You are on page 1of 31

2.

Skenario A blok 23 2014

A woman attends a routine appointment at 31 weeks gestation. She is 26 years old and this is
her fifth pregnancy.She has four childrens, all spontaneous vaginal deliveries at term. Her
fourth child is 18 months old and the delivery was complicated by postpartum haemorrhage
(PPH) requiring 4 unit blood transfusion. She is reffered by midwife to doctor (public health
ccentre) with possibility of breech presentation. The mother complains of malaise and dizzy.
Due to her economic condition, she admits that during her pregnancy she only eat some food
that she can afford to buy. She feel generally tired and atributes this to caring for her four
young children. She reports good fetal movements (more than 10 per day).
In the examination findings :
Height = 150 cm, weight 45 kg,blood pressure 126/73, pulse = 92 x/m, RR 22 x/m
Palpebral conjungtiva looked pale
Outer examination : hard parts are palpable in the right side of mothers abdomen
Haemoglobin= 7,8 g/dl; MCV 68 fL; MCHC 28 g/dl; Serum iron level 32 g/dl; TIBC 510
mg/dl; WBC 11.200 /l, Platelet 237.000/l; urinalysis negative, blood group : A negative, no
atypical antibodies detected.

2.3 Paparan
I. Klarifikasi istilah
1. Antenatal

: sebelum kelahiran

2. Gestasi

: periode perkembangan anak dari saat pembuahan


ovum sampai lahir

3. Pregnancy

: keadaan mengandung embrio atau fetus yang


bertumbuh didalam tubuh setelah penyatuan sel telur
dengan spermatozoa.

4. Post partum haemorrhagic

: pendarahan paska persalinan, adalah pendarahan yang


masif lebih dari 500 ml setelah bayi lahir yang berasal
dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan
lahir dan jaringan sekitarnya

5. Presentasi bokong

: kaki janin pada persalinan, kaki mungkin berada disisi


bokong; tungkai dalam posisi ekstensi di depan badan
dan kaki berada di depan wajah, atau satu atau kedua
kaki atau lutut dapat keluar ke vagina ibu

6. Malaise

: perasaan tidak nyaman yang samar

7. Dizzy

: sensasi terombang ambing dan perasaan adanya


pergerakan di dalam kepala atau pusing

8. Spontaneous vaginal deliveries

: pengeluaran bayi dan membran plasenta pada saat


melahirkan melalui vagina tanpa pengaruh eksternal

II. Identifikasi masalah


1.

A woman attends a routine appointment at 31 weeks gestation. She is 26 years old and
this is her fifth pregnancy.

2.

She has four childrens, all spontaneous vaginal deliveries at term. Her fourth child is
18 months old and the delivery was complicated by postpartum haemorrhage (PPH)
requiring 4 unit blood transfusion.

3.

She is reffered by midwife to doctor (public health ccentre) with possibility of breech
presentation.

4.

The mother complains of malaise and dizzy, feel generally tired and atributes this to
caring for her four young children.

5.

Due to her economic condition, she admits that during her pregnancy she only eat
some food that she can afford to buy.

6.

She reports good fetal movements (more than 10 per day).

7.

Phsysical examination findings

8.

Laboratorium findings

III. Analisis Masalah


1. A woman attends a routine appointment at 31 weeks gestation. She is 26 years old and
this is her fifth pregnancy.
a. Bagaimana perkembangan janin pada kehamilan normal? (1)
b. Bagaimana perubahan fisik dan fisiologis yang terjadi pada ibu hamil? (2)
a. Sistem Reproduksi
1. Uterus
Perubahan yang amat jelas pada aatomi maternal adalah perbesaran
uterus untuk menyimpan bayi yang sedang tumbuh. Uterus akan bertambah
besar, beratnya meningkat dari 30 gram menjadi 1000 gram dengan ukuran 32
x 24 x 22 cm dengan kapasitas 4000 cc.

