You are on page 1of 7

Studi Tentang :

Tantangan dan Peluang Bisnis Pelayaran dan Perkapalan Indonesia, 2009


(Di tengah penerapan Asas Cabotage dan UU No.17/2008)
September, 2009

Meski menghadapi tantangan di tengah krisis ekonomi global, industri pelayaran dan
galangan kapal mampu mengimplementasikan Instruksi Presiden No. 5/2005 tentang
Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional, tampaknya membuahkan hasil dan mendorong
tumbuhnya perusahaan pelayaran & perkapalan nasional serta meningkatnya jumlah armada
kapal secara signifikan. Pada 2008, jumlah perusahaan pelayaran meningkat dari 1.831 buah
menjadi 1.980 buah. Demikian pula dengan jumlah armada kapal pada tahun yang sama
meningkat menjadi 8.165 unit kapal atau naik sekitar 14,3% dari tahun sebelumnya.

Dengan “Roadmap asas cabotage” yang mewajibkan pengangkutan komoditas dalam negeri
oleh kapal Indonesia hingga 2011 memberi hasil yang memuaskan, maka sejak awal 2006,
Pemerintah memutuskan enam dari 13 komoditas domestik wajib diangkut kapal Indonesia dan
dilakukan oleh perusahaan nasional. Enam jenis komoditas tersebut adalah kontainer, kayu dan
hasil olahan primer, barang umum (general cargo), semen, pupuk dan beras yang sudah wajib
menggunakan kapal bendera Indonesia sebagai bentuk implementasi asas cabotage.

Selanjutnya, implementasi penerapan asas cabotage dilakukan bertahap untuk masing-


masing komoditas. Pengangkutan minyak kelapa sawit, bahan galian tambang (mine and quarry),
biji-bijian lainnya (other grains), sayur, buah-buahan dan ikan segar (fresh product) misalnya,
dilaksanakan 1 Januari 2008. Khusus angkutan muatan cair & bahan kimia, dan biji-bijian hasil
pertanian, dilaksanakan 1 Januari 2009. Sementara pengangkutan minyak dan gas bumi
dilaksanakan selambat-lambatnya 1 Januari 2010. Untuk batubara dilaksanakan pada saat
berakhirnya masa kontrak dan paling lambatnya pada 1 Januari 2010. Sedangkan untuk angkutan
alat penunjang kegiatan usaha hulu dan hilir migas (off-shore) selambat-lambatnya 1 Januari 2011.

Peluang ini belum maksimal dimanfaatkan oleh industri maritim di dalam negeri,
mengingat kemampuan kapal yang dimiliki oleh operator masih sedikit dan umurnya sudah
relatif tua. Di sisi lain, industri galangan kapal belum siap membangun kapal baru jenis tertentu,
karena terbatasnya dana serta komponennya masih diimpor. Sementara, lembaga pembiayaan dan
perbankan nasional masih enggan mengucurkan kreditnya, kalaupun ada suku bunga yang
dikenakan relatif tinggi. Sebalikya bank asing bersedia memberi pinjaman dengan syarat
Indonesia sudah meratifikasi arrest of ship.

Benang merah yang masih menyelimuti industri maritim adalah selain sulitnya
memperoleh pendanaan juga harus mendapatkan kontrak sewa jangka panjang (multiyears) dari
pemilik komoditas. Sebagai gambaran, Data Bank Indonesia, kredit di sektor industri maritim per
Februari 2009 hanya mencapai Rp19,7 triliun dari alokasi sebesar Rp1.334 triliun. Menurut Deputi
Gubernur BI, pelaku usaha pelayaran dan perkapalan harus terbuka dalam menyampaikan
prospek usaha dan kemampuan membayar pinjaman, sehingga bank bersedia menyalurkan
kreditnya sebagai acuan perbankan.

