Professional Documents
Culture Documents
KROMATOGRAFI
A. PENDAHULUAN
1.
Deskripsi singkat
Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar kromatografi, penggolongan kromatografi,
kromatografi kolom, kromatografi kertas dan Lapis tipis, kromatografi gas (GC) dan
kromatografi cair (HPLC).
2.
Manfaat
Dengan menguasai materi yang disajikan pada bab ini mahasiswa mampu
menerapkan dan mengembangkan metode kromatografi dalam pemisahan suatu
produk dan seiring dengan perkembangan IPTEK.
3.
Learning Outcomes
B. PENYAJIAN
Sejarah Kromatografi
Kromatografi merupakan salah satu metode analisis yang digunakan untuk
memisahkan atau menganalisis campuran kompleks suatu senyawa. Komponen yang
akan dipisahkan akan terdistribusi ke dalam dua fase, yaitu fase diam (stationary
phase) dan fase gerak (mobile phase). Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh
seorang ahli botani asal Rusia, yaitu Mikhail Semyonovich Tsvet (1901-1903). Tsvet
pertama
kali
menemukan
teknik
kromatografi
dalam penelitiannya
untuk
M. Tsvet (1902)
P.E.
P.E.
CaCO
CaCO
P.E.
Leaf + PE
CaCO
PE
tahun 1952, metoda kromatografi menjadi suatu metoda yang sangat universal.
Metoda kromatografi banyak digunakan dalam bidang biokimia, kimia organik
maupun kimia anorganik, kimia analisa, kimia bakan pangan dan bidang lainnya.
Pada perkembangan selanjutnya, kromatografi telah melibatkan alat bantu
seperti komputer dan alat bantu lain sehingga memperluas pemanfaatannya dalam
berbagai disiplin ilmu yang lain. Hal ini terbukti dengan lahirnya berbagai jenis
kromatografi
antara
lain
kromatografi
gas-spektrometri
massa
(GC-MS),
Definisi Kromatografi
Definisi kromatografi secara lengkap dikemukakan oleh Keulmans pada tahun
1959, yang menyatakan bahwa kromatografi adalah salah satu metode analisis
pemisahan secara fisika, dimana komponen yang akan dipisahkan, didistribusikan
diantara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Definisi kromatografi menurut IUPAC (International Union of Pure and
Applied Chemistry), kromatografi adalah metode yang digunakan terutama untuk
memisahkan komponen dalam sampel, dimana komponen tersebut didistribusikan
diantara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa padatan
atau cairan yang dilapiskan pada padatan atau gel.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen-komponen campuran diantara dua fase, yaitu fase diam
(padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Bila fase diam berupa zat padat yang
aktif, maka dikenal istilah kromatografi penyerapan (adsorption chromatography).
Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini disebut kromatografi pembagian
(partition chromatography).
sistem tersebut. Oleh karena itu pada metoda kromatografi perlu dilakukan pemilihan
fase gerak sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat bergerak dengan
kecepatan yang berbeda-beda sehingga proses pemisahan dapat terjadi. Secara umum
dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah proses migrasi diferensial dimana
komponen-komponen sampel ditahan secara selektif oleh fase diam.
Gambar berikut merupakan ilustrasi pemisahan menggunakan metode
kromatografi kolom.
Pada gambar diatas, sampel berada dalam fasa gerak (eluen) dan dimasukkan
dalam kolom kromatografi. Komponen dalam sampel akan terpisah saat berada dalam
kolom, setelah berinteraksi dengan fase diamnya, kemudian eluen yang mengandung
komponen senyawa akan keluar dari kolom melalui detektor untuk analisis
kuantitatif.
Area aplikasi metode kromatografi untuk pemisahan dan pemurnian dari
senyawa dan analisis di bidang :
Kimia
Klinis
Farmasi
Lingkungan
Klasifikasi kromatografi
Penggolongan jenis kromatografi dapat dilakukan menggunakan berbagai
metoda, antara lain berdasarkan jenis fase yang terlibat, sistem geometri dan prinsip
pemisahannya. Secara umum penggolongan kromatografi yang sering digunakan
digambarkan pada tabel dibawah ini.