Perbesaran ini disebabkan oleh hypertrofi dari otot-otot rahim, tetapi


pada kehamilan muda terbentuk serabut-serabut otot yang berhubungan,
termasuk jaringan fibroelastik, darah dan saraf. Pertumbuhan jaringan uterus
pada masa awal kehamilan disebabkan oleh hormon esterogen yang
merangsang serabut otot dan menyebabkan dinding rahim menebal.
Pertumbuhan uterus ini disebut pertumbuhan aktif.
Pada masa kehamilan uterus menjadi mudah teraba. Pada minggu
petama, isthmus rahim mengalami hypertrofi dan bertambah panjang, sehingga
bila diraba terasa lebih lunak. Hal ini disebut tanda Hegars pada kehamilan.
Bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
diikuti oleh makin besarnya aliran darah menuju rahim dari arteri uterina dan
arteri ovarika. Otot rahim mempunyai susunan istimiwe yaitu longitudinal,
sirkuler, dan oblika sehingga keseluruhannya membuat anyaman yang dapat
menutup pembuluh darah dengan sempurna. Meningkatnya pembuluh darah
menuju rahim memperngaruhi serviks yang akan mengalami perlunakan.
Serviks hanya memiliki sekitar 10% jaringan otot. Sebab-sebab perlunakan
serviks ialah karena pembuluh darah dalam servik bertambah dan karena
timbulnya oedema dari serviks dan hiperplasia kelenjar-kelenjar serviks.
2. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkaan pembuluh darah karea
pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiruan. Warna livid
pada vagina dan portio serviks disebut tanda Chadwick. Kekenyalan vagina
bertambah, artinya daya regang bertambah, sebagai persiapan persalinan.
Berkaitan dengan perubahan fisiologi pada vagina, Sulaiman
Sastrawinata (1983:143) mengatakan bahwa getah dalam vagina biasanya
bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam pH 3,5 6,0. Reaksi asam ini
disebabkan terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil penghancuran
glycogen yang berada dalam sel-sel epithel vagina oleh bacil-bacil Doderlein.
3. Ovarium
Pada masa kehamilan, ovulasi terhenti. Indung telur yang mengandung
kospus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu yang mengambil alih
pengeluaran esterogen dan progesteron.
b. Sistem Integumen
1. Dinding Perut (Abdominal Wall)

Pada kehamilan lanjut pada primi ravida sering timbul garis-garis


memajang atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut striae gravidarum.
Kadang, garis-garis ini terdapat juga pada buah dada dan paha.
Perbesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastik dibawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum.
Bila terjadi peregangan hebat, misalnya pada hidramnion dan kehamilan
ganda,dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea albae
bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra.
2. Payudara
Salah satu petunjuk pada wanita yang menandakan bahwa mengalami
kehamilan adalah nyeri tekan pada payudara, yang secara bertahap mengalami
perbesaran kerena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai
darah. Puting susu menjadi lebih menonjol dan keras dan pada awal kehamilan
keluar cairan kuning yang lengket yang disebut colostrum. Area berpigmen
disekotar

puting,

areola, tumbuh

lebih gelap

dan kelenjar-kelenjar

Montogomery menonjol keluar. Perubahan teesebut disebabkan pengaruh


hormonal.
c. Sistem Endokrin
1. Kelenjar Tiroid
Selama masa kehamilan, basal metabolic rate (BMR) meningkat
hampir 20% dan kelenjar tiroid membersar, tetapi jumlah hormon yang
dihasilkan tetap sama (tiroksin). Ukurannya meningkat karena pertumbuhan
sel-sel acinar, dan meningkatnya matabolic rate disebabka karena banyak
oksigen yang digunakan lebih banyak.
2. Kelenjar Paratiod
Kelenjar paratoid ukurannya menigkat selama masa kehamilan,
terutama selama minggu ke-15 sampai ke-30 ketika kebutuhan kalsium janin
lebih besar. Hormon paratoid penting untuk mempertahankan kecukupan
kalsium dalam darah, danpa hormon tersebut metabolisme tulang dan otot
akan terganggu.
3. Pankreas
Insulin dihasilkan oleh sekelompok sel-sel kecil yang disebut pulau
Langerhans, yang terjadi diseluruh jaringan pankreas. Selama masa kehamilan
sel-sel ini tumbuh dan menghasilkan lebih banyak insulin untuk memenuhi
kebutuhan yang meningkat. Walaupun demikian, karena keterbatasan

