You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologis yang dialami wanita.
Namun, kehamilan dapat berkembang menjadi komplikasi yang tidak
hanya berpengaruh pada janin, tapi juga pada ibu karena dapat
menyebabkan

kematian.

Indikator

yang

umum digunakan

untuk

menghitung kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (AKI) (Fadlun,


Feryanto, 2011; Saifuddin, 2009).
Kematian

maternal

tersebut

mayoritas

disebabkan

oleh

perdarahan (28%), eklamsia/preeklamsia (24%), dan infeksi (11%)


(Depkes, 2010). Komplikasi obstetrik yang terjadi selama kehamilan
adalah perdarahan pada abortus dan perdarahan trimester pertama.
Komplikasi yang terjadi pada trimester pertama adalah perdarahan
pervaginam yang umumnya disebabkan oleh abortus, dan hanya
sebagian kecil saja karena sebab-sebab lain (Wiknjosastro, 2008).
Dari uraian tersebut, salah satu penyebab kematian ibu adalah
abortus. Salah satu jenisnya yaitu abortus incompletus. Risiko abortus
meningkat seiring dengan paritas dan usia ibu dan
abortus secara

ayah.

Frekuensi

klinis terdeteksi meningkat 12% pada wanita yang berusia

kurang dari 20 tahun. Meskipun angka kejadiannya relatif kecil, abortus


perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan komplikasi dan kematian
bila penanganan kurang efektif dan aman (Sofian, 2011).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
diajukan adalah bagaimana asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.A
dengan Abortus Incompletus di RSUD Abepura?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan ibu hamil
dengan Abortus Incompletus.
b. Tujuan Khusus
Peneliti dapat melakukan :
1)

Mengumpulkan data dasar secara subjektif dan

obejektif pada kasus ibu hamil dengan Abortus


Incompletus.
2)

Melakukan interpretasi data untuk kasus ibu

hamil dengan Abortus Incompletus.


3)

Menetapkan diagnosis potensial dan antisipasi

yang dilakukan bidan dari kasus ibu hamil dengan


Abortus Incompletus.
4)

Menetapkan kebutuhan/tindakan segera untuk

konsultasi, kolaborasi, merujuk kasus ibu hamil dengan


Abortus Incompletus.
5)

Menetapkan rencana asuhan kebidanan untuk kasus ibu

hamil dengan Abortus Incompletus.


6)

Menetapkan pelaksanaan tindakan untuk kasus ibu hamil

dengan Abortus Incompletus


7)

Menetapkan evaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan

memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.


8)

Mengidentifikasi adanya kesenjangan teori dan praktik pada

ibu hamil Ny. A dengan Abortus Incompletus di RSUD Abepura

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehamilan Normal
a. Pengertian
Kehamilan merupakan proses fisiologis mulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari 4 sampai 6
bulan, triwulan ketiga dari 7 sampai 9 bulan (Saifuddin, 2009).
Pengetahuan tentang kondisi fisiologis pada awal kehamilan penting
untuk memahami tanda dugaan, tanda kemungkinan, dan untuk
mengetahui adanya kelainan kehamilan (Varney, 2006).
b. Diagnosis Kehamilan
Dugaan kehamilan terkait dengan pengetahuan tentang fisiologi awal
dan penapisan kelainan pada kehamilan (Saifuddin, 2009).
1) Tanda dan gejala Kehamilan
a) Tanda dugaan (presumtif) yaitu amenorea, mual muntah,
mengidam,

tidak

selera

makan,

lelah,

sering

kencing,

konstipasi/obstipasi, pigmentasi kulit, epulis, pemekaran vena


(Sofian, 2011)
b) Tanda kemungkinan hamil meliputi pembesaran perut, tanda
Hegar, Goodel,

Chadwick,

Piscaseck,

kontraksi

Braxton

Hicks, teraba Ballotement dan tes kehamilan positif (Hani, 2010).


c) Tanda pasti kehamilan yang pertama adalah identifikasi kerja
jantung janin yang terpisah dari kerja jantung ibu, terdapat persepsi
gerakan janin oleh pemeriksa, pengenalan janin yang dapat
dilakukan dengan teknik sonografik (Cunningham, 2005)
c. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan yang sering terjadi antara lain perdarahan
pervaginam, hiperemesis gravidarum, sakit kepala yang hebat, penglihatan

kabur, bengkak pada wajah dan ekstremitas, gerakan janin yang tidak
terasa, dan nyeri perut hebat (Sulistyawati, 2009).
Perdarahan pada kehamilan dibedakan menjadi perdarahan pada
kehamilan muda dan kehamilan lanjut. Pada kehamilan lanjut, perdarahan
disebabkan oleh plasenta previa maupun solutio plasenta. Sedangkan pada
kehamilan muda, perdarahan dapat disebabkan oleh kehamilan ektopik,
kehamilan mola, dan abortus (Fadlun, Feryanto, 2011; Sulistyawati, 2009).
B. Abortus
a. Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan. Istilah abortus
dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan (Saifuddin, 2002).
Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi,
karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu (Wiknjosastro,2005).
b. Bentuk Abortus
1) Menurut terjadinya, Manuaba tahun 2001 membagi abortus menjadi:
a) Abortus spontan
Yaitu aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor
alamiah.
b) Abortus provokatus kriminalis
Yaitu aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi
yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat
hubungan seksual di luar perkawinan.