Fase Gerak
Fase Diam
Teknik Kromatografi
Prinsip
Gas
Padat
Gas-Padat
Adsorpsi
Cair
Padat
Adsorpsi, Partisi,
Kertas
Pertukaran Ion,
Penyaringan Gel
Cair
Cair
Partisi
Kertas
Gas
Cair
Gas-Cair
Partisi
Fase diam
Tipe kromatografi
Gas
Padat
Gas
Cair
Cair
Padat
Cair
Cair
b. Sistem Geometri
Klasifikasi jenis kromatografi berdasarkan sistem geometrinya dapat dibagi
menjadi :
1. Kromatografi kolom, dimana fase diamnya berupa pipa yang berbentuk kolom.
Pada kromatografi kolom, komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase
gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen akan terpisahkan. Setiap
komponen yang keluar dari kolom akan masuk ke detektor untuk analisis
kuantitatif.
Hasilnya
disajikan
dalam
bentuk
puncak
(peak)
yang
2. Kromatografi Planar (Kromatografi lapis tipis), fase diamnya berupa film tipis
dengan partikel padat yang terikat bersama melalui kekuatan mekanik pada
senyawa pengikat seperti kalsium sulfat. Pada kromatografi planar, komponen
yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah bidang datar.
Senyawa yang bergerak berupa noda (spot) yang dapat dikenali. Posisi noda
menunjukkan identitas suatu komponen/senyawa, sedangkan besar atau intensitas
noda menunjukkan konsentrasinya. Pada kromatografi planar ini beberapa bercak
komponen/senyawa dapat dipisahkan secara bersamaan maupun dipisahkan
dengan dua langkah, dimana langkah yang kedua tegak lurus arahnya dengan
langkah yang pertama. Cara ini dikenal dengan metode kromatografi dua dimensi.
Gambar dibawah ini menunjukkan proses pemisahan menggunakan metode
kromatografi planar.
c. Prinsip pemisahan
Klasifikasi jenis kromatografi berdasarkan prinsip pemisahannya dapat dibagi
menjadi:
1. Kromatografi Adsorpsi
2. Kromatografi Partisi
3. Kromatografi Pertukaran ion
4. Exclusion Chromatography
5. Affinity Chromatography
pemisahan dan koefisien distribusi terhadap adsorpsi yang seringkali tergantung pada
konsentrasi total komponen yang akan dipisahkan, sehingga mengakibatkan
pemisahan kurang sempurna.
Kromatografi partisi dimana proses pemisahan berdasakan kemampuan
adsorpsi analit pada lapisan tipis cairan yang dilapiskan pada partikel padatan inert
fase diamnya. Prinsip utama pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan antara
komponen sampel pada fase diamnya (gas chromatography), atau berdasarkan
perbedaan kelarutan
bermuatan pada fase gerak akan berikatan denga resin yang memiliki muatan
berlawanan melalui gaya elektrostatik.
Teori Kromatografi
Beberapa sifat umum yang terlibat dalam teknik kromatografi adalah:
a. Sifat kelarutan, dimana setiap molekul mempunyai kecenderungan untuk larut
dalam suatu pelarut/cairan.
b. Sifat adsorpsi/penyerapan, dimana setiap molekul mempunyai kecenderungan
untuk dapat teradsorpsi pada butir-butir zat padat halus dengan permukaan yang
luas.
c. Sifat menguap atau sering dikenal dengan sebutan volatilitas, dimana setiap
senyawa mempunyai kecenderungan berubah menjadi fase uap.
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan tentang proses
pemisahan yang digunakan dalam metode kromatografi, yaitu :
a. Plate Theory, dikenalkan pertama kali oleh Martin dan Synge pada tahun 1941.
Teori ini didasarkan pada analogi dengan proses distilasi dan ekstraksi.
b. Rate Theory, dikenalkan oleh J.J. van Deemter pada tahun 1956 dimana proses
pemisahan didasarkan pada jumlah pemisahan pada kondisi dinamisnya.
Plate Theory
Plate Theory mengasumsikan bahwa pada kromatografi kolom terdapat
sejumlah lapisan-lapisan pemisah yang dikenal sebagai theoretical plates. Pemisahan
sampel antara fasa diam dan gerak terjadi pada plates tersebut. Analit bergerak
sepanjang kolom melalui transfer keseimbangan fasa gerak dari satu plate ke plate
selanjutnya.
