energi, pekerjaan
manual, plant dan zat kimia.
2. Tingkatan risiko mulai dari yang terbanyak adalah tingkat risiko tinggi, risiko
sedang, risiko rendah dan ekstrim.
3. Pengendalian Bahaya dilakukan adalah pengendalian bahaya secara
administratif dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang disertai
pengawasan P2K3.

6.2 Saran
Saran yang ditujukan bagi PT. SK. Keris adalah sebagai berikut:
1. Perlu dibuat organisasi khusus yang menangani SMK3 sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.5/MEN/1996 tentang penerapan SMK3
di perusahaan sehingga identifikasi bahaya dan penilaian risiko dapat lebih
digalakkan.
2. Tingkatan risiko dapat dikurangi dengan cara

pembuatan Standar

Operasional Prosedur pada setiap bagian pekerjaan


pelaksanaan standar keselamatan kerja secara rutin.

82

dan monitoring

83

3. Pengendalian tambahan yang perlu dilakukan adalah dengan pengembangan


komunikasi tentang pesan keselamatan kerja serta perusahaan dihaerapkan
lebih memperhatikan kecukupan serta pemeliharaan APD para pekerja sesuai
dengan jenis pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmat Fathoni, 2006, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ahmad

Anshori, 2008, Kecelakaan Kerja Tertinggi


http://www.jamsostek.co.id, diakses 12 April 2008.

di

Dunia,

DK3N, 1993, Pedoman Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Audit K3),
Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi DATI I.
Edhie Sarwono, 2002, Green Company, Pedoman Pengelolaan Lingkungan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Astra Internasional
Tbk.
ILO, 2009, World Day For Safety and Health at Work 2009.
James E Dooley, 1990, Risk Analisys For Health and Environmental, Canada:
Halifax.
John Ridley, 2008, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta: Erlangga.
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES, 2007, Pedoman Penyusunan
SkripsiMahasiswa Program Strata 1.
LAI, 2005, ALKITAB, Jakarta: LAI
Lexy Moleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Prabu,
PT

2009, Alat Pelindung Telinga, http://putraprabu.wordpress.com/


2009/01/07/alat-pelindung-telinga/, diakses 28 Januari 2010.

Freeport Indonesia, 2008, Pelatihan HIRADC 2008 di PTFI,


http://www.ptfi.com/news/eBK/gen_ebk.asp?ed=20081022, diakses 10
Februari 2010.

Rudi Suardi, 2007, Manajemen Risiko Panduan Penerapan Berdasarkan


OHSAS 18001 dan Permenaker 05/1996, Jakarta: PPM.
Saffeway India, 2010, Personal Protective Equipment, www.saffewayindia.
com/ppe.htm, diakses 5 Januari 2010.

84

85

Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka


Cipta.
Sudigdo dan Sofyan Ismael, 2002, Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis,
83
Jakarta: Sagung Seto.
Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta
A. M. Sugeng Budiono, 1996, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Semarang:
UNDIP.
, 2005, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Semarang:
UNDIP.
Sugiyono, 2005, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta.
The University of Western Australia, 2010, Risk Management Procedures,
http://www.safety.uwa.edu.au/policies/safety_risk_management_proce
dures, diakses 2 Februari 2010.
Tjandra Yoga dan Tri Hastuti, 2006, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta:
UI Press.
Tulus Winarsunu, 2008, Psikologi Keselamatan Kerja, Malang: UMM Press.

86

87
LAMPIRAN 1
Company Risk Assesment

No

Identify The
Activity

Identify The
Hazards

Identify Risks
(Associated
with each
hazard and
whom exposed)

Risk Rating

Exposure
(E)

Likelihood
(L)

Existing
Control

Consequence
(C)

Additional Risk
Control
(Apply the hierarchy
of risk controls))

Risk Level
(E x L x C)

1
2

Team

Completed By

Unit/Division

SHE - Team

Date
Describe The Activity and Location

Other Person

Hierrarchy of Risk Controls


EliminatetheHazard
Substitutethehazard
EngineeringControls
AdministrativeControls
PersonalProtectiveControls

Exposure (E)
(10) Continuously
(6) Frequently
(3) Occasionally
(2) Infrequently
(1) Rarely

Likelihood (L)
(1) Almost Certain (sangat
memungkinkan)
(0.6) Likely (memungkinkan)
(0.3) Possible (cukup memungkinkan)
(0.1) Unlikely (kurang memungkinkan)
(0.05) Rare (jarang terjadi)

Consequense (C)
(20) Catastrophic
(10) Major
(5) Moderate
(2) Minor
(1) Insignificant