Namun belakangan, Bank BNI memberi kredit baru kepada PT PAL Indonesia sebesar
US$25,5 juta untuk membiayai proyek 4 kapal baru. Padahal kredit yang sudah diberikan pada PT
PAL mencapai US$83 juta. Begitu juga perbankan nasional yang sudah memberi kredit kepada PT
PAL antara lain Bukopin, Deutch Bank AG, dan BII. Bahkan, PT PANN Multifinance, BUMN
pembiayaan di sektor pengadaan kapal menyiapkan dana tambahan Rp1,5 triliun untuk proyek 20
unit kapal pengangkut peti kemas, muatan curah, dan angkutan lepas pantai (off-shore).

1
Selain mengetengahkan aspek kinerja perusahaan pelayaran dan perkapalan, buku studi
yang disusun oleh PT Media Data Riset ini, juga membahas peranan industri pendukungnya
seperti industri baja, kondisi infrastruktur pelabuhan & dermaga, navigasi, kondisi kapal, dan
peranan kapal asing di Indonesia termasuk kapal lepas pantai (off-shore), serta kebijakan berbagai
komponen kapal yang masih harus diimpor. Sehingga buku ini sangat berguna bagi para pemain
dan pengambil keputusan dari kalangan terkait seperti perbankan, supplier, investor, kalangan
pasar modal, serta kalangan bisnis terkait lainnya.

Buku studi konprehensif ini kami tawarkan seharga Rp 5.000.000 (Lima Juta Rupiah) per
copy untuk versi bahasa Indonesia atau US$ 750 (Tujuh Ratus Lima Puluh US Dollar) per copy
dalam versi bahasa Inggris. Peminat dapat langsung menghubungi PT Media Data Riset Jakarta
melalui telepon (021) 809 6071, atau facsimile (021) 809 6071. Formulir Pesanan terlampir.
Pemesanan untuk luar negeri atau luar Jakarta ditambah biaya pengiriman.

Demikian penawaran ini kami sampaikan dan atas kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.

Jakarta, September 2009


PT. Media Data Riset

Drh H. Daddy Kusdriana M.Si


Direktur Utama

2
DAFTAR ISI

TANTANGAN DAN PELUANG BISNIS PELAYARAN DAN PERKAPALAN


INDONESIA, 2009
(Di tengah penerapan Asas Cabotage dan UU No.17/2008)
September, 2009

