Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Definisi Korosi
Korosi merupakan suatu bentuk reaksi elektrokimia akibat interaksi antara
logam dan logam atau sebagai suatu bentuk degradasi logam dari keadaan
berenergi tinggi ke energi rendah. Korosi dapat didefinisikan sebagai kerusakan
atau penurunan kualitas material yang disebabkan oleh reaksi dengan lingkungan
atau kebalikan dari proses metalurgi ekstraktif. Korosi adalah peristiwa perusakan
logam akibat terjadinya reaksi kimia dengan lingkungan yang menghasilkan
produk yang tidak diinginkan. Lingkungan dapat berupa asam, basa, oksigen dari
udara, oksigen didalam air atau zat kimia lain.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa
korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi logam merupakan salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi
oleh kelompok industri maju. pengaruh korosi dapat terlihat (pembentukan karat
pada permukaan besi) dan tidak terlihat (keretakan serta terjadinya pengurangan
kekuatan logam di bawah permukaan).
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu
dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)
Fe2+(aq) + 2e
E0= +0,44 V
... (1)
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e
2H2O(l)
E0= +0,40
... (2)
O2(g) + 2H2O(l) + 4e
4OH-(aq)
E0= +1,23 V
... (3)
atau
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi
membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi,
yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode
dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi
sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi
dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).
Faktor-faktor yang yang menyebabkan terjadinya korosi adalah :
1) Kelembaban udara
2) Elektrolit
3) Zat terlarut pembentuk asam
4) Adanya asam
5) Adanya O2
6) Lapisan pada permukaan logam
7) Letak logam dalam deret potensial reduksi
Dalam industri dan konstruksi, korosi menjadi masalah
terutama karena menurunnya kekuatan logam atau tidak
berfungsinya suatu sistem sebagaimana mestinya.Misalnya pipa
yang bocor akibat korosi erosi, tangki yang bocor akibat korosi
sumuran, lambung kapal menipis dan akhirnya pecah akibat
korosi merata, sebuah jembatan runtuh akibat korosi retak
tegang, dan lainnya.
Prinsip dasar korosi, adanya reaksi kimia disertai transfer elektron meliputi
terpenuhinya empat syarat pokok, yaitu :
1. Logam anoda : logam dengan potensial antarmuka yang relatif lebih
negatif dari logam terhadapa mana ia berhubungan.
2. Logam katoda : logam dengan potensial antarmuka yang relatif lebih
positif dari terhadap mana ia berhubungan.
3. Hubungan listrik : media yang dapat menghasilkan arus listrik yang
berlangsung antara anoda dan katoda. Pada umumnya hubungan listrik ini
berupa sambungan logam.
4. Elektrolit : media pada mana logam yang anodik dan katodik berada.
Elektrolit dalam korosi dapat berupa air, tanah , dan udara basah.
Korsi haya dapat terjadi jika keempat syarat tersebut dipenuhi. Korosi
terjadi karena tidak seragamnya partikel logam timbul beda potensial antara
bagian yang aktif dan yang pasif. Pada proses korosi terdapat dua macam reaksi
yang terjadi, yakni:
1. Reaksi oksidasi di anoda
M
M+n + ne-
... (4)
H2
O2 + 4H+ + 4e-
... (5)
2H2O
... (6)
4OH
... (7)
Mk-l
... (8)
e. Pengendapan logam
M+ + n e2.2.
... (9)
terus
berulang
sehingga
smakin
lama
logam
akan
(02),
adanya
oksigen
yang
terlarut
akan
oksigen.
merupakan
fungsi
Kelarutan
dari
oksigen
tekanan,
dalam
temperatur
air
dan
kelarutan
oksigen
adalah
kelarutannya
akan
berkurang
temperatur
dan
konsentrasi
dengan
10
ppm
dan
bertambahnya
garam.
Sedangkan
Fe2- + 2e
4OH-
(CO2),
jika
kardondioksida
dilarutkan
dapat
menurunkan
pH
air
dan
meningkatkan
H2CO3
... (12)
Fe + H2CO3
FeCO3 + H2
... (13)
FeCO3 merupakan corrosion product yang dikenal sebagai
sweet corrosion
2. Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi
walaupun kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan
meningkatnya temperatur. Apabila metal pada temperatur yang
tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk korosi.
3. Faktor pH
pH netral adalah 7, untuk pH < 7 bersifat asam dan korosif,
sedangkan untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk
besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 - 13. Laju korosi akan
meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.
4. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat
menjadi gas H2S, yang mana jika gas tersebut kontak dengan
besi akan menyebabkan terjadinya korosi.
