You are on page 1of 21

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi Sendi Bahu


Bahu merupakan persendian yang terjadi antara caput humeri dengan
cavitas glenoidalis, struktur anatomi ini memeiliki Range of Movement
(ROM) yang luas sehingga memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitar (Snell, 2006).
Sendi glenohumeral dibentuk oleh kaput humerus dan kavitas
glenoidalis.Cavitas glenoidal sebagai mangkok sendi bentuknya sedikit
cekung dimana sebagai tempat melekatnya caput humeri dengan diameter
cavitas glenoidalis yang pendek, yaitu hanya bisa mencakup kira-kira
sepertiga bagian dari caput humeri. Keadaan ini membuat sendi tersebut
menjadi tidak stabil tetapi punya ruang gerak yang paling luas, dengan
melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami
gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Oleh karena itu, jika
terdapat keluhan nyeri, atau kaku akan mempengaruhi ruang gerak sendi
bahu (Lynn, 2004).

Gambar 1. Kapsul sendi bahu dan ligamen-ligamen yang


menguatkan. Sumber: Lippert's Clinical Kinesiology and Anatomy, 4th ed.

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia


dibentuk oleh tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula
(collar bone), humerus (upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian
bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi

sternoclavicular, sendi

glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat sendi


tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeralsangat
luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok
karena fossa glenoidalis dangkal (Snell, 2006).
Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu,
maka bila dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi
persendian yang kompleks, yaitu:
a. Sendi Glenohumerale
Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan
cavitas glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per.
Permukaan sendi meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis
diperdalam oleh adanya labrum glenoidale (Snell, 2006).
Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae,
yang diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis,
sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar
sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas.
Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus
coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk
mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas
glenoidalisnya.
Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain
ligamen glenoidalis, ligamen humeral tranversum, ligamen coraco
humeral dan ligamen coracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada
cavitas glenoidalis dan collum anatomicum humeri (Snell, 2006).
b. Sendi sterno claviculare
Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura
clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris,
tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada
suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies

articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis


luas,sehingga kemungkinan gerakan luas.
Gerak osteokinematika yang terjadi adalah gerak elevasi 45 dan
gerak depresi 70, serta protraksi 30 dan retraksi 30. Sedangkan gerak
osteokinematikanya meliputi:
(1) gerak protraksi terjadi roll clavicula kearah ventral dan slide kearah
ventral
(2) gerak retraksi terjadi roll clavicula kerah dorsal dan slide kearah
dorsal
(3) gerak elevasi terjadi roll kearah cranial dan slide kearah caudal, gerak
fleksi shoulder 10 (sampai fleksi 90) terjadi gerak elevasi berkisasr 4
(4) gerak depresi terjadi roll ke arah caudal dan slide clavicula kearah
cranial.
c. Sendi acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial
dari acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi
oleh fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis.
Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies
articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar.
Gerak osteokinematika sendi acromio clavicularis selalu berkaitan
dengan gerak pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka
terjadi rotasi clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini
menyebabkan elevasi clavicula, elevasi tersebut pada sendi sterno
clavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi clavicula.
d. Sendi subacromiale
Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang
berada di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di
sebeleh caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai
rongga sendi.
e. Sendi scapulo thoracic
Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa
pergerakan scapula terhadap dinding thorax (Sri surini, dkk, 2002).
Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan kerah medial
lateral yang dalam klinis disebut down ward-up wardrotasi juga gerak
kerah cranial-caudal yang dikenal dengan gerak elevasi-depresi.

