You are on page 1of 48

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

( RKS )

RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)

BAB I

KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek seperti yang
disebutkan adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan
proyek kepada Owner yang didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor
Pelaksana dengan posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang diajukan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Site Manager
Quality Engineer
Quantity Engineer
Supervisor Lapangan
Surveyor
Drafman
Administrasi Proyek

4. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
5. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi lapangan
proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan
minimal selama jam kerja.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses pelaksanaan
pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
7. Site Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh
Konsultan Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu
lebih dari 3 hari.

RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)

8. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner dan Konsultan Supervisi


untuk pengantian tenaga ahli Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan
jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi
pekerjaan.
Pasal 2

Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor

1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanyalah dapat dilakukan


dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari Konsultan Supervisi serta
mendapat persetujuan dari Owner.
2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua persyaratan di
dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus dicapai
pada suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan Supervisi berhak menginstruksikan
kepada Kontraktor Pelaksana untuk menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut
dengan yang lain, dan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Kontraktor
Pelaksana harus menjalankan instruksi tersebut.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan untuk meninggalkan kewajibannya dengan
cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain (Sub
Pelaksana Pekerjaan) tanpa seijin atau persetujuan Owner.
4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor Pelaksana tidak
dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang menjadi kewajibanya
tanpa persetujuan Owner dan Konsultan Supervisi.
5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan Supervisi, maka
Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab penuh atas segala kelalaian dan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan dan
kelalaian tersebut merupakan kesalahan dan kelalaian Kontraktor Pelaksana sendiri.
6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak Kerja langsung
dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam menyediakan dan mengerjakan bagianbagian pekerjaan khusus sesuai dengan keahliannya.
7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan
Sub Kontraktor.
Pasal 3

Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan (Shop


Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya, terutama untuk
pekerjaan-pekerjaan yang Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam Gambar
Bestek.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh Konsultan


Supervisi dalam masa konstruksi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop
Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek kecuali atas
persetujuan Konsultan Perencana.
5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil kuantitas
maupun kualitas pekerjaan.
Pasal 4

Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek /Gambar Revisi
dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara), satu set Shop Drawing, satu set
Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor
lapangan.
2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.
Pasal 5

Buku Instruksi Dan Buku Tamu

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku Tamu
dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada tempat yang
baik.
2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang dikeluarkan oleh
Konsultan Supervisi dan Owner untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama dan
jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi.
4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku Instruksi harus
diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana minimal Supervisor
Lapangan untuk dilaksanakan.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang
diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan
harus terdata dan mengisi buku tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana.

Pasal 4

Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan (Asbuilt
Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan sebelum

serah terima tahap pertama dilakukan.


2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan
Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan pekerjaan pekerjaan lain yang
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah
disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner dan Konsultan Perencana kepada
Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik
pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.
Pasal 5

Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan


(time schedule) keseluruhan kepada Konsultan Supervisi dan Owner sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan rencana
waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Owner kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan
keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner .
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan
Supervisi.
5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasanalasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
kesalahan dalam menyusun waktu penyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor
cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan catatan
cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factorfactor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi
seperti permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor

pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan keamanan dari
masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Desain, Bill
of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada keputusan yang pasti dari
Konsultan Supervisi, Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner lebih
dari 3 hari kerja harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang
disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan
point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan Manajemen dan
Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan
kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada
point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan Konsultan Supervisi dan
Owner.
Pasal 6

: Request Material Dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan semua material


bangunan (request material) sebelum material bangunan tersebut dipakai dan
dimasukan kelokasi pekerjaan.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap
sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh
material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan)
untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request Material
atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh


Konsultan Supervisi.
Pasal 7

Metode Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap pekerjaan


Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat Lantai, Eriction Konstruksi Baja dan
Eriction Konstruksi Kuda-Kuda serta pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan
Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

jika

Metode

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh


Konsultan Supervisi.

Pasal 8

Rencana Material Dan Peralatan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan


yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada
Konsultan Supervisi.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada
dilokasi
pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasanalasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 9

Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja


mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu
kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan
oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga
kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan
alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
Pasal 10 :

Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor


Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus
diketahui oleh Konsultan Supervisi.
2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk
pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang
dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.
Pasal 11 :

Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan


laporan bulanan kepada Konsultan Supervisi dan diketahui serta diperiksa oleh
Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan
akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan minnguan, dan
laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4
(empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan. Masing-masing Laporan harian,
laporan mingguan dan bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Supervisi,
Konsultan Supervisi dan Owner.
Pasal 12 :

Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana


yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus
melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga diketahui oleh Konsultan
Supervisi serta Owner.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui dan
ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga diketahui oleh Konsultan Supervisi serta
Owner.
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar proyek
tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana
tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.
Pasal 13 :

Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu,


dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal
oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal
oleh Supervisor lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
Pasal 14 :

Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan

1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki
lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain dimana Kontraktor
Pelaksana melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub
Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Kontraktor
Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya
mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat lain
kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung
dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk suatu
perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan halhal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity
dan Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan Supervisi
secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana sementara waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak
Kerja.
5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan
keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.

Pasal 15 :

Progress Payment

1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan Kontraktor
Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment. Artinya Tagihan
Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan yang telah
diselesaikan dilapangan.
2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan Supervisi dan
diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi dapat menunda atau membatalkan Progress Payment
Kontraktor Pelaksana jika berdasarkan pengamatan sendiri atau
laporan
/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaan-pekerjaan yang tidak
sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity.
4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner jika telah
disetujui secara tertulis oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 16 :

Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan


pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada saat
sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai
100%.
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama
antara Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Serah
Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Pelaksana,
Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat
yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan
Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan
Owner.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan
Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan biaya
sendiri.
6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap
pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaiki dengan biaya sendiri.