c) Abortus medisinalis
Yaitu aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis,
yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa
ibu
2) Bentuk klinis:
Abortus ini merupakan abortus spontan, antara lain:
a) Abotus imminens
Yaitu peristiwa dimana hasil konsepsi masih di dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus iminens ditentukan
karena pada wanita hamil terjadiperdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus
membesar sesuai usia kehamilannya, serviks belum membuka, dan
tes kehamilan positif.
Penanganan abortus imminens terdiri atas :
(1) Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
(2) Pemeriksaan USG dilakukan untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
b) Abortus insipiens
Yaitu adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih
sering dan kuat. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan
dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak
banyak dan bahaya perforasi

pada kerokan lebih besar, maka

sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse


oksitosin.
c) Abortus inkompletus
Yaitu sebagian hasil konsepsi masih ada yang tertinggal dalam
uterus, jadi hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan.
Pada pemeriksaan vaginalis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan

dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol


dari ostium uteri eksternum. Perdarahan dapat banyak sekali,
sehingga syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan.
d) Abortus kompletus
Yaitu abortus yang semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan sudah keluar dengan
lengkap. Penderita tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya
apabila menderita anemia perlu diberikan sulfas ferrosus atau
tranfusi.
e) Abortus servikalis
Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangai oleh ostium uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul
dalam kanalis servikalis dan serviks uteri memenjadi besar, kurang
lebih bundar, dengan dinding menipis. Terapi terdiri atas dilatasi
serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari kanalis servikalis.
f) Missed abortion
Yaitu keadaan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
Pengeluaran hasil konsepsi diusahakan menggunakan infuse
intravena oksitosin. Jika tidak berhasil, infuse dapat diulangi setelah
penderita istirahat 1 hari.
g) Abortus habitualis atau keguguran berulang
Adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturutturut 3 kali atau lebih. Penyebabnya untuk sebagian besar tidak
diketahui. Oleh karena itu penanganannya terdiri atas : memperbaiki
keadaan umum, pemberian makanan yang sempurna, anjuran
istirahat cukup banyak, larangan koitus dan olahraga. Terapi dengan
hormone progesterone, vitamin, hormone tiroid, dan lainnya

mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis karena penderita


mendapat kesan bahwa ia diobati.
h) Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedangkan abortus
septik adalah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman
atau

toksin

ke

dalam

peredaran

darah

atau

peritoneum.

(Wiknjosastro,2005).
c. Etiologi
Wiknjosastro, 2005 mengatakan penyebab abortus tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
1) Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian
janin dan cacat bawaan yang menyebabkan

hasil konsepsi

dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi


karena:
a. Kelainan kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom seks.
b. Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi, gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak
kehamilan.
c. Pengaruh luar
Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi. Hasil konsepsi dipengaruhi oleh obat dan radiasi
menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
2) Kelainan plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
mellitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta

sehingga menimbulkan keguguran.


3) Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, sifilis. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui
plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan
kemudian terjadilah abortus. Animia berat, keracunan, laparatomi,
peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononucleosis, infeksiosa, toksoplasmosis jaga dapat mentebabkan
abortus walaupun jarang terjadi.
4) Kelainan yang terdapat dalam rahim (Kelainan alat reproduksi dan
gangguan system reproduksi).
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus
dapat menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat bahwa hanya
retroversion uteri gravid inkarserataatau mioma submukosa yang
memegang peranan penting. Sabab lain abortus dalam trimester ke 2
ialah servik inkompeten yang disebabkan oleh kelainan bawaan pada
serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan
serviks luas yang tidak dijahit.
Risiko keguguran mencapai 11,7%, jika kehamilan di kisaran
umur 30-34 tahun. Sedangkan di usia 35-39 tahun, risiko meningkat
menjadi 18% (Muharam,2008). Menurut Koesoemawati tahun 2002,
prevalensi meningkat sesuai umur ibu. 12 % abortus terjadi pada
wanita usai lebih dari 20 tahun, sedangkan > 50 % abortus terjadi
pada wanita usia lebih dari 45 tahun.
Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun
sampai 35 tahun. Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia
dibawah 20 tahun dan tidak sedikit pula yang mengandung di atas
usia 35 tahun. Padahal kehamilan yang terjadi di bawah usia 20
tahun maupun di atas usia 35 tahun termasuk berisiko.
1)Kehamilan di Bawah Usia 20 Tahun.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga

abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun


memakai alat. Faktor lain yang dapat mempermudah terjadinya
keguguran di antaranya :
a) Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi.
Yakni ketika ibu masih belum menyadari kehamilannya atau
tidak siap dengan kehamilan pertamanya. Juga pengetahuan
yang salah tentang masalah reproduksi manusia (karena
penerangan yang keliru) menyebabkan ibu melakukan hal-hal
yang tak dapat dibenarkan, misalnya minum jamu atau obatobatan dengan maksud agar haidnya kembali menjelang.
Sikap tersebut akan menimbulkan gangguan pada pertumbuhan
hasil konsepsi.
b) Kondisi fisik ibu hamil.
Keadaan ini erat hubungannya dengan hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar di dalam tubuh ibu yang tidak memadai.
Biasanya konsepsi yang terjadi akan tumbuh dengan sempurna
jika