Join

play

movement

adalah

istilah

yang

digunakan

pada

Manipulative therapy untuk menggambarkan apa yang terjadi didalam


sendi ketika dilakukan gerakan translasi, gerakan-gerakan tersebut
dilakukan secara pasif oleh terapis pada saat pemeriksaan maupun terapi.
Terdapat 3 macam joint play movement menurut Mudatsir, 2007;
(1). Gliding
(2). Traksi
(3). Kompresi
1) Gliding
Gliding yaitu gerakan permukaan sendi dimana hanya ada satu titik
kontak pada satu permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik kontak
yang baru (selalu berubah) pada permukaan sendi laannya. Arah gliding
permukaan sendi sesuai dengan hukum konkaf konvek yaitu : jika
permukaan sendi konkaf, maka arah gliding berlawanan dengan gerakan
tulang. Sedangkan bila permukaan sendi konvek maka arah gliding searah
dengan gerakan tulang. Untuk sendi bahu arah gliding berlawanan dengan
arah gerakan tulang, karena pertmukaan sendi konfek bergerak peda
permukaan sendi konkaf (caput humei dengan cavitas glenoidal).
2) Traksi
Traksi adalah gerakan translasi tulang yang arah geraknya tegak
lurus dan menjauhi bidang terapi sehimgga terjadi peregangan sendi,
biasanya dapat mengurangi nyeri pada sendi.

3) Kompresi
Kompresi adalah gerakan translasi tulang yang arahnyategak lurus
tetapi

kedua

pernukaan

menimbulkan nyeri

sendi

saling

mendekati,

biasanya

akan

2.2
2.2.1

Frozen Shoulder
Definisi Frozen Shoulder
Frozen shoulder adalah penyakit kronis yang ditandai dengan adanya
keterbatasan gerak pada saat gerakan aktif maupun pasif yang disertai
nyeri pada sendi glenohumeral dengan penyebab yang tidak pasti/idiopatik
dan mungkin penyebab lainnya yaitu imunologi, inflamasi, biokimia dan
perubahan endokrin (Donatelli, 2004). Frozen shoulder merupakan
penyakit yang umum terjadi kelainan pada sendi glenohumeral,
kemungkinan merupakan suatu reaksi inflamasi kronis nonspesifik,
terutama pada jaringan sinovial, dan mengakibatkan penebalan kapsuler
dari

sinovial.

Ada

beberapa

sinonim

antara

lain

Periarthritis

scapulohumeral, Adhesive capsulitis, Pericapsulitis, Stiff shoulder dan


Bursitis obliterative (Kartika, 2011)
Frozen

shoulder

merupakan

rasa

nyeri

yang

mengakibatkan

keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul


karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa
tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri
dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS
terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara pasti belum
diketahui penyebabnya. Penyebab dari frozen shoulder antara lain
tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma
serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan
lokal yang diduga menyebabkan penyakit tersebut (Appley, 2003).
Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak
sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif.Ini
adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendonitis, infark
miokard, diabetes mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus
cervicalis (Kuntono, 2004).
Diantara beberapa faktor yang menyebabkan frozen shoulder adalah
capsulitis adhesiva. Keadaan ini disebabkan karena suatu peradangan yang
mengenai kapsul sendi dan dapat menyebabkan perlengketan kapsul sendi

10

dan tulang rawan, ditandai dengan nyeri bahu yang timbul secara
perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan keterbatasan
gerak. Pada pasien yang menderita capsulitis adhesiva menimbulkan
keluhan yang sama seperti pada penderita yang mengalami peradangan
pada jaringan disekitar sendi yang disebut dengan periarthritis, keadaan
ini biasanya timbul gejala seperti tidak bisa menyisir karena nyeri disekitar
depan samping bahu. Nyeri tersebut terasa pula saat lengan diangkat untuk
mengambil sesuatu dari saku kemeja, ini berarti gerakan aktif dibatasi oleh
nyeri. Bila gerak pasif diperiksa ternyata gerakan itu terbatas karena
adanya suatu yang menahan yang disebabkan oleh perlengketan. Dalam
pendapat yang lain frozen shoulder adalah penyakut kronis dengan gejala
khas berupa nyeri bahu dan pembatasan lingkup gerak sendi bahu yang
dapat mengakibatkan gangguan aktivitas kerja sehari-hari (AAOS, 2000).
2.2.2