7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar
perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain
tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa
pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 17 :

Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan ( Operation Hand-Book )

1. Kontraktor Pelaksana bersama dengan Konsultan Perencana harus membuat Buku


Petunjuk Penggunaan atau system operasi (Operation Hand-Biook) sebelum masa
Serah Terima Pertama untuk semua peralatan yang ada dalam bangunan seperti :
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor; dan
c. Instalasi Pemadam Kebakaran (jika ada).
2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan pengguna bangunan
dengan memberikan penjelasan yang diperlukan.
3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada tempat
yang ditentukan oleh Owner atau pengguna bangunan.
Pasal 18 :

Petunjuk Bangunan Dan Nama Ruangan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,


Konsultan Supervisi, Owner dan Pemilik Bangunan/Pengguna Bangunan harus
membuat petunjuk dan Nama semua ruangan berdasarkan fungsinya masingmasing sebelum masa Serah Terima Pertama (PHO).
2. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi dan Owner juga harus membuat Petunjuk Pintu Masuk Utama
dan Pintu Keluar Utama untuk semua bangunan dari material yang dapat dilihat
dengan mudah pada siang hari maupun malam hari.
3. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi dan Owner harus membuat Duplikat Denah Bangunan ukuran
40 x 50 cm untuk masing-masing lantai dan ditempatkan pada daerah sekitar tangga
atau ruang tunggu.

Pasal 19 :

Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan

1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress 100% yang


diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Supervisi dan Owner , maka pihak Konsultan Supervisi, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama menandatangani Berita
Acara Serah Terima Pertama ( PHO ) kecuali ditentukan lain oleh Owner.
2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan klaim
progress 100% yang diajukan Kontraktor Pelaksana, maka Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama melakukan Pemeriksaan
Lapangan.
3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas maupun
kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan dalam Pemeriksaan
Lapangan adalah menjadi kewajiban Kontraktor Pelaksana memperbaikinya
sebelum Serah Terima Pertama ditandatangani dan hal ini harus dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan Cacat.
4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing dan Buku Petunjuk
Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Berita Acara Serah Terima
Pertama ditandatangani.
5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan realisasi
perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan Asbuilt Drawing yang
telah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana untuk keperluan
penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pertama (PHO).
6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-perbaikan
dilaksanakan dengan baik, Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi
tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan perbaikan yang berarti Serah Terima
Kedua ( FHO ) kedua dari pihak Kontraktor Pelaksana kepada Owner.
Pasal 20 :

Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan

1. Pemafaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya boleh


dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Owner (Pemberi Tugas)
dengan Pemilik/Bangunan ditanda tangani.
2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan
memamfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama bangunan masih
dalam proses Serah Terima antara Kontraktor Pelaksana dengan Owner.
3. Pemanfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara Owner dan
Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan persetujuan Owner dan Kontraktor
Pelaksana.

4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan dengan biaya


sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat penggunaan bangunan oleh
Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya bersama dengan Owner.
Pasal 21 :

Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam
BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja
Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002
Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau
menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak
Kerja konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan
proyek kepada Konsultan Supervisi dan Owner dimana didalamnya tercantum
beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan posisi minimal seperti berikut
atau seperti yang diajukan :
1. Site Enggineer/Leader;
2. Chief Inspector;
3. Inspector;
4. Tenaga Administrasi; dan
5. Operator Computer.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.
5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan
proyek yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner kepada Kontraktor
Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan
pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh Konsultan
Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari
3 hari.
8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan Supervisi dan Owner
untuk pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan
jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.

9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan kepada
Konsultan Supervisi dan diketahui oleh Owner atas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan hasil diskusi
dan konsultasi dengan Konsultan Supervisi dan Owner.
Pasal 22 :

Instruksi Konsultan Supervisi

1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau


perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk
tulisan.
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh
Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai
dengan Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah
ini :
a) Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan
bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.
b) Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak sesuai
dengan Spesifikasi Teknis.
c) Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor
yang dianggap kurang mampu.

Pelaksana

d) Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk


mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
e) Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi
kualitas dan memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.
Pasal 23 :

Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan

1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan


Supervisi serta Owner berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar
Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana.

2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan


pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan
Konsultan Supervisi atau Konsultan Perencana.
3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus
disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana untuk dilaksanakan.
4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan
oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner secara lisan atau tidak
tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena
melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh
menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya
pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja atau oleh Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar
Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan Perencana diketahui oleh
Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Owner.
7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume pekerjaan
dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.
8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara Gambar
Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan Supervisi tidak dibenarkan
mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus melaporkannya kepada
Konsultan Supervisi untuk tindakan selanjutnya.
9. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner berhak
menentukan acuan mana yang harus dipegang bila terjadi perbedaan antara
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.
10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi, jika
terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity
maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :
a) Kontrak Kerja;
b) Bill of Quantity;
c) Gambar Bestek dan Gambar Revisi; dan
d) Spesifikasi Teknis.
Pasal 24 :

Struktur Organisasi Proyek

1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Supervisi dengan persetujuan


Owner.

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum hubungan


antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.
3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus diikuti oleh
semua pihak yang terlibat dalam proyek.
4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera diberitahukan
secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan pada posisi
yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet ( Kantor Konsultan Supervisi ) dan
Kantor Kontraktor Pelaksana.
Pasal 25 :

Ketentuan Lain

1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Kontraktor Pelaksana
dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana walaupun hal tersebut tidak
disebutkan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi dengan Persetujuan Owner.
3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan
aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah aturan yang
terdapat dalam Kontrak Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Konsultan Perencana dengan
persetujuan Owner dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Supervisi tersebut harus tetap
mengacu pada Kontrak Kerja yang telah ada.
6. Konsultan Supervisi bersama Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner
dapat mengubah sebagian besar atau sebagian kecil aturan yang terdapat dalam
Spesifikasi Teknis dan Kontraktor Pelaksana wajib mengikuti aturan perubahan
tersebut.

Pasal 26

: Quality Kontrol

1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua percobaanpercobaan dan pengujian-pengujian terhadap material bangunan serta
pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor Pelaksana.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas dalam
Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
berikut ini :
a. Pemeriksaan dan Pembuatan Job Mix Disain Beton;
b. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
c. Pemeriksaan Mutu Beton;
d. Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan;
e. Pemeriksaan Kualitas Material Baja Profil;
f. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Las Listrik;
h. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Baut;
i. Pemeriksaan Kuat Tekan Batu Bata;
j. Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Material Timbunan; dan
k. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh Konsultan
Perencana, Kosultan Supervisi dan Owner.
3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya dengan biaya
sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana
serta Owner.
5. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol seperti yang
disebutkan dalam Pasal 26 adalah menjadi tanggungan dan dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan dalam Bill of Quantity.
6. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan Quality Kontrol menjadi
tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

BAB III

Pasal 1

PEKERJAAN PERSIAPAN

: Papan Nama Proyek


1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang
memuat tentang identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan
proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm
atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan
material lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam,
kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana,
Instansi Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana
dan Konsultan Supervisi.
6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek,
waktu mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

Pasal 2

: Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor
konsultan Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan operasional supervisi.
2. Pemanfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan Supervisi
(Direksi Keet) harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
3. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
4. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
5. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm
: 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian
beton.
6. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
7. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat
dari bahan multiplek tebal 6 mm.
8. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
10. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh
berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.
Pasal 3

: Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor
Lapangan untuk keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemanfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Kantor Lapangan tidak boleh
bangunan lama.

dibuat dari material

hasil

bongkaran

5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran
1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
7. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung
maka lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.
8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
9. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak
boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.
Pasal 4

: Gudang Penyimpanan Material


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang
penyimpanan material untuk melindungi material yang tidak segera dipakai.
2. Pemanfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang
Penyimpanan Material harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan
Owner.
3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 32 m2.
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil

bongkaran bangunan lama.

