Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang berkembang seiring dengan perkembangan
kebudayaan manusia. Pada awalnya, matematika dikembangkan oleh masyarakat untuk
keperluan hidupnya yang akhirnya berkembang dan dipelajari di sekolah. Setelah matematika
menjadi pelajaran wajib di sekolah, matematika sering dipandang sebagai pelajaran yang
sulit, sehingga matematika kurang disukai oleh sebagian besar siswa. Matematika dianggap
sebagai pelajaran yang hanya dipelajari di sekolah saja. Padahal dalam kehidupan sehari-hari
banyak konsep matematika yang digunakan, salah satu nya permainan rakyat. Oleh karena
itu, matematika selayaknya dipelajari dan dikuasai karena matematika erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Etnomatematika mempunyai peranan penting dalam pengajaran matematika di sekolah,
adapun materi matematika yang dianggap potensial untuk dikembangkan di sekolah menurut
Bishop (Sukandar, 2009 : 8-9) antara lain : Menghitung, Menentukan Lokasi, Mengukur,
Mendesain, Bermain, dan Menerangkan. Dalam permainan masyarakat Melayu Kepulauan
Riau dapat ditemukan aktivitas bernuansa matematika pada saat proses permaianan tersebut
berlangsung. Permainan masyarakat Melayu Kepulauan Riau merupakan salah satu
kebudayaan yang masih hidup hingga saat ini. Sekarang ini sudah jarang sekali orang-orang,
terutama anak-anak yang memainkan permainan rakyat. Peran masyarakat dalam upaya
melestarikan permainan rakyat sangat penting dengan menjadikannya sebagai perangkat
dalam kehidupan masyarakat. Perangkat yang dimaksud meliputi wadah hiburan dan kreasi,
serta penanaman sikap. Salah satu permainan rakyat yang terdapat di Kepulauan Riau adalah
Permainan Gasing.
Untuk memanfaatkan etnomatematika di kelas dalam pembelajaran matematika perlu
diawali dengan penggalian pengetahuan informal yang telah diserap siswa dari kehidupan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Karena pada dasarnya peserta didik memiliki konsep
awal yang bersifat individual. Di sekolah guru hendaknya memulai pembelajaran dengan
menggali pengetahuan awal dengan memotivasi siswa agar lebih tertarik mempelajari
matematika dengan mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan contoh konkret model
matematika materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat memanfaatkan
pengetahuan informal siswa untuk menerima pengetahuan baru yang didapat dari kegiatan
1|GAmpang aSIk MenyenaNGkan
belajar di kelas sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam menerima pengetahuan baru
tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mempelajari konsep-konsep
matematika yang terkandung dalam permainan masyarakat Melayu Kepulauan Riau serta
ingin melestarikan kebudayaan yang ada di masyarakat terutama permainan masyarakat
Melayu Kepulauan Riau yang sekarang sudah jarang dimainkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang di dapat adalah sebagai
berikut?
1. Bagaimana keberadaan etnomatematika pada Permainan Gasing?
2. Bagaimaana aktivitas matematis yang terdapat pada pembuatan Gasing oleh Masyarakat
Kepulauan Riau?
3. Bagaimana aplikasi etnomatematika permainan gasing pada Pembelajaran Matematika?
1.3 Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengembangkan etnomatematika
pada permainan tradisional masyarakat Kepulauan Riau. Secara khusus tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang kandungan pemikiran
matematika dalam permainan tradisional masyarakat Kepulauan Riau yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etnomatematika pada Permainan Gasing
Etnomatematika mempunyai peranan penting dalam pengajaran matematika di sekolah,
adapun materi matematika yang dianggap potensial untuk dikembangkan di sekolah menurut
Menghitung, Menentukan Lokasi, Mengukur, Mendesain, Bermain, dan Menerangkan.
Dalam permainan masyarakat Gasing Melayu Kepulauan Riau dapat ditemukan aktivitas
bernuansa matematika pada saat proses permaianan tersebut berlangsung.
