You are on page 1of 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.1.

Definisi Korosi
Korosi merupakan suatu bentuk reaksi elektrokimia akibat interaksi antara
logam dan logam atau sebagai suatu bentuk degradasi logam dari keadaan
berenergi tinggi ke energi rendah. Korosi dapat didefinisikan sebagai kerusakan
atau penurunan kualitas material yang disebabkan oleh reaksi dengan lingkungan
atau kebalikan dari proses metalurgi ekstraktif. Korosi adalah peristiwa perusakan
logam akibat terjadinya reaksi kimia dengan lingkungan yang menghasilkan
produk yang tidak diinginkan. Lingkungan dapat berupa asam, basa, oksigen dari
udara, oksigen didalam air atau zat kimia lain.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa
korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi logam merupakan salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi
oleh kelompok industri maju. pengaruh korosi dapat terlihat (pembentukan karat
pada permukaan besi) dan tidak terlihat (keretakan serta terjadinya pengurangan
kekuatan logam di bawah permukaan).
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu
dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)

Fe2+(aq) + 2e

E0= +0,44 V

... (1)

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e

2H2O(l)

E0= +0,40

... (2)

O2(g) + 2H2O(l) + 4e

4OH-(aq)

E0= +1,23 V

... (3)

atau
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi
membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi,
yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode

dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi
sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi
dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).
Faktor-faktor yang yang menyebabkan terjadinya korosi adalah :
1) Kelembaban udara
2) Elektrolit
3) Zat terlarut pembentuk asam
4) Adanya asam
5) Adanya O2
6) Lapisan pada permukaan logam
7) Letak logam dalam deret potensial reduksi
Dalam industri dan konstruksi, korosi menjadi masalah
terutama karena menurunnya kekuatan logam atau tidak
berfungsinya suatu sistem sebagaimana mestinya.Misalnya pipa
yang bocor akibat korosi erosi, tangki yang bocor akibat korosi
sumuran, lambung kapal menipis dan akhirnya pecah akibat
korosi merata, sebuah jembatan runtuh akibat korosi retak
tegang, dan lainnya.
Prinsip dasar korosi, adanya reaksi kimia disertai transfer elektron meliputi
terpenuhinya empat syarat pokok, yaitu :
1. Logam anoda : logam dengan potensial antarmuka yang relatif lebih
negatif dari logam terhadapa mana ia berhubungan.
2. Logam katoda : logam dengan potensial antarmuka yang relatif lebih
positif dari terhadap mana ia berhubungan.
3. Hubungan listrik : media yang dapat menghasilkan arus listrik yang
berlangsung antara anoda dan katoda. Pada umumnya hubungan listrik ini
berupa sambungan logam.

4. Elektrolit : media pada mana logam yang anodik dan katodik berada.
Elektrolit dalam korosi dapat berupa air, tanah , dan udara basah.

Gambar 2.1. Skema reaksi elektrokimia

Korsi haya dapat terjadi jika keempat syarat tersebut dipenuhi. Korosi
terjadi karena tidak seragamnya partikel logam timbul beda potensial antara
bagian yang aktif dan yang pasif. Pada proses korosi terdapat dua macam reaksi
yang terjadi, yakni:
1. Reaksi oksidasi di anoda
M

M+n + ne-

... (4)

2. Reaksi reduksi di katoda


a. Pelepasan Hidrogen
2H+ + 2eb. Reduksi Oksigen dalam larutan asam

H2

O2 + 4H+ + 4e-

... (5)

2H2O

... (6)

c. Reduksi Oksigen dalam larutan basa atau netral


O2 + 2H2O + 4e-

4OH

... (7)

d. Reduksi ion logam


Mk+ + l e-

Mk-l

... (8)

e. Pengendapan logam
M+ + n e2.2.

... (9)

Macam Macam Korosi dan Cara Pencegahannya

1. Uniform Attack ( korosi seragam )


Uniform Attack adalah korosi yang terjadi pada permukaan
logam akibat reaksi kimia karena pH air yang rendah dan udara
yang lembab,sehingga makin lama logam makin menipis.
Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen.
Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara diberi lapis lindung yang
mengandung inhibitor seperti gemuk. Contahnya untuk lambung