5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton


dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.
6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benarbenar terlindung dari rembesan air.
7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan
panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal
50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm
dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang
Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi
pekerjaan kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.
Pasal 5

: Barak Pekerja
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja
untuk keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.
2. Pemanfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan
Barak Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap
dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 32 m2.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi
sehari-hari para pekerja.
5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm

dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu


dengan kelas II.
8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat
dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.
12. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.
Pasal 6

: Bengkel Kerja / Pabrikasi


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja
atau tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan kayu dan baja profil dan baja tulangan.
2. Pemanfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk
keperluan Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi
dan Owner.
3. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.
4. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
5. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 7

: Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara


1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air
bersih dan Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa
pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan
pekerjaan-pekerjaan konstruksi.
2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalsi Air
Bersih dan Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa
persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 8

: Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja
untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang
berkunjung kelokasi pekerjaan.
2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :
1. Helm Pelindung Kepala;

2.
3.
4.
5.
6.

Sepatu untuk melindungi kaki;


Jaring Pengaman
Sabuk pengaman
Pemadam Kebakaran; dan
Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan dengan


pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengambil
segala tindakan guna kepentingan si korban.
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban
kecelakaan dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab Kontraktor pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Manajemen Konstruksi;
c. Personil Konsultan Perencana;
d. Personil Konsultan Supervisi.;
e. Owner dan para wakilnya;
f. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
g. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan
sepengetahuan Kontraktor Pelaksana.
Pasal 9

: Administrasi dan Dokumentasi


1. Kontraktor harus membuat dan menyimpan dokumentasi dan catatan
harian untuk pemeriksaan atau sesuai permintaan Konsultan Manajemen
Konstruksi/Konsultan Perencana.
2. Kontraktor harus mencatat dan merekam semua kegiatan yang berkaitan
dengan konstruksi pekerjaan, termasuk hal-hal yang disebutkan di bawah
ini:.
a. Semua gambar atau dokumen lainnya yang dikeluarkan atau diminta
oleh Konsultan Perencana/ Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Semua instruksi yang diberikan kepada Kontraktor dan tindakan yang
dilakukan termasuk instruksi verbal dan tanggal- tanggal pembuatan
konfirmasi.
c. Rincian perintah kerja harian
d. Kondisi cuaca termasuk suhu udara, hujan, angin, dan kondisi lainnya
yang tidak normal.
e. Mutu pekerjaan yang buruk yang diketahui atau dilaporkan, dan
pekerjaan yang gagal dengan menyebutkan alasannya.
f.

Keterlambatan pekerjaan dan alasannya.

g. Masalah tenaga kerja.

BAB IV

Pasal 1

PEKERJAAN AWAL

: Pembongkaran Konstruksi Bangunan Lama


1. Kontraktor Pelaksana harus membongkar Konstruksi Bangunan Lama atau
sisa bangunan lama sesuai dengan Gambar Bestek atau Bill of Quantity
seperti dinding , lantai, atap, plafond, cat dan pondasi yang ada didalam
lokasi pekerjaan.
2. Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran Kontraktor Pelaksana harus
membuat permohonan tertulis kepada Konsultan Supervisi dan diketahui
Konsultan Supervisi serta Owner.
3. Dalam melakukan pembongkaran bangunan lama Kontraktor Pelaksana
harus menjamin untuk tidak merusak bangunan disekitar lokasi pekerjaan
dan bangunan-bangunan yang oleh Owner tidak diijinkan untuk dibongkar.
4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar lokasi
pekerjaan akibat aktifitas pembongkaran bangunan oleh Kontraktor
Pelaksana menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana apabila ada
tuntutan ganti rugi oleh pemilik bangunan.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik
bangunan. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap
keamanan, kehilangan dan Pemanfaatan hasil bongkaran bangunan lama
oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin Owner atau pemilik bangunan.
6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimamfaatkan kembali oleh
Kontraktor Pelaksana untuk material bangunan didalam lokasi maupun
diluar lokasi proyek tanpa seizin Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 2

: Pembersihan Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala
sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan
lama, hasil bongkaran bangunan lama.
2. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dipakai sebagai material
timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material bangunan.
3. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama harus dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan
atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.
4. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh berada dilokasi pekerjaan
lebih dari 3 (tiga) hari.

BAB V

Pasal 1

PEKERJAAN QUALITY KONTROL

: Ruang Lingkup
1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua
percobaan-percobaan dan pengujian-pengujian terhadap material
bangunan serta pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor
Pelaksana.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan
Kualitas dalam Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana berikut ini :
a. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
b. Pemeriksaan Mutu Beton;
c. Pemeriksaan Kualitas Material Rangka Plafond Metal Furring;; dan
d. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh
Konsultan Perencana, Kosultan Supervisi dan Owner.
3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya
dengan biaya sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana serta Owner.

Pasal 2

: Biaya Quality Kontrol


1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol
seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi tanggungan dan
dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan
dalam Bill of Quantity.
2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan Quality
Kontrol menjadi tanggungan dan dibebankan kepada
Kontraktor
Pelaksana.

