Professional Documents
Culture Documents
( RKS )
BAB I
Site Manager
Quality Engineer
Quantity Engineer
Supervisor Lapangan
Surveyor
Drafman
Administrasi Proyek
4. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
5. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi lapangan
proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan
minimal selama jam kerja.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses pelaksanaan
pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
7. Site Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh
Konsultan Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu
lebih dari 3 hari.
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek /Gambar Revisi
dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara), satu set Shop Drawing, satu set
Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor
lapangan.
2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.
Pasal 5
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku Tamu
dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada tempat yang
baik.
2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang dikeluarkan oleh
Konsultan Supervisi dan Owner untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama dan
jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi.
4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku Instruksi harus
diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana minimal Supervisor
Lapangan untuk dilaksanakan.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang
diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan
harus terdata dan mengisi buku tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
Pasal 4
1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan (Asbuilt
Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan sebelum
pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan keamanan dari
masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Desain, Bill
of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada keputusan yang pasti dari
Konsultan Supervisi, Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner lebih
dari 3 hari kerja harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang
disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan
point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan Manajemen dan
Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan
kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada
point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan Konsultan Supervisi dan
Owner.
Pasal 6
Metode Pelaksanaan
jika
Metode
Pasal 8
Pasal 9
Laporan Pelaksanaan
1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki
lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain dimana Kontraktor
Pelaksana melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub
Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Kontraktor
Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya
mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat lain
kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung
dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk suatu
perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan halhal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity
dan Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan Supervisi
secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana sementara waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak
Kerja.
5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan
keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.
Pasal 15 :
Progress Payment
1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan Kontraktor
Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment. Artinya Tagihan
Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan yang telah
diselesaikan dilapangan.
2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan Supervisi dan
diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi dapat menunda atau membatalkan Progress Payment
Kontraktor Pelaksana jika berdasarkan pengamatan sendiri atau
laporan
/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaan-pekerjaan yang tidak
sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity.
4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner jika telah
disetujui secara tertulis oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 16 :
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar
perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain
tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa
pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 17 :
Pasal 19 :
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam
BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja
Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002
Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau
menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak
Kerja konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan
proyek kepada Konsultan Supervisi dan Owner dimana didalamnya tercantum
beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan posisi minimal seperti berikut
atau seperti yang diajukan :
1. Site Enggineer/Leader;
2. Chief Inspector;
3. Inspector;
4. Tenaga Administrasi; dan
5. Operator Computer.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.
5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan
proyek yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner kepada Kontraktor
Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan
pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh Konsultan
Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari
3 hari.
8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan Supervisi dan Owner
untuk pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan
jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan kepada
Konsultan Supervisi dan diketahui oleh Owner atas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan hasil diskusi
dan konsultasi dengan Konsultan Supervisi dan Owner.
Pasal 22 :
Pelaksana
Ketentuan Lain
1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Kontraktor Pelaksana
dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana walaupun hal tersebut tidak
disebutkan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi dengan Persetujuan Owner.
3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan
aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah aturan yang
terdapat dalam Kontrak Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Konsultan Perencana dengan
persetujuan Owner dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Supervisi tersebut harus tetap
mengacu pada Kontrak Kerja yang telah ada.
6. Konsultan Supervisi bersama Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner
dapat mengubah sebagian besar atau sebagian kecil aturan yang terdapat dalam
Spesifikasi Teknis dan Kontraktor Pelaksana wajib mengikuti aturan perubahan
tersebut.
Pasal 26
: Quality Kontrol
1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua percobaanpercobaan dan pengujian-pengujian terhadap material bangunan serta
pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor Pelaksana.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas dalam
Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
berikut ini :
a. Pemeriksaan dan Pembuatan Job Mix Disain Beton;
b. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
c. Pemeriksaan Mutu Beton;
d. Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan;
e. Pemeriksaan Kualitas Material Baja Profil;
f. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Las Listrik;
h. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Baut;
i. Pemeriksaan Kuat Tekan Batu Bata;
j. Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Material Timbunan; dan
k. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh Konsultan
Perencana, Kosultan Supervisi dan Owner.
