Professional Documents
Culture Documents
DAERAH GORONTALO
RESOR GORONTALO
I.
PENDAHULUAN
1.
Umum
a. Harus disadari bahwa proses penyidikan yang dilaksanakan oleh penyidik Polri selama
ini dirasakan masih jauh dari harapan masyarakat, hal ini ditandai dengan masih
adanya komplain atau pengaduan terhadap terjadinya penyalah- gunaan
wewenang,
keterlambatan penyelesaian perkara dan sebagainya. Kondisi seperti ini merupakan salah
satu indikator belum dapat diwujudkannya kepastian hukum dan pelayanan Polri yang
belum memenuhi harapan masyarakat;
b.
dan
mereformasi
birokrasi dalam
proses
penyidikan
untuk
SEDANG
MEMPERJUANGKAN
KEADILAN
DALAM
PROSES
Pelimpahan Berkas
Perkara
ke
JPU
e.
Guna kelancaran pelaksanaan dari Program Quick Wins melalui penerbitan SP2HP,
Olah TKP dan Penanggulangan Teror oleh Fungsi Reskrim dalam setiap proses
penyidikan diperlukan pedoman bagi
para penyidik/penyidik
pembantu di seluruh
2.
Dasar
a.
b.
c.
d.
Surat Telegram Kabareskrim Polri No. Pol.: STR/33/RA/I/2009 tanggal 14 Januari 2009
tentang Mekanisme dan Tahapan Pemberian Pelayanan kepada pihak yang sedang
memperjuangkan Keadilan dalam Proses Penyidikan melalui SP2HP.
3.
Maksud
Maksud penyusunan buku ini adalah sebagai pedoman bagi para penyidik/penyidik
pembantu dalam mememberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan selama
proses penyidikan atas perkara yang dilaporkan dengan menginformasikan setiap tahap
perkembangan hasil penyidikan yang telah dilakukan melalui pengiriman SP2HP.
b. Tujuan
Terwujudnya mekanisme penyidikan yang profesional, proporsional, obyektif, transparan
dan akuntabel serta tidak diskriminatif sehingga dapat memberikan jaminan adanya
kejelasan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berperkara.
4.
Ruang Lingkup
Pedoman pelaksanaan program quick wins ini meliputi petunjuk tentang tata cara pemberian
surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan (SP2HP)kepada pelapor/korban yang
harus dilakukan oleh para penyidik/penyidik pembantu sesuai tahapan-tahapan dan waktu
yang telah ditetapkan.
5.
Asas- asas
1) legalitas, yaitu
perundang-undangan;
2) proporsional,
yaitu
setiap
kewenangannya masing-masing;
3) kepastian hukum, yaitu setiap tindakan penyidik dilakukan untuk menjamin tegaknya
hukum dan keadilan;
4) kepentingan umum, yaitu setiap penyidik Polri lebih mengutamakan kepentingan
umum dari pada kepentingan pribadi dan/atau golongan;
5) efektifitas dan efisiensi waktu penyidikan, yaitu dalam proses penyidikan, setiap
penyidik wajib menjunjung tinggi efektivitas dan efisiensi waktu penyidikan
sebagaimana diatur dalam peraturan-pratuaran / perkap Kapolri yang berlaku;
6) kredibilitas, yaitu setiap penyidik memiliki kemampuan dan ketrampilan yang prima
dalam melaksanakan tugas penyidikan;
7) transparan yaitu, setiap tindakan penyidik memperhatikan asas keterbukaan dan
bersifat informatif bagi pihak-pihak terkait;
8) akuntabilitas yaitu, setiap penyidik dapat memper tanggung jawabkan tindakannya
secara yuridis, administrasi dan tehknis.
b.
Pengertian-pengertian
1) Cepat yaitu pelapor/pengadu terlayani dengan segera dan profesional sesaat setelah
menyampaikan laporannya dengan kretaria sebagai berikut :
a)
b)
penyidik segera membuatkan laporan polisi dan memberikan surat tanda bukti
laporan (STBL) kepada pelapor;
c)
penyidik segera mendatangi TKP untuk laporan kasus yang memerlukan olah
TKP;
d)
e)
f)
tindakan penyidikan yang terarah dan terukur didasari 3T (tepat sasaran, tepat
alasan dan tepat dasar hukumnya);
b)
c)
tindakan upaya paksa oleh penyidik dilakukan sesuai urutan tindakantindakan yang telah diatur dalam juklak/juknis yaitu dimulai dari tindakan
persuasif sampai dengan tindakan represif.