calon ibu sudah mencapai usia 20 tahun. Masa ini

memang sering disebut masa subur sehat, yang akan


berlangsung

sampai

ibu

mencapai

usia

30

tahun

(Sarwono,2001).
2) Usia 20-35 tahun
Saat berusia 20-35, kondisi fisik perempuan sangat prima, dan
mengalami puncak kesuburan, sehingga risiko abortus minim. Hal
ini disebabkan karena sel telur relatif muda, sehingga meski pada
trimester pertama kandungan tetap kuat. Kualitas sel telur yang
baik memperkecil kemungkinan bayi lahir cacat, tetapi tidak
dipungkiri pada usia tersebut dapat terjadi abortus yang
dikarenakan

ketidaknormalan

jumlah

kromosom

(Muharam,2008).
3) Kehamilan di Atas Usia 35 Tahun.
Secara psikologis memang lebih matang. Namun, dari sisi fisik
justru

berisiko

mengalami

kelainan

kehamilan

yang

membahayakan kesehatan janin. Janin mengalami kelainan geneti


dan lahir cacat. Selain itu juga berpeluang mengalami keguguran,
hal ini dapat terjadi karena :
a) Komplikasi saat kehamilan.
Seperti tekanan darah tinggi, diabetes saat hamil dan kesulitan
melahirkan.
b) Janin memiliki kelainan kromosom.
Kromosom abnormal banyak yang berakhir dengan keguguran
(Muharam,2008). Semakin tinggi usia maka risiko terjadinya
abortus semakin tinggi pula seiring dengan naiknya kejadian
kelainan kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah kejadian leiomioma uteri
pada ibu dengan usia lebih tinggi dan lebih banyak yang dapat
menambah risiko terjadinya abortus (STIKES Bhamada Slawi
Tegal,2008).
d. Diagnosa
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah terlambat haid, sering
terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan
ditemukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan
tes

kehamilan

secara

biologis

(Galli

Mainini)

atau

imunologik

(pregnosticon, gravindex) bilamana hal itu dikerjakan (Wiknjosastro,


2005). Mempunyai satu atau lebih tanda, diantaranya sebagai berikut:
perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks
yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya (Saifuddin,
2002).
e. Komplikasi
Wiknjosastro,2005 menyatakan komplikasi abortus adalah:
1) Perdarahan
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
berikan pada waktunya.

10

2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung
kemih atau usus karena perlukaan uterus biasanya luas.
3) Infeksi
Biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis.
4) Syok
Terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik). Pada missed abortion dengan retensi lama hasil
konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah (Mansjoer,2001).
f. Penanganan Abortus
Setelah abortus, pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus. Selain
itu perlu diperhatikan involusi uterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan, sehingga perlu
memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil (Wiknjosastro,2005).

11

BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny.A G1P0A0 dengan
Abortus Incompletus di RSUD Abepura
Tanggal masuk

: 28 Februari 2016

Tempat

: VK RSUD Abe

1. Pengumpulan Data Dasar


I. Data Subjektif
1) Identitas (Biodata)
Nama Pasien : Ny. A

Nama Suami : Tn. D

Umur

Umur

: 18 tahun

: 23 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Kotaraja

Alamat

: Kotaraja

2) Keluhan utama pada waktu masuk


Pasien datang dari IGD dengan perdarahan, mengeluhkan nyeri di
perut bagian bawah sejak 6 jam yang lalu, perdarahan encer disertai
gumpalan dan berwarna merah kehitaman. Ibu mengatakan khawatir
dengan keadaan janin yang dikandungnya.
3) Data kebidanan
a) Riwayat menstruasi
Menarche

: 13 tahun

Banyaknya

: 2-3 kali ganti pembalut per hari

Siklus

: 28 hari

Keluhan

: tidak ada

Jenis dan warna

: encer, merah tua

Dismenorrhea

: tidak

Lamanya

: 7 hari

b) Status Perkawinan

12

Kawin / tidak kawin

: Kawin

Usia kawin

: 18 tahun

Lama perkawinan

: 6 bulan

c) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu


Tidak ada
d) Riwayat kehamilan sekarang
HPHT
: 1 Oktober 2015
TP
: 8 Juli 2016
UK

: 21 minggu

Keluhan

:Ibu mengatakan bahwa ia mengeluarkan darah


encer disertai gumpalan dari jalan lahir, warna
merah kehitaman, serta merasa mules di perut
bagian bawah dan merasa cemas.

ANC

: 5 kali di Puskesmas Kotaraja

Imunisasi TT

: 2 kali

Konsumsi obat-obatan dan jamu : ibu mengatakan tidak minum


obat atau jamu selama hamil kecuali vitamin yang diperoleh dari
bidan.
e) Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan metode KB jenis
apapun.
4) Data kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan ibu sekarang
Ibu mengatakan mengeluarkan darah encer disertai gumpalan
dari jalan lahir, warna merah kehitaman, serta merasa mules di
perut bagian bawah sejak pukul 05.00 WIT.
2) Penyakit yang diderita
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun
yaitu tekanan darah tinggi, tidak sedang menderita penyakit
menular seperti AIDS, TBC, sakit kuning, dan tidak menderita
penyakit menahun seperti kanker, jantung, ginjal, serta tidak

13

menderita penyakit menurun seperti asma.


