Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), yang juga dikenali
sebagai
Chronic
Obstructive
Pulmonary
Disease
yang
(COPD),
progresif dan
(Snider,
2003).
Menurut
World
Health
saluran
pernafasan,
infeksi
jalan
nafas,
WHO,
PPOK
merupakan
salah
satu
penyebab
International,
2004).
Laporan
terbaru
WHO
(WHO,2008).
Dikatakan
80
90%
kematian
pada
penderita
PPOK
berisiko
untuk
terkena
PPOK
berbanding
bukan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien dengan
gangguan COPD?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada pasien dengan gangguan
COPD?
3. Bagaimana patofisiologi pada pasien dengan gangguan COPD?
4. Bagaimana Menifestasi klinis pada pasien dengan gangguan
COPD?
5. Bagaimana Penatalaksanan pada pasien dengan gangguan
COPD?
6. Bagaimana Komplikasi pada pasien dengan gangguan COPD?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi pada
pasien dengan gangguan COPD.
dapat
mengetahui
Bagaimana
Komplikasi
pada
D. Manfaat
1. Pembaca mengetahui anatomi fisiologi, patologi, dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan PPOK.
2. Pembaca
lebih
memahami
tentang
PPOK
dan
pencegahannya.
3. Menurunkan prevalensi kasus PPOK di Indonesia
4. Sebagai sumber informasi yang sangat berguna
cara
dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (chronic obstructive pulmonary
diseases-COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama
dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai
gambaran
patofisiologi
utamanya.
Penyakit
Paru
laringotracheobronchitis.
Radang
ini
dapat
timbul
secara
umum
adalah
batuk-batuk,
demam,
sulit
membuat
penderita
sulit
bernafas.
Penderita
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui
dikaitkan
dengan
faktor-faktor
risiko
yang
terdapat
pada
Klinis
Faal Paru
Derajat 0
Gejala klinis
Normal
Berisiko
Derajat I :
PPOK
klinis
Ringan
VEP1
>
80%
PREDIKSI
Derajat II :
PPOK
klinis
Sedang
prediksi
50%
<
VEP1
<
80% prediksi
IIB :
30% < VEP1 <50%
prediksi
Derajat III : Gejala
diatas
PPOK
tanda-tanda
gagal
napas VEP1
Berat
<30%
prediksi
C. Tuba ini
lebih
pendek,
lebih
tebal,
dan
lebih
lurus
di
diatas
diafragma,
sebuah
permukaan
mediastinal
kerusakan
dinding
alveoli
yang
disebabkan
oleh
menyempit
dan
membatasi
jumlah
udara
yang
juga
ditemukan
terjadi
pada
individu
yang
tidak
10
E. WOC
Bronkitis kronis
Emfisema
Penumpukan lendir
dan sekresi yang
sangat banyak
menyumbat jalan
Asma Bronkhial
Obstruksi pada
pertukaran oksigen
dan karbon dioksida
terjadi akibat
PPOK
Gangguan pergerakan udara dari
dan ke luar paru
MK: Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Peningkatan kerja
pernapasan, hipoksemia
secara reversibel
Gangguan
pertukaran gas
Keluhan sistemis,
mual , intake nutrisi
tidak adekuat, malaise,
kelemahan , dan
keletihan fisik
Mk: - Perubahan
pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
-
Gangguan
Keluhan
psikososial,
kecemasan,
ketidaktahuan
akan prognosis
MK:
Ansietas
Ketidaktahuan/pem
enuhan informasi
Mk:
Kematian
F. Manifistasi klinik
1. Pasien PPOK ditandai oleh adanya keluhan batuk berlebihan pada
skala lima atau enam, produksi sputum dan pernapasan yang
memendek.
2. Gejala telah muncul selama 10 tahun atau lebih.
3. Dyspnea muncul pada aktifitas berat, tetapi apabila kodisinya
memburuk dapat terjadi pada aktifitas ringan. Pada penyakit
yang berat dyspnea dapat terjadi saat istirahat.
4. Serangan penyakit biasa terjadi berulang menyebabkan tidak
dapat bekerja dan akhirnya cacat.
5. Pneumonia.
6. Hipertensi pulmonal.
7. Cor pulmonale.
8. Kegagalan respirasi kronik merupakan bentuk stadium lanjut
PPOK. Kemtian yang terjadi selama serangan penyakit biasanya
berhubungan dengan kegagalan respirasi. `
9. Hemoptisis sering terjadi.
10. Pink puffer (bengkak merah muda) pada emfisema.
11. Blue bloaters (bengkak biru) pada bronkitis.
G. Pemeriksaan Fisik Fokus
Inspeksi
12
kehidupan
sehari-hari
seperti
makan dan
mandi.
Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
Perkusi
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma mendatar/menurun.
Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing
sesuai tingkat keparahan obstruktif pada bronkhiolus.
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
13
Penatalaksaan Medis
Intervensi medis bertujuan untuk :
Memelihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan spasme
asmatikus)
Mencegah alergen/iritasi jalan napas.
Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati depresi yang
sering menyertai adanya obstruksi jalan napas kronis.
Manajemen medis yang diberikan berupa:
1. Pengobatan farmakologi
a. Anti-inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolin, dan lain
lain)
b. Bronkodilator.
Adrenergik: efedrin, epineprin, dan beta adrenergik agonis
selektif.
Nonadrenergik: aminofilin, teofilin.
c. Antihistamin
d. Steroid
e. Antibiotik
f. Eksperatoran
Oksigen digunakan 31/menit dengan nasal kanul.
2. Higiene paru
Cara ini bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru,
meningkatkan kerja silia, dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada. Dan postural
drainase.
3. Latihan
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi
otot skeletal agar lebih efektif. Dilaksanakan dengan jalan
nafas.
4. Menghindari bahan iritan
Penyebab iritan jalan nafas yang harus dihindari diantaranya
asap rokok dan perlu juga mencegah adanya alergen yang
masuk tubuh.
14
5. Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya
dispnea. Pemberian porsi yang kecil nmamun sering lebih baik
daripada makan sekaligus banyak.
15
DERAJAT
Semua
deraja
Derajat 0 :
Berisiko
KARAKTERISTIK
Gejala
REKOMENDASI PENGOBATAN
Hindari faktor pencetus
Vaksinasi influenza
kronik
(batuk,dahak)
terpajan faktor
resiko
spirometri
Derajat 1 :
PPOK Ringan
normal
VEP/KVP<75%a. Bronkodilator
VEP80%
(SABA,
kerja
Antikolinergik
singkat
kerja
prediksi
Derajat II :
PPOK sedang
reguler
50%VEP8
bronkodilator :
bila
a. Antikolinergik
0%
prediksi
steroid
kerja
lama
dengan
atau
positif
sebagai
terapi
tanpa gejala
pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
2. Rehabilitasi
IIB :
VEP/KVP<75%
30%VEP50
%
1.
Pengobatan
reguler
1
atau
dengan
lebih Kortikoster
prediksi bronkodilator :
Dengan
oid inhalasi
atau
a. Antikolinergik
tanpa gejala
kerja
sebagai
bila
VEP/KVP<75%
2. Rehabilitasi
1.
Pengobatan
VEP30%
dengan
prediksi
gagal
uji
lama steroid
pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
Derajat III :
PPOK Berat
uji
reguler
atau
lebih
kerja
lama
atau bronkodilator :
napas
a. Antikolenergik
atau
respons
klinis
EDUKASI
-Berhenti
FARMAKOLOGI
REGULER
-Rehabilitasi
Bronkodilator
-Terapi Oksigen
merokok
-Pengetahuan
dasar PPOK
-Obat-obatan
-pencegahan
perburukan
penyakit
Menghindari
pencetus
NON
FARMAKOLOGI
-Antikolinergik
-Agonis Beta 2
-Xantin
-kombinasi
SABA+LABA
-Kombinasi
LABA+SABA
BILA PERLU
Ekspetorat
Mukolitik
17
Antosikdan
-Vaksinasi
-Nutrisi
-Ventilasi non
mekanik
-Intervensi
bedah
Keterangan :
-Kortikosteroid hanya diberikan pada penderita dengan uji steroid
positif. Uji steroid positif adalah bila dengan pemberian steroid
oral selama 10-14 hari menunjukkan perbaikan gejala klinis atau
fungsi paru. -SABA : short acting beta 2 agonist.
-LABA : long acting beta 2 agonist.
H. Komplikasi COPD/PPOK
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PO2 < 55
mmHg dengan nilai saturasi O2 < 85%. Pada awalnya pasien
akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi,
dan menjadi pelupa.
2. Asidosis Respiratori
Asidosis Respiratori timbul akibat dari peningkatan nilai
PCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain nyeri
kepala, fatigue, letargi, dizziness, dan takipnea.
3. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan
produksi
mukosa.
Terhambatnya
aliran
udara
akan
Komplikasi ini
sering
kali
berhubungan
dengan
lain,
dan
efek
obat
respiratori.
6. Status Asmatikus
18
atau
terjadinya
asidosis
Status
asmatikus
merupakan
komplikasi
utama
yang
respons
terapi
yang
biasa
diberikan.
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan Teori
A.