BAB VI PEKERJAAN BETON

Pasal 1

: Pasir Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
2. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
3. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat
merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Pasir Beton harus dicuci
untuk menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.
10. Metode Pencucian Pasir Beton yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus menjamin bahwa kadar lumpur dalam Pasir Beton akan berkurang
setelah pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.
11. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Pasal 2

: Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 31 mm dan ukuran minimal pasir


beton adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Kerikil harus dicuci untuk
menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.
10. Metode Pencucian Kerikil yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
menjamin bahwa kadar lumpur dalam Kerikil akan berkurang setelah
pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.
11. Pengunaan batu pecah sebagai penganti kerikil beton diperbolehkan
dengan syarat ukuran butiran batu pecah adalah antara 30 mm sampai 10
mm.
12. Persyaratan yang berlaku pada kerikil beton juga berlaku pada material
batu pecah.
13. Jumlah batuan pipih dalam setiap meter kubik batu pecah tidak boleh lebih
dari 5%.
14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Pasal 4

: Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 5

: Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak
berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan
dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Supervisi sebelum digunakan.

Pasal 6

: Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Baja Tulangan Deform ( ulir ) adalah dari jenis BJTD 30 dengan Kuat Tarik
minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Baja Tulangan Polos adalah dari jenis BJTP 30 dengan Kuat Tarik minimal
3000 kg/cm2 atau 300 Mpa dan hanya dipakai untuk Begel atau Sengkang
dengan diameter minimal 8 mm dan maksimal 8 mm.
6. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan
dengan percobaan Uji Tarik pada Laboratorium Beton dengan minimal 3
sampel tulangan untuk masing-masing diameter.
7. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan
yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan


gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pasal 7

: Selimut Beton
1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti dan
Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti
berikut ini :

Komponen
Struktur

Beton yang Tidak


Langsung Berhubungan
Dengan Tanah Atau
Cuaca

Beton yang
Berhubungan Dengan
Tanah Atau Cuaca

Lantai

D 36 Dan Lebih Kecil : D 16 Dan Lebih Kecil :


20 mm
40 mm

Lantai

> D 36
40 mm

Dinding

D 36 Dan Lebih Kecil : D 16 Dan Lebih Kecil :


20 mm
40 mm

Dinding

> D 36
40 mm

Balok

Seluruh Diameter

: > D 36
50

: > D 36
50

D 16 Dan Lebih Kecil :


40 mm

: 40 mm
Balok

Kolom

> D 16
50 mm

Seluruh Diameter

D 16 Dan Lebih Kecil :


40 mm

: 40 mm
Kolom

> D 16
50 mm

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal
yang umum sebesar 70 mm.

Pasal 8

: Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain)


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan
mutu K-250 dan lainya sebagaimana disyaratkan Kontraktor Pelaksana
harus membuat Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain).
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal dengan 20
benda uji.
3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur kecuali ditentukan
lain dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity adalah seperti berikut :
1. Plat Beton Meja K-250.
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton
yang diakui oleh Pemerintah.
5. Material Pasir dan Kerikil Beton yang dipakai untuk Job Mix Disain
haruslah material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan
dilapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup
dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
7. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan
Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.
8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Kerikil Beton;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Kerikil Beton;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.
9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.
10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana.

Pasal 9

: Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)


1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix
Formula) beton struktural dengan mutu K-250 dan seterusnya.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari
segi komposisi material beton.

3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan


Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari
kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi
material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
5. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar
dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi
material beton yang ada dalam Job Mix Disain.
5. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.
6. Pada pelaksanaan proyek ini untuk pengecoran di atas 1M3 harus
menggunakan Beton Ready-mix
Pasal 10

: Perakitan Tulangan
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus
dilakukan langsung lokasi konstruksi.
3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus
sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing atau standar yang ada
dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI).
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada
bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan
tulangan.
7. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.
8. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting
yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain
dengan alat ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.

Pasal 11

: Sambungan Antar Tulangan


1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang
penyaluran tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban
tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
2. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat
pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau
zig-zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak
disambung.
3. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar
Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus
diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
4. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama.
Tidak dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra
(tulangan tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan
utama lain kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI)
dan SK SNI T-15-1991-03.
5. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika
tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan
SK SNI T-15-1991-03.
6. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada
komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus
dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
9. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi diluar Sendi
Plastis atau pada posisi tengah bentang kolom, balok serta plat lantai.
Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan
apapun tidak dibenarkan.
10. Sambungan-sambungan lewatan tidak boleh berada pada daerah Sendi
Plastis atau pada daerah 2 kali tinggi efektif balok dari muka kolom untuk
balok serta pada daerah 2 kali tinggi efektif kolom dari muka sloof/plat
lantai.
11. Semua sambungan lewatan harus diperhitungkan menerima beban tarik
sehingga ujung-ujungnya harus diberi kait (hook).

Pasal 12

: Support Dan Beton Tahu


1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak dalam arah
vertikal antara jaring atas dan jaring bawah pada pembesian plat lantai dan
plat dack hingga sesuai dengan Gambar Bestek maka pada setiap 1 m2
luas plat lantai harus diberikan support/dukungan dari besi tulangan ulir
dengan diameter 13 mm atau minimal sebesar diameter tulangan plat
lantai /plat dack.

2. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas diameter luas plat lantai atau


plat dack adalah 5 buah.
3. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau Shop
Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat
mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani oleh
beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.
5. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai
dengan yang disyaratkan maka harus diberi penyangga dari beton atau
Beton Tahu antara tulangan dengan bekisting.
6. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan
selimut beton pada masing-masing komponen struktur.
7. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm
dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi
kolom.
8. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4 x
5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap jarak 1 m2 plat lantai atau plat
dack.

Pasal 13

: Acuan / Bekisting
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balokbalok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan
pada point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi
lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada
bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan
beton yang rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi
,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan

alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak


dibenarkan.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika
hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan
pekerjaan acian beton.
13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 14

: Pengecoran Beton ( Casting Concrete )


1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus
memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton structural mutu K-200 sampai K-250 hanya boleh
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula,
Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang
diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian
konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor
Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak
berhubungan langsung dengan air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Beton Ready-Mix dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Kerikil Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
8. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

10. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
11. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
12. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian
itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk
sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.
13. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
14. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi
yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
15. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
Pasal 17

: Pemadatan Beton
1. Beton Segar yang telah berada dalam Acuan/Bekisting harus dipadatkan
dengan cara mekanik menggunkan alat Concrete Vibrator.
2. Pemadatan harus dilakukan dengan sehati-hati mungkin sehingga ujung
Conctere Vibrator tidak bersentuhan dengan besi tulangan dan
acuan/bekisting.
3. Pemadatanharus dilakukan secara merata untuk semua beton segar yang
ada dalam acuan/bekisting sampai mencapai kepadatan optimum.
4. Cukup tidaknya dan lamanya pemadatan dengan Concrete Voibrator
adalah bedasarkan petunjuk Konsultan Supervisi.
5. Pemadatan tidak boleh dilakukan secara berlebihan karena akan berakibat
terjadinya Bleeding (pendarahan) dimana air
semen akan naik
kepermukaan beton.