penyimpanan glikogen, wanita sehat yang hamil kurang mampu mengatasi


jumlah gula yang berlebihan.
4. Kelejar Pituitari
Lobus anterior dari kelenjar pituitaru mengalami sedikit pembesaran
selama kehamilan dan terus menghasilkan semua hormon tropik, tetapi dengan
jumlah yang sedikit berbeda. Follicle-stimulating hormone (FSH) ditekan oleh
chorionic gonadotripon (hCG) yang dihasilkan dalam plasenta. Hormon
pertumbuhan berkurang dan hormon melanotropik meningkat, menyebabkan
peningkatan pigmentasi puting susu, wajah, dan abdomen. Pembentukan
prolakstin menignkat dan lanjt setelah persalinan selama menyusui.
5. Kelenjar Adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan, terutama bagian
kortikal yang membentuk kortin. Jumlah ion natriun dan kalium dalam aliran
darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari kelenjar adrenala mensekresi
epimephrine, hormon yang sangat penting. Kehamilan tidak mengubah ukuran
atau fungsi kedua medula.
d. Sistem Kardiovaskuler (Sirkulasi Darah)
Pada volume darah, volume darah total dan volume plasma darah naik
pesat sejak akhir timester pertama. Volume darah aka bertambah banyak, kira-kira
25% dengan puncaknya pada kehamila 32 minggu, diikuti curah jantung (cardiac
output) yang meningkat sebanyak 30%. Akibat hemodilusi yang mulai jelas
kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat
jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis. Kenaikan plasma darah dapat
mencapai 40% saat mendekati cukup bulan. Kemudian gambaran protein dalam
serum juga berubah, jumlah protein, albumin dan gamaglobulin menurun dalam
triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan. Betaglobulin dan fibrinogen terus meningkat.
Berkaitan dengan sistem sirkulasi darah, Rustam Mochtar (1998:38)
mengatakan bahwa tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama
trimester kedua, dan kemudian akan naik lagi seperti pada pra-hamil. Tekanan
vena dalam batas-batas normal pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik
setelah akhir trimester pertama.
e. Sistem Muskuloskeletal
1. Gigi, Tulang, dan Persendian

Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligamen-ligamen


melunak (softlistening). Juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian.
Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin,
kalsium maternal pada tulang-tulang panjang akan berkurang untuk memenuhi
kebutuhan ini. Bila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak akan kekurangan
kalsium.
Berkaitan dengan perubahan pada gigi, Persis Mary Hamilton
(1995:67) mengatakan bahwa selama masa kehamilan wanita membutuhkan
kira-kira seoertiga lebih banyak kalsium dan fosfor. Dengan diit yang
seimbang kebutuhan tersebut terpenuhi dengan baik.
2. Otot
Kram otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama
kehamilan,

hal

tersebut

terjadi

kemungkinan

berhubungan

dengan

metabolisme kalsium da fosfor, kurangnya drainase sisa metabolisme otot, atau


postur yang tidak seimbang. Kram biasanya terjadi setelah berdiri sepanjang
hari dan pada malam hari setelah tubuh istirahat.
f. Sistem Pernapasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini
disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma akibat perbesaran rahim.
Sebagai kompensitas terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen
meningkat, sorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari
biasanya yaitu menggunakan pernapasan dada.
g. Sistem Gastrointestinal (Pencernaan)
Tingginya kadar progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan kontraks otot polos. Sekresi
saliva menjadi lebih asam dan lebih banyak, dan asam lambung menurun.
Perbesaran uterus akan menekan diaframa, lambung dan intestin.
Pada bulan-bulan awal masa kehamilan, sepertiga dari wanita hamil
mengalami mual (morning sickness) dan muntah (emesis gravidarum).
Sebagaimana kehamilan berlanjut, penurunan asam lambung, melambatkan
pengosongan lambung dan menyebabkan kembung. Menurunnya gerakan
peristaltik tidak saja menyebabkan mual tetapi juga konstipasi, karena lebih
banyak feses terdapat dalam usus, lebih banyak air diserap akan semakin keras

jadinya. Konstipasi juga disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah
pada awal masa kehamilan dan kembali pada akhir masa kehamilan.
h. Sistem Perkemihan
Berkaitan dengan sistem perkemihan, dalam ginjal yang normal mampu
mengatasi kerja tambahan tanpa menyebabkan masalah tekanan karena
pertumbuhan janin menyebabkan stosis urin.
Dibawah keadaan yang normal, peningkatan kegiatan penyaringan darah
bagi ibu dan janin tidak membuat ginjal dan ureter bekerja ekstra. Keduanya
menjadi dilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat, gerakan urin
ke kadung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatka kemungkinan
pielonefritis.
Pada awal kehamilan, suplai darah ke kandung kemih meningkat, dan
perbesaran

uterus

menekan

kandung

kemih.