5. Faktor Padatan Terlarut
a. Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan
lapisan stainless steel. Padatan ini menyebabkan
2.
3.
2.4.
Pengecatan
Pelapisan senyawa organik (pelumas)
Pelapisan dengan gelas
Pelapisan dengan logam
Dilapisi logam yang lebih mulia
Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi
Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan
dihubungkan
h) Dicampur dengan logam lain
Elektrokimiawi dengan cara eliminasi perbedaan tegangan:
a) Menaikkan kemurnian logam
b) Mencegah kontak 2 logam
c) Memakai inhibitor
d) Isolasi logam dari larutan, dan lain-lain.
Pengendalian Korosi
Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat
luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang
kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan logam tersebut dan masuk ke
dalam larutan yang ada sehingga logaml tersebut berkarat. Terlihat disini karena
perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang
dan akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga
logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut cathodic
protection.
Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda
buatan sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti,
sehingga akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi. Anoda
buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah
lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diprotekasi dan antara dan
pipa dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan
pipa tersebut dapat mengalir terus menerus.
2. Coating
Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu
bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi. Misalnya pelapisan dengan
semen (concrete coating). Pelapisan ini digunakan pada pipa yang akan dipasang
pada daerah air laut, dimana ketebalan semen diharapkan akan dapat
menghindarkan kontaminasi secara langsung antara air laut dengan permukaan
pipa dan juga selain itu lapisan semen ini juga digunakan sebagai pemberat pipa
yang akan diletakkan didasar laut sehingga tidak memerlukan lagi pemberat.
Namun kelemahan dari pelapisan semen pada jaringan pipa dasar laut adalah
sulit sekali untuk melakukan pemeliharaan atau melakukan inspeksi dengan
peralatan yang sederhana, hal ini disebabkan jaringan pipa tersebut sudah tertutup
lumpur di dasar laut. Maka untuk melakukan pemeriksaan digunakan intelegent
pig yang dimasukkan dalam jaringan pipa dan didorong oleh fluida yang mengalir
pada jaringan pipa tersebut. Dengan pekerjaan yang relatif sederhana intelegent
pig dapat memberikan informasi tentang cacat yang ada pada jalur pipa
transportasi cukup akurat, baik jenis cacatnya maupun lokasi dimana cacat itu
berada. Sehingga sangat memudahkan bagi kita untuk memperbaikinya.
3. Pengecatan (painting)
Pengecatan untuk subsea pipeline hanya mungkin dilakukan pada awal
instalasi, sehingga untuk pipa yang terendam air pemeliharaan dengan cara
pengecatan tidak mungkin dan tidak dilakukan. Pemeliharaan dengan pengecatan
dilakukan untuk instalasi pipa yang berada pada bagian permukaan. Dalam
pengecatan perlu diperhatikan penggunaan cat yang sesuai dengan standart dan
ketebalan cat perlu diperhatikan, yaitu ketebalan antara primer coat, intermediate
coat dan top coat. Sebelum pipa dicat harus dilakukan sandblasting terlebih
dahulu, untuk memastikan bahwa tidak ada air atau kotoran yang dapat
menyebabkan korosi setelah dilakukan pengecatan. Untuk subsea pipelinecara ini
tidak dilakukan karena umur cat yang terbatas, sehingga untuk subsea pipeline
cara yang sering digunakan yaitu dengan cara pelapisan dengan meggunakan
semen atau aspal.
4. Pemakaian Bahan - Bahan Kimia (chemical inhibitor)
Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan
suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat
menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada
prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu
maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut
inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada
permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang tebentuk mempunyai ikatan
yang sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion inhibitor umumnya
berbentuk fluida atau cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena
inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani kororsi
maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya.
Material corrosion inhibitor terbagi 2, yaitu :
a. Organik Inhibitor
Organik inhibitor adalah inhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan
yang mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar dari organik
inhibitor antara lain, turunan asam lemak alifatik, yaitu: monoamin, diamin,
amida, asetat, oleat, dan senyawa-senyawa amfoter.
b. Inorganik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak mengandung unsur
karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inorganik inhibitor antara lain
kromat, nitrit, silikat, dan pospat.
Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
a.) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan
tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat
dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan
terhadap logamnya.
b.) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak, sehingga
lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.
c.) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia
yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut
membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.
d.) Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat
mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat dianggap
terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan penghantar
elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan menaikkan polarisasi
anodik, atau menaikkan polasisasi katodik atau menaikkan tahanan listrik dari
rangkaian melalui pembentukan endapan tipis pada permukaan logam.
Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi yang diperoleh secara
eksperimentil.