Pasal 18

: Perawatan Beton ( Curing )


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton
berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 19

: Bongkaran Konstruksi Beton Bertulang Lama


1. Pembongkaran konstruksi beton lama tidak boleh menggangu atau
merusak konstruksi beton lain yang berhubungan atau bersambung secara
monolit dengannya.
2. Kontraktor Pelaksana harus memastikan secara teknis bahwa pekerjaan
pembongkaran yang dilakukan tidak akan merusak dan menyebabkan
kegagalan struktur secara keseluruhan.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kegagalan
struktur konstruksi secara sebagian atau secara keseluruhan yang
diakibatkan pembongkaran konstruksi beton lama.
4. Pekerjaan pembongkaran konstruksi beton lama tidak boleh dilakukan
bersamaan dengan pekerjaan konstruksi lain.
5. Pembongkaran beton lama tidak boleh dilakukan langsung didaerah sekitar
joint antara balok dan kolom tetapi harus dimulai didaerah tengah-tengah
bentang konstruksi.
6. Hasil pembongkaran tidak boleh menghilangkan penjangkaranpenjangkaran tulangan balok dan kolom.
7. Penggunaan perancah kerja pembongkaran sebagai perkuatan pada
bagian joint dan tumpuan balok dan kolom diharuskan untuk keamanan
pekerjaan pembongkaran.
8. Penggunaan perancah kerja pembongkaran dan peralatan pembongkaran
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi baik dari segi material dan struktur
konstruksinya.
9. Penggunaan zat-zat kimia untuk tujuan memperlemah struktur yang akan
dibongkar harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
10. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus merapikan cacat-cacat
pada permukaan beton yang diakibatkan oleh pekerjaan pembongkaran.

Pasal 20

: Perbaikan Dan Perkuatan Konstruksi Beton Lama


1. Perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi beton lama harus
menngunakan teknologi dan cara perbaikan yang sudah lazim dan sering
dilakukan pada konstruksi beton dan harus disetujui oleh Konsultan
Perencana.
2. Perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi beton harus menggunakan
produk-produk, zat-zat additive dan cara perbaikan yang dikeluarkan oleh
SIKA atau produk perusahaan Kimia Konstruksi lain yang setara denganya.
3. Pelaksanaan perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi yang
menggunkanan zat additive harus dilaksanakan oleh Perusahaan atau
Jasa Konstruksi yang mempunyai lisensi dari Perusahaan Kimia Konstruksi
SIKA atau Perusahaan Kimia Konstruksi lain yang setara denganya.
4. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab penuh akan hasil pekerjaan
perbaikan dan perkuatan konstruksi beton yang dilaksanakan oleh
Perusahaan atau Jasa Konstruksi lain yang dipergunakannya dalam
penyelesaian pekerjaan perbaikan dan perkuatan konstruksi beton.

5. Kontraktor Pelaksana dan Jasa Konstruksi yang melaksanakan perbaikan


beton harus memberikan jaminan teknis dan garansi bahwa hasil
pekerjaan tersebut dapat mengembalikan kekuatan konstruksi seperti
semula atau mnimal 95% dari kekuatan awalnya sebelum mengalami
kerusakan.
Pasal 21

: Lain - Lain
1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 220
berlaku untuk semua item pekerjaan beton yang ada dalam Proyek ini.
2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Perencana bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.
3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang
mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
BAB VII

Pasal 1

PEKERJAAN LANTAI

: Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan
Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan
Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 2

: Beton Cor Bawah Lantai


1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 Semen
Portland : 3 Pasir Beton : 3 Kerikil Beton dengan ketebalan minimal 7 cm
atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal
ini harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.
3. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.
Pasal 3

: Keramik Lantai Ruangan/ Selasar


1.

Keramik lantai t e r a s adalah ukuran 40 x 40 cm dan untuk Keramik


lantai r u a n g a n adalah ukuran 60 x 60 cm untuk lantai ruangan
dengan permukaan motif polished dari Merk Roman atau merk lain
yang setara dengannya dari segi harga dan kualitas.

2.

Keramik lantai t e r a s adalah ukuran 40 x 40 cm dan untuk Keramik


lantai r u a n g a n adalah ukuran 60 x 60 cm sesuai dengan gambar
bestek, Keramik dari Merk Roman atau merk lain yang setara
dengannya dari segi harga dan kualitas.

3.

Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ,


ukuran dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda
kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

4.

Keramik lantai dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.

5.

Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

6.

Pemasangan Keramik Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang


ada dalam Gambar Bestek.

7.

Warna Karamik lantai dapat diganti oleh Konsultan Perencana dalam


tahap pelaksanaan dengan alasan warna yang telah ditentukan dalam
Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan
tidak
dikeluarkan lagi oleh pabrik.

8.

Warna keramik lantai harus seragam untuk setiap jenis warna


sama.

9.

Keramik lantai harus mempunyai tebal minimal 5 mm.

yang

10. Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benar-benar siku dan standar
untuk semua ukuran yang sama.
11. Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti
pola lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang
memerlukan potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan
dimensi pada gambar pola lantai.
12. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito
dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya
adalah maksimal 3 mm.
13. Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar
ruang dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.
14. Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak
bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik
hasil pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.

BAB VIII

Pasal 1

PEKERJAAN DINDING

: Batu Bata
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu
bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika
diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benar-benar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena
mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus
disetujui oleh Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

Pasal 2

: Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan
Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan
Plasteran Dinding.
2. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
5. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.

BAB IX

Pasal 1

PEKERJAAN KOZEN, PINTU, JENDELA DAN VENTILASI

: Referensi
1. Seluruh pekerjaan Kozen, Pintu , Jendela dan Ventilasi sesuai dengan
Gambar Bestek dan Bill Of Quantity.