kapal diberi proteksi katodik. Pencegahan juga dapat dilakukan


dengan cara pemeliharaan material yang tepat dan untuk jangka
pemakain yang lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga
0,4%
2. Pitting corrosion ( korosi sumur )
Pitting corrosion adalah korosi yang disebabkan karena
komposisi logam yang tidak homogen yang dimana pada daerah
batas timbul korosi yang berbentuk sumur. Korosi jenis ini dapat
dicegah dengan cara memilih bahan-bahan yang homogen,
diberikan inhibitor, dan diberikan coating dari zat agresif.
3. Errosion Corrosion ( korosi erosi )
Errosion Corrosion adalah korosi yang terjadi karena keausan
dan menimbulkan bagian bagian yang tajam dan kasar, bagian
bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga diakibatkan
karena fluida yang sangat deras dan dapat mengkikis film
pelindung pada logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan
propeller. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara memiilih
bahan yang homogeny, diberi coating dari zat agresif, diberikan
inhibitor, dan hindari aliran fluida yang terlalu deras.
4. Galvanis corrosion ( korosi galvanis)
Galvanis corrosion adalah korosi yang terjadi karena adanya
dua logam yang berbeda dalam satu elektrolit sehingga logam
yang lebih anodik akan terkorosi. Korosi ini dapat dicegah dengan
cara diberi isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran
elektolit, memasang proteksi katodik, dan penambahan anti
korosi inhibitor pada cairan.
5. Stress corrosion ( korosi tegangan )
Korosi ini terjadi karena butiran logam yang berubah bentuk
yang diakibatkan karena logam mengalami perlakuan khusus
(seperti diregang dan ditekuk) sehingga butiran menjadi tegang

dan butiran ini sangat mudah bereaksi dengan lingkungan. Korosi


jenis ini dapat dicegah dengan cara diberi inhibitor dan apabila
ada logam yang mengalami stres maka logam harus direlaksasi.
6. Crevice corrosion ( korosi celah )
Crevice corrosion

adalah korosi yang terjadi pada logam

yang berdempetan dengan logam lain diantaranya ada celah


yang dapat menahan kotoran dan air sehingga kosentrasi O 2
pada mulut kaya dibanding pada bagian dalam, sehingga bagian
dalam lebih anodik dan bagian mulut jadi katodik. Korosi ini
dapat dicegah dengan cara diberi isolator, dikeringkan bagian
yang basah dan dibersihkan kotoran yang ada.
7. Korosi mikrobiologi
Korosi mikrobiologi adalah korosi yang terjadi karena mikroba.
Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri,
jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap
degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju
korosi di suatu area, berhubungan dengan permukaan korosi
menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis
(lapisan film tipis atau biofilm). Pembentukan lapisan tipis saat 2
4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya
bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan. Korosi jenis
ini dapat dicegah dengan cara memilih logam yang tepat untuk
suatu lingkungan dengan kondisi-kondisinya, memberi lapisan
pelindung agar lapisan logam terlindung dari lingkungannya,
memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif, perlindungan
secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan,
dan memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air, lumpur
dan zat korosif lainnya.
8. Fatigue corrosion

Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus


yang

terus

berulang

sehingga

smakin

lama

logam

akan

mengalami patah karena terjadi kelelahan logam. Korosi ini


biasanya terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak dan
propeller kapal. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara
menggunakan inhibitor dan memilih bahan yang tepat atau
memilih bahan yang kuat korosi.
2.3.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi laju korosi


Laju korosi maksimum yang diizinkan dalam lapangan

minyak adalah 5 mpy (mils per year, 1 mpy = 0,001 in/year),


sedangkan normalnya adalah 1 mpy atau kurang. Umumnya
masalah korosi disebabkan oleh air, tetapi ada beberapa faktor
selain air yang mempengaruhi laju korosi, diantaranya :
1. Faktor Gas Terlarut.
a. Oksigen

(02),

adanya

oksigen

yang

terlarut

akan

menyebabkan korosi pada metal seperti laju korosi pada


mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya
kandungan

oksigen.

merupakan

fungsi

Kelarutan
dari

oksigen

tekanan,

dalam

temperatur

air
dan

kandungan klorida. Untuk tekanan 1 atm dan temperatur


kamar,

kelarutan

oksigen

adalah

kelarutannya

akan

berkurang

temperatur

dan

konsentrasi

dengan

10

ppm

dan

bertambahnya

garam.