Klasifikasi Frozen Shoulder


1. Primer/ idiopetik frozen shoulder
Frozen shoulder yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder
lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria. Biasanya terjadi pada
lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orangorang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan
berulang.
2. Sekunder frozen shoulder
Frozen shoulder yang diikuti trauma yang berarti pada bahu misal
fraktur, dislokasi, luka bakar yang berat, meskipun cedera ini mungkin
sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

2.2.3

Etiologi Frozen Shoulder


Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini
merupakan respon auto immobilisasi terhadap hasil hasil rusaknya
jaringan lokal. Penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi
predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto
immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi

11

lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus,


kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari
dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff,
fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina
pectoris) (David, 2009).
2.2.4

Patofisiologi
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan
dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah
banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi
seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi,
sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat
sehingga memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan
cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan
sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak berwarna. Jumlah
yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis
adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi
peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul
sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous
dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi
impingement yang terlalu lama (Appley, 2003).
Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul
artikularis glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian
anterior

superior

mengalami

synovitis,

kontraktur

ligamen

coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada


kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen
inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan
pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada
kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal
paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler (Soeharyono, 2004).

12

Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cervico


thoracal akibat frozen shoulder dapat menyebabkan terbentuknya vicious
circle of reflexes yang mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan
aktifitas efferent sistem simpatis sehingga dapat menyebabkan spasme
pada pembuluh darah kapiler akan kekurangan cairan sehingga jaringan
otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh refleks sistem simpatik
pada otot pada tahap awal menunjukkan adanya peningkatan suhu, aliran
darah, gangguan metabolisme energi phospat tinggi dan pengurangan
konsumsi

oksigen

pada

tahap

akhir

penyakit

nonspesifik

dan

abnormalitas histologi dapat terjadi (David, 2009).


Beberapa teori yang dikemukakan

American Academy of

Orthopedic Surgeon tahun 2000 mengenai frozen shoulder, teori tersebut


adalah :
a. Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan
dengan datangnya menopause.
b. Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder,
contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti
menderita pada saat yang sama.
c. Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasilhasil rusaknya jaringan lokal.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur
tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
Menurut Kisner (2007) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan,
yaitu :
a. Pain (Freezing)
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak
sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini
berakhir ampai 10- 36 minggu.

13

b. Stiffness (Frozen)
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral
yang di ikuti oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12
bulan.
c. Recovery (Thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada
synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan
yang nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.
2.2.5

Gejala Klinis
1. Nyeri
Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma,
seringkali ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara
berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur
pada sisi yang terkena. Beberapa lama setelah nyeri berkurang, tetapi
sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12
bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat
bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal (Appley, 2003).
2. Keterbatasan Lingkup gerak sendi (LGS)
Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak
sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini
adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertaiinfark myokard,
diabetes melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan atau redikulitis
cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 4560
tahun dan lebih sering pada wanita.
Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada
malam hari sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya
(abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat
bahunya (srugging) (Kuntono,2004).
3. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot

14

Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam


mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri
dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering
menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran
penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita
akan melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat
dijumpai adanya atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan). Pemeriksaan
neurologik biasanya dalam batas normal (Kuntono, 2004).
4. Gangguan aktifitas fungsional
Adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada
penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri,
keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara
langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang
dijalaninya (Kuntono, 2004)

2.2.6

Diagnosis
1. Anamnesis
Pada penderita frozen shoulder didapatkan keluhan nyeri di bagian
depan dan samping bahu ,sehingga penderita tidak dapat menyisir rambut
maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.
2.Pemeriksaan fisik
Frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi ,maka
gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke
leher , lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya
nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas, pertamatama pada gerakan elevasi
dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi
bahu (Sidharta, 1984).
Tes Appley scratch merupakan tes yang berguna untuk mengevaluasi
lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah
angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati
belakang kepala (Woodward & Best, 2005).

15

Sumber : Marcia Hanstock, 2000

Gambar 2. Appley scratch test


Pada Frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini.
Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif,
tetapi terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu
sebagai penyebab keterbatasan (Mancini, 2009).