1. PENDAHULUAN 3.1.4.3. Muatan domestik kuasai


1.1. Latar Belakang 77,7%
1.1.1. Jumlah kapal meningkat 3.1.5. Angkutan Sungai, Danau, dan
1.1.2. Butuh 654 kapal Penyeberangan (ASDP)
1.1.3. Industri Galangan Kapal 3.1.5.1. Proyek ASDP telan Rp45
1.2. Ruang lingkup studi miliar
1.3. Sumber Data dan Informasi 3.1.5.2. Penyeberangan Ancam
Stop Operasi
2. PENDUDUK DAN GAMBARAN UMUM 3.1.5.3. Pertamina Diminta Tak
PEREKONOMIAN INDONESIA Stop Pasok BBM Feri
2.1. Populasi Penduduk Indonesia 3.1.6. Transportasi Perintis
2.1.1. Pertumbuhan penduduk nasional 3.1.6.1. Angkutan Laut Perintis
2.1.2. Pertumbuhan penduduk 3.1.6.2. Penyeberangan Perintis
berdasarkan provinsi 3.1.7. Transportasi Kargo
2.1.3. Komposisi penduduk menurut 3.1.7.1. Biaya Kargo di FTZ
kelompok umur Batam Naik
2.1.4. Proyeksi pertumbuhan penduduk 3.2. PDB Sektor Perikanan Meningkat
Indonesia 3.2.1. Jumlah Kapal Ikan Menurun
2.2. Gambaran Umum Ekonomi Indonesia 3.2.2. Kapal Ikan Asing Dinasionalisasi
2.2.1. Laju inflasi 3.2.3. 147 Kapal Ikan Asing Disita
2.2.2. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 3.2.4. Eksistensi Trawl Segera Berakhir
2.2.3. Laju Ekonomi 2009 Diproyeksi 5,5% 3.3. Sistem Kluster
2.2.4. Diubah demi Stimulus 3.4. Berperan Awasi kapal Ikan
2.2.5. Kurs rupiah
2.2.6. Cadangan devisa 4. ANGKUTAN LAUT MIGAS DAN
2.3. Neraca Pembayaran BATUBARA
2.3.1. Neraca pembayaran alami surplus 4.1. Angkutan Laut Migas
2.3.2. Neraca Perdagangan 4.1.1. Asas Cabotage Angkutan Lepas
2.4. Prospek Ekonomi Indonesia Pantai (Off-shore) Januari 2011
2.5. APBN 2009 surplus Rp2,9 triliun 4.1.2. Peluang Kapal Lepas Pantai
2.6. Triwulan II Pertumbuhan Ekonomi tidak Berbendera Nasional
Lebih Baik 4.1.2.1. Kontrak Kapal Asing
2.7. Stimulus fiskal berlanjut 2010 Dirubah
2.8. RAPBN 2010 4.1.2.2. Kapal BP Migas akan
2.9. Ciptakan lapangan kerja diperiksa
4.1.2.3. Pengadaan Kapal Lepas
3. INDUSTRI PELAYARAN DAN KAPAL Pantai Terbuka
IKAN NASIONAL 4.1.2.4. Peran kapal Asing Siap
3.1. Industri Pelayaran Diambil Alih
3.1.1. Jumlah perusahaan pelayaran 4.1.2.5. Kapal Lepas Pantai Agar
3.1.2. Izin 9 Perusahaan Pelayaran Dibagun di Dalam Negeri
Dicabut 4.1.2.6. Mulai Diminati Pemain
3.1.3. Berlian Laju Tanker Kena Krisis Lokal
Global 4.1.3. Jenis Kapal Tertutup Bagi Asing
3.1.4. Angkutan Laut Nasional 4.1.3.1. Terancam tak Beroperasi
3.1.4.1. Muatan meningkat 4.1.3.2. Tanker Migas Terancam
3.1.4.2. Angkutan barang antar Langka
pulau anjlok

3
4.1.3.3. Bisa Dipenuhi Armada 4.5.3. Proyek Pembangunan Terminal
Nasional Batubara Tanjung Api-Api
4.1.3.4. Pertamina Pakai Kapal 4.5.4. Transportasi Pertambangan
Indonesia Batubara di Kalimantan
4.1.3.5. Gurita Beli Kapal Tanker
4.1.3.6. PT Humpuss akan Bangun 5. KONDISI INDUSTRI GALANGAN KAPAL
7 Kapal Tunda dan NASIONAL
Tongkang 5.1. Peta Industri Perkapalan
4.2. Angkutan Laut Batubara 5.1.1. Gambaran Historis Galangan Kapal
4.2.1. Hadapi Asas Cabotage Indonesia Dunia
Butuh 390 Unit Kapal 5.1.2. Armada Indonesia Peringkat ke 9
4.2.2. Diproyeksikan Angkut Batubara 90 di Kawasan Asia
Juta Ton 5.2. Industri Perkapalan di Indonesia
4.2.3. Pemberian Izin Kapal Asing 5.2.1. Jumlah perusahaan
Bermasalah 5.2.2. Pemanfaatan Kapasitas Masih
4.2.4. Utamakan Ekspor Rugikan Kapal Rendah
Domestik 5.2.3. Galangan Kapal di Sumatera
4.2.5. Tarif Sewa Kapal Dunia Mulai Terbesar
Meningkat 5.2.4. PT PAL Indonesia Terbesar
4.3. Angkutan Batubara Diminati Investor 5.3. Produksi kapal
4.3.1. Cosco Group Garap Angkutan 5.3.1. Produksi naik 7,7%
Batubara Indoensia 5.3.2. Permintaan melonjak
4.3.2. Sparta Tambah Kapal Tongkang 5.3.3. Inpres No. 5/2005 masih lamban
4.3.3. Terminal Batubara 5.3.4. Berpengalaman
4.4. Biaya Angkut 5.4. Progres Kinerja Galangan Kapal
4.4.1. Biaya Transhipment Di 5.4.1. Dephub bangun 4 kapal
Kalimantan 5.4.2. Order DPS naik 10%
4.4.2. Mengatasi Kendala Transportasi 5.4.3. Galangan Kapal Swasta
dan Infrastruktur Batubara 5.4.3.1. Galangan Batang
4.4.3. Infrastruktur Transportasi Luncurkan Kapal Batubara
Batubara 5.4.3.2. Kawasan khusus Lamongan
4.4.3.1. Transportasi Batubara Bangun Galangan Kapal
pada Saat ini 5.4.3.3. Pelni Bangun Fasilitas
4.4.3.2. Kebijakan mengenai Perawatan Kapal
Optimalisasi Jalur 5.4.3.4. DRU Incar Kapal Tanker
Transportasi Batubara Pertamina
4.4.3.3. Asumsi Suplai, Ongkos dan 5.5. Pembatalan kontrak
Harga 5.6. Kekuatan Lokal dalam Pengembangan
4.4.3.4. Pengaturan Rute Industri Maritim
Transportasi
4.4.3.5. Pengaturan Sistem 6. KONDISI INFRASTRUKTUR
Transportasi (PELABUHAN, DERMAGA DAN
4.4.3.6. Asumsi Terminal Batubara NAVIGASI)
yang Baru 6.1. Arah Kebijakan Pembangunan
4.4.3.7. Pengaturan Rute Kereta Transportasi Laut
Api yang Baru 6.2. Kepelabuhan
4.4.3.8. Hasil Simulasi 6.2.1. Strategi Pengembangan dan
4.4.3.9. Kesimpulan Peningkatan Kepelabuhan
4.5. Pembangunan Infrastruktur Untuk 6.2.2. Rencana Pembangunan
Mendukung Kebutuhan Pertambangan Pelabuhan Laut
dan Angkutan Batubara 6.2.3. Jumlah Pelabuhan
4.5.1. Latar Belakang 6.2.4. Upaya Pengurangan Pelabuhan
4.5.2. Kondisi Saat Ini (Rencana dan Hub
Kontrak)

