You are on page 1of 8

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH GORONTALO
RESOR GORONTALO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


SURAT PEMBERITAHUAN PERKEMBANGAN HASIL PENYIDIKAN (SP2HP)
SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES GORONTALO

I.

PENDAHULUAN
1.

Umum
a. Harus disadari bahwa proses penyidikan yang dilaksanakan oleh penyidik Polri selama
ini dirasakan masih jauh dari harapan masyarakat, hal ini ditandai dengan masih
adanya komplain atau pengaduan terhadap terjadinya penyalah- gunaan

wewenang,

keterlambatan penyelesaian perkara dan sebagainya. Kondisi seperti ini merupakan salah
satu indikator belum dapat diwujudkannya kepastian hukum dan pelayanan Polri yang
belum memenuhi harapan masyarakat;
b.

Sejalan dengan era globalisasi dan transparansi (keterbukaan informasi publik),


kecendrungan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kinerja Polri, maka
Polri dalam hal ini penyidik dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan
(profesionalisme)

dan

mereformasi

birokrasi dalam

proses

penyidikan

untuk

membangun kepercayaan masyarakat (trust building);


c.

Untuk mengimplementasikan Program Kerja Akselerasi Tranformasi Polri menuju Polri


yang mandiri, profesional dan dipercaya masyarakat, maka Direktorat Reserse Narkoba
Polda Gorontalo dan jajarannya dituntut untuk segera merubah mindset dan perilaku
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dari yang selama ini
terkesan dilakukan dengan cara pendekatan kekuasaan (minta dilayani) menjadi
pendekatan yang sifatnya pro-aktif (melayani) sehingga pada gilirannya akan terbangun
kepercayaan ( trust building ) masyarakat terhadap kinerja Polri khususnya Resnarkoba;

d. Dalam upaya percepatan membangun dan meraih kepercayaan masyarakat tersebut,


serta dalam rangka mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis, Kapolri telah
merumuskan kebijakan dalam bentuk Reformasi Birokrasi dengan me-launching Program
Quick Wins Fungsi Reskrim yaitu : PEMBERIAN PELAYANAN KEPADA PIHAK
YANG

SEDANG

MEMPERJUANGKAN

KEADILAN

DALAM

PROSES

PENYIDIKAN SECARA BERKESINAMBUNGAN MELALUI PEMBERIAN SURAT


PEMBERITAHUAN PERKEMBANGAN HASIL PENYIDIKAN (SP2HP).
Sebagai konsekwensi dari ditetapkannya Program Unggulan Quick Wins tersebut, maka
setiap

proses penyidikan dimulai sejak diterimanya Laporan Polisi sampai dengan

Pelimpahan Berkas

Perkara

ke

JPU

harus dilaksanakan secara profesional,

proporsional, obyektif dan transparan yang kesemua

kegiatannya tergambar dalam

strive for excellence (pelayanan kepada masyarakat yang unggul / prima);

e.

Guna kelancaran pelaksanaan dari Program Quick Wins melalui penerbitan SP2HP,
Olah TKP dan Penanggulangan Teror oleh Fungsi Reskrim dalam setiap proses
penyidikan diperlukan pedoman bagi

para penyidik/penyidik

pembantu di seluruh

jajaran Sat Resnarkoba Polres Gorontalo.

2.

Dasar
a.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

b.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian R.I;

c.

Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep / 37 / X / 2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang


Program Kerja Akselerasi Transformasi Polri Menuju Polri yang Mandiri, Profesional dan
Dipercaya Masyarakat;

d.

Surat Telegram Kabareskrim Polri No. Pol.: STR/33/RA/I/2009 tanggal 14 Januari 2009
tentang Mekanisme dan Tahapan Pemberian Pelayanan kepada pihak yang sedang
memperjuangkan Keadilan dalam Proses Penyidikan melalui SP2HP.

3.

Maksud dan Tujuan


a.

Maksud
Maksud penyusunan buku ini adalah sebagai pedoman bagi para penyidik/penyidik
pembantu dalam mememberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan selama
proses penyidikan atas perkara yang dilaporkan dengan menginformasikan setiap tahap
perkembangan hasil penyidikan yang telah dilakukan melalui pengiriman SP2HP.

b. Tujuan
Terwujudnya mekanisme penyidikan yang profesional, proporsional, obyektif, transparan
dan akuntabel serta tidak diskriminatif sehingga dapat memberikan jaminan adanya
kejelasan dan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang berperkara.