16

2.2.7

Shoulder Pain and Disability Index (SPADI)


Penurunan Disabilitas bahu pada penderita frozen shoulder dapat
diukur dengan menggunakan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index).
Shoulder Pain and Disability Index (SPADI) adalah suatu kuesioner untuk
individu yang terdiri dari dua dimensi, yaitu untuk rasa nyeri dan untuk
kegiatan fungsional. Dimensi nyeri terdiri dari lima pertanyaan mengenai
beratnya nyeri

seseorang dan aktivitas fungsional yang dinilai dengan

delapan pertanyaan yang dirancang untuk mengukur tingkat kesulitan yang


dimiliki seseorang dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang digunakan
ekstremitas atas. SPADI membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit untuk satu
orang pasien dan merupakan ukuran khusus hanya untuk daerah bahu.
Penurunan Disabilitas bahu pada penderita frozen shoulder dapat
diukur dengan menggunakan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index).
Shoulder Pain and Disability Index). SPADI adalah suatu kuesioner untuk
individu yang terdiri dari dua dimensi, yaitu untuk derajat nyeri dan untuk
kegiatan fungsional. Dimensi nyeri terdiri dari lima pertanyaan mengenai
beratnya nyeri seseorang dan aktivitas fungsional yang dinilai dengan
delapan pertanyaan yang dirancang untuk mengukur tingkat kesulitan yang
dimiliki seseorang dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang digunakan
ekstremitas atas. SPADI digunakan untuk menilai nyeri dan keterampilan
fungsional bahu. Penurunan sepuluh poin dalam skor membedakan antara
orang yang masalah bahunya meningkatkan dan mereka yang kondisi tetap
stabil (Williams JW, 1995).
Gangguan fungsi pada aktifitas sehari-hari menurut Shoulder Pain and
Disability Index (SPADI) yaitu menggosok punggung saat mandi,
menganggakat tanggan saat memakai baju kaos, memakai kemeja dengan
kancing didepan, memakai celana, meletakkan suatu benda di atas rak yang
tinggi, mengangkat beban berat dan lain sebagainya. Pemeriksaan fungsi
gerak dasar terdiri dari tes cepat dan tes gerak pasif. Tes cepat dilakukan
dengan gerak abduksi elevasi secara aktif, yang ditandai dengan adanya

17

keterbatasan gerak scapulohumeral sehingga gerak akan dikompensasi oleh


gerak scapulothoracal yang biasa disebut reverse scapulohumeral rhythm.
Kompensasi tersebut menyebabkan overstretch karena peningkatan lingkup
gerak

sendi

skapulothoracik,

hal

tersebut

juga

membuat

sendi

acromioclavicular menjadi hipermobil. Tes gerak pasif, dilakukan dengan


gerak glenohumeralis rotasi eksternal, abduksi dan rotasi internal. Hasil
yang diperoleh ditandai dengan terbatasnya capsular pattern dimana rotasi
eksternal lebih terbatas dari abduksi dan abduksi akan lebih terbatas dari
pada rotasi internal. Penegakan Diagnosa pada frozen Shoulder dipastikan
dengan kuisioner SPADI, tes eksternal rotasi bahu terbatas, tes pasif pada
capsular pattern positif dan pemeriksan fungsi gerak dimana tes khusus atau
tes spesifik yaitu Joint Play Movement (JPM), palpasi dan contact relax
stretched test. Pada joint play movement test, gerak traksi dan translasi pada
akhir lingkup gerak sendi dirasakan nyeri dan terbatas firm end feel. Pada
palpasi ditandai dengan adanya spasme otototot bahu, dan contract rileks
stretched test yang terbatas serta nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi.
Pada kondisi frozen Shoulder intervensi yang dapat dilakukan
diantaranya adalah pemberian Microwave Diathermy (MWD) yang dimana
Microwave Diathermy berpengaruh terhadap penurunan disabiltas bahu
yang menyebabkan penurunan ketegangan otot dan peningkatan elastisitas
kapsul sendi yang ditimbulkan oleh efek pemanasan local dan traksi osilasi
dapat meregang atau mengulur kapsul ligament tanpa nyeri melalui
pelepasan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga
terjadi perbaikan lingkup gerak sendi sampai mencapai tahap fungsional dari
sendi sehingga diperoleh peningkatan lingkup gerak sendi (Delisa, 2005)

