You are on page 1of 21

Tutorial Klinik

ILMU PENYAKIT MATA


KATARAK

Oleh:
Arianto Adi W

G99131021

S. Fatimah R.

G99131080

Charismatika Syintia D

G99131027

Faiz Yunanto

G99131038

Pembimbing :
Dr. Raharjo Kuntoyo, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I STATUS PASIEN.............................................................................................3
I. Identitas..................................................................................................................3
II. Anamnesis.............................................................................................................3
III. Pemeriksaan Fisik................................................................................................5
IV. Foto Pasien:........................................................................................................10
V. Kesimpulan Pemeriksaan....................................................................................10
VI. Diagnosis.........................................................................................................11
VII. Planning............................................................................................................11
VIII. Terapi..............................................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................12
A.

Anatomi Dan Fisiologi Lensa Mata..............................................................12

B.

Katarak..........................................................................................................13

C.

Katarak Senilis..............................................................................................14

D.

Penatalaksanaan............................................................................................17

E.

Komplikasi....................................................................................................18

BAB III DAFTAR PUSTAKA..................................................................................21

BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama

: Ny. S

Umur

: 43 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Kartasura

Tgl pemeriksaan

: 22 Desember 2014

No. RM

: 01283505

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Mata kiri tidak bisa melihat sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang mengeluhkan mata kiri tidak bisa untuk melihat. Pasien
mengaku keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 1 tahun terakhir. Pasien juga
mengeluhkan sebelumnya pandangan kabur seperti berkabut tertutup
bayangan putih. Pandangan kabur terjadi untuk melihat dekat dan juga jauh.
Pandangan kabur dirasakan terus-menerus sepanjang hari dan dirasakan
semakin memburuk. Pasien juga mengeluhkan mata silau ketika melihat sinar
lampu karena sinar terlihat pecah. Pasien tidak mengeluhkan pusing, mual
dan muntah. Tidak ditemukan nyeri cekot-cekot, mata merah, mata ngganjel,
pandangan double, nrocos, kotoran mata. Pasien sebelumnya tidak memakai

kacamata. Pasien pasien juga mengeluhkan pandangan kabur pada mata kanan
namun menurut pasien mata kanan tidak separah mata kiri.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
-

Riwayat Hipertensi

: disangkal
-

Riwayat Diabetes Mellitus : (+)


sejak 3 tahun yll, saat ini pasien
menggunakan suntikan insulin dan
GDS terakhir 211 mg/dl (19 Des
2014)

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat trauma

: disangkal

Riwayat pakai kaca mata

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


-

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat sakit serupa

: disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis
OD
-

Proses
Lokalisasi
Sebab
Perjalanan
Komplikasi

OS
Degenerasi
Suspek media refrakta
Idiopatik
Kronis
Belum ditemukan

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
T = 130/90 mmHg

N = 86x/menit Rr = 20x/menit

S = 36,5 C

B. Pemeriksaan subyektif

OD

OS

Visus sentralis jauh

2/60

1/~

Pinhole
Refraksi

tidak maju
Tidak bisa dikoreksi

tidak maju
Tidak bisa dikoreksi

Visus sentralis dekat


Koreksi

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Visus Perifer
Konfrontasi test
Proyeksi sinar
Persepsi warna

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang

tidak ada

tidak ada

Luka

tidak ada

tidak ada

Parut

tidak ada

tidak ada

Kelainan warna

tidak ada

tidak ada

Kelainan bentuk

tidak ada

tidak ada

Warna

hitam

hitam

Tumbuhnya

normal

normal

Kulit

sawo matang

sawo matang

Geraknya

dalam batas normal

dalam batas normal

2. Supercilium

3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita


Strabismus

tidak ada

tidak ada

Pseudostrabismus

tidak ada

tidak ada

Exophtalmus

tidak ada

tidak ada

Enophtalmus

tidak ada

tidak ada

Anopthalmus

tidak ada

tidak ada

Mikrophtalmus

tidak ada

tidak ada

Makrophtalmus

tidak ada

tidak ada

Ftisis bulbi

tidak ada

tidak ada

Temporal superior

normal

normal

Temporal inferior

normal

normal

Temporal

normal

normal

Nasal

normal

normal

Nasal superior

normal

normal

Nasal inferior

normal

normal

Gerakannya

dalam batas normal

dalam batas normal

Lebar rima

9 mm

9 mm

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Entropion

tidak ada

tidak ada

Ekstropion

tidak ada

tidak ada

4. Ukuran bola mata

5. Gerakan Bola Mata

6. Kelopak mata

7. Sekitar saccus lakrimalis

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Odem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