3) Transparan yaitu
adanya
keterbukaan
dalam
hasil
b)
c)
4) Akuntabel yaitu segala tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur,
terukur, tindakan tidak bertentangan dengan hukum dan dapat dipertanggung
jawabkan kepada publik/umum;
5) Perkara mudah yaitu apabila :
a)
saksi-saksi ada dan tempat tinggalnya masih dalam wilayah satu Kecamatan
dengan kantor penyidik;
b)
c)
petunjuk yang ada terdapat kesesuaian antara keterangan para saksi, tersangka
dan barang bukti yang ditemukan;
d)
e)
f)
TKP mudah dijangkau dan masih dalam keadaan utuh serta tidak diperlukan
olah TKP atau tidak diperlukan juga bantuan tehnis dalam olah TKP;
g)
saksi-saksi ada dan tempat tinggalnya masih dalam wilayah satu Kabupaten
dengan kantor penyidik;
b)
barang buktinya mudah didapat dan ada petunjuk yang berkaitan dengan
keterangan saksi, barang bukti dan tersangka;
c)
d)
e)
TKP mudah dijangkau dan masih utuh serta diperlukan olah TKP dan bantuan
tehnis dalam olah TKP;
f)
tempat tinggal saksi berada dalam satu Provinsi dengan kantor penyidik,
jumlahnya kurang dari 2 orang, saksi bukan merupakan sumber pertama, saksi
berhubungan dengan lembaga lain dan untuk melakukan pemeriksaan saksi
diperlukan prosedur birokrasi khusus;
b)
c)
terdapat sebagian petunjuk yang berkaitan dengan keterangan para saksi dengan
barang bukti namun belum mengarah pada tersangka atau sebaliknya;
d)
e)
f)
TKP sukar dijangkau, jauh dari kantor penyidik dan TKP sudah dalam keadaan
tidak utuh, diperlukan pengolahan TKP, diperlukan bantuan tehnis untuk olah
TKP, diperlukan pengamanan khusus terhadap TKP dan TKP lebih dari satu
lokasi dalam wilayah hukum penyidik;
g)
h)
tempat tinggal saksi berada di luar provinsi atau luar negeri, atau alamatnya
tidak jelas (daerah terpencil), jumlah saksi kurang dari 2 orang atau saksi
berhubungan dengan lembaga lain;
b)
c)
bukti-bukti berupa surat atau dokumen sulit ditemukan atau untuk mendapatkan
bukti diperlukan izin khusus atau bukti perlu diperiksa secara forensik;
d)
e)
sangat diperlukan keterangan ahli dimana ahli tersebut harus didatangkan dari
luar provinsi atau luar negeri;
f)
g)
TKP sukar dijangkau, jauh dari kantor penyidik atau tidak utuh diperlukan
pengolah TKP, diperlukan bantuan tehnis olah TKP, diperlukan pengamanan
khusus TKP atau TKP lebih dari 1 yuridiksi (wilayah hukum penyidik);
h)
barang bukti sulit didapat atau memerlukan pemeriksaan secara forensik atau
memerlukan pengamanan khusus atau memerlukan pengangkutan alat angkut
khusus atau barang bukti mudah rusak;
i)
6.
Kegiatan
a.
laporan pengaduan saudara telah kami terima dan akan segera kami tindak
lanjuti dengan penyelidikan oleh (disebutkan nama dan identitas nama
penyidik) yang menangani serta nomor
SIAP
MELAYANI ANDA
DENGAN
CEPAT,
TEPAT,
Tahap penyelidikan
1) Seterimanya laporan polisi penyidik melakukan penyelidikan dan melaporkan
hasilnya kepada atasan penyidik, selanjutnya atasan penyidik memimpin gelar hasil
penyelidikan guna menentukan dapat tidaknya hasil penyelidikan ditingkatkan ke
proses penyidikan;
2) Dalam hal disimpulkan bahwa telah terjadi tindak pidana, selanjutnya atasan penyidik
menentukan klasifikasi ke sulitan perkara (ringan, sedang, sulit dan sangat sulit)
3) Kasus ringan dan kasus sedang waktu penyelidikan 14 hari bila waktu penyelidikan
masih kurang dapat diperpanjang lagi penyidik mengirimkan SP2HP kepada pelapor;
4) Kasus sulit dan sangat sulit dengan waktu penyelidikan 30 hari dan dapat
diperpanjang lagi penyelidikan penyidik mengirimankan SP2HP kepada pelapor.
c.
2) Kasus sedang dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 60 hari, pengiriman
SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 4 (empat) kali yaitu pada hari ke 15, 30,
45, dan hari ke 60;
3) Kasus sulit dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 90 hari, Pengiriman
SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 6 (enam) kali yaitu pada hari ke 15, 30,
45, 60, 75, dan hari ke 90;
4) Kasus sangat sulit dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 120
hari,
pengiriman SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada hari
ke 20, 40, 60, 80, dan hari ke 100;
5) Dalam hal batas waktu penyidikan belum dapat diselesaikan oleh penyidik dapat
mengajukan perpanjangan waktu penyidikan melalui pengawas penyidikan kepada
yang memberi perintah penyidikan.
d.
(JPU) mengembalikan
penyampaian/pemberitahuan
SP2HP
mulai
dari
tahap
penilaian
Pengiriman SP2HP kepada pelapor kedua, ketiga dan seterusnya berisi tentang
perkembangan hasil penyidikan, namun setiap SP2HP isinya tidak sama dengan SP2HP
yang telah dikirim sebelumnya (ada perkembangan hasil lidik/sidik yang telah dilakukan);
f.
II.
Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan quick wins fungsi Resnarkoba dilakukan
secara berjenjang dari mulai tingkat Kanit, Kaur bin ops sampai dengan Kasat;
2.
Untuk tingkat
Untuk memonitor setiap perkembangan hasil penyidikan, dilakukan melalui sistem penilaian
dan pengawasan kinerja penyidik yang dituangkan dalam map kontrol.
III.
PENUTUP
Demikian Standar Operasional Prosedur ( Sop ) ini dibuat sebagai pedoman dan panduan bagi
penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan penyidikan
Limboto,
Februari 2016
An. KEPALA KEPOLISIAN RESOR GORONTALO
KASAT RESNARKOBA
TTD
ASLI, SH
AKP NRP 80110618