You are on page 1of 6

37

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Demografi Responden


Data awal observasi pemulihan kandung kemih pada penelitian ini terdapat 38
responden yang dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
suku. Berdasarkan dari usia responden antara dari kedua kelompok dalam penelitian ini
di bagi ke dalam rentang usia 21-40 tahun dengan prosentase 50% dari kelompok
perlakuan dan

kelompok kontrol berada pada rentang usia 21-40 tahun dengan

prosentase 61,1%.
Hal tersebut menunjukakan bahwa usia seseorang dapat diasumsikan seseorang dapat
melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan
mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak dan Chayatin, 2007). Dengan
kelemahan fisik dan mental menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Secara umum, ketidakmampuan ada dua hal, yakni ketidakmampuan primer
dan ketidakmampuan sekunder. Ketidakmampuan primer disebabkan oleh penyakit atau
trauma (misal, paralisis akibat gangguan atau cidera pada sistem syaraf pusat atau pada
medulla

spinalis).

Ketidakmampuan

sekunder

terjadi

akibat

dampak

dari

ketidakmampuan primer (misal, kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit


tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas (Mubarak dan
Chayatin, 2007).
Berdasarkan jenis kelamin dari seluruh responden pada penelitian ini sebagian besar
adalah laki-laki daripada perempuan pada kelompok perlakuan maupun kelompok

38
kontrol sebanyak 12 orang (66,7%). Sesuai pendapat dari Mubarak dan Chayatin (2007)
energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya untuk mobilisasi. Dalam hal ini,
cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi. Disamping itu ada
kecenderungan seseorang untuk menghindari stressor untuk mempertahankan kesehatan
fisik dan psikologis.
Berdasarkan dari karakter pendidikan pada penelitian ini dibagi antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol. Dinama kelompok perlakuan pada pendidikan SD
dan SMA sama-sama berjumlah 6 orang (33,3%), sedangkan pada kelompok kontrol
pada pendidikan SMA sebanyak 11 orang (61,1%). Menurut Mubarak dan Chayatin
(2007) kemampuan mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh latar belakang budaya,
nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat). Sehingga pola
berfikir pada masyarakat dapat dipengaruhi oleh tingkat budaya, nilai anut, pendidikan
serta lingkungan yang menjadi suatu kebiasaan seseorang dalam berperilaku walaupun
tinggat pendidikan tersebut tinggi.
Adapun karakter suatu pekerjaan juga dapat dipengaruhi oleh gaya hidup dan
ketidakmampuan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebanyak 11 orang
(61,6%) pada kelompok perlakuan dan 14 orang (77,8%) pada kelompok kontrol.
Dimana gaya hidup menurut Mubarak dan Chayati (2007) seseorang dipengaruhi oleh
latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal
(masyarakat). Dan ketidakmampuan merupakan kelemahan fisik dan mental
menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum,
ketidakmampuan ada dua hal, yakni ketidakmampuan primer dan ketidakmampuan
sekunder. Ketidak mampuan primer disebabkan oleh penyakit atau trauma (misal,
paralisis akibat gangguan atau cidera pada sistem syaraf pusat atau pada medulla

39
spinalis).

Sedangkan

ketidakmampuan

sekunder

terjadi

akibat

dampak

dari

ketidakmampuan primer (misal, kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit


tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
Sebagian besar responden pada penelitian ini berasal dari suku Jawa baik kelompok
perlakuan sebanyak 12 orang (66,7%) dan kelompok kontrol sebanyak 11 orang
(61,1%). Asumsi peneliti jika dilihat dari gaya hidup atau kebiasaan, orang Jawa lebih
lemah lembut terhahap seseorang baik dari segi bicara dengan tutur bahasanya , bahasa
tubuh maupun tingkah laku masyarakatnya. Dimana menurut Mubarak dan Chayati
(2007) bahwa seseorang dipengaruhi oleh latar budaya, nilai-nilai yang dianut dan
lingkungan tempat tinggal suatu masyarakat dimana mereka tinggal.
B. Hasil Observasi Pemulihan Fungsi Kandung Kemih Dengan Mobilisasi Dini
Pada Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol
Tabel 6.1. Observasi Fungsi Kandung kemih dengan Mobilisasi Dini pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
Hasil
Waktu (jam)
Hasil
Waktu (jam)
Cepat
14
8
4
8
Lambat
4
>8
14
>8
Total
18
18
Berdasarkan tabel 6.1. dapat di ketahui bahwa hasil observasi pemulihan kandung kemih
Observasi