Afasa diam
K=
K = koefisien partisi
= konsentrasi molar sampel dalam fase diam (stationary phase)
= konsentrasi molar sampel dalam fase gerak (mobile phase)
Bila harga K besar berati populasi molekul dalam fase diam lebih besar
daripada fase gerak dan berarti rata-rata lebih lama tertahan dalam fase diam.
Tipe Kromatogram:
: panjang kolon
: waktu retensi
f=
k =
Laju Pemisahan
X
flow
Waktu yang diperlukan oleh sebuah komponen sampel untuk melintasi kolom
sepanjang L disebut retention time (t). Dari definisi ini, laju pemisahan diperoleh:
tr = L / ( [1/(1+k)])
tr = (L/) x [ 1+k]
tr= tm [ 1 + k ]
k = [tr-tm]/tm
Retention volume
Bila kecepatan dari fase gerak konstan, maka volume dari fase gerak yang
diperlukan untuk memisahkan suatu komponen campuran dari kolom dapat dihitung
dengan rumus berikut :
Volume = waktu x kecepatan aliran
VR = tRF
Faktor Pemisahan ()
Faktor pemisahan () merupakan rasio dari faktor retensi untuk analit yang berbeda
pada sampel yang sama. Nilai tersebut menunjukkan seberapa baik sistem
kromatografi dapat memisahkan dua komponen.
kRB
t
, disubtitusikan pada persamaan = RB
t RA
kRA
Rasio faktor pemisahan semakin tinggi menunjukkan proses pemisahan yang lebih
baik, dengan jarak antara dua puncak yang semain besar. Rasio faktor pemisahan
selalu lebih dari 1. Bila harga bernilai 1 menandakan tidak terjadi pemisahan.
Rate Theory
Proses yang terjadi dalam kolom membutuhkan waktu tertentu untuk zat
terlarut mencapai keseimbangan dengan fase diam dan fase geraknya. Hasil analisis
kromatogram berupa puncak-puncak kromatografi dipengaruhi oleh laju elusinya.
Dalam praktek harga H (HETP) selalu lebih besar dari harga idealnya (nol)
yang berarti terjadi pelebaran puncak. Pelebaran ini disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
1. Difusi Eddy
Difusi Edi disebabkan karena ketidakseragaman packing pada kromatografi
kolom, meliputi perbedaan bentuk, ukuran partikel-partikel pengisi kolom, cara
pengisian kolom, dan diameter dari kolom Perbedaan ini mengakibatkan solut
akan mengambil jalan yang berbeda untuk melalui kolom sehingga terjadi
perbedaan waktu keluarnya molekul-molekul dari kolom. Perbedaan tersebut
menyebabkan pelebaran puncak dari solut. Untuk memperkecil efek ini, digunakan
partikel-partikel kecil dengan ukuran sama tetapi tidak menyebabkan penurunan
tekanan yang terlalu tinggi dalam kolom, diameter kolom yang kecil, pengepakan
yang mampat dan ukuran sama tanpa memecahkan partikel-partikel pengisi kolom
tersebut.
2. Difusi Longitudinal
Difusi Longituidinal disebabkan karena kecenderungan zat terlarut untuk
berdifusi. Molekul-molekul zat terlarut cenderung untuk berdifusi dari daerah yang
konsentrasinya tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Akibatnya, waktu
melintasi kolom, molekul-molekul akan menyebar (berdifusi) ke belakang dan ke
depan.
3. Transfer Massa
Transfer massa untuk pemisahan zat terlarut pada fase diam, tidak terjadi begitu
saja melainkan bergantung pada partisi zat terlarut dan koefisien difusinya.
a. Transfer massa fase gerak
Solut yang tidak bergerak melalui
kolom ketika berada pada fase gerak
dalam
kondisi
stagnant
akan
Perbedaan
lama
waktu
tersebut
Pada Plate Theory, harga N dan H konstan bila L konstan (Martin and Synge),
sedangkan pada Rate Theory, H bergantung pada laju fase gerak (Van Deemter).