3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya dengan biaya
sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana
serta Owner.
5. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol seperti yang
disebutkan dalam Pasal 26 adalah menjadi tanggungan dan dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan dalam Bill of Quantity.
6. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan Quality Kontrol menjadi
tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
BAB III
Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 2
9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
10. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh
berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.
Pasal 3
hasil
bongkaran
5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran
1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
7. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung
maka lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.
8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
9. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak
boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.
Pasal 4
: Barak Pekerja
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja
untuk keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.
2. Pemanfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan
Barak Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap
dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 32 m2.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi
sehari-hari para pekerja.
5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
Pasal 7
Pasal 8
2.
3.
4.
5.
6.
BAB IV
Pasal 1
PEKERJAAN AWAL
Pasal 2
: Pembersihan Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala
sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan
lama, hasil bongkaran bangunan lama.
2. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dipakai sebagai material
timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material bangunan.
3. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama harus dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan
atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.
4. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh berada dilokasi pekerjaan
lebih dari 3 (tiga) hari.
BAB V
Pasal 1
: Ruang Lingkup
1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua
percobaan-percobaan dan pengujian-pengujian terhadap material
bangunan serta pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor
Pelaksana.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan
Kualitas dalam Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana berikut ini :
a. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
b. Pemeriksaan Mutu Beton;
c. Pemeriksaan Kualitas Material Rangka Plafond Metal Furring;; dan
d. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh
Konsultan Perencana, Kosultan Supervisi dan Owner.
3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya
dengan biaya sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana serta Owner.
Pasal 2
Pasal 1
: Pasir Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
2. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
3. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat
merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Pasir Beton harus dicuci
untuk menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.
10. Metode Pencucian Pasir Beton yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus menjamin bahwa kadar lumpur dalam Pasir Beton akan berkurang
setelah pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.
11. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Pasal 2
: Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
: Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pasal 5
: Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak
berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan
dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Supervisi sebelum digunakan.
Pasal 6
: Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Baja Tulangan Deform ( ulir ) adalah dari jenis BJTD 30 dengan Kuat Tarik
minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Baja Tulangan Polos adalah dari jenis BJTP 30 dengan Kuat Tarik minimal
3000 kg/cm2 atau 300 Mpa dan hanya dipakai untuk Begel atau Sengkang
dengan diameter minimal 8 mm dan maksimal 8 mm.
6. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan
dengan percobaan Uji Tarik pada Laboratorium Beton dengan minimal 3
sampel tulangan untuk masing-masing diameter.
7. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan
yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
: Selimut Beton
1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti dan
Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti
berikut ini :
Komponen
Struktur
Beton yang
Berhubungan Dengan
Tanah Atau Cuaca
Lantai
Lantai
> D 36
40 mm
Dinding
Dinding
> D 36
40 mm
Balok
Seluruh Diameter
: > D 36
50
: > D 36
50
: 40 mm
Balok
Kolom
> D 16
50 mm
Seluruh Diameter
: 40 mm
Kolom
> D 16
50 mm
2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal
yang umum sebesar 70 mm.
Pasal 8
Pasal 9
: Perakitan Tulangan
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus
dilakukan langsung lokasi konstruksi.
3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus
sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing atau standar yang ada
dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI).
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada
bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan
tulangan.
7. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.
8. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting
yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain
dengan alat ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
: Acuan / Bekisting
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balokbalok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan
pada point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi
lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada
bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan
beton yang rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi
,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan
Pasal 14
10. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
11. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
12. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian
itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk
sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.
13. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
14. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi
yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
15. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
Pasal 17
: Pemadatan Beton
1. Beton Segar yang telah berada dalam Acuan/Bekisting harus dipadatkan
dengan cara mekanik menggunkan alat Concrete Vibrator.