Faktor

ini

menyebabkan

meningkatnya berkemih. Mendekati kelahiran janin turun lebih rendah ke pelvis,


lebih menekan lagi kandung kemih dan semakin meningkatkan berkemih,
walaupun gejala ini sangat tidak menyenangkan, hal ini tidak menyebabkan
masalah medis yang berarti.
i. Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan
yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin
dan persiapan pemberian ASI. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan
hiperinsulinemia.
Manuaba (1998:106) menguraikan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi
pada metabolisme tubuh wanita hamil, yaitu:
(1) Metabolisme basal meningkat sebesar 15% sampai 20%.
(2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter
menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan
mineral yang diperlukan janin.
(3) Kebutuhan protein makin tinggi sekitar gr/kg BB atau sebutir telur ayam
sehari.
(4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
(5) Kebutuhan zat mineral:

Kalsium, 1,5 gram/hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang


janin.

Fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari.

Zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari.

Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi
air.

(6) Berat badan akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama hamil atau
terjadi kenaikan berat badan sekitar kg/minggu. Janin (3 3,5 kg), plasenta
(0,5 kg), air ketuban (1 kg), timbunan lemak (1,5 kg), timbunan protein (2
kg), dan retensi air-garam (1,5 kg).

c. Bagaimana hubungan usia dengan riwayat kehamilan sebanyak 5 kali? (3)

2. She has four childrens, all spontaneous vaginal deliveries at term. Her fourth child is
18 months old and the delivery was complicated by postpartum haemorrhage (PPH)
requiring 4 unit blood transfusion.
a. Bagaimana anatomi jalan lahir normal? (4)
b. Bagaimana asuhan persalinan normal? (5)
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
Langkah 1
Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda Kala Dua

Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran


Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfinger ani membuka.

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


Langkah 2

Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong


persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia:
tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60
watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi
Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.

Langkah 3
Kenakan atau pakai celemek plastik.
Langkah 4
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
Langkah 5
Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.
Langkah 6
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak terkontaminasi pada alat suntik).
III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
Langkah 7
Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT

Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan

dengan seksama dari arah depan ke belakang


Buang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% Langkah 9)

Langkah 8
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.

Langkah 9
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangah setelah sarung tangan dilepaskan.
Langkah 10
Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 160 x/ menit)

Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal


Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasilhasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran
Langkah 11
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu
ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya

Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi


dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)

dan dokumentasikan sesuai temuan yang ada


Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

Langkah 12

Pinta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
Langkah 13
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan kuat untuk
meneran:

Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif


Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran

apabila caranya tidak sesuai


Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi

berbaring terlentang dalam waktu yang lama)


Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berika cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit
(2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida).

Langkah 14
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
V. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
Langkah 15
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Langkah 16
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
Langkah 17
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

Langkah 18
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
Langkah 19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas
cepat dan dangkal.
Langkah 20
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas

kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong diantara klem tersebut.

Langkah 21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai

Langkah 23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
Langkah 25
Lakukan penilaian (selintas):

Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa kesulitan?


Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan
resusitasi (Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi
bayi baru lahir dengan asfiksi).

Langkah 26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa

membersihkan verniks) kecuali bagian tangan


Ganti handuk basah dengan handuk kering
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.

Langkah 27
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal).
Langkah 28
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).

Langkah 29
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
Langkah 30
Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir pada
sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem
pertama.
Langkah 31
Pemotongan dan pengikatan tali pusat

Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan

pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut


Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua

menggunakan benang dengan simpul kunci


Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

Langkah 32
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Langkah 33
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga
Langkah 34
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 10 cm dari vulva.

Langkah 35
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Langkah 36
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi prosedur di atas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota

keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.


Mengeluarkan plasenta

Langkah 37
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar

5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta


Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

Langkah 38
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase) uterus

Langkah 39
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah


15 detik melakukan rangsangan taktil/ masase.

IX. Menilai Perdarahan


Langkah 40
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
Langkah 41
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
X. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan
Langkah 42
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Langkah 43
Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu bayi (di dada ibu paling
sedikit 1 jam)

Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini


dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara

Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.

Langkah 44
Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak
kulit ibu bayi.
Langkah 45
Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di
paha kanan anterolateral.

Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan


Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di

dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi

Langkah 46
Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam

2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan


Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri.