4.

Ruang Lingkup
Pedoman pelaksanaan program quick wins ini meliputi petunjuk tentang tata cara pemberian
surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan (SP2HP)kepada pelapor/korban yang
harus dilakukan oleh para penyidik/penyidik pembantu sesuai tahapan-tahapan dan waktu
yang telah ditetapkan.

5.

Asas-asas dan pengertian-pengertian


a.

Asas- asas
1) legalitas, yaitu

setiap tindakan penyidikan senantiasa berdasarkan peraturan

perundang-undangan;
2) proporsional,

yaitu

setiap

penyidik melaksanakan tugasnya sesuai legalitas

kewenangannya masing-masing;
3) kepastian hukum, yaitu setiap tindakan penyidik dilakukan untuk menjamin tegaknya
hukum dan keadilan;
4) kepentingan umum, yaitu setiap penyidik Polri lebih mengutamakan kepentingan
umum dari pada kepentingan pribadi dan/atau golongan;

5) efektifitas dan efisiensi waktu penyidikan, yaitu dalam proses penyidikan, setiap
penyidik wajib menjunjung tinggi efektivitas dan efisiensi waktu penyidikan
sebagaimana diatur dalam peraturan-pratuaran / perkap Kapolri yang berlaku;
6) kredibilitas, yaitu setiap penyidik memiliki kemampuan dan ketrampilan yang prima
dalam melaksanakan tugas penyidikan;
7) transparan yaitu, setiap tindakan penyidik memperhatikan asas keterbukaan dan
bersifat informatif bagi pihak-pihak terkait;
8) akuntabilitas yaitu, setiap penyidik dapat memper tanggung jawabkan tindakannya
secara yuridis, administrasi dan tehknis.
b.

Pengertian-pengertian
1) Cepat yaitu pelapor/pengadu terlayani dengan segera dan profesional sesaat setelah
menyampaikan laporannya dengan kretaria sebagai berikut :
a)

adanya kesigapan, kesiapan, dan sikap proaktif dalam melakukan pelayanan


kepada masyarakat yang menyampaikan laporan/pengaduan;

b)

penyidik segera membuatkan laporan polisi dan memberikan surat tanda bukti
laporan (STBL) kepada pelapor;

c)

penyidik segera mendatangi TKP untuk laporan kasus yang memerlukan olah
TKP;

d)

penyidik segera memeriksa pelapor/saksi yang ada dan dituangkan kedalam


BAP;

e)

penyidik melakukan penelitian terhadap laporan yang diterima untuk


menentukan status laporan tersebut;

f)

atasan penyidik segera mengirimkan SP2HP kepada pelapor mengenai status


laporan, identitas penyidik yang menangani dan rencana tindak lanjut proses
laporan tersebut.

2) Tepat yaitu segala upaya/tindakan yang dilakukan penyidikan didasari profesional,


proporsional, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dengan kreteria sebagai
berikut :
a)

tindakan penyidikan yang terarah dan terukur didasari 3T (tepat sasaran, tepat
alasan dan tepat dasar hukumnya);

b)

setiap tindakan penyidikan didukung oleh administrasi penyidikan;

c)

tindakan upaya paksa oleh penyidik dilakukan sesuai urutan tindakantindakan yang telah diatur dalam juklak/juknis yaitu dimulai dari tindakan
persuasif sampai dengan tindakan represif.

3) Transparan yaitu

adanya

keterbukaan

penyampaian pemberitahuan perkembangan

dalam
hasil

proses penyidikan melalui


penyidikan (SP2HP) dan

pelaksanaan pengawasan penyidikan dari seluruh tahapan tahapan penindakan yang


dilakukan oleh penyidikan baik melalui surat maupun gelar perkara, kegiatan
yang dilakukan :
a)

dalam penerimaan laporan petugas membacakan

kembali isi laporan yang

diterima dan dipahami oleh pelapor kemudian ditanda tangani bersama;

b)

selama dalam proses penelitian laporan, penyelidikan dan penyidikan pelapor


mendapatkan informasi perkembangan penyidikan melalui SP2HP;

c)

sejak proses kepenyidikan sudah diawasi oleh Pengawas Penyidik.