2. Pemadatan harus dilakukan dengan sehati-hati mungkin sehingga ujung
Conctere Vibrator tidak bersentuhan dengan besi tulangan dan
acuan/bekisting.
3. Pemadatanharus dilakukan secara merata untuk semua beton segar yang
ada dalam acuan/bekisting sampai mencapai kepadatan optimum.
4. Cukup tidaknya dan lamanya pemadatan dengan Concrete Voibrator
adalah bedasarkan petunjuk Konsultan Supervisi.
5. Pemadatan tidak boleh dilakukan secara berlebihan karena akan berakibat
terjadinya Bleeding (pendarahan) dimana air
semen akan naik
kepermukaan beton.
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
: Lain - Lain
1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 220
berlaku untuk semua item pekerjaan beton yang ada dalam Proyek ini.
2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Perencana bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.
3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang
mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
BAB VII
Pasal 1
PEKERJAAN LANTAI
Pasal 2
Konsultan Supervisi.
Pasal 3
2.
3.
4.
Keramik lantai dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.
5.
6.
7.
8.
9.
yang
10. Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benar-benar siku dan standar
untuk semua ukuran yang sama.
11. Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti
pola lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang
memerlukan potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan
dimensi pada gambar pola lantai.
12. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito
dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya
adalah maksimal 3 mm.
13. Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar
ruang dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.
14. Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak
bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik
hasil pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.
BAB VIII
Pasal 1
PEKERJAAN DINDING
: Batu Bata
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu
bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika
diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benar-benar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena
mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus
disetujui oleh Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
Pasal 2
BAB IX
Pasal 1
: Referensi
1. Seluruh pekerjaan Kozen, Pintu , Jendela dan Ventilasi sesuai dengan
Gambar Bestek dan Bill Of Quantity.
Pasal 2
: Persyaratan Material
1. Peraturan yang dipedomani adalah standard pabrik dan peraturan umum
yang berlaku
2. Bahan-bahan tersebut diatas dipesan pada tempat penjualan khusus
aluminium dengan bentuk sesuai gambar.
3. Pemasangan kosen, pintu harus baik tegak lurus, siku-siku diambil ukuran
atas dan bawah sama, setelah dipasang pintu dapat dibuka dan ditutup
dengan mudah.
4. Kosen aluminium/Kusen Stanles Steel dipasang pada pasangan batu bata
dengan menggunakan Mor/Fiser
5. Kosen dan pintu aluminium/Stainles Steel semua yang dirakit sedemikian
rupa sesuai gambar rencana dan tata letak dengan ukuran disesuaikan
pada posisi yang akan di pasangi.
6. Ukuran kusen Aluminium adalah 4/ 1 Silver atau Warna Asli Aluminium.
Pasal 3 : Pemasangan
1. Cara pemasangan kusen. Pintu, jendela dan Ventilasi harus mengikuti cara
mengikuti petunjuk-petunjuk dan cara pemasangan yang dianjurkan oleh Pabrik.
2. Hasil pemasangan kusen. Pintu, jendela dan Ventilasi harus menghasilkan
permukaan akhir yang rata dan tidak melendut.
3. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan Kusen. Pintu, Jendela dan
Ventilasi dengan pekerjaan pemasangan dinding sehingga Kusen. Pintu, Jendela
dan Ventilasi yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.
BAB X
Pasal 1
PEKERJAAN PLAFOND
Pasal 2
: Alat Sambung
1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Furring Frame adalah Paku
Skrup dengan ukuran 1/2 inchi.
2. Jarak maksimum antara paku adalah 15 cm.
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi
Pasal
Pasal
4 : Pemasangan Plafond
1. Pemasangan harus mengikuti aturan/ketentuan/ persyaratan dari pabrik.
2. Pemasangan Plafond gypsum Board dilakukan langsung pada rangka plafond
dengan alat sambung paku Skrup.
3. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar
Bestek.
4. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan
tidak melendut.
5. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
instalasi listrik dan instalsi AC sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.
6. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Listrik dan Instalasi AC, setelah
pekerjaan pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.
7. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasanalasan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi tidak boleh dibongkar
sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi
penjangkaranya pada rangka plafond.
8. Sistem pemasangan komponen gypsum harus memperhitungkan kemungkinan
gerakan perbedaan suhu atau kelembaban. Harus diperhitungkan agar
komponen gypsum bisa bergerak dengan bebas dan gerak dari bangunan
sendiri tidak berpengaruh Harus diperhitungkan agar komponen gypsum bisa
bergerak dengan bebas dan gerak dari bangunan sendiri tidak berpengaruh.
9. Kerangka pemasangan harus bisa menahan semua gaya horizontal maupun
vertikal yang diakibatkan oleh berat sendiri dari seluruh konstruksi maupun
beban angin. Kerangka beserta pelengkap pemasangannya harus pula bisa
menampung gerakan-gerakan komponen gypsum yang disebabkan perbedaan
suhu atau kelembaban. Umumnya untuk kerangka beserta pelengkap
pemasangannya dipergunakan baja dilapis anti karat : cat zinchromate atau
galvanis celup (hot dip galvanis).
10.Penggunaan bahan untuk penutup celah harus memperhitungkan segala
toleransi dalam pembuatan komponen gypsum sekaligus kemungkinan
perubahan/gerak pada konstruksi gedung sebagai suatu ketentuan menyeluruh
11.Penyusunan gypsum pada awal bisa diambil 0,5 % sedang gerak sebaliknya
bisa basah karena kelembaban 0,15%.
12.Kontraktor harus mengajukan contoh finishing gypsum untuk mendapat
persetujuan dari Direksi/ Konsultan.
: Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan, alat dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk pekerjaan rangka atap terbuat dari Kuda-kuda Kayu sesuai dengan gambar
rencana.
Pasal 2
: Syarat-syarat
1.
2.
1.
a. Kuat Tahan terhadap tekanan dan terpaan angin hingga kecepatan 192 km/jam
serta tahan terhadap gempa.
b. Tahan lama Tidak berkarat, tidak berjamur atau rapuh dengan umur produk 30
thn
c. Tahan bocor dan cuaca Garansi water proof 10 thn dan cocok untuk iklim tropis
: panas, hujan, kelembaban seerta perubahan cuaca.
d. Ekonomis Tidak memerlukan perawatan dan pemeliharaan.
e. Insulasi panas Dapat meredam panas, memiliki daya hantar panas yangrendah.
f. Pemasangan dan fleksibilitas Pemasangan mudah dan dapat di pergunakan
untuk berbagai aplikasi.
g. Aman dan ramah lingkungan Tidak mengandung bahan bahan yang berbahaya.
Pasal 4:
: Tata kerja
a. Untuk Pekerjaan rangka atap cara pemasangan Kuda-kuda Baja Ringan C-100
mm ini diserahkan kepada Pemborong dengan mendapat persetujuan dari
pengawas. Pemasangan ini harus mengikuti petunjuk pabrik dan petunjuk yang
terdapat didalam gambar rencana.
Penutup Atap
1. Material utama penutup atap yang digunakan pada bangunan ini dari seng
Genteng Metal t=0,3 mm (cat pabrik) atau setara.
2. Rangka untuk rabung/bubungan atap digunakan bubungan seng alumunium tebal
0,35 mm atau setara.
3. Bahan atap disimpan dalam keadaan tetap kering, tidak berhubungan dengan
tanah, apabila diletakkan pada daerah yang terbuka/tidak tertutup, maka akan
mengakibatkan terjadinya flat-flat/water stain (cacat air).
4. Perlu diperhatikan bahwa bekas potongan atap, paku, dan kotoran lain harus
dibersihkan dari atap dan talang selama pekerjaan berlangsung dan pada akhir
pekerjaan setiap harinya. Korosi dan kemungkinan kerusakan pada lapisan
galvalume/seng dapat terjadi ketika besi atau bahan dasar tembaga dibiarkan
tinggal dan tetap berhubungan dengan galvalume pada keadaan lembab.