4
6.2.5. Akibat Kongesti Biaya Operasional 7.1.3. Impor Kapal Tongkang Bebas PPN
Rp 2,8 Miliar Per Hari 7.2. Ekspor Kapal
6.2.6. Pelabuhan yang dikelola BUMN 7.2.1. Galangan di Batam Dongkrak
Lakukan Pembenahan Ekspor
6.2.6.1. Pelindo II Benahi 7.2.2. Ekspor Melonjak
Pelabuhan Tg. Priok 7.2.3. Steadfast Marine Ekspor Kapal
6.2.6.2. Pelindo II dan Pemda 7.2.4. Mariana Ekspor Perdana Kapal
Jambi Bangun Pelabuhan AHT
6.2.6.3. Pelindo III Tambah 4 Kapal 7.3. Komponen
Tunda 7.3.1. Bea Masuk Ditanggung
6.2.6.4. Pelabuhan Bojonegara Pemerintah
6.2.6.5. Pelabuhan Rakyat di 7.3.2. Impor Komponen Kapal Lebih
Batam Boleh Beroperasi Cepat
6.2.6.6. Pelabuhan di Sumsel Akan 7.3.3. Industri Galangan Minta PPN
Dibangun Komponen Impor Dihapus
6.2.6. 7. Sepuluh Investor Berebut 7.3.4. BMDTP Belum Memadai
Proyek Pelabuhan Tj. Api- 7.3.5. Butuh Investor Asing untuk
api Subsitusi Mesin Kapal Impor
6.2.7. Kinerja Pelabuhan 7.3.6. Optimalisasi Pembiayaan
6.2.7.1. Volume Bongkar Muat Peti
Kemas Tumbuh 1,7% per 8. KEBIJAKAN STRATEGIS
Tahun PENGEMBANGAN INDUSTRI
6.2.7.2. Angkutan Barang Lewat PELAYARAN DAN PERKAPALAN
Laut Anjlok NASIONAL
6.2.7.3. Kinerja Pelabuhan Tg Priok 8.1. Kebijakan industri pelayaran
Belum Pulih 8.1.1. Kebijakan Strategis Transportasi
6.2.7.4. Arus Peti Kemas Pelindo II Laut :
Turun 8.1.2. Kebijakan Industri Perkapalan
6.2.7.5. Arus Peti Kemas Tg. Priok Nasional
Naik 8% 8.1.3. Kebijakan Strategis atas Industri
6.2.7.6. Tarif Tally di Priok Direvisi Galangan Kapal
Lagi 8.2. Sasaran pengembangan jangka pendek
6.2.7.7. Tarif Jasa Pelabuhan Teluk dan jangka panjang
Bayur Diusulkan Naik 8.2.1 Jangka pendek s/d 2009
6.2.8. Stimulus Diperpanjang 8.2.2. Jangka Panjang s/d 2020
6.2.9. Investasi di Pelabuhan Dibatasi 8.3. Program Pokok
pada Terminal 8.3.1. Standarisasi Pengembangan kapal
6.3. Dermaga baru dan standarisasi kapal
6.3.1. Deskripsi 8.3.2. Standarisasi pemeliharaan kapal
6.4. Kenavigasian 8.3.3. Pengembangan iklim usaha
6.4.1. Navigasi Jalur Malaka 8.3.4. Pengembangan Pusat Desain dan
6.4.2. Kebijakan Strategis Untuk Rekayasa Kapal Nasional/PDRKN
Keamanan 8.3.4.1. Standarisasi bahan baku
6.4.3. Perairan Indonesia Masih Belum dan komponen kapal
Aman 8.3.4.2. Mendorong pengembangan
6.4.4. Awasi Sistem Navigasi Kapal industri bahan baku dan
6.4.5. Butuh Kapal Navigasi komponen-komponen
6.4.6. Penerapan LRIT 8.4.4.3. Pemanfaatan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan
7. EKSPOR-IMPOR KAPAL DAN 8.4. Tujuan Kebijakan ASDP
KOMPONENNYA 8.5. Kebijakan Regulasi Strategis
7.1. Impor Kapal 8.5.1. Implementasi Asas Cabotage dan
7.1.1. Asas Cabotage Dorong Impor Kapal UU NO.17/2008 di Sektor
7.1.2. Impor Kapal Bekas di Atas 15 Tahun Angkutan Laut
Distop 8.5.2. Denda Rp 500 Juta