Permainan
masyarakat Gasing Melayu Kepulauan Riau merupakan salah satu kebudayaan yang masih
hidup hingga saat ini dan masih diperlombakan. Peran masyarakat dalam upaya melestarikan
permainan gasing sangat penting dengan menjadikannya sebagai perangkat dalam kehidupan
masyarakat Kepulauan Riau. Perangkat yang dimaksud meliputi wadah hiburan dan kreasi,
serta penanaman sikap.
Adapun contoh-contoh dari bentuk-bentukgasing dapat diperhatikan pada gambar berikut
ini:
Apabila
permainan gasing dicermati dengan baik, maka dapat diperhatikan adanya beberapa konsep
matematika yang terkandung di dalamnya.
1. Konsep Himpunan pada Permainan Gasing
Gasing berindu tidak digunakan untuk dipangkakkan karena mempunyai bentuk
kepala kecil (pasaknya halus) sehingga hanya diadu lamanya berputar, gasing dibiarkan
berputar sampai akhirnya gasing tersebut mati sendiri atau berhenti berputar. Permainan
gasing berupa bangun datar berbentuk lingkaran. Permainan ini biasa dimainkan per
orang atau beregu/tim. Pembentukan regu ini berkaitan dengan konsep matematika
yaitu himpunan, karena setiap regu mempunyai anggota dengan syarat tertentu.
3.
Konsep
Pengukuran Waktu
Bertanding Gasing Bersamaan. Tujuan dari bertanding gasing bersamaan adalah
menstimulasi siswa untuk membandingkan durasi waktu dari kejadian-kejadian yang
berlangsung bersamaan. Siswa diberikan gasing untuk dimainkan. Dalam perkiraan
peneliti,
siswa
akan
melakukan
perbandingan
langsung
untuk
menentukan
2.2 Aktivitas Matematis yang terdapat pada Pembuatan Gasing oleh Masyarakat
Kepulauan Riau
Dalam pembuatan gasing perlu memperhatikan beberapa hal, dikarenakan tidak semua
kayu dapat dijadikan gasing begitu juga dengan talinya.
1. Bahan
Gasing terbuat dari kayu diantaranya adalah sebagai berikut: Kayu Mbaris, kayu
Keranji, kayu Belian (ulin), kayu Laban tanduk ,kayu Mampat, kayu ntigi, kayu
semelawan, kayu Akasia, kayu Asam jawa, kayu Pertai cina, kayu Mirau, kayu jeruk
sambal (batang limau calung), kayu dungun. Pasak gasing terbuat dari basi, paku atau
jarum.
2. Alat dalam permainan
Tali: Tali terbuat dari kulit katu seperti: Kulit kayu temaran, kulit melinjo, kulit
Peluntan, kulit Baruk, dan dapat juga dibuat dari tali nyilon. Khusus untuk tali
yang terbuat dari kulit kayu cara pembuatannya adalah dengan terlebih dahulu
direndam beberapa hari, kemudian di pukul-pukul untuk membuang bagian kulit
luarnya, lalu di jemur dan selanjutnya dipintal menjadi tali sesuai yang diinginkan,
6|GAmpang aSIk MenyenaNGkan
Pada bagian ujungnya lebih kecil, sedangkan pada bagian tengahnya berdiameter
0,5-1,0 cm, panjangnya disesuaikan penggunaannya. Sedangkan untuk tali
nyilon, tali harus dibuka terlebih dahulu kemudian dipintal lagi sebab tali buatan
pabrik pintalannya kiri oleh karena itu tali tersebut dibuka dan dipintal
disesuaikan dengan yang diinginkan.
Pencedok: Pencedok digunakan khusus untuk gasing berindu, terbuat dari
potongan triplek ataupun kayu tipis dengan panjang kira-kira 79 cm.
Pancang/Tonggak kayu: Pancang/tonggak kayu panjangnya 2 m dengan
keliling 20 -30 cm yang digunakan untuk tonggak tempat mengembankan gasing
untuk gasing berindu, kemudian tonggak tersebut ditancapkan pada tanah tempat
dimana permainan gasing akan dilaksanakan.
