Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Period prevalence
pneumonia balita adalah 18,5 permil, dimana yang berobat hanya 1,6 per mil.
Lima provinsi dengan Period prevalence pneumonia balita tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur, Aceh, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Tengah.
Berdasarkan data laporan tahunan Puskesmas Rawasari pada tahun 2014,
diperkirakan jumlah penderita pneumonia pada balita adalah 303 kasus dari 3032
balita yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Rawasari, namun hanya sebanyak
33 kasus (10,8%) pneumonia yang ditemukan dan ditatalaksana.
Berdasarkan hal ini peneliti ingin mengetahui gambaran kasus pneumonia
pada anak yang berumur 2 bulan-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Rawasari
periode April 2014-April 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana gambaran kasus pneumonia pada anak yang berumur 2 bulan-5
tahun di wilayah kerja Puskesmas Rawasari periode April 2014-April 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penderita pneumonia di empat wilayah kerja
Puskesmas Rawasari
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui prevalensi pneumonia berdasarkan umur
b. Mengetahui prevalensi pneumonia berdasarkan jenis kelamin
c. Mengetahui prevalensi pneumonia berdasarkan wilayah tempat tinggal
yang merupakan wilayah kerja dari Puskesmas Rawasari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
besar
pneumonia
disebabkan
oleh
mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain misalnya bahan kimia
(hidrokarbon, lipoid substances), benda asing yang teraspirasi.
Pola kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan
distribusi umur pasien. Sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh virus
sebagai penyebab tersering respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza virus,
influenza virus dan adenovirus. Secara umum bakteri yang berperan penting
adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, Staphylococcus
aureus, Streptococcus group B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma.
Beberapa keadaan seperti gangguan nutrisi (malnutrisi), usia muda,
kelengkapan imunisasi, kepadatan hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi Zn,
paparan asap rokok secara pasif dan faktor lingkungan (polusi udara) merupakan
faktor resiko untuk terjadinya pneumonia. Faktor predisposisi yang lain untuk
terjadinya pneumonia adalah adanya kelainan anatomi kongenital (contoh fistula
trakeaesofagus, penyakit jantung bawaan), gangguan fungsi imun (penggunaan
sitostatika dan steroid jangka panjang, gangguan sistem imun berkaitan penyakit
tertentu seperti HIV), campak, pertusis, gangguan neuromuskular, kontaminasi
perinatal dan gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik, aspirasi
benda asing atau disfungsi silier.
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi ISPA dalam program P2 ISPA juga dibedakan untuk golongan
umur kurang dari 2 bulan dan golongan umur balita 2 bulan 5 tahun :
a. Golongan umur kurang dari 2 bulan ada 2 klasifikasi yaitu:
1) Pneumonia Berat.
Anak dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam atau nafas cepat
(60x per menit atau lebih). Tarikan dinding dada kedalam terjadi bila paru-paru
menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas.
Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam, mempunyai resiko meninggal
yang lebih besar dibanding dengan anak yang hanya menderita pernafasan
cepat. Penderita pneumonia berat juga mungkin disertai tanda-tanda lain
seperti:
a). Napas cuping hidung, hidung kembang kempis waktu bernafas.
b). Suara rintihan
c). Sianosis (Kulit kebiru-biruan karena kekurangan oksigen).
d). Wheezing yang baru pertama dialami.
2) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan adanya tarikan kuat ke dalam dinding dada bagian bawah
atau nafas cepat yaitu < 60 kali per menit (batuk, pilek, biasa). Tanda bahaya
untuk golongan umur kurang dari 2 bulan ini adalah : kurang bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, gizi buruk, demam/dingin.
b. Golongan umur 2 bulan 5 tahun ada 3 klasifikasi, yaitu :
1) Pneumonia Berat, bila disertai nafas sesak dengan adanya tarikan dada bagian
bawah ke dalam waktu anak menarik nafas, dengan catatan anak harus dalam
keadaan tenang, tidak menangis dan meronta.
2) Pneumonia, bila hanya disertai nafas cepat dengan batasan :
(a) Untuk usia 2 bulan kurang 12 bulan = 50 kali per menit.
(b) Untuk usia 1 tahun 5 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam atau nafas cepat (batuk pilek biasa). Tanda bahaya untuk golongan
umur 2 bulan 5 tahun adalah: tidak dapat minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing dan gizi buruk.
2.6 Manifestasi Klinis
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada
anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang
luas, gejala klinis yang kadangkadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya
penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang relatif lebih
sering, dan faktor patogenesis.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada beratringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan Gastro Intestinal Tarcktus (GIT) seperti
mual, muntah atau diare: kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis. Pada
pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara
napas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala
dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada
perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
pneumonia
utamanya
didasarkan
klinis,
sedangakan
pemeriksaaan foto polos dada perlu dibuat untuk menunjang diagnosis, disamping
untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat. Foto posisi
anteroposterior (AP) dan lateral (L) diperlukan untuk menentukan luasnya lokasi
anatomik dalam paru, luasnya kelainan dan kemungkinan adanya komplikasi
seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, pneumatokel, dan abses paru dan
efusi pleura. Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada pasien bayi.
Foto polos dada umumnya akan normal dalam 3-4 minggu.
Pada sebagian besar kasus, pemeriksaan yang ekstensif tidak perlu
dilakukan, tetapi pemerikdsaan laboratorium mungkin akan membantu dalam
memperkirakan mikroorganisme penyebab. Leukositosis >15.000/UL seringkali
dijumpai. Biakan darah merupakan cara yang spesifik untuk diagnostik tapi hanya
positif pada 10-15% kasus penumonia pada anak. Kultur darah juga
direkomendasikan pada kasus pneumonia yang aberat dan pada bayi usia kurang
dari 3 bulan.
2.8 Diagnosis
Diagnosis penumonia yang terbaik ditegakkan berdasarkan etiologi, yaitu
dengan pemeriksaan mikrobiologik. Upaya untukmendapatkan spesimen atau
bahan pemeriksaan guna mencari etiologi kuman penyebab dapat meliputi
pemeriksaan sputum, sekret nasofaring bagian posterior, dan aspirasi trakea bila
diperlukan. Tapi pemeriksaan ini banyak kendalanya dari segi teknis maupun
biaya.
Dengan
demikian,
penumonia
didiagnosis
terutama
berdasarkan
manifestasi klinis dibantu pemeriksaaan penunjang yang lain seperti foto polos
dada.
2.9 Tatalaksana
Idealnya tatalaksana pneumonia disesuaikan dengan kuman penyebabnya.
Namun, karena berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien
pneumonia diberikan antibiotik secra empiris. Golongan beta laktam (penisilin,
10
Hiposekmia
Dehidrasi
Kondisi imunokompromais
11
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama bulan Jui-September 2015 di Kota
Jambi.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Target
Populasi penelitian adalah anak yang berusia 2 bulan-5 tahun yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Rawasari.
3.3.2 Populasi Terjangkau
13
Rawasari
yang
telah
didiagnosis
14
3.5.1 Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah yang mengenai parenkim paru dengan keadaan klinis yang
ditandai dengan gejala demam, batuk, sesak napas, dan adanya
ronkhi basah halus.
3.6 Etika Penelitian
Identitas pasien penderita pneumonia pada penelitian ini dirahasiakan.
Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Rawasari.
15