Sedangkan

kandungan oksigen dalam kandungan minyak-air yang


dapat mengahambat timbulnya korosi adalah 0,05 ppm
atau kurang. Reaksi korosi secara umum pada besi karena
adanya kelarutan oksigen adalah sebagai berikut :
Reaksi Anoda : Fe
... (10)

Fe2- + 2e

4OH-

Reaksi katoda : O2 + 2H2O + 4e


... (11)
b. Karbondioksida

(CO2),

jika

kardondioksida

dilarutkan

dalam air maka akan terbentuk asam karbonat (H 2CO2)


yang

dapat

menurunkan

pH

air

dan

meningkatkan

korosifitas, biasanya bentuk korosinya berupa pitting yang


secara umum reaksinya adalah :
CO2 + H2O

H2CO3

... (12)
Fe + H2CO3

FeCO3 + H2

... (13)
FeCO3 merupakan corrosion product yang dikenal sebagai
sweet corrosion
2. Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi
walaupun kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan
meningkatnya temperatur. Apabila metal pada temperatur yang
tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk korosi.
3. Faktor pH
pH netral adalah 7, untuk pH < 7 bersifat asam dan korosif,
sedangkan untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk
besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 - 13. Laju korosi akan
meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.
4. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat
menjadi gas H2S, yang mana jika gas tersebut kontak dengan
besi akan menyebabkan terjadinya korosi.
5. Faktor Padatan Terlarut
a. Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan
lapisan stainless steel. Padatan ini menyebabkan

terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga


menyebabkan pecahnya alloy. Klorida biasanya
ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi
tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses
korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan konduktivitas
larutan garam, dimana larutan garam yang lebih
konduktif, laju korosinya juga akan lebih tinggi.
b. Karbonat (CO3), kalsium karbonat sering digunakan
sebagai pengontrol korosi dimana film karbonat
diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal,
tetapi dalam produksi minyak hal ini cenderung
menimbulkan masalah scale.
c. Sulfat (SO4), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam
minyak. Dalam air, ion sulfat juga ditemukan dalam
konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan,
dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfida yang
korosif.
6. Lingkungan
a. Lokasi, tergantung pada lokasi logam atau pipa berada :
di daerah yang basah atau kering, panas atau dingin,
kondisi air tawar atau air laut, di permukaan atau di
bawah tanah, memiliki potensi bahan kimia, produksi
minyak, dan apakah mengandung uap atau gas.
b. Mechanical, kondisi pipa atau logam mendapatkan stress
(tekanan), mengalami fatigue (tekanan), terjadi
pemindahan, adanya proses kavitasi, erosi dan freeting.
7. Media Korosif
Dengan perubahan konsentrasi media korosif pada
lingkungan benda konstruksi akan menimbulkan beberapa
kondisi korosi. Pengaruh konsentrasi dapat menimbulkan

karakteristik berbeda antara kedua benda konstruksi. Untuk


material tertentu, konsentrasi korosif sebanding dengan
kecepatan korosi.
8. Organisme
Pengaruh mikroorganisme terhadap korosi ada 2 macam,
yaitu:
a. Secara langsung : menghasilkan zat korosif seperti
hidrogen sulfida, karbon dioksida, amonia, asam organik
dan anorganik
b. Secara tidak langsung : menghasilkan zat katalisator atau
depolarisasi yang merupakan bahan untuk mempercepat
reaksi korosi antara material dengan lingkungannya.
Akibat lainnya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan
mikroorganisme antara lain :
1) Bakteri aerob akan membutuhkan O2 untuk melakukan
metabolisme
2) O2 yang dibutuhkan ini sebagian akan menjadikan awal
proses korosi pada material
Aspek yang ditimbulkan oleh mikroorganisme dalam
menstimulus korosi :
1) Pemakan perlindungan (coating)
2) Merupakan perangkap zat korosif
3) Hasil feses atau limbah metabolisme mikroorganisme
9. Lingkungan Industri Minyak
Pada umumnya di lingkungan industri minyak terdapat tiga
area yang sering mengalami korosi, yaitu kegiatan produksi
(production), pendistribusian dan penyimpanan (transportation
and storage), dan operasi pemisahan (refinery operation). Di
daerah sumur kondensasi (well condensates) akan sangat
banyak terjadi korosi karena kedalaman yang lebih dari 5000 ft,

temperatur terendah dalam sistem adalah 160oF dan tekanan


1500 lb/m2, dan pH dalam sistem ini adalah 5,4 sehingga bersifat
asam ( di dalamnya terkandung asam organik).
Untuk mengetahui karakteristik korosi dalam sumur dilakukan
beberapa tindakan, yaitu inspeksi permukaan peralatan,
membuat analisa terhadap karbon dioksida dan asam organic,
pengujian coupon exposure, dan survei terhadap tubing kapiler.
Korosi dapat dihambat dengan beberapa cara, misalnya :
1.

Pemakaian logam alloy dengan cara :


a) Pembentukan lapisan pelindung
b) Menaikkan tegangan elektroda

2.

Pemakaian lapisan pelindung dengan cara :


a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

3.

2.4.