Action By Whom

Action By When

Remarks

Risk Level
( >20 ) Extreme (E)/Significant risk, immediate action required, must be manage by senior
management with detail plan
( >10 ) High Risk (H), senior management attention needed, detail research and management
planning at senior level
( 3-10) Moderate Risk (M), management responsibility must be specified, monitoring or response
procedure
( <3 ) Low Risk (L), manage by routine procedures, unlikely to need specific allocation of resources

88
LAMPIRAN 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Sub
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3

Identity
Name
Nik
Section
Achmad Irfan
101540 SDY2
Adang Subandi
116080 SDY2
Aenes Sandinata
118837 FY 1
Andriyana
115396 Mechanic
Engkus
115328 Utility 2
Hadi Suwito
105262 SDY2
Heri Suwanta
104871 Poly
Herman Susilo
115045 SDY 1
Mas Setia Budi S
105152 SDY 1
Mochamad Akhwani
118753 Mech.2
Nanang Garnita
108415 DT
Saeful Anwar
112238 SDY 1
Sudarno
111350 SDY 1
Yuli Kartika
118266 SDY-1
Budison
117090 FY 2
Eko Jumono
601178 HR&Adm
Muhimin
109492 SDY 1
Suntoro
800272 HR&Adm
Suparmin
115250 Mech.1
Supiyadi
109382 SDY 1
Yudi Sunarya Setiawan
114570 FY 2
Adhi Wibowo Nasution
108730 SDY-1
Agus Ramadhan
PET Prod
Anas Wahyudi
109398 SDY 1
Dwi Suatmaji
109639 SDY-1
Karyana
109644 SDY-1
Kurnia Jaya
115527 Spinning
Maulana
109995 Utility 1
Mulyadi
113410 U/T Ops.2
Purwanto
111721 SDY-2
Saeful Anwar
112238 SDY 1
Setiyadi
112772 PET Maint.
Sutikno (A)
103789 Mech
Wibawa Maulana
104185 FY Maint
Gunardi (A)
106402 SDY-1
Patonih
104253 Technic
Fariz Muslim
107495 DW
Pirmansyah
118491 UT
Saring Wahyudi
104060 FY Maint
Tentrem
109712 FY 1
Bangun Hajopan
119977 UT
Kurnia jaya
115527 Fy 2 & Tech
TOTAL CLAIM ASURANSI

Grade
Ass. Mgr
Leader
WK
SWK
SWK
SWK
FM
SW
SWK
SWK
SWK
SWK
SW
SWK
SWK
Driver
SWK
Driver
Leader
SWK
Leader
SWK
SWK
SWK
LD
SWK
SWK
Ld
SWK
SWK
SWK
SWK
LD
SWK
SWK
LD
SWK
SWK
LD
LD
S.SV
SWK

Year
2005

2006

2007

2008

2009

Accident
Classify
Traffic Accident, Motorcycle
Non Machine related
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Machine related
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Car
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Machine related
Machine related
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Machine related
Machine related
Traffic Accident, Motorcycle
Machine related
Machine related
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Traffic Accident, Motorcycle
Machine related
Machine related
Traffic Accident, Motorcycle
Machine related
Machine related
Machine related
Traffic Accident, Motorcycle

Place
Hospital
RSU Tangerang
RS.Usada Insani
Usada Insani
Asshobirin/RSUI
Asshobirin
RS. Asshobirin
RS. Usada Insani
Asshobirin/RSUI
Asshobirin
RS.Usada Insani
Asshobirin/RSUI
Usada Insani
Asshobirin
Usada Insani
Usada Insani
Usada Insani
Usada Insani
RS. Siloam
Usada Insani
RS. Asshobirin
Usada Insani
Usada Insani
Usada Insani
Bona Sarana Indah
Asshobirin
Asshobirin
Usada Insani
Asshobirin
Usada Insani
Usada Insani
RS. Global Medika
RS. Omni Internasional
RS. Global Medika
RS. Global Medika
RS. Global Medika
RS. Mayapada
Usada Insani
Usada Insani
RS. Global Medika
RSI Ashobirin

Jl Raya Sepong
Toilet
Pondok Cabe

Jl. Makam Seribu


Jl. Makam Seribu
Jl. Raya Serpong
Jl. Raya Serpong
PET Production
Jl Raya Serpong
Cisauk
Jl. Raya Legok
Jalan Raya
Jalan Raya
Jalan Raya
Jalan Tol Jakarta
Jalan Raya
Jalan Raya
Cisauk
SDY-1
PET Production
Kebon Nanas Tng
Gembok, Jati uwung
Jl. Raya Serpong
Jl. Pasar Minggu Jkt
Utility
Utility
Jl. Raya Serpong
SDY-1
PET Production
German Centre
Pakulonan
Pusdiklat - Alam Sutera
PT. SK Keris
PT. SK Keris
Modernland Tangerang
PT. SK Keris
PT. SK Keris
PT. SK Keris
Jl SK keris