3) Alergi terhadap obat
Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap jenis-jenis
obat tertentu.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita

penyakit

menurun yaitu tekanan darah tinggi dan tidak pernah menderita


penyakit menular seperti AIDS, TBC, sakit kuning, dan
sebagainya, tidak menderita penyakit menahun seperti kanker,
jantung, ginjal dan sebagainya, tidak pernah menderita penyakit
menurun seperti asma. Ibu mengatakan belum pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya.
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada keturunan
penyakit tekanan darah tinggi dan tidak ada yang menderita
penyakit jantung, ginjal, TBC, sakit kuning, asma, gula, dan
penyakit kelamin.
d) Riwayat Operasi
Ibu mengatakan bahwa ia belum pernah menjalani operasi apapun.

14

5) Data kebiasaan sehari-hari


No Kebutuhan
1 Nutrisi :
a. Makan
b. Minum
c. Jenis makanan

Sebelum hamil

Selama hamil

Keluhan

3 kali/hari
8 gelas/hari
Nasi, sayur, lauk,
buah
Air putih, teh, susu
Tidak ada
Tidak ada

Tidak
Ada

5 kali/hari
Kuning jernih
Khas urine

5 kali/hari
Kuning jernih
Khas urine

Tidak
Ada

1 kali/hari
Lunak

1 kali/hari
Lunak

Istirahat
a. Tidur siang
b. Tidur malam

1 Jam
7 Jam

1 Jam
8 Jam

Tidak
Ada

Personal Hygiene
a. Mandi
b. Keramas
c. Gosok gigi
d. Ganti baju

2 kali/hari
3 kali/minggu
2 kali/hari
2 kali/hari

2 kali/hari
3 kali/minggu
2 kali/hari
2 kali/hari

Tidak
Ada

3 kali/hari
7-8 gelas/hari
Nasi, sayur, lauk,
buah
d. Jenis minuman
Air putih, teh
e. Makanan pantang Tidak ada
f. Alergi makanan
Tidak ada

Eliminasi :
a. BAK
Frekuensi
Warna
Bau
b. BAB
Frekuensi
Konsistensi

Pola seksual
Frekuensi

3 kali/minggu

Tidak
Ada

1 kali/minggu

6) Data psikososial dan agama


a. Hubungan dengan keluarga : ibu mengatakan hubungan ibu dengan
keluarga baik dan harmonis.
b. Hubungan dengan masyarakat : ibu mengatakan hubungan ibu dengan
masyarakat baik, ibu mengikuti kegiatan sosial di masyarakat
c. Kegiatan ibadah : ibu mengatakan bahwa ibu taat beribadah dan rajin
mengerjakan shalat 5 waktu
d. Hewan peliharaan : ibu mengatakan bahwa
binatang peliharaan apapun di rumah.
II. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
:
Baik

15

ibu

tidak

memelihara

b. Kesadaran
c. Tinggi badan
d. Berat badan
e. LILA
b. Tanda Tanda Vital
a. Tekanan darah
b. Respirasi
c. Nadi
d. Suhu badan
c. Pemeriksaan Fisik

: Compos Mentis
: 157 cm
: 47 kg
11 cm

:
:
:
:

110/70 mmHg
20 x/menit
87 x/menit
37C

a. Kepala

Kepala

: bentuk mesocephal, tidak ada oedema kepala


Rambut

: warna hitam, ikal dan panjang,

tidak rontok, tidak berketombe.

Muka

: bentuk bulat, tidak terdapat

oedema, tidak pucat, tidak terdapat chloasma


gravidarum.
Mata

: simetris, konjungtiva merah muda,

sklera warna putih.

Telinga

: simetris, tidak ada serumen.

Hidung

: tidak ada polip, ada lubang hidung.


Mulut/Gigi : tidak ada stomatitis, gusi tidak
bengkak, lidah bersih, tidak ada caries dentis.

b. Leher
Kelenjar tyroid
Kelenjar getah bening
c. Dada
Payudara

: tidak ada pembesaran


: tidak ada pembesaran
: tidak teraba massa, bentuk simetris,

tidak ada retraksi, aerola hiperpigmentasi, puting


susu menonjol, kolustrum belum keluar.
Axila
: tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada nyeri tekan
d. Abdomen
Inspeksi
Pembesaran

: tampak adanya pembesaran

Linea alba/nigra

: tidak terdapat linea

16

Striae albican/livide

: tidak terdapat striae

Bekas operasi

: tidak ada luka bekas operasi

Palpasi
Kontraksi

: ada

TFU

: 3 jari di bawah pusat

e. Genitalia

Inspeksi : pengeluaran pervaginam darah


encer, warna merah kehitaman.

Pemeriksaan dalam

vulva/vagina

tidak ada kelainan, portio tebal lunak, OUE


terbuka, teraba jaringan.
f. Ekstremitas

Atas

: simetris, jumlah

jari tangan lengkap, kuku tidak pucat,


gerakan bebas, tidak ada oedema, tidak ada
varises, terpasang infus RL pada tangan kiri
dengan tetesan 20 tpm.