Langkah 47
Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Langkah 48
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann darah.
Langkah 49
Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam pertama persalinan

Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca

persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Langkah 50
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik
(40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5 37,5).

Kebersihan dan keamanan

Langkah 51
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
Langkah 52
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
Langkah 53
Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
Langkah 54
Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memerikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
Langkah 55
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Langkah 56
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam
keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Langkah 57

Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk yang kering dan bersih.
Dokumentasi
Langkah 58
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV.
c. Apa saja komplikasi persalinan normal? (6)
d. Bagaimana pengaruh jarak antara persalinan keempat dengan kehamilan yang
sekarang dan riwayat PPH terhadap persalinan yang akan datang? (7)
e. Bagaimana etiologi, faktor resiko dan patofisiologi PPH? (8)

3. She is reffered by midwife to doctor (public health ccentre) with possibility of breech
presentation.
a. Bagaimana gambaran kehamilan dengan presentasi bokong? (9)
b. Bagaimana etiologi dan faktor resiko terjadinya malpresentasi dalam suatu
kehamilan? (10)
c. Bagaimana proses terjadinya malpresentasi pada kehamilan? (11)
d. Bagaimana pengaruh presentasi bokong terhadap proses persalinan? (12)

4. The mother complains of malaise and dizzy, feel generally tired and atributes this to
caring for her four young children.
a. Bagaimana etiologi dan mekanisme malaise, lemah dan pusing pada kasus? (13)

5. Due to her economic condition, she admits that during her pregnancy she only eat
some food that she can afford to buy.

a. Bagaimana kebutuhan nutrisi pada ibu hamil? (14)

Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi
selama kehamilan berlangsung. Resiko akan kesehatan janin yang sedang
dikandung dan ibu yang mengandung akan berkurang jika ibu hamil
mendapatkan gizi dan nutrisi yang seimbang. Oleh karena itu, keluarga dan ibu
hamil haruslah memperhatikan mengenai hal ini. Gizi atau nutrisi ibu hamil
kondisinya sama saja dengan pengaturan gizi mengenai pola makan yang
sehat. Cuman saja, ibu hamil harus lebih hati-hati dalam memilih makanan
karena mengingat juga kesehatan janin yang sedang dikandungnya.

Bersama dengan usia kehamilan yang terus bertambah, makan bertambah pula
kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil, khususnya ketika usia kehamilan
memasuki trimester kedua. Pada saat trimester kedua, janin tumbuh dengan
sangat pesat, khususnya mengenai pertumbuhan otak berikut susunan
syarafnya.

Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan berlangsung sangat membantu ibu
hamil dan janin dalam menjalani hari-hari kehamilannya. Tentunya ibu hamil
dan janin akan tetap sehat. Selama kehamilan, kebutuhan nutrisi akan
meningkat sepeti kebutuhan akan kalsium, zat besi serta asam folat. Ibu hamil
haruslah di beri dorongan agar mengkonsumsi makanan yang baik dan bergizi,
ditambah kontrol terhadap kenaian berat badannya selama kehamilan
berlangsung. Kenaikan berat badan yang ideal berkisar antar 12-15 kilogram.

Agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani
hari-hari kehamilannya dengan sehat, makan konsumsi ibu hamil harus
mengandung gizi sebagai berikut:

Kalori. Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran 300400 kkal perharinya. Kalori yang di dapat haruslah berasal dari sumber
makanan yang bervariasi, dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna harus
sebagai acuannya. Baiknya, 55% kalori di peroleh dari umbi-umbian serta nasi
sebagi sumber karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani sebanyak 35%,
10% dari protein dan sayuran serta buahan bisa melengkapi.

Asam Folat. Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak guna
pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin akan

membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per harinya. Jika
janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan membuat
perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin terlahir
dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly (tanpa batok kepala),
mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifda (kondisi dimana tulang
belakang tidak tersambung). Asam folat yang bisa di dapat pada buah-buahan,
beras merah dan sayuran hijau.

Protein. Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun, pembentukan
darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein. Protein dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya atau 10 gram lebih banyak
dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari kacang-kacangan, tempe, putih
telur, daging dan tahu.

Kalsium. Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang


janin. Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat
terhindar dari penyakit osteoporosis. Kenapa hal ini bisa terjadi? karena jika
ibu hamil tidak memiliki kalsium yang cukup, maka kebutuhan janin akan
kalsium akan diambil dari tulang ibunya. Susu dan produk olahan lainnya
merupakan sumber kalsium yang baik, selain kalsium, susu memiliki
kandungan vitamin lain yang dibutuhkan ibu hamil, seerti vitamin A, Vitamin
D, Vitamin B2 vitamin B3 dan vitamin C. Selain dari susu, kacang-kacangan
dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga.