Pasal 2
Pasal 3
dan
memenuhi
syarat-syarat
sehingga
tidak
BAB XIII
Pasal
PEKERJAAN CAT
1 : Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alatalat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Meliputi pengecatan dinding/
beton bagian luar dan dalam serta seluruh detail yang ditunjukan/disebutkan
dalam gambar. Definisi pekerjaan cat adalah semua pelapisan permukaan pada
berbagai material untuk maksud-maksud perlindungan/ pemberian warna,
pemberian texture dan memberi kemungkinan untuk dicuci dari material tersebut.
Perincian dari pekerjaan cat ini meliputi jenis-jenis berikut:
Pekerjaan pengecatan dasar atau primer dan pendempulan.
Pekerjaan cat dinding
Pekerjaan cat plafond dan List Plafond
Pengecatan Papan Lisplank
Pengecatan Kusen, Pintu, Jendela dan Ventilasi
Pengecatan Railing Besi
Pasal
2 : Persyaratan Bahan
a.
kepada
pabrik
Direksi/
untuk
2. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan. Jika
dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan pengganti harus
disetujui Direksi/Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan Kontraktor.
Pasal
5 : Cara Pelaksanaan :
1. Lakukan pengecatan dengan data terbaik yang umum dilakukan kecuali
spesifikasi lain.
2. Urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan tebal lapisan
penutup minimal sama dengan syarat yang dikeluarkan pabrik.
3. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekasbekas yang menunjukan tanda-tanda sapuan,semprotan dan roller. Sapukan
semua dasar dengan cat dasar dan kuas, penyemprotan hanya diijinkan
dilakukan bila disetujui Direksi/Pengawas.
4. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh mengkilap, tidak ada
gelembung-gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
Pasal
6 : Pengecatan Kembali :
1. Dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang menutupi, atau lepas.
Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana ditunjukan oleh
Direksi/Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang
dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.
2. Pembersihan permukaan, pekerjaan termasuk
pengupasan cat teksture, pencucian dengan air,
dengan kain kering, harus mendapat persetujuan.
penggunaan
biaya,
maupun pembersihan
3. Kerapihan pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganggu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan
yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan Kontraktor.
Pasal
kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui
oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali
dengan pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.
Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah rencana
maka Pemborong harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian
tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada
Dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih
awal apabila basil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan
beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari.
Segala ijin yang diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, tidak mengurangi
atau membebaskan tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul
akibat pembongkaran cetakan. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan
hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat
menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak. Dalam hal terjadi
bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pemborong wajib
mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali. Permukaan beton harus bersih
dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian konstruksi yang terpendam dalam
tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan. Untuk
permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib memfinishnya
tanpa pekerjaan tambah.
2.3 Acian dinding saluran
Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan finishing saluran dimana permukaan lantai,
dinding dalam saluran beserta bibir saluran diaci menggunakan adukan semen dan
air, dimana pekerjaan ini dilaksanakan untuk mendapatkan permukaan saluran yang
halus
dan kedap air.
BAB X
ATURAN KHUSUS
Pasal 1 :
Pada Akhir Pekerjaan Seluruh Permukaan Pasangan Batu dan Sebagainya
harus bersih dari sisa-sisa semen dan kotoran lainnya. Gundukan-gndukan
tanah bekas galian harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi
harus diangkut keluar dari lokasi pekerjaan. Bila ada bagian-bagian pekerjaan
yang oleh suatu hal menyebabkan kecacatan pada bagian pekerjaan tersebut
belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka pelaksana wajib
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap bagianbagian pekerjaan tersebut.
Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Supervisdalam masa
pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Owner dan menjadi suatu
ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut harus didasarkan pada Kontrak
Kerja.
Pasal 2 :
Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar
Bestek, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis
terhadap item pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan
Supervisdengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.
Pasal 3 :
Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah menurut
penjelasan Konsultan Supervisdengan persetujuan Konsultan Perencana dan
Owner.