18

2.2.8

Tatalaksana
Frozen shoulder biasanya akan sembuh dengan sendiriya namun
akan memakan waktu yang lama, kadang hingga 2-3 tahun. Pengobatan
untuk mengontrol nyeri dan memulihkan pergerakan.
Edukasi yang baik kepada pasien dapat membantu mengurangi rasa
frustasi dan memberikan semangat. Suatu penjelasan bahwa kondisi
tersebut akan secara spontan teratasi dan kekakuan akan menghilang
seiring waktu terbukti membantu psikologi pasien. Perlu juga diingatkan
bahwa cakupan gerak bahu tidak akan dapat pulih sepenuhnya.

2.2.8.1 Terapi Medikamentosa


Beberapa peneliti telah melaporkan adanya komponen inflamasi
pada frozen shoulder syndrome, oleh karena itu, penggunaan obat-obat
nonsteroid dalam tahap pengobatan awal frozen shoulder dianjurkan.
Pemberian obat-obatan nonsteroid dapat mengurangi peradangan dan nyeri
dan pasien lebih mampu mentolerir terapi fisik yang agresif. Sebelum
pasien yang diresepkan obat, sebaiknya dilakukan anamsesis terlebih
dahulu apakah pasien kontraindikasi terhadap obat-obatan nonsteroid.
2.2.8.2 Terapi Panas
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam,
terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya
reaksi fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas
adalah bahwa panas akan meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan
mengurangi kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan
meningkatkan nilai ambang nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah
memperbaiki spasme otot, meningkatkan aliran darah, juga membantu
resolusi infiltrat radang, edema, dan efek eksudasi (Goldfried, 2008).
Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini
digunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang
11m yang diubah menjadi panas sewaktu melewati jaringan. Pada
umumnya pemanasan ini paling banyak diserap jaringan dibawah kulit dan
otot yang terletak dipermukaan (Goldfried, 2008).

19

Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan


dengan peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi yang
bermanfaat sebagai analgesik.Terapi panas dangkal menghasilkan panas
yang tertinggi pada permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam
jaringan hanya beberapa milimeter. Pada terapi panas dalam, panas
diproduksi secara konversi dari energi listrik atau suara ke energi panas
didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan tubuh kita
yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan).
Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari:
Diatermi gelombang pendek (shortwave diathermy = SWD)
Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)
Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)
1. Ultrasound Diathermy (USD)
Pada Capsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah
ultrasound diathermy (US) yang merupakan gelombang suara dengan
frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya tembus yang paling dalam
diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain memberikan efek
panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh
karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi
yang dipakai untuk terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4
watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari
sekali. US memerlukan media sebagai penghantarannya dan tidak bisa
melalui daerah hampa udara.Menurut penelitian, medium kontak yang
paling ideal adalah gel.(Goldfried, 2008)
Ultrasound merupakan deep heat modality, yang telah digunakan
selama lebih dari 60 tahun di klinik, tetapi efek dari US dalam
menurunkan rasa nyeri masih dipertanyakan. Ultrasound efektif dalam
meningkatkan ROM bahu periarthritic. Ekstensibilatas kolagen dan tendon
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Sehingga peregangan harus
dimulai selama pemanasan dan teruskan hingga jaringan kembali seperti
semula (Lippincott Williams & Wilkins, 2005)

20

Efek US padaCapsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah


Meningkatkan metabolisme jaringan
Mengurangi spasme otot
Mengurangi perlekatan jaringan
Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.