Pengecatan
Pelapisan senyawa organik (pelumas)
Pelapisan dengan gelas
Pelapisan dengan logam
Dilapisi logam yang lebih mulia
Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi
Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan

dihubungkan
h) Dicampur dengan logam lain
Elektrokimiawi dengan cara eliminasi perbedaan tegangan:
a) Menaikkan kemurnian logam
b) Mencegah kontak 2 logam
c) Memakai inhibitor
d) Isolasi logam dari larutan, dan lain-lain.
Pengendalian Korosi
Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat

menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk


pengendalian terbentuknya korosi. Banyak cara sudah ditemukan untuk
pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik,
coating, pengecatan dan penggunaan chemical inhibitor.
1. Proteksi Katiodik
Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk
memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di

luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang
kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan logam tersebut dan masuk ke
dalam larutan yang ada sehingga logaml tersebut berkarat. Terlihat disini karena
perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang
dan akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga
logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut cathodic
protection.
Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda
buatan sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti,
sehingga akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi. Anoda
buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah
lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diprotekasi dan antara dan
pipa dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan
pipa tersebut dapat mengalir terus menerus.
2. Coating
Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu
bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi. Misalnya pelapisan dengan
semen (concrete coating). Pelapisan ini digunakan pada pipa yang akan dipasang
pada daerah air laut, dimana ketebalan semen diharapkan akan dapat
menghindarkan kontaminasi secara langsung antara air laut dengan permukaan
pipa dan juga selain itu lapisan semen ini juga digunakan sebagai pemberat pipa
yang akan diletakkan didasar laut sehingga tidak memerlukan lagi pemberat.
Namun kelemahan dari pelapisan semen pada jaringan pipa dasar laut adalah
sulit sekali untuk melakukan pemeliharaan atau melakukan inspeksi dengan
peralatan yang sederhana, hal ini disebabkan jaringan pipa tersebut sudah tertutup
lumpur di dasar laut. Maka untuk melakukan pemeriksaan digunakan intelegent
pig yang dimasukkan dalam jaringan pipa dan didorong oleh fluida yang mengalir
pada jaringan pipa tersebut. Dengan pekerjaan yang relatif sederhana intelegent
pig dapat memberikan informasi tentang cacat yang ada pada jalur pipa
transportasi cukup akurat, baik jenis cacatnya maupun lokasi dimana cacat itu
berada. Sehingga sangat memudahkan bagi kita untuk memperbaikinya.

3. Pengecatan (painting)
Pengecatan untuk subsea pipeline hanya mungkin dilakukan pada awal
instalasi, sehingga untuk pipa yang terendam air pemeliharaan dengan cara
pengecatan tidak mungkin dan tidak dilakukan. Pemeliharaan dengan pengecatan
dilakukan untuk instalasi pipa yang berada pada bagian permukaan. Dalam
pengecatan perlu diperhatikan penggunaan cat yang sesuai dengan standart dan
ketebalan cat perlu diperhatikan, yaitu ketebalan antara primer coat, intermediate
coat dan top coat. Sebelum pipa dicat harus dilakukan sandblasting terlebih
dahulu, untuk memastikan bahwa tidak ada air atau kotoran yang dapat
menyebabkan korosi setelah dilakukan pengecatan. Untuk subsea pipelinecara ini
tidak dilakukan karena umur cat yang terbatas, sehingga untuk subsea pipeline
cara yang sering digunakan yaitu dengan cara pelapisan dengan meggunakan
semen atau aspal.
4. Pemakaian Bahan - Bahan Kimia (chemical inhibitor)
Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan
suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat
menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada
prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu
maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut
inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada
permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang tebentuk mempunyai ikatan
yang sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion inhibitor umumnya
berbentuk fluida atau cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena
inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani kororsi
maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya.
Material corrosion inhibitor terbagi 2, yaitu :
a. Organik Inhibitor
Organik inhibitor adalah inhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan
yang mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari organik

inhibitor antara lain, turunan asam lemak alifatik, yaitu: monoamin, diamin,
amida, asetat, oleat, dan senyawa-senyawa amfoter.
b. Inorganik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak mengandung unsur
karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inorganik inhibitor antara lain
kromat, nitrit, silikat, dan pospat.
Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
a.) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan
tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat
dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan
terhadap logamnya.
b.) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak, sehingga
lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.
c.) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia
yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut
membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.
d.) Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat
mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat dianggap
terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan penghantar
elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan menaikkan polarisasi
anodik, atau menaikkan polasisasi katodik atau menaikkan tahanan listrik dari
rangkaian melalui pembentukan endapan tipis pada permukaan logam.
Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi yang diperoleh secara
eksperimentil.

You might also like