Vitamin A. Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, pertumbuhan


tulang dan kulit. Selain itu vitamin A juga berfungsi sebagai imunitas dan
pertumbuhan janin. Namun meskiun vitamin A sangat dibutuhkan oleh ibu
hamil, namun jangan samapi berlebih dalam mengkonsumsinya, karena jika
ibu hamil mengalami kelebihan vitamin A hal ini dapat membuat janin
terganggu pertumbuhannya.

Zat Besi. Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel


darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Zat
besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu.
Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat diperoleh
pada hati, daging atau ikan.

Vitamin C. Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat besi.
Selain itu vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi lain dari
vitamin C adalah melindungi jaringan dari organ tubuh dari bberbagai macam
kerusakan serta memberikan otak berupa sinyal kimia, hal terjadi karena
vitamin C banyak mengandung antioksidan.

Vitamin D. Dapat meneyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam


pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat di dapat dari
sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan.

b. Bagaimana pengaruh asupan nutrisi ibu pada kehamilan? (15)

6. She reports good fetal movements (more than 10 per day).


a. Bagaimana cara menilai pergerakan janin pada kehamilan? (16)
b. Apa makna klinis pergerakan janin normal pada kasus? (17)
Minggu ke-29 sampai 31. Gerakan bayi makin kuat, teratur dan terkendali. Kadang
Anda sampai merasakan rahim kontraksi.Minggu ke-32 sampai 24. Inilah masa
puncak aktivitas bayi. Dalam minggu-minggu ini, akan merasakan peningkatan
frekuensi dan tipe gerakan bayi, karena dia semakin besar dan kuat.

7. Phsysical examination findings


a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme temuan abnormal pada pemeriksaan fisik?
(18)
Hasil pemeriksaan fisik

Interpretasi

a. TB : 150 cm
BB : 45 kg

Menghitung BMI ibu hamil dengan rumus broca untuk


orang eropa dan disesuaikan oleh katsura untuk orang
indonesia
BMI ibu hamil: BBI +(UH x o,35)
Ket:
BBI : Berat Badan Ibu
UH : Umur kehamilan dalam minggu
0,35 : tambahan berat badan kg/ minggunya
Catatan:

BBI: ( TB-110) jika tinggi badan > 160 cm


BBI: (TB-105) jika tinggi badan < 160 cm
BBI: (TB-100) jika tinggi badan < 150 cm

Jadi menghitung BMI :


Karena tinggi badannya 150, BBI: (150-105 ) = 45
BMI = 45 + (31 x 0,35)
= 45 + 10,85
= 55,85 kg
karena ibu beratnya 45 kg yg seharusnya 55,85 kg maka
ibu mengalami kekurangan nutrisi.
b. TD : 126/73 mmHg
(Normal : 120-140/80-90
mm Hg)
c. Nadi : 92 x/mnt
(normal : 60-100x/mnt)

d. RR : 22x/mnt
(normal : 16-24x/mnt)

( pada ibu hamil mengalami kenaikan BB 10-16 kg)


Masih dalam batas normal

Biasanya pada kehamilan 32 minggu volume darah

akan bertambah banyak 25 %


Masih dalam batas normal

Normal

e. Konjungtiva palpebra Menunjukkan anemi


terlihat pucat
f. Outer
examianation: Pada pemriksaan luar menunjukkan bagian keras yang
Hard

parts

are teraba di bagian kanan abdomen ibu.

palpabled in the right Kemungkinan


side

of

bagian keras teraba tersebut adalalah

mothers bokong atau kepala belum dapat dipastikan, untuk

abdomen

diagnosis pasti bisa menggunakan pemeriksaan USG.

b. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil? (19)

8. Laboratorium findings
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme temuan abnormal pada pemeriksaan
laboratorium? (20)

9.