2. Microwave Diathermy (MWD)


Microwave diathermy (MWD) modalitas yang menggunakan energi
elektromagnetik dalam rentang frekuensi microwave (300 MHz sampai
300 GHz) dan disetujui oleh seluruh dunia digunakan pada frekuensi 2450
MHz untuk tujuan terapeutik. Perangkat microwave diathermy bekerja
dengan cara menghasilkan radiasi microwave melalui kabel coaxial dan
antena kemudian akan dipancarkan ke daerah yang akan diobati. Antena
yang tergabung dalam aplikator yang memiliki fungsi mengarahkan radiasi
terhadap area yang akan diobati.
Radiasi gelombang mikro tersebut yang akan diserap dalam tubuh,
kemudian akan meningkatkan aliran darah dalam jaringan melalui
pelebaran pembuluh darah. Hal ini meningkatkan tekanan kapiler,
permeabilitas membran sel, dan tingkat metabolisme, menyebabkan
transfer nutris lebih cepat dari darah melintasi membran sel. Tindakan ini
dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan lebih
cepat. (Goats, 1990)
Efek MWD pada Capsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah


Meredakan nyeri
Mengurangi spasme otot
Mengurangi inflamasi

2.2.8.3 Terapi Latihan


Terapi

latihan yang dimaksudkan adalah

latihan khas (specific

exercises). Tujuan pokok terapi latihan pada nyeri bahu adalah :


a. Mengurangi sakit dan spasme otot
b. Memelihara fungsi sendi bahu

21

c. Menghilangkan gangguan fungsi sendi bahu yang terjadi atau


meningkatkan

fungsi

sendi semaksimal mungkin. (Thomson, 2001;

Djohan, 2004).
Bagian yang terpenting dari terapi frozen shoulder. Pada awalnya
latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat.
Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa
nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun
aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif
timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut
sehingga latihan gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat
pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan
latihan secara aktif boleh dilakukan. Pada latihan gerak yang
menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka latihan harus ditunda karena
rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup gerak sendi. Tetapi
bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan
besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan
menggunakan alat seperti Latihan codman, Latihan menggunakan tongkat,
finger ladder, over head pulleys, dan shoulder wheel merupakan terapi
standar untuk penderita frozen shoulder (Goldfried, 2008).
1. Latihan Codman (Pendulum)
Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendo dari otot
lengan. Codman memperkenalkan latihan untuk sendi bahu dengan
menggunakan gravitasi. Bila penderita melakukan gerak abduksi pada
saat berdiri tegak akan timbul rasa nyeri hebat. Bila dilakukan dengan
pengaruh dari gravitasi dan otot supraspinatus relaksasi, maka gerakan
tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri . Pada gerakan pendulum penderita
membungkuk kedepan, lengan yang terkena tergantung bebas tanpa atau
dengan beban. Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya
diatas meja atau bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke belakang
pada bidang sagital (fleksiekstensi). Makin lama makin jauh gerakannya,
kemudian gerakan kesamping, dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler)

22

searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam. Pemberian beban pada
latihan pendulum akan menyebabkan otot memanjang dan dapat
menimbulkan relaksasi pada otot bahu (Goldfried, 2008).
2. Latihan dengan Menggunakan Tongkat.
Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi,
adduksi, dan rotasi. Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk
ataupun berbaring. Cara latihan : tongkat dipegang dengan kedua tangan di
depan tubuh. Untuk fleksi bahu posisi tongkat. Untuk horizontal abduksi
dan adduksi, tongkat diangkat sampai sendi bahu fleksi 900. Siku tetap
ekstensi, tangan yang sehat dipakai untuk mendorong sisi yang sakit
selebar mungkin secara perlahanlahan. Tongkat diletakkan dibelakang
punggung dapat dilaksanakan rotasi eksternal atau rotasi internal. Pada
saat terasa peregangan, posisi dipertahankan selama 3 hitungan, dan
peregangan dapat diulang 3 sampai 5 kali (Goldfried, 2008).
3. Latihan Finger Ladder
Finger ladder adalah alat bantu yang dapat memberikan bantuan
secara obyektif sehingga penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk
melakukan latihan lingkup gerak sendi dengan penuh. Perlu diperhatikan
agar penderita berlatih dengan posisi yang benar, jangan sampai penderita
memiringkan tubuhnya, berjinjit maupun melakukan elevasi skapula.
Gerakan yang dapat dilakukan adalah fleksi dan abduksi. Penderita berdiri
menghadap dinding dengan ujung jari jari tangan sisi yang terkena
menyentuh dinding. Lengan bergerak keatas dengan menggerakkan jari
jari tersebut (untuk fleksi bahu). Untuk gerakan abduksi dikerjakan dengan
samping badan menghadap dinding (Goldfried, 2008).
4. Latihan dengan Over Head Pulleys (Katrol)
Bila diajarkan dengan benar , sistem katrol sangat efektif untuk
membantu mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. Peralatan
dua buah katrol digantungkan pada tiang dengan seutas tali dihubungkan
dengan kedua katrol tersebut. Kedua ujung tali diberi alat agar tangan