Pasal 2

: Persyaratan Material
1. Peraturan yang dipedomani adalah standard pabrik dan peraturan umum
yang berlaku
2. Bahan-bahan tersebut diatas dipesan pada tempat penjualan khusus
aluminium dengan bentuk sesuai gambar.
3. Pemasangan kosen, pintu harus baik tegak lurus, siku-siku diambil ukuran
atas dan bawah sama, setelah dipasang pintu dapat dibuka dan ditutup
dengan mudah.
4. Kosen aluminium/Kusen Stanles Steel dipasang pada pasangan batu bata
dengan menggunakan Mor/Fiser
5. Kosen dan pintu aluminium/Stainles Steel semua yang dirakit sedemikian
rupa sesuai gambar rencana dan tata letak dengan ukuran disesuaikan
pada posisi yang akan di pasangi.
6. Ukuran kusen Aluminium adalah 4/ 1 Silver atau Warna Asli Aluminium.

Pasal 3 : Pemasangan
1. Cara pemasangan kusen. Pintu, jendela dan Ventilasi harus mengikuti cara
mengikuti petunjuk-petunjuk dan cara pemasangan yang dianjurkan oleh Pabrik.
2. Hasil pemasangan kusen. Pintu, jendela dan Ventilasi harus menghasilkan
permukaan akhir yang rata dan tidak melendut.
3. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan Kusen. Pintu, Jendela dan
Ventilasi dengan pekerjaan pemasangan dinding sehingga Kusen. Pintu, Jendela
dan Ventilasi yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.

BAB X
Pasal 1

PEKERJAAN PLAFOND

: Material Plafond Gypsum 9 mm


1. Material plafond adalah gypsum Board- produksi : ex. Jaya board/ setara
dengan kualitas terbaik dan harus mempunyai Merk Dagang.
2. Pada setiap lembaran gypsum Board harus dicantumkan merk dagang,
ukuran lembar dan ketebalan lembaran.
3. Ketebalan Gypsum 9 mm /sesuai gambar.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
5. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam
keadaan cacat dan rusak. Material Gypsum Board yang dinyatakan cacat/rusak
oleh Konsultan Supervisi dalam waktu 24 jam harus dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan.

Pasal 2

: Alat Sambung
1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Furring Frame adalah Paku
Skrup dengan ukuran 1/2 inchi.
2. Jarak maksimum antara paku adalah 15 cm.
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi

Pasal

3 : Pengantung Rangka Plafond


1. Penggantung rangka plafond adalah dari rangka Furring dengan ketebalan
minimum 0.35 mm.
2. Pengantung rangka plafond adalah dari rangka furring juga.
3. Pegantung rangka plafond dijangkarkan lansung pada rangka plafond dengan
tumpuan pegantung adalah balok-balok bint kuda-kudadan Plat Lantai. Alat
sambung adalah paku skrup.
4. Pegantung rangka plafond dijangkarkan lansung pada plat lantai dengan
perkuatan paku ramset.
5. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah pengantung
plafond atau dalam setiap 1 m panjang balok bint kuda-kuda harus ditempatkan
minimal 2 pengantung plafond.
6. Pengantung plafond harus menjamin kebenaran akan elevasi/kedataran
permukaan rangka plafond.

Pasal

4 : Pemasangan Plafond
1. Pemasangan harus mengikuti aturan/ketentuan/ persyaratan dari pabrik.
2. Pemasangan Plafond gypsum Board dilakukan langsung pada rangka plafond
dengan alat sambung paku Skrup.
3. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar
Bestek.
4. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan
tidak melendut.
5. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
instalasi listrik dan instalsi AC sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.
6. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Listrik dan Instalasi AC, setelah
pekerjaan pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.
7. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasanalasan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi tidak boleh dibongkar
sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi
penjangkaranya pada rangka plafond.
8. Sistem pemasangan komponen gypsum harus memperhitungkan kemungkinan
gerakan perbedaan suhu atau kelembaban. Harus diperhitungkan agar
komponen gypsum bisa bergerak dengan bebas dan gerak dari bangunan
sendiri tidak berpengaruh Harus diperhitungkan agar komponen gypsum bisa
bergerak dengan bebas dan gerak dari bangunan sendiri tidak berpengaruh.
9. Kerangka pemasangan harus bisa menahan semua gaya horizontal maupun
vertikal yang diakibatkan oleh berat sendiri dari seluruh konstruksi maupun
beban angin. Kerangka beserta pelengkap pemasangannya harus pula bisa
menampung gerakan-gerakan komponen gypsum yang disebabkan perbedaan
suhu atau kelembaban. Umumnya untuk kerangka beserta pelengkap
pemasangannya dipergunakan baja dilapis anti karat : cat zinchromate atau
galvanis celup (hot dip galvanis).
10.Penggunaan bahan untuk penutup celah harus memperhitungkan segala
toleransi dalam pembuatan komponen gypsum sekaligus kemungkinan
perubahan/gerak pada konstruksi gedung sebagai suatu ketentuan menyeluruh
11.Penyusunan gypsum pada awal bisa diambil 0,5 % sedang gerak sebaliknya
bisa basah karena kelembaban 0,15%.
12.Kontraktor harus mengajukan contoh finishing gypsum untuk mendapat
persetujuan dari Direksi/ Konsultan.

XII PEKERJAAN KUDA-KUDA RANGKA ATAP


Pasal 1

: Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan, alat dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk pekerjaan rangka atap terbuat dari Kuda-kuda Kayu sesuai dengan gambar
rencana.

Pasal 2

: Syarat-syarat
1.

Pekerjaan ini harus dilaksanakan seperti yang tertera didalam gambar


Rencana.

2.

Hasil pekerjaan memasang atap ini harus mendapat persetujuan dari


Pengawas.

1.

Bahan - bahan penutup atap harus memenuhi syarat syarat

a. Kuat Tahan terhadap tekanan dan terpaan angin hingga kecepatan 192 km/jam
serta tahan terhadap gempa.
b. Tahan lama Tidak berkarat, tidak berjamur atau rapuh dengan umur produk 30
thn
c. Tahan bocor dan cuaca Garansi water proof 10 thn dan cocok untuk iklim tropis
: panas, hujan, kelembaban seerta perubahan cuaca.
d. Ekonomis Tidak memerlukan perawatan dan pemeliharaan.
e. Insulasi panas Dapat meredam panas, memiliki daya hantar panas yangrendah.
f. Pemasangan dan fleksibilitas Pemasangan mudah dan dapat di pergunakan
untuk berbagai aplikasi.
g. Aman dan ramah lingkungan Tidak mengandung bahan bahan yang berbahaya.
Pasal 4:

: Tata kerja
a. Untuk Pekerjaan rangka atap cara pemasangan Kuda-kuda Baja Ringan C-100
mm ini diserahkan kepada Pemborong dengan mendapat persetujuan dari
pengawas. Pemasangan ini harus mengikuti petunjuk pabrik dan petunjuk yang
terdapat didalam gambar rencana.