5
11.6.4. Ekspor HRC/Plate
8.6. Aturan Pemeriksaan Kapal Disiapkan 11.6.5. Ekspor Menurut Negara Tujuan
8.7. Asas cabotage kapal batubara sudah 11.7. Perkembangan Harga
terpenuhi 11.7.1. Harga di Pasar Internasional
11.7.2. Penetapan BMAD HRC Picu
9. PERMASALAHAN DAN DUKUNGAN Kenaikan Harga dan Kelangkaan
LEMBAGA KEUANGAN NASIONAL Pasok
9.1. Permasalahan Pengadaan Kapal Nasional 11.8. Biaya Produksi
9.1.1. Perlu Jaminan Hukum 11.9. Jumlah Pasok/Suplai di Dalam Negeri
9.1.2. Kontrak Butuh Waktu 8 Tahun 11.9.1. Konsumsi oleh Industri CRC/S
9.1.3. PPN Kapal dan BM Komponen 11.9.2. Konsumsi oleh Industri Pipa Baja
Minta Dihapus 11.9.3. Konsumsi oleh Industri Baja
9.1.4. Biaya Produksi Profil
9.1.5. Ikut Uji Kelayakan 11.9.4. Konsumsi oleh Industri Otomotif
9.1.6. Kebutuhan Dana US$6,5 Miliar 11.9.5. Konsumsi oleh Industri Kapal
9.1.6.1. Harga Kapal Lokal 11.9.6. Konsumsi Total HRC
Tersandung Bunga Bank 11.10. Spesifikasi Distribusi
9.1.6.2. Minta Bunga Pinjaman 11.11. Sistem Distribusi
Maksimal 13% 11.12. Kebijakan Pemerintah
9.2. Perlu Dukungan dan Kebijakan 11.12.1. Kebijaksanaan Investasi dalam
Pemerintah Industri HRC/P
9.2.1. Perlu Dukungan Lembaga 11.12.2. Kebijaksanaan Impor
Keuangan Nasional 11.12.3. Prospek Industri HRC/P di
9.2.2. Dukungan Perbankan Indonesia
9.2.3. Pendanaan dari Perbankan
9.2.4. Bank BNI Kucurkan Kredit 12. PROFIL PERUSAHAAN PERKAPALA PT
9.2.5. Trada Maritim Cari Pinjaman INDUSTRI KAPAL INDONESIA
9.2.6. Leasing Kapal Mulai Membaik (PERSERO)
12.1. Gambaran Umum Perusahaan
10. INVESTASI DI BIDANG INDUSTRI 12.2. Masalah Pokok Perusahaan
PERKAPALAN 12.3. Tujuan Pemanfaatan Tambahan PMN
10.1. Perkapalan 12.4. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
10.2. Asing Tanam US$400 juta 12.5. Organisasi
10.3. 9 Investor Siap Bangun Galangan Kapal 12.6. Pengalaman Membangun
10.4. Proyek Teluk Lamong Tahap I Telan Rp 12.7. Potensi Pengembangan
400 Miliar 12.8. Proyeksi Penjualan
10.5. Sektor Industri Pelayaran 12.9. Biaya Produksi
10.5.1. Saham Asing Dibatasi 49% 12.10. Biaya Usaha
10.5.2. Investasi Baru di Bidang Industri 12.11. Proyeksi Biaya Bunga
Perkapalan 12.12. Dividen, Arus Kas dan Kinerja
12.13. Kesimpulan
11. ASPEK BAHAN BAKU BAJA 12.14. Laporan Keuangan
11.1. Pasokan Bahan Baku Seret
11.2. Pemerintah tak Miliki Rencana Strategis 13 PROSPEK DAN KESIMPULAN
11.3. Industri Hot Rolled Coil/Plate (HRC/P) 13.1. Potensi
11.3.1. Deskripsi Produk 13.1.1. Potensi Wilayah
11.3.2. Proses Produksi 13.1.2. Potensi Penduduk
11.4. Produsen HRC/Plate 13.2. Kondisi Kapal hingga 2009
11.5. Perkembangan Produksi 13.3. Pengembangan kapal Perintis
11.6. Impor-Ekspor HRC/Plate 13.4. Asas Cabotage Dilaksanakan Penuh
11.6.1. Impor Alami Penurunan 13.5. Kesimpulan
11.6.2. Impor HRC Menurut Negara
Asal DIREKTORI
11.6.3. Impor HR-Plate Menurut Negara LAMPIRAN
Asal