Apa working diagnosis pada kasus? (21)

10. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang lain yang
diperlukan pada kasus? (leopold I-IV) (22)
a. Presentasi bokong
Pemeriksaan luar (abdomen )
Leopold I :Teraba keras dan bulat, dengan balotemen positif yang
menandakan kepala.
Leopold II : Menentukan punggung janin yang berada disalah satu sisi
pada abdomen dan bagian yang kecil di sisi yang lain.
Leopold III : Terabanya bokong menuju ke pintu atas panggul
Leopold IV : Menunjukan bagian yang turun pada pintu atas panggul
Bunyi jantung janin terdengar sangat jelas pada setinggi atau

sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.


Pemeriksaan dalam : Dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang
ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii dan anus.
Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada
kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang
letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjnag jari kurang
lebih sama dengan telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong
janin

mengalami

edema,

sehingga

kadang-kadang

sulit

membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan


dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan
jari yang dimasukkan mulut akan meraba tulang rahang dan alveola
tanpa hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua
kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi

bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki disamping

bokong.
Pemeriksaan penunjang : Secara ideal, USG seharusnya dapat
mengkonfirmasikan

dugaan

presentasi

bokong

dan

mengidentifikasikannya, dan jika mungkin memberikan informasi


mengenai :
o Tipe dari presentasi bokong
o Derajat fleksi dan ekstensi dari kepala
o Perkiraan berat janin
o Kelainan kongenital
o Volume cairan amnion
o Posisi tali pusat
o Lokasi plasenta
11. Bagaimana tata laksana (farmakologis dan non farmakologis) pada kasus? (anemia,
malpresentasi) (23)
a. Sembuhkan dahulu kondisi anemianya
Pada Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari, ditambah kebutuhan sel

darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.


Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorbsi maka preparat besi untuk
pemberian oral tersedia dalam berbagai bentuk berbagai garam fero
seperti fero sulfat, fero glukonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini
umumnya efektif dan tidak mahal. Di Indonesia, digunakan dalam
suplementasi zat besi adalah ferrosus sulfat, senyawa ini tergolong murah
dan dapat diabsorbsi sampai 20%. Memberikan preparat besi yaitu fero
sulfat, fero glukonat atau Na- fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari
dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program
nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia. Dosis zat besi yang paling tepat untuk

mencegah anemia ibu masih belum jelas.


b. Lakukan manuever eksternal
Greenhill menyatakan bahwa versi spontan adalah hasil yang diharapkan
setelah melakukan Knee Chest Position (KCP) ini. Dilakukan 2 3 kali
sehari selama 10 15 menit. Diharapkan bokong janin yang telah turun
bebas kembali sehingga terjadi versi spontan. Usia kehamilan yang
dianjurkan untuk melakukan KCP adalah pada usia kehamilan
minggu.

30 32

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan diatas 32 minggu. Pada


primigravida 32 34 minggu dan pada multigravida 34 36 minggu.
Sedangkan setelah 38 minggu versi luar sulit dilakukan karena janin sudah

cukup besar, jumlah air ketuban sudah berkurang.


c. Lihat indikasi apakah bayi dapat dilahirkan pervaginam atau perabdomen
Indikasi pervaginam
o Frank atau bokong komplit
o Kepala fetus tidak hiperekstensi
o TBJ 2500-3500 gram
Indikasi perabdomen
o Janin besar
o Janin viable dengan gawat janin
o Nilai anak sangat tinggi ( high social value baby )
o Keadaan umum ibu buruk
o Inpartu tapi dengan kemajuan persalinan yang tidak memuaskan
( partus lama, secondary arrest dsbnya)
o Panggul sempit atau kelainan bentuk panggul
o Hiperekstensi kepala
o Bila sudah terdapat indikasi pengakhiran kehamilan dan pasien
masih belum inpartu (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri
kehamilan dengan oksitosin drip)
o Disfungsi uterus (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri
persalinan dengan oksitosin drip)
o Presentasi bokong tidak sempurna atau presentasi kaki
o Janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat indikasi
untuk segera mengakhiri kehamilan atau persalinan.
o Gangguan pertumbuhan intrauterine berat
o Riwayat obstetri buruk
o Operator tidak berpengalaman dalam melakukan pertolongan
persalinan sungsang spontan pervaginam
o Pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah persalinan
ini.

12. Bagaimana cara pencegahan pada kasus? (24)


13. Apa komplikasi pada kasus?(25)
a. Komplikasi Presentasi bokong
Prolaps tali pusat
Trauma pada bayi akibat : tangan mengalami ekstensi, kepala mengalami

ekstensi, pembukaan serviks belum lengkap, dan disproporsi sefalopelvik


Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, pelepasan plasenta,

dan kepala macet


Perlukaan/trauma pada organ abdomen atau pada leher
Patah tulang leher

b. Komplikasi anemia dalam kehamilan


Bahaya Pada Trimester I : Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan

terjadinya missed abortion, kelainan congenital, abortus / keguguran.