Jamsostek
Claim
Rp 124.000.350
Rp
617.700
Rp 12.991.898
Rp 15.884.803
Rp
426.400
Rp 7.035.579
Rp
Rp 15.305.521
Rp
Rp 2.335.580
Rp 50.415.310
Rp 6.866.440
Rp
-

Bumida
Claim

Remarks
Meninggal Dunia
Tidak ada selisih
Tulang patah

Rp 2.883.432
Rp 8.844.433
Rp 3.920.637
Rp
Rp
738.100
Rp 6.866.440
Rp
Rp 15.118.977
Rp 4.119.448
Rp
580.900
Rp
Rp
Rp
Rp 393.000
Masih Proses
Rp 7.046.770
Rp
Rp 6.647.270
Rp 7.848.198
Rp 77.455.646
Rp 5.007.026
Rp
996.922
Rp
601.985
Rp 5.678.022
Rp 1.003.991
Rp 1.848.019
Rp
Rp
Rp 390.202.365

Rp 6.016.500

Tidak ada selisih


Jari kelingking sobek
Tdk Claim
Gegar otak
Tdk Claim
Tidak ada selisih
Meninggal Dunia
2,463,162 (soft loan)
Tdk Claim
Tangan, kaki luka
6,240,337.59 (Soft loan)
Tidak selisih
Tdk Claim
Luka-luka
2,463,162 (Soft loan)
Tdk Claim
Gegar otak & Luka
Mata sebelah kanan luka
Bibir atas kanan, sobek
Tdk Claim
Tdk Claim
Tdk Claim
Kaki terluka
Meninggal Dunia
Ujung jari terkelupas
Ggr otak & tulang bahu retak
Jari manis kanan terkelupas
menabrak belakang mobil

Jari tengah tangan kiri retak


Mata sebelah kiri
DiTabrak sepeda motor
Kepala terluka

Rp 9.292.932

89

LAMPIRAN 3

90

Lampiran 4

Daftar Fire Equipment di Utility


Fire

Water

Foam

Exit

Building

Extinguisher

Hydrant

Tank

Lamp

Utility

89

132

Fire Alarm
Heat

Smoke

Manual

Detector

Detector

Station

25

Hallon

Cobra

Sumber: PT. SK Keris, 2009

Daftar Alat Pemadam Api Ringan di Utility


Utility Unit

Jenis APAR
Powder

Powder

Gas

Gas CO2

YA - 10L

YA - 50L

CO2

YC - 50

(Trolley)

YC - 7

(Trolley)

AF - 11

Water Treatment

Turbo Chiller dan

20

Package Boiler

Utility

working

Water

Air Compressor
Diesel
2nd

Generator
Floor
Diesel

st

Generator

Floor
Diesel
Generator
(Basement)

Area
Waste
Treatment

Sumber: PT. SK Keris, 2009

Lampiran 5

91

Lampiran 6

92

93

94

95

LAMPIRAN 7

96
LAMPIRAN 8
T/MGR

GM

8 Oct 16, 2008


Mei 01, 2009
T/MGR

TEAM MGR
Erwin Osmal

Operation-1

Plan

Actual

Operation-2

Operation D/G, Ste am & Ele ctric


Maintenance

A/C, T/C, W/T

Mulyadi

Yug i Eryu H

SVR
Plan

Actual

F/M

U/T-Elec
Plan

Actu al

11

Teguh

11

L/D
Plan

Actual

11

11

W/K
Plan
Actual
19
19

Arippudin
Irfan

TOTAL
Plan
46
3 Shift/ 4 Group

Daily Rivia

Actu al
46

WWT & Safety


Officer

Mech, ADM

Hasanudin

B. Hajopan

3 Shift/ 4 Group

A.Azis

Daily
(Rivia)

Ba hrudin
Sukardi

Team A

Team B

Team C

Team D

Team A

Wibowo

Pujiman

Tri.G

Ade. MN

Pardi

Tota l employee = 5 7
Team
B

Wiyono

Team C

Team D

WWT

Mech, Adm.
S.Part

Warso

Suyanto

Bambang

Dedi. H

Adm/
S.Part
Joko.T

Amirudin

Rahmat

A.Fatin

Mansuri

Yulianto

Fauzi

Sahrul. A

Ops-2

Ops-1

Mulyadi ( E )

Martono

Fahlepi

Syarif

Asep.J

Pirmansyah

Saepul.B

Dede.G

Dadang

Sutarno

Firman.M

Tatang

Nurjaya

Budi Utoyo

Edi Jusuf

Engkus

Hidayat

Saih

Budi Utoyo

I.Kholid

Crusher Coal

Helper
Mechanic

Jupriadi

Iping

Subur

Damiyati

Nurdin

Lampiran 9

97

You might also like