You are on page 1of 12

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli

medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
TANDA VITAL (Vital Sign)
Suhu
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di
beberapa tempat yaitu :
1. Ketiak
2. Mulut
3. Anus
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat
yaitu :
* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C.
* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5C.
* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40C.
* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kecepatan metabolisme basal


Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian
sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih
cepat. Di samping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat
adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu
yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50100% di atas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi
suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa
ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3x0,6C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120%
untuk tiap peningkatan suhu 10C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal
cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup
baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan
yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar
komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.
9. Gangguan organ
2

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan
pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa
jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu
tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang
atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan
dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan
terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa
yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi
panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan
radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

Tekanan darah
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan
kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada
lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut
tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat
itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang
tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah
normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik
140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.

Denyut
Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya
diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan,

arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut,
arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat
dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi
yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang
dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.

Kecepatan pernapasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan napas
per menit.

Biometrika Dasar
Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur
dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas
kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.

Berat atau massa


Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa
sehat serta tingkat kegemukan.

Nyeri
Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam klinik, nyeri
diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0' (tidak dirsakan nyeri
pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga '5' (nyeri terburuk yang pernah
dirasakan pasien).

Struktur Dalam Penulisan Riwayat Pemeriksaan


Tampilan umum

Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan
berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien
mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)

JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience),


kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan pada
bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari (Clubbing),
pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus limfatikus
(Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan lipatan paha.

Sistem Organ

Sistem kardiovaskular
o Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
o Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema perifer, dan
bukti edema pulmonaris atau edema paru.
o Pemeriksaan jantung

Paru-paru
o Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru

Dada dan payudara

Abdomen
o Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ
(contohnya aneurisma aorta)
o Pemeriksaan rektum

Sistem reproduksi

Sistem otot dan gerak


5

Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa

Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)

Kulit
o Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut
o Peneriksaan tanda klinis pada kulit

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI


Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru
lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Sebclum melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.

Penilaian Apgar Score


Pemeriksaan ini bertujuan menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas,
kekuatan tonus otot, kemampuan refieks dan warna kulit.
Cara:

1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda, seperti
laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan
warna kulit.
2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:

Adaptasi baik : skor 7-10


Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
Asfiksia berat : skor 0-3
Pemeriksaan Cairan Amnion
Pemeriksaan cairan amnion bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada
cairan amnion, seperti jumlah volumenya. Apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi
mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion, sedangkan apabila jumlahnya kurang
dari 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.
Pemeriksaan Plasenta
Pemeriksaan plasenta bertujuan untuk menentukan keadaan/kondisi plasenta.
Pemeriksaan ini meliputi ada tidaknya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion.
Pemeriksaan ini penting dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.
Pemeriksaan Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat bertujuan menilai ada tidaknya kelainan dalam tiali pusat,
seperti ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat, dan lain-lain.
Cara:
1. Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada
2. Lakukan penilaian hasil pengukuran:

Berat badan normal adalah 2500-3500 gram, apabila berat badan kurang dari 2500
gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih dari 3500 maka bayi
disebut macrosomia.

Panjang badan normal adalah 45-50 cm.

Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.

Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari
lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila diameter kepala lebih
kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus.

Pemeriksaan Kepala
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
2. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:

Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau
tidak.

Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak
berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam
beberapa hari.

Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tanpak
pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi sutura dan
apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang tengkorak.
Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan

Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan
jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala
tanpak asimetris, scring diraba terjadi fiuktuasi dan edema.

Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel
posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior
menutup saat usia 12-18 bulan.

Pengukuran Fontanel dan Sutura Sumber: Wong, DL, 1996


Pemeriksaan Mata
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah mata.
2. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti :
8

Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara


menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.

Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.

Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.

Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.

Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.

Pemeriksaan Telinga
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya baik,
kemdian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

Pemeriksaan Hidung
Cara:
1. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan bayi
mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping
hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
2. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah
perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
Pemeriksaan Mulut
Cara:
1. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
2. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat
dinilai adanya kecacatan kongenital.

3. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut sebagai
Monilia albicans.
4. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
Pemeriksaan Pada Leher
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan
terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung
Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:

Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis


diafragma atau hernia diafragmatika.

Yernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per menit,
perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing di mana
pola pernapasan pada neonatus terutama pada prematur ada henti napas yang
berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.

3. Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara
4.

meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung.


Lakukan auskultasi paru dan jantung dc:ngan menggunakan stetoskop untuk menilai
frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160
kali per menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising usus pada
daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
Pemeriksaan Abdomen
Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya
kembung.

10

2. Lakukan auskultasi adanya bising usus.


3. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa
teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
4. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar
otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat diraba
setinggi umbilikus diantiara garis tc;ngah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat diraba
sekitar 2-3 cm, adaya peembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma,
kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Cara:
1. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk mencari
ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida, dan lain-lain.
2. Amati pcrgerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan,
dan kelainan bentuk jari.

Pemeriksaan Genetalia
Cara:
1. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labiominora, labio mayora,
lubang uretra dan lubang vagina.
2. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, sepe.rti keadaan penis, ada tidaknya
hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan
epispadia (defek pada dorsum penis).
Pemeriksaan Anus dan Rektum
Cara:
1. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani
atau posisi anus.
11

2. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila
ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium
plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
Pemeriksan Kulit
Cara:
1. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi yang
cukup bulan).
2. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung
bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi
cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000)

12

You might also like