Bawah

: simetris, jumlah jari

pada kaki lengkap, kuku tidak pucat,


gerakan bebas, tidak ada oedema, tidak ada
varises.
2. Interpretasi Data
Tanggal : 28 Februari 2016

Jam : 12.40 WIT

A. Diagnosa kebidanan
Ny. A umur 18 tahun G1P0A0 hamil 21 minggu dengan Abortus
Incompletus.
Dasar :
1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya.
b) Ibu mengatakan sekarang berumur 18 tahun.
c) Ibu mengatakan HPHT tanggal 1 Oktober 2015

17

d) Ibu mengatakan keluar darah encer disertai gumpalan dari jalan lahir,
warna merah kehitaman, merasa mules di perut bawah.
2) Data Obyektif
a) Genetalia
Inspeksi : pengeluaran darah encer warna merah kehitaman.
Pemeriksaan dalam : vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tebal
lunak, OUE terbuka, teraba jaringan.
b) Abdomen Kontraksi
: ada
TFU
: 3 jari di bawah
pusat
c) Ekstremitas atas : terpasang infus RL pada tangan kiri (dari UGD).
d) Data penunjang
Test Kehamilan
: positif
Hasil USG
: masih terdapat sisa jaringan janin dalam
uterus.
B. Masalah
Dasar

: Cemas

: Ibu mengatakan merasa khawatir dengan kondisinya dan


keadaan kehamilannya.

C. Kebutuhan
a) Informasi mengenai keadaan kehamilan ibu sekarang.
b) KIE mengenai kondisi ibu dan penanganan atas kondisi ibu untuk
mengurangi kecemasan yang dialami oleh ibu.
3. Masalah Potensial
Terjadi perdarahan dan infeksi

4. Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan
penatalaksanaan selanjutnya.
5. Rencana Asuhan
a. Informasikan hasil pemeriksaan ibu, keadaan ibu
sekarang, dan tindakan yang akan dilaksanakan
selanjutnya pada ibu dan keluarga.
b. Berikan support mental dan dukungan spiritual agar ibu

18

tenang menjalani perawatan dan bersemangat dalam


menghadapi kondisinya.
c. Libatkan orang terdekat ibu selama perawatan agar
kecemasan ibu berkurang.
d. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu untuk
mengetahui perkembangan kondisi atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan.
e. Observasi perdarahan pervaginam untuk mengetahui
jumlah perdarahan sehingga dapat mempermudah
penanganan selanjutnya.
f. Lakukan

informed

persetujuan

consent

tindakan

dan

berikan

lembar

kepada

pasien

untuk

ditandatangani sebagai perlindungan hukum bagi dokter


dan bidan dalam pelaksanaan tindakan dan sebagai
bukti persetujuan keluarga dan klien dalam pemberian
terapi.
g. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk perencanaan tindakan kuretase.
h. Kolaborasi dengan bagian anestesi berdasarkan advise
dokter SpOG mengenai tindakan kuretase untuk
pemberian general anastesi.
i. Siapkan pasien, alat kuret dan obat-obatan yang
dibutuhkan secara ergonomis.
6. Implementasi
Tanggal : 28 Februari 2016

Jam : 12.50 WIT

a. Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan dan


keadaan ibu sekarang, bahwa perdarahan yang dialami ibu
disebabkan keguguran tidak lengkap. Sebagian jaringan
janin masih tersisa di dalam rahim sehingga harus dikuret
untuk membersihkan sisa jaringan janin agar tidak terjadi
infeksi dan perdarahan. Pelaksanaan tindakan kuretase
dilakukan

oleh

dokter

19

SpOG

dan

dibantu

bidan.

Memberikan informasi bahwa rasa nyeri yang dirasakan ibu


diakibatkan oleh kontraksi uterus. Menjelaskan bahwa akan
dilakukan pembiusan sebelum tindakan kuret sehingga ibu
tidak perlu khawatir dengan tindakan kuret yang akan
dilakukan.
b. Memberikan support mental dan dukungan spiritual kepada
ibu dengan cara menjelaskan bahwa setelah dilakukan
tindakan kuretase ibu dapat sehat seperti semula dan dapat
hamil kembali serta menganjurkan untuk berdoa kepada
Tuhan agar ibu mendapat ketenangan dan keselamatan.
c. Melibatkan orang terdekat ibu selama perawatan dengan
menganjurkan ibu dari pasien untuk menunggui pasien
sehingga kecemasan berkurang.
d. Melakukan observasi keadaan umum dan vital sign ibu.
Pukul
13.00

KU

Tensi

Nadi

Respirasi

Suhu

(mmHg)

(x/menit)

(x/menit)

(C)

Sedang 110/60

84

24

36,4

e. Melakukan observasi pengeluaran pervaginam dengan cara


inspeksi pada pembalut ibu.
Pukul
Jumlah
Konsistensi
Warna
13.00
60 cc
Encer
merah kecoklatan
f. Melakukan informed consent dan memberikan lembar pernyataan
kepada ibu untuk ditandatangani dengan menjelaskan mengenai
kondisi yang dialami oleh pasien, tindakan penatalaksanaan yang akan
dilakukan, dan prognosis.
g. Melakukan

kolaborasi

dengan

dokter

SpOG

untuk

perencanaan tindakan kuretase yang akan dilaksanakan


pukul 13.25 WIT.
h. Melakukan kolaborasi dengan bagian anastesi untuk
pemberian general anastesi pada tindakan kuretase yang
akan dilakukan.
i. Mempersiapkan pasien, alat kuret dan obat-obatan yang dibutuhkan

20

1) Persiapan pasien
Melakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign pada
pasien.
Menyarankan

pasien

untuk

tenang

dalam

menghadapi tindakan kuretase.


Mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna (Scheren)
2) Persiapan alat kuretase
Spekulum, tenakulum, pinset, sonde uterus, tang abortus, sendok
kuret berbagai ukuran, dilatator hegar, celemek, duk steril,
handscoen steril, kassa steril, betadine, bengkok.
7. Evaluasi
Tanggal : 28 Februari 2016

Pukul : 13.10 WIT

a. Ibu dan keluarga telah mengetahui dan paham mengenai


keadaan kehamilan
tidak

lengkap

ibu

yang

mengalami

keguguran

dan mengerti alasan dilakukannya

tindakan kuretase oleh dokter SpOG yang dibantu oleh


bidan dalam pelaksanaannya.
b. Ibu merasa kecemasannya berkurang.
c. Observasi keadaan umum dan vital sign telah dilakukan.
d. Observasi perdarahan pervaginam telah dilakukan.
e. Informed consent telah diberikan dan lembar persetujuan
tindakan telah ditanda tangani.
f. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk perencanaan
tindakan kuretase telah dilaksanakan, kuretase akan
dilaksanakan pukul 13.25 WIT
g. Kolaborasi dengan bagian anastesi telah dilakukan.
h. Persiapan pasien, alat kuret dan obat-obatan telah dilakukan
1) Persiapan pasien telah dilakukan.
Telah dilakukan pemeriksaan keadaan umum dan vital sign.
Menyarankan pasien untuk tenang dalam menghadapi kuretase.
Mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna (Scheren)

21

2) Persiapan alat kuretase

22

3) Spekulum, tenakulum, pinset, sonde uterus, tang abortus,


sendok kuret berbagai ukuran, dilatator hegar, celemek, duk
steril, handscoen steril, kassa steril, betadine, bengkok.
4)

23

5)

CATATAN PERKEMBANGAN I

6)
7)

Tanggal : 28 Februari

2016

Pukul : 13.20 WIT

8) S

: Ibu mengatakan

kecemasannya mulai berkurang.


9)

Ibu mengatakan siap

untuk menjalani kuret.


10)
11)

1.

Keadaan umum : baik

2.

Kesadaran : composmentis

3.

Vital sign
o
12) Tekanan darah : 110/60 mmHg; Suhu : 36 C
13) Nadi : 84 kali/menit;
4.

Respirasi : 24 kali/menit

Pemeriksaan dalam (Pukul 13.20 WIT) :


portio lunak, OUE terbuka teraba jaringan.

5.

Terpasang infus dengan tetesan 20 tpm


14)

15)

: Ny. A umur 18 tahun G1P0A0 umur kehamilan 21 minggu

dengan Abortus Incomplet


16)
17)

P:
18)

Tanggal :

1. Pukul 13.20 WIT : Mempersiapkan ibu secara fisik dan mental


sebelum dilakukan tindakan dikuretase.
19) Hasil : Pasien telah disiapkan secara fisik dan mental, meliputi:
a. Pasien merasa siap menghadapi kuretase
b. Perlak/pengalas serta underpad telah terpasang
c. Baju ganti dan pembalut untuk ganti telah disiapkan

24

d. Pasien telah dibaringkan dengan posisi Litotomi


2. Pukul 13.23 WIT : Melakukan pemberian general anestesi,
20)
Hasil : injeksi anestesi telah dilakukan oleh petugas anestesi atas
instruksi dokter spesialis anestesi.
3. Pukul 13.25 WIT : Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
pelaksanaan digitalisasi dan kuretase. Dokter SpOG sebagai operator
dan bidan sebagai asisten. Tindakan kuretase yang dilakukan antara
lain :
a. Penderita tidur dalam posisi litotomi di atas meja ginekologi
dalam general anestesi.
b. Dilakukan antisepsis pada daerah vulva dan sekitarnya dan
dipasang duk steril kecuali di daerah tindakan.
c. Dipasang spekulum anterior dan posterior.
e. Dilakukan antisepsis daerah porsio dan sekitarnya.
f. Porsio anterior dijepit dengan menggunakan tenakulum, lalu
spekulum anterior dilepaskan dan spekulum posterior
dipegang oleh asisten.
g. Dilakukan pengukuran besar kavum uteri dan posisi kavum
uteri dengan menggunakan sonde.
h. Dilakukan pengeluaran isi kavum uteri sebanyak mungkin
dengan menggunakan tang abortus
i. Dilakukan pengeluaran isi kavum uteri sebanyak mungkin
dengan menggunakan sendok kuret secara sistematik sesuai
arah jarum jam.
j. Dilakukan pemberian uterotonika Methylergometrin 0,2 mg
secara per infus.
21)

Hasil : telah dilakukan kuretase pukul 13.25 WIT sampai


pukul 13.40 WIT. Sisa jaringan janin dapat dikeluarkan
semuanya, uterus bersih, hasil digitalisasi 200 cc dan kuretase
sebanyak 100 cc, kontraksi uterus baik, ibu masih belum
sadar.
k. Pukul 13.45 WIT : Membersihkan ibu untuk mencegah
infeksi.