XII PEKERJAAN PENUTUP ATAP


Pasal 1

Penutup Atap
1. Material utama penutup atap yang digunakan pada bangunan ini dari seng
Genteng Metal t=0,3 mm (cat pabrik) atau setara.
2. Rangka untuk rabung/bubungan atap digunakan bubungan seng alumunium tebal
0,35 mm atau setara.
3. Bahan atap disimpan dalam keadaan tetap kering, tidak berhubungan dengan
tanah, apabila diletakkan pada daerah yang terbuka/tidak tertutup, maka akan
mengakibatkan terjadinya flat-flat/water stain (cacat air).
4. Perlu diperhatikan bahwa bekas potongan atap, paku, dan kotoran lain harus
dibersihkan dari atap dan talang selama pekerjaan berlangsung dan pada akhir
pekerjaan setiap harinya. Korosi dan kemungkinan kerusakan pada lapisan

galvalume/seng dapat terjadi ketika besi atau bahan dasar tembaga dibiarkan
tinggal dan tetap berhubungan dengan galvalume pada keadaan lembab.
Pasal 2

: Bahan - bahan penutup atap harus memenuhi syarat syarat


a. Kuat Tahan terhadap tekanan dan terpaan angin hingga kecepatan 192 km/jam
serta tahan terhadap gempa.
b. Tahan lama Tidak berkarat, tidak berjamur atau rapuh dengan umur produk 30
thn
c. Tahan bocor dan cuaca Garansi water proof 10 thn dan cocok untuk iklim tropis
: panas, hujan, kelembaban seerta perubahan cuaca.
d. Ekonomis Tidak memerlukan perawatan dan pemeliharaan.
e. Insulasi panas Dapat meredam panas, memiliki daya hantar panas yang
rendah.
f. Pemasangan dan fleksibilitas Pemasangan mudah dan dapat di pergunakan
untuk berbagai aplikasi.
g. Aman dan ramah lingkungan Tidak mengandung bahan bahan yang berbahaya.

Pasal 3

: Tata Para Pemasangan Penutup Atap


1. Pemasangan dan Perletakan atap yang pertama harus dipasang berlawanan arah
angin. Maksud dari berlawanan arah angin adalah tepi ujung yang mempunyai kaki
atap harus dipasang berlawanan arah angin, kemudian baru ditimpa dengan atap
yang tepi ujung yang tanpa kaki atap dan seterusnya diikuti oleh lembaran-lembaran
yang berikutnya.
2. Pemasangan paku seng maupun skrup-skrup pada atap harus selalu pada
puncak gelombang dan dikunci hingga puncak gelombang tersebut tidak dapat
bergerak.
3. Sewaktu pemasangan dianjurkan agar tukang yang sedang bekerja harus
beralaskan papan yang dibuat seperti tangga diletakkan diatas gording untuk
menghindari atap diinjak langsung yang dapat mengakibatkan atap tersebut rusak.
4. Bubungan ditutup dengan bahan bubungan seng alumunium. Tindisan antara
satu lebaran bubungan dengan lembaran bubungan lainnya harus sesuai dengan
persyaratan pabrik.
5. Pemasangan harus rapi
mengakibatkan kebocoran.

dan

memenuhi

syarat-syarat

sehingga

tidak

BAB XIII

Pasal

PEKERJAAN CAT

1 : Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alatalat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Meliputi pengecatan dinding/
beton bagian luar dan dalam serta seluruh detail yang ditunjukan/disebutkan
dalam gambar. Definisi pekerjaan cat adalah semua pelapisan permukaan pada
berbagai material untuk maksud-maksud perlindungan/ pemberian warna,
pemberian texture dan memberi kemungkinan untuk dicuci dari material tersebut.
Perincian dari pekerjaan cat ini meliputi jenis-jenis berikut:
Pekerjaan pengecatan dasar atau primer dan pendempulan.
Pekerjaan cat dinding
Pekerjaan cat plafond dan List Plafond
Pengecatan Papan Lisplank
Pengecatan Kusen, Pintu, Jendela dan Ventilasi
Pengecatan Railing Besi

Pasal

2 : Persyaratan Bahan
a.

Persyaratan Standar/Mutu bahan


Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4
atau sesuai dengan spesifikasi dari pabrik cat yang digunakan.
Standar dari bahan prosedur pengecatan ditentukan pabrik pembuat cat
dan Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan jalan
mencampur dan mencairkan yang tidak sesuai dengan instruksi pabrik
atau tanpa ijin dari Direksi/Pengawas.

b. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan


Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan
tidak cacat. berapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak aslinya
yang masih tersegel dan erlabel pabriknya.
Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup, kering,
tidak lembab dan bersih, sesuai dengan jenisnya.
Kontraktor bertanggung-jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan dan pelaksanaan.
c. Bahan Yang Digunakan
Untuk cat dinding interior dan cat langit-langit digunakan jenis Acrylic
Emulsion merk ICI Vinilex atau yang setara.
Untuk cat dinding exterior digunakan jenis cat yang tahan cuaca merk
Vinilex Exterior atau setara
Pasal

3 : Syarat-syarat Pelaksanaan/Syarat Umum


1. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan
Pengawas beserta ketentuan/ persyaratan/ jaminan
mendapatkan persetujuan.

kepada
pabrik

Direksi/
untuk

2. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan. Jika
dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan pengganti harus
disetujui Direksi/Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan Kontraktor.