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu dengan hasil sebanyak 14
dinyatakan pemulihan cepat pada waktu 8 jam pada kelompok perlakuan dengan paruh
waktu post pembedahan selama 6 jam, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 14
dinyatakan pemulihan lambat pada waktu > 8 jam pada paruh waktu 8 jam post
pembedahan.
Kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sama-sama mendapatkan perlakuan mulai
dari inform consent, pemberian penjelasan kegiatan yang akan dilakukan, perlakuan

40
yang diberikan hingga dengan hasil observasi. Sebagai pembeda perlakuan pada kedua
kelompok yaitu penentuan start awal akan dilakukannya suatu treatment mobilisasi dini
dengan kelompok perlakuan pada 6 jam post pembedahan dan 8 jam post pembedahan
pada kelompok kontrol.
Hal ini didasari pada prosedur mobilisasi dini dimana proses aktivitas yang
dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas
tempat

tidur

(latihan

pernapasan,

latihan

batuk

efektif,

dan

menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat


tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Smeltzer,
2001).
Mobilisasi dini merupakan suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis
(Carpenito, 2000). Mobilisasi dini pasca pembedahan Brunner & Suddarth (1996)
sebaiknya dilakukan pada 6-8 jam dengan diawali gerakan di tempat tidur (latihan
pernapasan, latihan batu efektif, gerakan pada tungkai dan gerakan miring kanan miring
kiri).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini dengan mobilisasi dini
terhadap pemulihan fungsi kandung kemih dikatakan sebagai kriteria
cepat adalah pada paruh waktu 6 jam pasca pembedahan dengan
hasil sebanyak 14 orang pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada
kelompok kontrol dikatakan kriteria cepat pada paruh waktu 8 jam
pasca pembedahan sebanyak 4 orang.

41

Hal ini dipengaruhi dengan adanya perbedaan umur, jenis kelamin,


pendidikan, pekerjaan dan suku budaya. Dimana umur berperan
penting untuk mengetahui seberapa baik atau sehat fungi antomi
fisiologi tubuh manusia, sedangkan faktor lain sebagai pelengkap
untuk merperkuat pengaruh akan pentingnya melakukan mobilisasi
dini pada pasien pasca pembedahan.
C. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Pemulihan Fungsi Kandung Kemih Pasca
Pembedahan Anestesi Spinal
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat perbedaan pengaruh mobilisasi
dini terhadap fungsi kndung kemih pada hasil ukur pada kelompok perlakuan paruh
waktu 6 jam dengan kelompok kontrol paruh 8 jam. Hasil ini disesuaikan dari hasil
Continuity Correction pada bivariat uji Chi-square secara konputerisasi adalah 0,03 pada
ketentuan nilai signifikan = 0,05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan value < 0,05
artinya terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada
pemulihan fungsi kandung kemih.
Menurut asumsi peneliti bahwa mobilisasi dini mempengaruhi pada pemulihan fungsi
kandung kemih pasca pembedahan. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan nilai ukur
kriteria cepat lebih banyak pada kelompok perlakuan paruh waktu 6 jam dengan
kelompok kontrol paruh waktu 8 jam. Pengertian mobilisasi dini dimana proses aktivitas
yang dilakukan sedini mungkin pada 6-8 jam dengan dimulai dari latihan ringan di atas
tempat tidur hingga bisa turun dari tempat tidur dan berjalan.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuli Setyowati (2012)
bahwa karakteristik yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu nifas post sectio caesarea

42
dengan tingkat pendidikan dan umur. Penelitian selanjutnya adalah yang telah dilakukan

oleh Zetri Akhrita Dkk (2012) menunjukkan adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap
pemulihan kandung kemih pasca pembedahan dengan anestesi spinal pada responden
perlakuan dan bukan perlakuan.
Hasil ini menunjukkan bahwa mobilisasi dini lebih efektif diberikan sedini mungkin
pada paruh waktu minimal 6 jam pada pasien pasca pembedahan agar dapat
mempertahankan fungsi sendi dan kekuatan otot, mencegah deformitas, menstimulasi
sirkulasi dan meningkatkan relaksasi.

You might also like