Kaca: digunakan untuk beradu.
Lapangan: tanah lapang dengan ukuran kira-kira 8 atau 9x9 m. Lapangan yang
bagus adalah tanah liat yang agak keras. Karena putaran gasing akan lebih laju
dan pada tanah dibuat garis (tempat untuk memutar gasing).
Perlengkapan lainnya seperti: Getah kayu moras yang berguna agar tali tidak
licin pada saat tali dibolang (diikatkan kegasing). Damar; berguna agar gasingnya
tidak licin pada saat tali dibolang. Aplas; berguna untuk mengamplas pasak gasing
agar cocok dengan tempat atau tanah dimana gasing akan dimainkan (khusus
gasing pangkak).
3. Pembuatan Gasing
Alat pembuatan gasing
1. Bindu
2. Pahat
3. Keke
4. Tali
5. Papan sebagai penyangga
6. Pernis
7. Minyak oli
8. Jarum, paku atau besi
akan
diuraikan
alternatif
pembelajaran
matematika
yang
menerapkan
Sebelum memulai permainan ketua dari setiap regu akan suit atau biasa juga
dilakukan dengan melempar koin. Regu yang menang akan menjadi pemangkak dan regu
yang kalah akan menjadi pemasang. Konsep matematika pada tahap penentuan giliran
adalah konsep peluang, karena pemain yang menang suit mempunyai peluang untuk
menjadi pemangkak dan peluang lebih besar memenangkan permainan. Pada saat
menjalankan gasingnya pemangkak harus bisa mengenai gasing lawan (gasing pemasang)
karena jika tidak mengenai gasing lawan maka pemangkak dianggap kalah dan penilaian
untuk mendapat poin dilihat dari ketahanan gasing berputar. Gasing yang berputar paling
lama adalah pemenang dan akan mendapat poin dengan syarat gasing tetap berada di dalam
lingkaran. Gasing yang harus berada di dalam lingkaran berkaitan dengan himpunan dalam
matematika. Penentuan pemenang dilihat dari jumlah poin yang di dapat aturan ini
berkaitan dengan operasi penjumlahan bilangan bulat, sehingga diperoleh regu yang
memiliki poin terbanyak.
3. Konsep Pengukuran Waktu untuk SD kelas V
Waktu
Dalam
Satuan
Detik.
Tujuannya
adalah
untuk
sebuah kejadian yang dideskripsikan yang berlangsung dalam satuan detik. Peneliti
memperkirakan siswa menentukan durasi waktu dengan mengingat posisi awal dan
akhir jarum jam lalu menghitung interval yang dilaluinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yang diuraikan mengenai
etnomatematika pada Permainan Gasing Melayu Kepulauan Riau di atas yaitu sebagai berikut.
1. Etnomatematika telah tumbuh dan berkembang pada permainan gasing tradisonal. Terdapat
beberapa konsep matematika yang terkandung pada permainan gasing tradisional. Konsepkonsep tersebut yaitu konsep himpunan, konsep peluang, dan konsep pengukuran waktu.
11 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n
3.2 Saran
Pembelajaran yang menyertakan konteks seperti permainan gasing tradisional
diharapkan dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika konsep himpunan,
peluang dan pengukuran waktu sebagai salah satu variasi pembelajaran yang dilakukan di
kelas. Siswa diharapkan dapat terus mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis
menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan diberikannya masalah-masalah
dalam konteks yang disajikan. Pihak sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan
terhadap guru dan siswa yang mengimplementasikan pembelajaran yang mengikutsertakan
keterkaitan antara matematika dengan kehidupan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel penelitian eksplorasi konsep matematika pada permainan masyarakat
melayu sambas
http://ikapemakepri-malang.blogspot.co.id/2015/02/permainan-tradisional-back-tofuture.html
http://muhammadfajarpb.blogspot.co.id/2013/10/permainan-rakyat-melayu-riau.html
12 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n
13 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n