3. Pekerjaan pengecatan jangan dilakukan di daerah terbuka dalam keadaan


cuaca lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu yang akan
mengurangi kualitas pengecatan.
4. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pada suatu bidang harus mendapat
persetujuan dari Direksi/Pengawas.
5. Sebelum memulai pelaksanaan pengecatan, Kontraktor wajib melakukan
percobaan untuk disetujui Direksi/Pengawas.
6. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan/perbedaan tersebut
diselesaikan. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lainlainnya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi
Pengawas.
7. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi mengganti kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas beban biaya Kontraktor.
Pasal

4 : Gambar Detail Pelaksanaan :


1. Bila diperlukan, Kontraktor harus membuat gambar kerja pelaksanaan
pengecatan (untuk bagian-bagian yang dianggap perlu)

Pasal

5 : Cara Pelaksanaan :
1. Lakukan pengecatan dengan data terbaik yang umum dilakukan kecuali
spesifikasi lain.
2. Urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan tebal lapisan
penutup minimal sama dengan syarat yang dikeluarkan pabrik.
3. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekasbekas yang menunjukan tanda-tanda sapuan,semprotan dan roller. Sapukan
semua dasar dengan cat dasar dan kuas, penyemprotan hanya diijinkan
dilakukan bila disetujui Direksi/Pengawas.
4. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh mengkilap, tidak ada
gelembung-gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

Pasal

6 : Pengecatan Kembali :
1. Dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang menutupi, atau lepas.
Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana ditunjukan oleh
Direksi/Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang
dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.
2. Pembersihan permukaan, pekerjaan termasuk
pengupasan cat teksture, pencucian dengan air,
dengan kain kering, harus mendapat persetujuan.

penggunaan
biaya,
maupun pembersihan

3. Kerapihan pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganggu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan
yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan Kontraktor.
Pasal

7 : Syarat Pengamanan Pekerjaan


1. Agar daerah-daerah yang sedang dicat ditutup dari pekerjaan-pekerjaan lain,
maupun kegiatan lain dan juga daerah tersebut terlindung dari debu dan
kotoran lainnya sampai cat daerah tersebut kering.
2. Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau material lain yang dekat
dengan pekerjaan ini seperti fitting-fitting, kosen-kosen dan sebagainya
dengan cara menutup/melindungi bagian tersebut selama pekerjaan
pengecatan berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki atau
mengganti material yang rusak akibat pekerjaan pengecatan tersebut.
BAB IX
PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR

Pasal 1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan instalasi air bersih dan air kotor meliputi pemasangan seluruh
jaringan instalasi didalam bangunan, penyambungan yang bersumber dari
bangunan yang telah ada, penyediaan bahan-bahan kelengkapan, pipa-pipa
PVC dan sebagainya sehingga instalasi berfungsi dengan baik.
Pasal 2 Bahan-bahan yang digunakan
Pipa-pipa PVC digunakan yang United AW dari beberpa ukuran, antaran lain
diameter,3/4, 1, 2 dan 4. Pipa diameter 3/4 dan 1 digunakan untuk instalasi air
bersih serta ukuran 2 untuk instalasi air kotor dan 4 untuk buangan WC Sebagai
alat sambung digunakn sock drat, elbow dan T yangsesuai dengan spesifikasi dan
ukuran bahan yang direkatkan dengan mengunakan lem PVC.
Pasal 3. Pedoman Pelaksanaan
Pelaksanaan secara umum mengacu kepada gambar detail dan persyaratan
yang standar, atau ditentukan lain sesuai keadaan dilapangan.

BAB X PEKERJAAN SALURAN


Pasal 1 : Pekerjaan Galian
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman
yang perlu untuk dasar bangunan yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada
gambar- gambar.Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan
lain yang dijumpai dalam pekerjaannya. Jika ternyata dijumpai kondisi yang tak
memuaskan pada kedalaman yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka
penggalian harus diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui Konsultan
Pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan dimulai sebagai pekerjaan tambah kurang.
Jika terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai

kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui
oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali
dengan pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.
Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah rencana
maka Pemborong harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian
tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada

Pasal 2 : Cor kaki, lantai dan dinding saluran beton k-175


2.1. Persiapan Pengecoran
Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan
ditanam dalam beton harus sudah terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing
dan perlengkapan-perlengkapan lain). Cetakan atau pasangan dinding yang akan
berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan
harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus
dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang
lepas. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu
dengan spesi mortar dengan susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus
dibuang dari semua bagian-bagian yang akan dicor. Pemborong harus tetap menjaga
kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran diberikan oleh Direksi atau
Konsultan Pengawas. Apabila pengecoran tidak memakai bekisting kayu maka dasar
permukaan yang akan dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk
setebal 5 cm
2.2. Acuan / Cetakan Beton / Bekisting
Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.Cetakan
harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan
Multiplex.
Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan
rata dalam arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak
di "finish" ( exposed concrete). Tiang-tiang penyangga harus direncanakan
sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa
adanya "overstress" atau perpindahan termpat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani.
Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan. Penulangan, cetakan harus diteliti
untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatan dan tidak akan terjadi penurunan
dan pengembangan pada saat beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari
segala macam kotoran, dan diberi "form oil" untuk mencegah lekatnya beton pada
cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan. Cetakan
beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Direksi atau Konsultan
Pengawas, atau jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut:
a. Bagian sisi balok 48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari

c. Balok dengan beban konstruksi 21 hari


d. Plat lantai / atap / tangga 21 hari

Dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih
awal apabila basil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan
beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari.
Segala ijin yang diberikan oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, tidak mengurangi
atau membebaskan tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul
akibat pembongkaran cetakan. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan
hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat
menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak. Dalam hal terjadi
bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pemborong wajib
mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali. Permukaan beton harus bersih
dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian konstruksi yang terpendam dalam
tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan. Untuk
permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib memfinishnya
tanpa pekerjaan tambah.
2.3 Acian dinding saluran
Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan finishing saluran dimana permukaan lantai,
dinding dalam saluran beserta bibir saluran diaci menggunakan adukan semen dan
air, dimana pekerjaan ini dilaksanakan untuk mendapatkan permukaan saluran yang
halus
dan kedap air.
BAB X

ATURAN KHUSUS

Pasal 1 :
Pada Akhir Pekerjaan Seluruh Permukaan Pasangan Batu dan Sebagainya
harus bersih dari sisa-sisa semen dan kotoran lainnya. Gundukan-gndukan
tanah bekas galian harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi
harus diangkut keluar dari lokasi pekerjaan. Bila ada bagian-bagian pekerjaan
yang oleh suatu hal menyebabkan kecacatan pada bagian pekerjaan tersebut
belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka pelaksana wajib
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap bagianbagian pekerjaan tersebut.
Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Supervisdalam masa
pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Owner dan menjadi suatu
ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut harus didasarkan pada Kontrak
Kerja.
Pasal 2 :

Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar
Bestek, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis
terhadap item pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan
Supervisdengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.

Pasal 3 :

Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah menurut
penjelasan Konsultan Supervisdengan persetujuan Konsultan Perencana dan
Owner.

You might also like