You are on page 1of 6

Abstrak Peraturan

UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN


KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG LN NO 131 TAHUN 2004 TLN NO. 4484.
ABSTRAK: - bahwa dalam rangka makin pesatnya perkembangan perekonomian dan
perdagangan di Indonesia, maka makin banyak menimbulkan permasalahan utang piutang yang
timbul di masyarakat saat ini. Selain itu krisis moneter yang terjadi di Indonesia juga telah
memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap perekonomian nasional, sehingga
menimbulkan kesulitan besar terhadap dunia usaha dalam menyelesaikan utang piutang untuk
meneruskan kegiatannya. Undang-undang ini dibuat sebagai salah satu sarana hukum untuk
penyelesaian utang piutang yang terjadi di Indonesia, serta mendukung pembangunan hukum
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
-Dasar Hukum Undang-Undang ini adalah Pasal 1 ayat (3), Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 24,
dan Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; UU No.5
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung (LN No. 9 Tahun 2004; TLN No. 4359) ; UU No. 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum
(LN No.34 Tahun 2004; TLN No. 4379) ; UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman (LN No. 8 Tahun 2004 ; TLN No. 4358).
CATATAN: - Undang-undang ini mengatur mengenai ketentuan umum mengenai kepailitan,
syarat kepailitan, pengurusan harta pailit, tindakan setelah pernyataan pailit dan tugas kurator,
pencocokan piutang, perdamaian, pemberesan harta pailit, dan lain-lain yang berhubungan
dengan kepailitan.

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN LN NO. 116


TAHUN 1992 TLN NO. 2832
ABSTRAK: - Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha
berperan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Koperasi perlu
lebih membangun dirinya dan dibangun menjadi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip Koperasi
yang ada, sehingga mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional. Karena
pembangunan Koperasi Indonesia merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab Pemerintah,
maka atas dasar itulah UU No. 25 Tahun 1992 dibuat.
-Dasar Hukum dari peraturan ini adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1),dan pasal 33 Undangundang Dasar 1945.
CATATAN: - Undang-undang ini dibuat untuk menggantikan Undang-undang Nomor 12 tahun
1967 tentang pokok-pokok perkoperasian (LN No.23 Tahun 1967, TLN No.2832 Tahun 1967)

Abstrak Laporan
Kristiani. Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Koperasi Di Indonesia (Studi Kasus Putusan
Nomor: 01/Pailit/2008/ Pengadilan Niaga Semarang). Tesis Ilmu Kenotariatan Pascasarjana
Universitas Diponegoro. Semarang, 2008
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
Koperasi adalah : Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Gerakan koperasi, adalah keseluruhan
organisasi koperasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu, menuju tercapainya citacita bersama koperasi. Badan usaha koperasi, merupakan bentuk badan usaha yang lazim dalam
dunia usaha di Indonesia, karena koperasi merupakan asosiasi modal dan badan hukum yang
mandiri. Sehingga diharapkan, koperasi dapat menjadi salah satu pilar pembangunan ekonomi
nasional yang berazaskan kekeluargaan, menurut dasar-dasar demokrasi ekonomi, sebagai
pengejawantahan dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam perkembangannya, koperasi diharapkan mampu berperan sebagai sokoguru
perekonomian nasional di samping bentuk-bentuk usaha lainnya. Menurut Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepaialitan Dan Penundaan Pembayaran Utang,
kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator, di bawah pengawasan Hakim Pengawas. Selama suatu
koperasi belum dinyatakan pailit oleh pengadilan, selama itu pula masih dianggap mampu
membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo, akan tetapi setelah ada putusan pailit dari
pengadilan, maka seluruh harta kekayaan koperasi menjadi harta pailit yang akan dipergunakan
untuk melakukan pembayaran atas segala utang-utangnya.