6
FORMULIR PESANAN
PT MEDIA DATA RISET
Jl. SMA XIV , No. 12 A WS
Cawang–UKI, Jakarta 13630
Phone : (021) 809 6071
Fax : (021) 809-6071

Studi Tentang :
TANTANGAN DAN PELUANG BISNIS PELAYARAN DAN PERKAPALAN
INDONESIA, 2009
(Di tengah penerapan Asas Cabotage dan UU No.17/2008)
September, 2009

Silahkan Pilih ( √ ) untuk pesanan :

Edisi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris

Nama
(Mr/Mrs/Ms)
Position
Nama Perusahaan
NPWP No.
Alamat

Telepon Fax :
Tanda Tangan

Tanggal

Harga :
Edisi Bhs. Indonesia - Rp 5.000.000 (Lima Juta Rupiah)
Edisi Bhs.Inggris - US$ 750 (TujuhRatuslima puluh US Dollar)

Catatan : Harga belum termasuk pajak (10% PPn)


Di luar Jakarta dan luar negeri; ditambah biaya pengiriman (Jasa Kurir)

Pembayaran, Silahkan beri tanda ( √ )

Cash
Cheque

Transfer to - PT MEDIA DATA RISET


AC NO. 070 000 534 0497
BANK MANDIRI CAB. DEWI SARTIKA
JAKARTA

You might also like