25

22)

Hasil : ibu sudah dibersihkan dan telah memakai pembalut


serta mengenakan pakaian dan kain ibu telah diganti
dengan yang bersih.
l. Pukul 13.50 WIT : Mencegah komplikasi dan efek samping
anestasi selama pasien belum sadarkan diri. Penanganan
yang dilakukan antara lain :

Mengusahakan jalannya pernafasan yang baik dengan cara


member bantal pada bahu pasien.

Mempertahankan jumlah peredaran darah yang cukup.

Memberikan oksigen yang cukup.

4. Pukul 13.55 WIT : Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk


pemberian terapi post kuretase. Terapi tersebut antara lain :
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi Ketorolac 30 mg per infus
c. Obat oral yang diberikan :
1) Tablet tambah darah : SF 1x1 tablet setiap hari selama 5 hari.
2) Uterotonik : Methylergometrin 3x1 tablet 0, 125 mg
setiap hari selama 5 hari.
3) Antibiotik : Amoxicillin 3x1 tablet 500 mg setiap hari selama 5
hari.
4) Vitamin : Vitamin C 2x1 setiap hari selama 5 hari.
23)

Hasil : telah dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dan


terapi telah diberikan. Infus dilanjutkan dengan tetesan 20 tpm,
injeksi ketorolac telah diberikan, dan obat oral telah diberikan
kepada pasien.

5. Pukul 14.00 WIT : Mengobservasi KU dan vital sign pasien post kuretase
24)
Hasil :
25)
ukul

P 26)

28) Na

29) Res

30) S

pirasi

uhu

nsi

di

(mmHg)
33)

(x/menit)
(x/menit)
34)
80 35)
20

(C)3
36)

4.00
edang
37)
1 38) S

11
39)

40)

6,4
42)

31)

4.15

27) Te

1 32)

edang

80

41)

22

6,5

11

26

43)
6. Pukul 14.25 WIT : Melepas oksigen ibu dan memastikan pernafasan
ibu bernafas dengan normal serta memastikan kesadaran ibu telah
pulih.
44)

Hasil : oksigen ibu telah dilepas, ibu dapat bernafas dengan

baik serta kesadaran ibu mulai pulih.


7. Pukul 15.30 WIT : Memindahkan ibu ke bangsal perawatan.
45)

Hasil : ibu dipindah ke ruang perawatan NURI 1 RSUD Abe


46)
47)

27

48)

CATATAN PERKEMBANGAN II

49)
50)

Tanggal : 28 Februari 2016


Pukul : 07.10 WIT

51)

: 1. Ibu mengatakan

sudah merasa tenang.


52) 2. Ibu mengatakan tidak pusing.
53)
54)

: 1. Keadaan umum : baik

55)

2. Kesadaran : composmentis

56)

3. Vital sign
57)

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Suhu : 37,1

58)

Nadi

: 88 kali/menit Respirasi :

22 kali/menit
59)

4.

Inspeksi genetalia : terdapat perdarahan pervaginam

10 cc.
60)

5. Terpasang infus RL dengan tetesan 20 tpm


61)

62)

A : Ny. umur 18 tahun P0A1 dengan post kuretase hari ke1 atas indikasi Abortus Incompletus.
63)

64)

65)

Tanggal : 28 Februari

2016
1. Pukul 07.10 WIT : Melakukan observasi keadaan umum dan
vital sign untuk mengidentifikasi kondisi sehingga apabila
terjadi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dapat
dilakukan

usaha

pencegahan.

pemeriksaan pada ibu dan keluarga :

28

Memberitahukan

hasil

a. Keadaan umum : baik


b. Kesadaran

: composmentis

c. Vital sign

66)

67)

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Suhu

o
: 36,6 C

Nadi

: 84 kali/menit

Respirasi : 24 kali/menit
68)

Hasil : ibu dan keluarga telah mengetahui hasil


pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu baik, vital sign
dalam batas normal dan infeksi tidak terjadi.

2. Pukul 07.15 WIT : Melakukan observasi pengeluaran


pervaginam untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
69) Puk
70) Juml
71)
Konsi
72) Warna
ah 10 75) stensi Encer
73)ul 07. 74)
76) merah
15
cc
kecoklatan
3. Pukul 07.17 WIT : Menganjurkan ibu meminum terapi yang
telah diberikan sesuai anjuran.
a. Tablet tambah darah : SF 1x1 tablet setiap hari
b. Uterotonik : Methylergometrin 3x1 tablet 0,125 mg setiap hari
c. Antibiotik : Amoxicillin 3x1 tablet 500 mg setiap hari
d. Vitamin : Vitamin C 2x1 setiap hari
77)

Hasil : ibu bersedia mengkonsumsi obat yang diberikan


sesuai dosis yang dianjurkan.

4.

Pukul 07.45 WIT : Melepas infus yang terpasang pada tangan kiri pasien.
78)

Hasil : Infus telah dilepas.