H=A+B/+C
dimana,
= laju alir
+ Cs + C M
= tinggi plate
B/ = difusi longitudinal
Cs = transfer massa fase diam
Cm = transfer massa fase gerak
Untuk mengurangi efek yang ditimbulkan dari nilai A, B dan C dapat
dilakukan beberapa cara. Untuk nilai A, setelah kolom ditata, tidak ada hal yang
dapat dilakukan untuk mengurangi dampak nilai A. Namun efeknya dapat direduksi
dengan metode packing menggunakan ukuran yang sama, diameter kecil, serta tidak
membiarkan adanya ruang kosong dalam kolom. Efek dari term B yaitu bergantung
pada laju, saat laju meningkat menyebabkan waktu difusi menjadi berkurang. Untuk
mengurangi efeknya dapat dilakukan dengan membuat laju pada kondisi paling tinggi
yang dimungkinkan instrument dan batas limit C term. Pada C term, bersifat resisten
terhadap transfer massa. Fasa padat yang lebih tebal dan kental memiliki C term yang
lebih besar. Efek C term dapat diminimalkan dengan menggunakan pelapis yang tipis
pada permukaan fase diam, menggunakan fase dengan kekentalan yang rendah dan
menjaga laju seminimal mungkin dengan batasan pada B term.
Resolusi
Resolusi merupakan ukuran apakah suatu senyawa terpisah secara baik atau
tidak dengan senyawa lain. Perubahan kecil pada nilai akan menyebabkan nilai
resolusi berubah secara signifikan. Resolusi dari dua spesies A dan B dapat
ditentukan dengan persamaan :
Rs =
2(t r , B t r , A )
WA WB
Untuk mendapatkan hasil resolusi yang baik, terdapat 3 term yang harus
dimaksimalkan. Peningkatan nilai N (jumlah theoretical plates), memanjangkan
kolom tetapi dapat mengakibatkan meningkatnya waktu retensi dan meningkatkan
pelebaran puncak. Selain itu, untuk meningkatkan jumlah plates, tinggi ekuivalen
dari theoretical plates dapat direduksi dengan mengurangi ukuran partikel fase
diamnya. Faktor pemisahan dapat ditingkatkan dengan mengikuti prosedur berikut :
1. Mengubah komposisi fase gerak
2. Mengubah temperatur kolom
3. Mengubah komposisi fase diam
4. Menggunakan efek kimia spesial (misalnya memisahkan spesies yang
membentuk kompleks dengan solute pada fase diamnya).
gas dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan fase diamnya, yaitu kromatografi gascair (GLC) dan kromatografi gas-padat (GSC).
Prinsip Analisis
beberapa
kelebihan
kromatografi
gas,
diantaranya
kita
dapat
packed kolom dan kolom kapiler (atau sering dikenal sebagai open tubular
column). Packed kolom memiliki pembagi yang cukup baik, inert dan material
padatan pendukung yang dilapisi cairan sebagai fase diam. Kebanyakan packed
kolom memiliki panjang 1,5 hingga 1 m dan memiliki diameter internal 2-4 mm.
Kolom kapiler memiliki diameter internal < 1 mm, dan terdiri dari 2 tipe wall-
coated open tubular (WCOT) atau support-coated open tubular (SCOT). WCOT
kolom terdiri dari pipa kapiler dimana dindingnya dilapisi dengan fase diam
berupa cairan. Jenis yang lain yaitu SCOT kolom, memiliki dinding bagian dalam
pipa kapiler yang terisi lapisan tipis material pendukung. Kedua tipe kolom kapiler
ini lebih efisien daripada packed kolom namun lebih mudah overloaded pada
sampel dalam jumlah banyak.
Packed Kolom
- Diameter
internal
2-4
Kolom kapiler
mm,
panjang 1-4 m.
100 m.
-
500.000
kolom.
yang
menghasilkan
4. Detektor
Detektor kromatografi gas mengidentifikasi analit ketika analit terelusi dari
kolom dan berinteraksi dengan detektor. Signal elektonik dari hasil interaksi
tersebut dikirim ke sistem data untuk diterjemahkan dalam bentuk kromatogram.