Bahaya Pada Trimester II : Pada trimester II, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum,
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai
kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, BBLR, gestosis dan mudah

terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.


Bahaya Saat inpartu : Anemia dapat menimbulkan gangguan his baik
primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan

dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.


Bahaya Saat Persalinan : Pada saat persalinan anemia dapat
menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia,
persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan
gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk,

2008).
Bahaya Saat post partum : Anemia dapat menyebabkan: atonia uteri,
retensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris
puerpuralis dan gangguan involusio uter

14. Bagaimana prognosis pada kasus? (26)


Resiko persalinan pervaginam pada presentasi bokong lebih tinggi dibandingkan
dengan persalinan presentasi kepala, yaitu :
1.

After coming head

2.

Nuchl arm ( tangan menjungkit )

3.

Prolaps tali pusat

4.

Perdarahan intracranial, robeknya selaput otak

5.

Asfiksia janin karena terjepit tali pusat

6.

Robekan pada pleksus brachialis sehingga menyebabkan parese lengan

7.

Pada ibu dapat timbul laserasi luas jalan lahir.

15. SKDI (27)

Hipotesis : Seorang perempuan mengalami kehamilan kelima dengan presentasi bokong


(G5 P4 A0) dengan komplikasi anemia dan riwayat PPH

IV. Learning Issue


1. Anatomi organ reproduksi perempuan
2. Proses kehamilan normal
Inilah Proses Terjadinya Kehamilan Pada Wanita - Seorang wanita disebut hamil jika sel
telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu
berkembang (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. Pembuahan
itu sendiri berlangsung setelah terjadinya hubungan seksual (persetubuhan) antar lawan jenis,
meskipun tidak semua hubungan seksual akan menghasilkan pembuahan.

Sel yang telah dibuahi akan membelah diri. Mula-mula menjadi 2, lalu 4, 8, 16, 32, 64 dan
seterusnya. Seminggu setelah pembuahan, kelompok sel yang terus tumbuh itu telah sampai
di dalam rongga rahim dan melekatkan diri di dinding rahim (uterus).
Berikut adalah Proses terjadinya Kehamilan Pertama :
BULAN KE 1
Sel telur yang telah dibuahi menjadi sekumpulan sel berbentuk bola yang menempel di
dinding rahim. Kumpulan sel itu lalu berkembang bentuknya menjadi seperti udang sebesar
beras. Di tahap ini tumbuh susuna saraf pusat dan jantung
BULAN KE 2
Umur kehamilan 6 minggu : terbentuknya tangan, kaki, otak dan organ-organ
penting : seperti jantung, hati, ginjal dan limpa.
Umur kehamilan 7 minggu : terbentuknya otak dan mata

Umur kehamilan 8 minggu : terbentuknya struktur telinga, mata dan mulut

Umur kehamilan 10 minggu : jantung mulai berfungsi, terbentuknya paru-paru

3. Antenatal care

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Felicia
Ghea
Imam
Frandi
Pierre
Keidya

:
:
:
:

: 1 , 13 , 25 , 10 , 22 (LI 1)
2 , 14, 26 , 11, 23 (LI 2)
3, 15 , 27 , 12 , 24 (LI 3)
4 , 16 , 1 , 3 , 25 (LI 1 )
5 , 17 , 2 , 14 , 26 (LI 2 )
: 6, 18 , 3 , 15 , 27 ( LI 3 )

7. Charisma
8. Garina
9. David
10.Dhilah
11.Deswan
12.Ikbal

: 7, 19 , 4 , 16 , 1 (LI 1)
: 8 , 20 , 5 , 17 , 2 (LI 2)
: 9 , 21 ,6 , 18 , 3 (LI 3)
:10 , 22 , 7 , 19 , 4 (LI 1)
:11, 23 , 8 , 20 , 5 (LI2)
:12 , 24 ,8 , 20 ,5 (LI 3)

SEMANGAT MENGERJAKAN
Ditunggu di email duandiza.ghea@yahoo.com paling lambat selasa malem
Font new times roman 12 spasi 1,5 yang rapi ya :D

You might also like