4) Akuntabel yaitu segala tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur,
terukur, tindakan tidak bertentangan dengan hukum dan dapat dipertanggung
jawabkan kepada publik/umum;
5) Perkara mudah yaitu apabila :
a)

saksi-saksi ada dan tempat tinggalnya masih dalam wilayah satu Kecamatan
dengan kantor penyidik;

b)

barang buktinya mudah didapat;

c)

petunjuk yang ada terdapat kesesuaian antara keterangan para saksi, tersangka
dan barang bukti yang ditemukan;

d)

tidak memerlukan keterangan ahli, namun apabila diperlukan ahli tersedia di


wilayah hokum penyidik;

e)

tersangkanya tertangkap tangan/menyerahkan diri / keberadaan dan identitasnya


diketahui serta mudah ditangkap;

f)

TKP mudah dijangkau dan masih dalam keadaan utuh serta tidak diperlukan
olah TKP atau tidak diperlukan juga bantuan tehnis dalam olah TKP;

g)

tidak diperlukan peranan lembaga lain dalam proses penyidikan/kalau


diperlukan tersedia dalam wilayah hukum penyidik.

6) perkara sedang yaitu apabila :


a)

saksi-saksi ada dan tempat tinggalnya masih dalam wilayah satu Kabupaten
dengan kantor penyidik;

b)

barang buktinya mudah didapat dan ada petunjuk yang berkaitan dengan
keterangan saksi, barang bukti dan tersangka;

c)

tidak diperlukan keterangan ahli, namun apabila diperlukan ahli tersedia di


wilayah hukum penyidik;

d)

tersangka tidak terganggu kesehatannya, keberadaan dan identitasnya sudah


diketahui serta mudah ditangkap, tidak merupakan bagian dari kejahatan
terorganisir, jumlahnya tidak lebih dari 3 orang;

e)

TKP mudah dijangkau dan masih utuh serta diperlukan olah TKP dan bantuan
tehnis dalam olah TKP;

f)

diperlukan peralatan khusus Kepolisian dalam proses penyidikan dan peran


lembaga lain.

7) Perkara sulit yaitu apabila :


a)

tempat tinggal saksi berada dalam satu Provinsi dengan kantor penyidik,
jumlahnya kurang dari 2 orang, saksi bukan merupakan sumber pertama, saksi
berhubungan dengan lembaga lain dan untuk melakukan pemeriksaan saksi
diperlukan prosedur birokrasi khusus;

b)

sangat diperlukan bukti surat dan untuk mendapatkannya diperlukan izin


khusus;

c)

terdapat sebagian petunjuk yang berkaitan dengan keterangan para saksi dengan
barang bukti namun belum mengarah pada tersangka atau sebaliknya;

d)

diperlukan beberapa keterangan ahli, sedangkan ahli tersebut belum tersedia


diwilayah penyidik;

e)

tersangka belum diketahui identitasnya atau tersangka terganggu kesehatannya


atau tersangka dilindungi kelompok tertentu atau tersangka memiliki jabatan
tertentu yang dalam pemeriksaan diatur oleh Undang-Undang atau jumlah
tersangkanya lebih dari 4 orang;

f)

TKP sukar dijangkau, jauh dari kantor penyidik dan TKP sudah dalam keadaan
tidak utuh, diperlukan pengolahan TKP, diperlukan bantuan tehnis untuk olah
TKP, diperlukan pengamanan khusus terhadap TKP dan TKP lebih dari satu
lokasi dalam wilayah hukum penyidik;

g)

barang bukti sulit didapat, barang bukti memerlukan pemeriksaan secara


forensik/ahli, barang bukti memerlukan pengamanan khusus, barang bukti
memerlukan pengangkutan dan atau memerlukan tempat penyimpanan khusus;

h)

diperlukan peralatan khusus Kepolisian dan peran dari lembaga lain.