Terdapat beberapa tipe detektor pada kromatografi gas. Tipe detektor tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
Kemampuan
Detektor
Selektivitas
Deteksi
Flame ionization
Sebagian besar senyawa organik.
100 pg
(FID)
Thermal
conductivity
Universal
1 ng
(TCD)
Electron capture
(ECD)
0,5 pg
NitrogenNitrogen, phosphorus
10 pg
phosphorus
Flame photometric
(FPD)
(PID)
organosulphurs, beberapa
2 pg
organometal
Hall electrolytic
conductivity
sulphur
5. Sistem pembaca
Sistem pembaca menerima signal data dari detektor dan menerjemahkannya
dalam bentuk kromatogram.
Fase gerak pada HPLC merupakan pelarut yang dialirkan ke dalam kolom
(fase diam) yang bertugas untuk membawa analit melalui kolom. Komponen analit
dalam larutan akan bermigrasi ke fase diam melalui interaksi non kovalen. Interaksi
kimia antara fase gerak dengan sampel dan dengan fase diam menentukan
kemampuan migrasi dan pemisahan komponen pada sampel. Sebagai contoh sampel
yang memiliki interaksi lebih kuat dengan fase gerak dibanding dengan fase diam
akan terelusi keluar kolom lebih cepat dan memiliki waktu retensi lebih cepat.
Terdapat dua tipe proses elusi yaitu tipe elusi isocratic dan tipe elusi gradient.
Tipe elusi isocratic, komposisi eluen yang dipompa melalui kolom selama analisis
dibuat konstan. Pada tipe elusi ini semua komponen mulai bermigrasi melalui kolom
pada saat yang bersamaan, dimana masing-masing komponen memiliki kemampuan
laju migrasi yang berbeda menghasilkan laju elusi yang lebih cepat maupun lebih
lambat. Tipe elusi ini lebih simpel dan tidak mahal, namun resolusi dari beberapa
sampel masih dipertanyakan dan proses elusi yang lambat menyebabkan puncak yang
dihasilkan sangat melebar.
Tipe elusi gradient, komposisi eluen diatur berubah secara bertahap selama
proses pemisahan berlangsung. Komponen yang berbeda dielusikan dengan
meningkatkan kekuatan dari pelarut organiknya. Sampel diinjeksikan ketika fase
gerak yang lebih lemah digunakan dalam sistem. Kekuatan fase gerak ditingkatkan
dengan meningkatkan fraksi pelarut organiknya yang hasilnya akan mengelusi
komponen lebih banyak. Sebagai contoh gradient dimulai menggunkan methanol
10% dan diakhiri dengan menggunakan methanol 90% setelah 20 menit. Elusi
gradient menurunkan retensi pada komponen yang terelusi cukup lama menjadi lebih
cepat terelusi. Proses ini memberikan puncak yang lebih tinggi dan tajam pada
kromatogram.
3. Kolom Pemisah
Kolom pemisah yang digunakan pada HPLC umumnya memiliki panjang 10,
15 dan 25 cm serta diisi dengan partikel yang sangat kecil dengan diameter 3, 5 atau
10 m. Diameter internal dari kolom biasanya 4 hingga 4,6 mm, ini didasarkan pada
kondisi paling tepat untuk kapasitas sampel, penggunaan fase gerak, kecepatan dan
resolusinya.
Fase diam (packing kolom) pada HPLC untuk pemisahan senyawa organik
dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan sifat polaritas antara dua phase. Kedua tipe
ini yaitu Normal Phase dan Reversed Phase.
a. Normal Phase, dimana fase diamnya bersifat polar (misal silika gel) sedangkan
fase geraknya bersifat nonpolar (misal n-hexane atau tetrahydrofuran).
Permukaan Silika
Sampel polar akan berinteraksi dengan permukaan kolom lebih lama daripada
sampel yang kurang polar.
Interaksi pada Normal Phase, dipengaruhi oleh polaritas eluen:
Sensitifitas tinggi
Non-destructive
Variable Wavelenght mengukur satu panjang gelombang pada satu waktu, namun
mampu mendeteksi pada area panjang gelombang yang luas.
Diode Array mengukur sebuah spektrum dari panjang gelombang secara simultan.