8. Sekitar Glandula lakrimalis

9. Tekanan Intra Okuler


Palpasi

dalam batas normal

dalam batas normal

Tonometer Schiotz

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Non Contact Tonometer

18

17

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sekret

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sekret

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sekret

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sikatrik

tidak ada

tidak ada

10. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior

Konjungtiva palpebra inferior

Konjungtiva Fornix

Konjungtiva Bulbi

Injeksi konjungtiva

tidak ada

tidak ada

Injeksi siliar

tidak ada

tidak ada

Sekret

tidak ada

tidak ada

Warna

putih

putih

Penonjolan

tidak ada

tidak ada

Ukuran

12 mm

12 mm

Limbus

jernih

jernih

Permukaan

rata, mengkilap

rata, mengkilap

Sensibilitas

normal

normal

Keratoskop (Placido)

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Fluoresin Test

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Arcus senilis

(+)

11. Sklera

12. Cornea

(+)

13. Kamera Okuli Anterior


Isi

jernih

jernih

Kedalaman

normal

normal

Warna

coklat

coklat

Gambaran

spongious

spongious

Bentuk

bulat

bulat

Sinekia Anterior

tidak ada

tidak ada

2 mm

2 mm

14. Iris

15. Pupil
Ukuran

Bentuk

bulat

bulat

Tempat

sentral

sentral

Reflek direct

(+)

(+)

Reflek indirect

(+)

(+)

baik

baik

Ada/tidak

ada

ada

Kejernihan

jernih

keruh

Letak

sentral

sentral

Shadow test

(-)

(+)

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Reflek konvergensi
16. Lensa

17. Corpus vitreum


Kejernihan

IV. FOTO PASIEN:

V. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Visus sentralis jauh
Pinhole
Refraksi

OD

OS

2/60

1/~

tidak maju
tidak dapat dikoreksi

tidak maju
tidak dapat dikoreksi

Visus sentralis dekat


Koreksi

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Sekitar mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Supercilium

dalam batas normal

dalam batas normal

Pasangan bola mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Ukuran bola mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Gerakan bola mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Kelopak mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalis

dalam batas normal

dalam batas normal

Sekitar glandula lakrimalis

dalam batas normal

Tekanan Intra Okuler

dalam batas normal

dalam batas normal

Konjunctiva bulbi

pterigium (-)

pterigium (-)

Sklera

dalam batas normal

dalam batas normal

Kornea

dalam batas normal

dalam batas normal

dalam orbita

dalam batas normal

Camera oculi anterior

normal

normal

Iris

dalam batas normal

dalam batas normal

Pupil

dalam batas normal

dalam batas normal

Lensa
Kejernihan

sedikit keruh, shadow test (-) keruh, shadow test (+)

Corpus vitreum

tidak dilakukan

tidak dilakukan

VI. DIAGNOSIS
Os kesan katarak matur
VII. PLANNING

Pemeriksaan fisik yang ditetesi oleh midriatikum

Pemeriksaan dengan slitlamp

VIII. TERAPI
OS Phacoemulsifikasi + IOL
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam

OD

OS

bonam

bonam

Ad sanam

dubia et bonam

dubia et bonam

Ad fungsionam

dubia et malam

dubia et malam

Ad kosmetikum

bonam

bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA MATA
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi.
Lensa berbentuk cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa
mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau
gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak
melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat
dipahami.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa membentuk serat lensa secara terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya seat di bagian sentral sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang
paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang paling tua. Di bagian luar nukleus
terdapat serat yang lebih muda disebut korteks lensa. Korteks yang terletak di
sebelah depan nukleus disebut korteks anterior, sedangkan yang di belakang
nukleus disebut korteks posterior. Nukleus memiliki konsistensi yang lebih keras
dibandingkan korteks. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat Zonula Zinn yang
menggantungkan lensa di seluruh equatornya pada badan siliar.
Secara fisiologik, lensa memiliki sifat tertentu:

Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan

Terletak di tempatnya
Keadaan patologik lensa dapat berupa:

Kekenyalan berkurang pada orang tua sehingga mengakibatkan presbiopi

Keruh atau disebut katarak

Tidak berada di tempatnya atau subluksasi atau luksasi

B. KATARAK

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi lena, denaturasi protein lensa, atau kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, tapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti
glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan
dengan penyakit intraokular lainnya. Katarak juga dapat disebabkan oleh bahan
toksik ataupu obat-obatan seperti eserin (0.25-0.5%), kortikosteroid, ergot dan
antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat
menimbulkan katarak, seperti : diabetes melitus, galaktosemia dan distrofi
miotonik.

Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

Fisik

Kimia

Penyakit predisposisi

Genetik dan gangguan perkembangan

Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

Usia

Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam


penglihatan menurun secara progresif. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa
tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata
akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat.
Kekeruhan juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lens seperti korteks
dan nukleus.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slit
lamp, funduskopi pada kedua mata bila mungkin. Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat
apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak
nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak
sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan
bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan pasca
bedah yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal posterior yang
kecil, akan mengaibatkan penurunan tajam penglihatan yang sabgat berat pada
penerangan yang sedang ataupun keras akan tetapi bila pasien berada di tempat
gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan.
Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan
lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa intraokular.

C. KATARAK SENILIS
Telah

diketahui

bahwa

katarak

senil

ada

hubungannya

dengan

bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam
lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nukleus dengan
berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinik, proses ketuaan lensa sudah
tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan lensa akibat mulai terjadinya
sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopi.
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal dan kupuliform.

Katarak nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi
coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Keadaan ini disebut katarak
brunesen atau nigra.

Katarak kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung
dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa.

Katarak kupuliform
Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau
nulear. Kekeruhan terletak di lapis korteks posterior dan dapat memberikan
gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat
bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar dibedakan dengan katarak
komplikata.

Perbedaan stadium katarak senil


Kekeruhan
Cairan lensa
Iris
COA

Insipien
Ringan
Normal
Normal

Imatur
Sebagian
Bertambah
Terdorong ke

Matur
Seluruh
Normal
Normal

Hipermatur
Masif
Berkurang
Normal

Normal

depan
Dangkal

Normal

Dalam

Sudut bilik

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

mata
Shadow test
Penyulit

(-)
Tidak ada

(+)
Glaukoma

(-)
Tidak ada

(-)
Glaukoma

fakotopik

fakomorfik

fakolitik,
uveitis
fakotoksik

Stadium katarak senil:

Katarak insipien
Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak
subkapsular posterior, dimana kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks jaringan berisi
jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini
dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap dalam waktu
yang lama. Pemeriksaan shadow test negatif.

Katarak imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa
bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pemeriksaan shadow
test positif.

Katarak matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa
akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi

lensa.

Bilik

mata

depan

akan

berukuran

normal

kembali.

Pemeriksaan shadow test negatif.

Katarak hipermatur
Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.
Pada pemeriksaan dengan slit lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya
lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak progresif disertai dengan kapsul
lensa yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu
disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih
berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.

D. PENATALAKSANAAN
Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun
terakhir bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik
kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula
posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular catarak
extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction ( ECCE).

Ekstraksi katarak intrakapsular


Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL
yang baik, ICCE merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan
katarak. Teknik ini melibatkan mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula
posterior. Dalam melakukan teknik ini tidak perlu khawatir terhadap
perkembangan selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul. Teknik ini
dapat dilakukan dengan alat alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana
tidak terdapat mikroskop operasi dan sistem irigasi.
Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi
limbus yang lebar sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko

yang mengikutinya seperti penyembuhan yang terlambat, keterlambatan


perbaikan visus, timbulnya astigmatismat, inkarserasi iris, luka operasi yang
bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu keadaan yang umum
terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak komplikasi
post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana
zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan
sukses.
ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa
muda dengan katarak dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular.
Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindrom marfan, katarak
morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.

Ekstraksi katarak ekstrakapsular


Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa
dengan membuka kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE
mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan
dengan intaknya kapsula posterior, yaitu :

Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea

Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat
diminimalisasi atau dieliminasi

Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak

Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan


mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses
pembedahan, yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat
menyebabkan endoptalmitis

E. KOMPLIKASI
Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi
katarak, yaitu :
Kamera okuli anterior dangkal atau datar

Ruptur kapsul
Edem kornea
Perdarahan atau efusi suprakoroid
Perdarahan koroid yang ekspulsif
Tertahannya material lensa
Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka
Iridodialisis
Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera
selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu
setelah operasi, yaitu :
Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek
Terlepasnya koroid
Hambatan pupil
Hambatan korpus siliar
Perdarahan suprakoroid
Edem stroma dan epitel
Hipotoni
Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih
sangat sering terlihat mengikuti ICCE)
Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten
Perdarahan koroid yang lambat
Hifema
Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis)
Edem makular kistoid
Terlepasnya retina
Endoptalmitis akut
Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam
beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak :
Jahitan yang menginduksi astigmatismus
Desentrasi dan dislokasi IOL
Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia
Uveitis kronis
Endoptalmitis kronis
Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakulta Kedokteran Universitas
Indonesia.
Ilyas, S., Mailangkay, HHB., Taim, H., Saman, R., Simarwata, M., Widodo, PS. (eds).
2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta: Sagung Seto.
Razi. 2011. Katarak Senilis. http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/kataraksenilis/

You might also like