PENGKAJIAN
1. Data biografi
Umumnya pasien yang terkena PPOK usia 20-30 ke atas,
pada kasus ini banyak menyerang laki-laki, dan PPOK
sebagai penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.
Merokok,
(
polusi
terhadap
batu
udara,
bara,
dan
paparan
kapas,
dan
di
tempat
padi-padian,
kerja
dll
saat
MRS,
kelemahan.
Vena
jungularis
mengalami
distensi
selama ekspirasi.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengalami asma bronkhial, bronkhitis
kronis, dan empisema.
4) Riwayat kesehatan keluarga :
Salah satu penyebab penyakit PPOK/COPD adalah
genetik.
5) Mulut
Warna mukosa mulut pucat, membran mukosa kering,
tidak ada lesi,
chest
akibat
udara
yang
terperangkap,
mengindikasikan
infeksi pernapasan.
21
adanya
tanda
pertama
Pada
sampai
perkusi,
didapatkan
hipersonor
suara
sedangkan
normal
diafragma
mendatar/menurun.
Auskultasi: Sering didapatkan adanya bunyi napas
ronkhi
dan
wheezing
sesuai
tingkat
keparahan
tidak
ada
pembesaran
lien,
ada
ginjal
normal.
d. Otot dan rangka integumen
Inspeksi: pergerakan kurang baik, sendi lengan dan
tungkai normal, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi,
warna kulit rata, tulang belakang normal.
Palpasi: turgor menurun, sering didapatkan adanya jari
tabuh (clubbing finger) sebagai dampak dari hipoksemia
22
yang
berkepanjangan,
kekuatan
otot
kurang,
akibat
mual
atau
muntah
sehingga
melakukan
aktifitas
sehari-hari,
kebersihan
ansietas,
ketakutan,
peka
rangsang
d. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan
otot bantu pernafasan.
e. Keamanan
Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor
lingkungan.
f. Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung,
keterbatasan mobilitas fisik.
g. Pola Istirahat dan tidur
Selama sakit klien mengalami gangguan pola tidur
karena sesak nafas.
h. Pola Aktivitas
23
Keletihan,
kelemahan,
malaise,
ketidak
mampuan
sakitnya
mengganggu
melakukan
kegiatan
aktivitasnya,
serta
sehari-hari
klien
polisitemia sekunder
Jumlah sel darah merah meningkat
Eosinofil dan total IgE serum meningkat
Pulse oksimetri SaO oksigenasi menurun
Elektrolit menurun karena pemakaian obat diuretik
4. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman
patogen
yang
biasa
ditemukan
adalah
adanya
hiperinflasi
paru,
pembesaran
yang
pencapaian
bersihanjalan
napas,
kemandirian
dalam
Rencana Intervensi
Kaji
warna,
kekentalan,
RASIONAL
dan Karakteristik
sputum
dapat
jumlah sputum
26
Ventilasi
maksimal
membuka
lumen
dalam
Pertahan
intake
cairan Hidrasi
yang
adekuat
mengefektifkan
membantu
sekret
dan
pembersihan
jalan
napas.
Alasan lain untuk memperbanyak intake
cairan
adalah
kecenderungan
klien
meningkatkan
kehilangan
air.
karena
uap
ini
dapat
27
Lakukan
fisioterapi
dengan
teknik
menggunakan
bantuan
gaya
dengan
mudah.
Terapi
yang
aerosol,
bronkodilator,
sebelum
sekresi
mudah
postural
akan
mengalir
setelah
trakeobronkial
diinstruksikan
drainase
lebih
percabangan
berdilatasi.
bernapas
Klien
dan
batuk
Postural
drainase
biasanya
sekresi
terkumpul
sepanjang
yang
malam
telah
dan
Agen
mukolitik
ekspektoran
28
Kortikosteroid
berguna
dengan
reaksi
inflamasi
akibat
Rasional
mengi
saat
pembentukan
sejalan
dengan
penurunan
aksi
menunjang
penurunan
udara
pertukaran
diperburuk
mukosiliaris
serta
aliran
penurunan
gas,
oleh
yang
kehilangan
klien
disarankan
29
akan
membantu
pengeluaran
sekresi.
melakukan intervensi.
terjadi
harus
hipoksemia.
memantau
Perawat
kemanjuran
klien
menggunakan
oksigen.
tentang
Klien
patuh
alat
dalam
pemberi
diinstruksikan
penggunaan
oksigen
akumulasi
sekret
jalan
napas
dan
menurunnya
Rasional
pada
lanjut,
paru
kemajuan
peningkatan
lebih
gejala,
bronkhospasme,
kerentanan
infeksi
paru
dan
merupakan
Klien
diinstruksikan
melaporkan
jika
dengan
sputum
untuk
segeran
mengalami
perubahan
warna,
karena
pengeluaran
sputum
purulen
atau
warna,
perubahan
atau
kerakter,
jumlah
adalah
kesesakanan
peningkatan
dispnea,
keletihan)
menandakan
infeksi
juga
ini
dan
oleh
infeksi
yang
disebabkan
oleh
organisme
besar
bernapas.
individu
bernapas
Sebagian
dengan
dalam
PPOK
dari
dada
efisien.