8) Perkara sangat sulit yaitu apabila :


a)

tempat tinggal saksi berada di luar provinsi atau luar negeri, atau alamatnya
tidak jelas (daerah terpencil), jumlah saksi kurang dari 2 orang atau saksi
berhubungan dengan lembaga lain;

b)

adanya birokrasi perizinan dalam menghadirkan saksi atau saksi diperlukan


pengamanan khusus atau saksi dalam keadaan sakit-sakitan;

c)

bukti-bukti berupa surat atau dokumen sulit ditemukan atau untuk mendapatkan
bukti diperlukan izin khusus atau bukti perlu diperiksa secara forensik;

d)

petunjuk yang ada belum memperlihatkan keterkaitan antara keterangan para


saksi, tersangka dan barang bukti;

e)

sangat diperlukan keterangan ahli dimana ahli tersebut harus didatangkan dari
luar provinsi atau luar negeri;

f)

tersangka belum diketahui identitasnya, atau tersangka terganggu kesehatannya


atau dilindungi oleh kelompok tertentu, jumlah tersangka lebih dari 4 orang,
memerlukan izin khusus untuk memeriksa tersangka atau tersangka merupakan
bagian dari sindikat kejahatan atau warga negara asing atau tersangka melarikan
diri;

g)

TKP sukar dijangkau, jauh dari kantor penyidik atau tidak utuh diperlukan
pengolah TKP, diperlukan bantuan tehnis olah TKP, diperlukan pengamanan
khusus TKP atau TKP lebih dari 1 yuridiksi (wilayah hukum penyidik);

h)

barang bukti sulit didapat atau memerlukan pemeriksaan secara forensik atau
memerlukan pengamanan khusus atau memerlukan pengangkutan alat angkut
khusus atau barang bukti mudah rusak;

i)

untuk mengungkap kasusnya diperlukan peralatan khusus dan peran dari


lembaga lain.

6.

Kegiatan
a.

Tahap penerimaan/penelitian laporan


1) Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) menerima laporan/pengaduan dari masyarakat;
2) Untuk kasus-kasus tertentu dimana diperlukan bukti surat / dokumen, pelapor
membawa bukti foto copy / dokumen yang berkaitan dengan tindak pidana / kasus
yang dilaporkan / diadukan;
3) Pelapor membuat surat penyataan yang menyatakan bahwa laporan tersebut belum
pernah dilaporkan atau ditangani oleh polisi;
4) Laporan/pengaduan diserahkan dari SPK kepada Piket Sat Resnarkoba;
5) Saksi/pelapor dimintai keterangan sementara oleh Piket Sat Reskrim dan dituangkan
ke dalam BAP;
6) Piket Resnarkoba membawa laporan/pengaduan ke Urmintu untuk di register dan
oleh Urmintu menelaah serta mempelajari untuk selanjutnya didistribusikan ke Kasat
Resnarkoba;
7) Kemudian Kasat mendisposisikan meneruskan ke salah satu unit dalam lingkungan
kerja satuan fungsinya untuk menangani / proses laporan tersebut;
8) Selambat-lambatnya 3 hari setelah laporan diterima oleh Kanit atau tim penyidik
yang di tugaskan untuk menangani laporan tersebut, pelapor diberi tahu dengan
mengirim surat pemberitahuan perkembangan penelitian laporan (format A1) yang
isinya menjelaskan bahwa :
a)

laporan pengaduan saudara telah kami terima dan akan segera kami tindak
lanjuti dengan penyelidikan oleh (disebutkan nama dan identitas nama
penyidik) yang menangani serta nomor

teleponnya atau HP yang dapat

dihubungi sewaktu-waktu diperlukan;


b)

pada akhir kalimat format A1 dibuat catatan memuat motto Polri :


KAMI

SIAP

MELAYANI ANDA

DENGAN

CEPAT,

TEPAT,

TRANSPARAN DAN AKUNTABEL DAN TANPA IMBALAN


b.