Danisworo, Ibnu. Analisa Perbandingan Hukum Kepailitan Indonesia Dengan Hukum


Kepailitan di Amerika Serikat Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2013.
Skripsi ini membahas mengenai perbandingan Hukum Kepailitan di Indonesia dengan di
Amerika Serikat. Metode penelitian skripsi ini menggunkan metode yuridis normative, dengan
sifat eksplanatoris deskriptif. Skripsi ini mengangkat tema perbandingan hukum keailitan di
Indonesia dan Amerika Serikat didasarkan atas kepentingan dan kebutuhan Indonesia terutama
dalam hukum ekonomi Indonesia, dalam hal untuk melihat kekurangan, kelemahan, juga
kelebihan, yang terdapat dalam hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia. Hal ini perlu
dilakukan karena dalam kasus kepailitan yang terjadi selama ini membuktikan bahwa
perlindungan hukum terhadap debitur dalam kasus kepailitan dapat dikatakan kurang memadai.
Selain itu, penerapan hukum kepailitan di Indonesia dapat dikatakan belum memenuhi asas
keseimbangan dimana debitur belum mendapat perlindungan atas kepentingannya dalam kasus
kepailitan.

Abstrak Artikel Ilmiah


Pratama, Bambang. Kepailitan Dalam Putusan Hakim Ditinjau Dari Perspektif Hukum Formil
dan Materil Jurnal Yudisial Vol. 7 ( 2 Agustus 2014): 157-172
Ruh dari undang-undang kepailitan adalah asas kelangsungan usaha, di mana putusan
pailit merupakan ultimum remedium. Beberapa putusan pailit menjadi kontroversial karena
keadaan keuangan debitor secara materil solven tetapi secara formil insolvensi. Isu kepailitan
menarik untuk dibahas karena beban pembuktian dalam prmohonan pailit di pengadilan menurut
undang-undang kepailitan menggunakan pembuktian sederhana. Tulisan ini akan mengulas
masalah kepailitan yang diputus oleh Pengadilan Niaga Semarang dan Mahkamah Agung
ditinjau dari aspek hukum materil dan hukum formil. Dengan meneliti konsistensi dan
pertimbangan hukum putusan hakim pada kasus ini, maka diharapkan memperoleh gambaran
penerapan undang-undang kepailitan secara das sollen-sein. Metode penelitian yang digunakan
yaitu metode penelitian hukum doktrinal dengan tujuan mengkaji koherensi pertimbangan
hukum antara judex factie dan judex juris pada kasus yang sama. Alasan pemilihan kasus
kepailitan ini dibatasi pada bank sebagai pemohon pailit atas pertimbangan bahwa sudah
memiliki sistem dan mekanisme utangpiutang yang terpercaya. Atas asumsi tersebut maka secara
hipotetis dapat dikatakan permohonan pailit oleh bank kepada debitornya merupakan keputusan
paling akhir. Penelitian ini setidaknya menemukan empat hal menarik dalam penerapan undangundang kepailitan. Pertama, permohonan kepailitan yang diajukan ke pengadilan niaga tidak
melewati pengujian cash flow test dan balanced sheet test, sehingga pembuktiannya di
pengadilan hanya mengandalkan pada pembuktian sederhana sesuai Pasal 8 ayat (4) UndangUndang Kepailitan. Kedua, adanya iktikad buruk dari kreditor untuk menguasai aset debitor
melalui permohonan pailit. Ketiga, tidak disertakannya Comanditaire Venotshcaap (CV) sebagai
subjek hukum pailit. Keempat, putusan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang melewati batas
waktu ketentuan formil undang-undang kepailitan.

Hariyanto, Gunawan. Perlindungan Hukum Terhadap Anggota Koperasi Jurnal Ilmu Hukum,
MIZAN Vol. 1 (1 Juni 2012): 43-51.
Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang-seorang atau Badan Hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluagaan.Dalam upaya membangun
koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan dalam perekonomian nasional dan
perkembangannya diarahkan agar koperasi benar-benar menerapkan prinsip Koperasi dan
kaidah-kaidah ekonomi.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaannya
menegaskan bahwa pemberian status Badan Hukum Koperasi, Pengesahan Perubahan Anggaran
Dasar Koperasi dan pembubaran koperasi merupakan wewenang dan tanggung jawab
pemerintah.
Dengan demikian baik bagi masyarakat maupun pembina atau pejabat yang berwenang
mempunyai suatu pedoman dan kesamaan langkah dalam rangka memberikan perlindungan
hukum kepada anggota koperasi sebagai badan hukum di Indonesia, serta memberikan kepastian
hukum bagi para anggota apabila sewaktu-waktu koperasi tersebut mengalami kerugian atau sat
sewaktu-waktu koperasi dibubarkan.

You might also like