23

dapat menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri


atau berbaring telentang dengan bahu terletak di bawah katrol tersebut.
Menarik tali pada salah satu sisi tali yang lain akan terangkat. Sendi siku
diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita tidak boleh
mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh. Gerakan dilakukan
perlahan-lahan (Goldfried, 2008).
5. Latihan dengan Shoulder Wheel
Instruksi yang benar shoulder wheel dapat dipergunakan untuk
memberi motivasi pada penderita untuk melakukan latihan lingkup gerak
sendi bahu secara aktif.
Cara penggunaan alat yaitu penderita berdiri sedemikian rupa
sehingga aksis dari sendi bahu sama dengan aksis roda pemutar sehingga
gerak lengan sesuai dengan gerak putaran roda. Penderita tidak diharuskan
menggerakkan roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar
kemampuan gerakan sendi bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu
melakukan gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi
abduksi 900 dan siku fleksi 900. Meletakkan siku pada aksis roda maka
gerakan dapat dilakukan sampai pada keterbatasan lingkup gerak sendi
(Goldfried, 2008).

2.2.9

Komplikasi
Komplikasi dominan timbul dari frozen shoulder adalah kekakuan
bahu atau nyeri. Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa sebagian
besar pasien mengalami rasa sakit dan atau kekakuan hingga 3 tahun
setelah pengobatan konservatif, selain itu, fraktur humerus, ruptur tendon
biseps, dan tendon subscapularis juga telah dilaporkan pada pasien yang
dilakukan manipulasi bahu.

2.2.10 Prognosis
Apabila dilakukan tindakan sendiri mungkin secara tepat maka
prognosis gerak dan fungsi dari kasus frozen shoulder adalah baik.

24

Penderita sebaiknya diberitahu bahwa akan dapat menggerakkan bahu


kembali tanpa rasa nyeri tetapi memerlukan waktu beberapa bulan.

25

2.3 Kerangka Teori


Trauma
Imobilisasi
Diabetes melitus
Infark miokard
Penyakit tiroid
Penyakit autoimun
Stroke

Penyakit paru kronis


Kanker paru
Cervical radicular disease
Pasca bedah
Malignancy
Parkinsons disease
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan

Peningkatan sitokin (TGF ,


PDGF, IL 1, dan TNF )
serum
Tissue
repair
and
remodelling
(Synovial
inflammation )

Pemberian terapi MWD


dan Ultrasound

Akumulasi
fibroblast
releasing type I dan type III
collagen
Fibroblast berdiferensiasi
menjadi myofibroblast
Pemberian Terapi latihan
Imbalance antara aggressive
fibrosis
dan
hilangnya
remodeling kolagen yang
normal
Sendi menjadi fibrosis

Kapsul sendi glenohumeral


dan ligamen menjadi kaku
(stiffening)

Nyeri bahu

Bisa muncul unilateral


atau bilateral
Pembatasan range of
movement (ROM) aktif
dan pasif

Frozen
shoulder
(Adhesive capsulitis)

You might also like