Jenis
bernapas
pernapasan
diafragmatik
mengurangi
frekuensi
pernapasan,
meningkatkan
alveolar,
ventilasi
dan
kadang
mungkin
ekspirasi.
Bernapas dengan
dirapatkan
selama
bibir
yang
melambatkan
dan
membantu
klien
kedalaman
dan
untuk
memungkinkan
mencapai
pernapasan
rileks,
yang
klien
untuk
kontrol
terhadap
32
Rasional
Menjadi
melakukan aktifitas.
melakukan
data
dasar
dalam
intervensi
selanjutnya.
Atur
cara
beraktifitas
sesuai kemampuan.
toleransi
pada
dalam
terhadap
periode
hari.
yang
Hal
ini
bronkial
dan
edema
hari
berbaring.
ketika
Klien
individu
sering
tidak
Aktifitas
membutuhkan
yang
mengankat
distress
pernapasan.
33
ditoleransi
klien
lebih
bangun
baik
dan
setelah
bergerak-
untuk
berpakaian.
mandi
Minuman
dan
hangat
dan
mempersingkat
kesulitan
yang
bangun pagi.
34
akan
periode
dialami
saat
Setelah
klien
pernapasan.
mempelajari
pelatihan
pernapasan
dapat
otot-otot
diberikan
Program
ini
menit
Resisten
setiap
secara
ditingkatkan
dan
hari.
bertahap
otot-otot
yang
diinstruksikan
otot-otot
membutuhkan
lama
dan
klien
untuk
35
data
dasar
dan
untuk
menjelaskan
tingkat
pengetahuan
keluarga
tentang perawat
perawatan dirumah.
sesuai
yang dimiliki.
Klien dengan
bagi
PPOK
dapat
mengetahui
proses
tentang
penyakit
yang
penyuluhan
adalah
penjelasan
pentingnya
penerimaan
utama
tentang
penetapan;
tujuan
dan
jangka
objektif
dari
pengobatan
adalah
untuk
memulihkan
fungsi
paru
sebelumnya
dan
menghilangkan
sebanyak
gejala-gejala
mungkin.
penyakitnya
objektifnya
Jika
ringan,
adalah
untuk
mencegah
kehilangan
36
dan
perkiraan
tentang
direncanakan
bersama
diinstruksikan
ekstrem.
suhu
karenanya
meningkatkan
oksigen
dingin
agar
klien
berhenti merokok.
Panas
meningkatkan
kebutuhan
Anjurkan
untuk
tubuh,
tubuh;
cenderung
meningkatkan bronkhospasme.
untuk Merokok menekan aktivitas
sel-sel pemangsa (makrofag)
dan
mempengaruhi
mekanisme
siliaris
pembersihan
dan
saluran
asing
lainnya
yang
satu
mekanisme
pembersihan
ini
37
jalan
tersumbat.
napasyang
Distensi
alveoli
menghilang.
Merokok
kelenjar
mukosa.
Menyebabkan
akumulasi
lendir
lebih
peningkatan
lendir.
Akumulasi
menyebabkan
lanjut,
iritasi
infeksi,
dan
perbaikan
pertukaran
gas
dengan
tanda-tanda
awal
terjadinya
infeksi
dan
dispnea.
b. Menggunakan pernapasan terkendali ketika melakukan
aktivitas.
5. Mencapai toleransi aktivitas dan melakukan latihan serta
melakukan aktivitas dengan sesak napas lebih sedikit.
6. Mendapatkan
mekanisme
koping
yang
efektif
serta
39
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
Paru
Obstruksi
Kronik
(chronic
obstructive
aliran
udara
sebagai
gambaran
patofisiologi
B. Saran
40
Sebaiknya
dan
mengingat
lain-lain
penderita
agar
tidak
akan
terkena
mengalami
PPOK.
Karena
sakit
yang
Daftar Pustaka
Mohamad Judha dan Rizky Erwanto. 2011. Anatomi dan Fisiologi.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Somantri Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Tim kelompok kerja. PPOK. Jakarta : Penghimpunan Dokter Paru
Indonesia
Sloane Ethel. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin Arif. 2012. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem pernafasan : Salemba Medika .
41
42