Tahap penyelidikan
1) Seterimanya laporan polisi penyidik melakukan penyelidikan dan melaporkan
hasilnya kepada atasan penyidik, selanjutnya atasan penyidik memimpin gelar hasil
penyelidikan guna menentukan dapat tidaknya hasil penyelidikan ditingkatkan ke
proses penyidikan;
2) Dalam hal disimpulkan bahwa telah terjadi tindak pidana, selanjutnya atasan penyidik
menentukan klasifikasi ke sulitan perkara (ringan, sedang, sulit dan sangat sulit)
3) Kasus ringan dan kasus sedang waktu penyelidikan 14 hari bila waktu penyelidikan
masih kurang dapat diperpanjang lagi penyidik mengirimkan SP2HP kepada pelapor;
4) Kasus sulit dan sangat sulit dengan waktu penyelidikan 30 hari dan dapat
diperpanjang lagi penyelidikan penyidik mengirimankan SP2HP kepada pelapor.

c.

Tahap penindakan dan pemeriksaan


1) Kasus ringan dengan waktu penyidikan paling lama 30 hari, pengiriman SP2HP yang
diberikan kepada pelapor sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada hari ke 15 dan hari ke 30;

2) Kasus sedang dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 60 hari, pengiriman
SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 4 (empat) kali yaitu pada hari ke 15, 30,
45, dan hari ke 60;
3) Kasus sulit dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 90 hari, Pengiriman
SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 6 (enam) kali yaitu pada hari ke 15, 30,
45, 60, 75, dan hari ke 90;
4) Kasus sangat sulit dengan waktu penyidikan dilakukan paling lama 120

hari,

pengiriman SP2HP diberikan kepada pelapor sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada hari
ke 20, 40, 60, 80, dan hari ke 100;
5) Dalam hal batas waktu penyidikan belum dapat diselesaikan oleh penyidik dapat
mengajukan perpanjangan waktu penyidikan melalui pengawas penyidikan kepada
yang memberi perintah penyidikan.
d.

Tahap penyelesaian dan penyerahan berkas perkara


1) Pada saat penyelesaian dan pelimpahan berkas perkara

tahap pertama penyidik

memberikan SP2HP kepada Pelapor;


2) Apabila dalam penelitian berkas perkara penuntut umum
berkas perkara (P.19) maka

(JPU) mengembalikan

penyidik memberitahukan kepada pelapor melalui

SP2HP dan setelah dilakukan pelimpahan kembali diikuti pemberitahuan kepada


pelapor dalam bentuk SP2HP;
3) Pada saat penyerahan berkas perkara tahap kedua penyidik menyampaikan SP2HP
kepada pelapor;
4) Data

penyampaian/pemberitahuan

SP2HP

mulai

dari

tahap

penilaian

laporan/pengaduan, penyidikan, penindakan dan pemeriksaan sampai dengan


pelimpahan berkas perkara (tahap I dan tahap II) teregister.
e.

Pengiriman SP2HP kepada pelapor kedua, ketiga dan seterusnya berisi tentang
perkembangan hasil penyidikan, namun setiap SP2HP isinya tidak sama dengan SP2HP
yang telah dikirim sebelumnya (ada perkembangan hasil lidik/sidik yang telah dilakukan);

f.

Disamping masyarakat pelapor mendapatkan SP2HP juga dapat mengakses setiap


perkembangan kasus yang dilaporkan melalui website bareskrim polri dan sms 1112.

II.

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


1.

Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan quick wins fungsi Resnarkoba dilakukan
secara berjenjang dari mulai tingkat Kanit, Kaur bin ops sampai dengan Kasat;

2.

Kewenangan penandatanganan SP2HP diatur sebagai berikut :


a.

Untuk tingkat

Polres ditandatangani oleh Kasat Resnarkoba / Kaurbinops dengan

tembusan kepada Kapolres / WakaPolres;


c. Untuk tingkat Polsek ditandatangani oleh Kapolsek/Waka Polsek.
3.

Untuk memonitor setiap perkembangan hasil penyidikan, dilakukan melalui sistem penilaian
dan pengawasan kinerja penyidik yang dituangkan dalam map kontrol.

III.

PENUTUP
Demikian Standar Operasional Prosedur ( Sop ) ini dibuat sebagai pedoman dan panduan bagi
penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan penyidikan
Limboto,
Februari 2016
An. KEPALA KEPOLISIAN RESOR GORONTALO
KASAT RESNARKOBA

TTD
ASLI, SH
AKP NRP 80110618

You might also like