5. Pukul 10.30 WIT : Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi ibu


telah membaik dan dapat hamil lagi dan memberikan konseling
KB. Ibu dapat hamil lagi namun menunggu 6 bulan pasca
keguguran dengan tujuan untuk menunggu pulihnya keadaaan
rahim ibu sehingga siap untuk kehamilan. Selama masa
menunggu ini ibu dapat memilih menggunakan salah satu dari
beberapa metode KB.
79)

Hasil : ibu telah paham bahwa ibu dapat hamil kembali

29

tetapi menunggu 6 bulan dan ibu paham mengenai KB


dan ingin membahas jenis KB yang akan digunakan
bersama suami dan akan kembali datang ke bidan
apabila ibu telah mantap dengan pilihan metode
kontrasepsinya.
6.

Pukul 11.10 WIT: Mempersiapkan ibu pulang dan menganjurkan ibu


control ulang 1 minggu lagi/jika ada keluhan segera periksa di poli
kebidanan dan kandungan.
80)

Hasil : ibu pulang dalam kondisi baik dan bersedia untuk


kontrol
81)

82)

CATATAN PERKEMBANGAN III (KUNJUNGAN RUMAH)

83)
84)

Tanggal : 29 Februari 2016


S

Pukul : 09.15 WIT


: 1. Ibu mengatakan

sudah merasa keadaannya sehat.


85) 2. Ibu mengatakan masih keluar darah dari jalan
lahirnya berupa flek-flek warna merah.
O :

86)

1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : baik
b) Kesadaran

: composmentis

c) Vital sign
87)

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Suhu : 36.5

88)

Nadi

: 80 kali/menit Respirasi :

22 kali/menit
2. Inspeksi genetalia : terdapat perdarahan pervaginam 5 cc.
89)

A : Ny. A umur 18 tahun P0A1 post kuretase hari ke-2 atas


indikasi Abortus Incompletus.

90)

30

91)

Tanggal : 29 Februari 2016

1. Pukul 09.15 WIT : Melakukan observasi keadaan umum dan vital


sign pada

ibu untuk mengetahui perkembangan keadaan ibu

setelah tindakan kuretase. Memberikan informasi mengenai hasil


pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu dan keluarga.
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran

: composmentis

c. Vital sign
92)

93)

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Suhu

: 36

Nadi

: 80 kali/menit

5o

Respirasi : 22 kali/menit
94)

Hasil : hasil pemeriksaan meliputi ibu dalam keadaan

sehat, keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam batas normal,


dan tidak ada tanda-tanda adanya komplikasi post kuretase.
2. Pukul 09.20 WIT : Melakukan observasi pengeluaran pervaginam
untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
95)

Hasil :

96) Pu
100) 09.
20 104)

97)Jumlah
101)

98)
102)

Kon
Enc

99) Warna
103)
merah

5 cc
er
kecoklatan
3. Pukul 09.10 WIT : Menganjurkan ibu minum terapi obat oral
sesuai dengan anjuran.
a. Tablet tambah darah : SF 1x1 tablet setiap hari
b. Uterotonik : Methylergometrin 3x1 tablet 0,125 mg setiap hari
c. Antibiotik : Amoxicillin 3x1 tablet 500 mg setiap hari
d. Vitamin : Vitamin C 2x1 tablet 50 mg setiap hari
105)

Hasil : ibu bersedia mengkonsumsi terapi yang


diberikan sesuai dosis yang dianjurkan.

4. Pukul 09.25 WIT : Memberikan dukungan pada ibu mengenai


kondisinya bahwa ibu dapat hamil kembali setelah kondisinya

31

pulih dan merasa telah siap untuk hamil kembali. Menyarankan


ibu untuk segera memilih metode kontrasepsi yang akan
digunakan apabila ibu mulai aktif dengan aktivitas seksual.
106)

Hasil : ibu merasa tenang dengan kondisinya sekarang


dan bersedia menggunakan metode kontrasepsi apabila
ibu mulai aktif dengan aktivitas seksual.

5. Pukul 09.45 WIT: Mengingatkan ibu untuk datang kontrol ulang


sesuai anjuran atau jika merasakan adanya keluhan, di poli
kebidanan dan kandungan RSUD Abepura.
107)

Hasil : ibu bersedia untuk kontrol di poli kebidanan dan


kandungan RSUD Abepura atau jika ada keluhan.

108)
109)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
110)

Setelah penulis melaksanakan observasi dalam

pemberian asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen


tujuh langkah Varney yang meliputi pengumpulan data dasar,
interpretasi data, diagnosa potensial dan antisipasi penanganan,
antisipasi tindakan segera, menyusun rencana asuhan yang
menyeluruh, pelaksanaan asuhan yang aman dan efisien, dan
evaluasi, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Pengumpulan

data

dasar

pada

kasus

Ny.

menggambarkan manifestasi/gejala klinik Abortus


Inkompletus meliputi data subjektif yaitu pengeluaran
darah encer dari jalan lahir disertai gumpalan warna
merah kehitaman, rasa mules di perut bagian bawah
dan data objektif yaitu pengeluaran darah encer warna
merah

kehitaman,

portio

tebal

lunak,

pada

pemeriksaan dalam OUE sudah terbuka dan teraba


sebagian jaringan, melalui pemeriksaan tes kehamilan

32

didapatkan hasil positif.


2. Intepretasi data pada kasus Ny. A meliputi diagnosa
masalah yaitu Ny. A umur 18 tahun G1P0A0 hamil 21
minggu dengan Abortus Inkompletus dengan masalah
cemas dengan keadaan kehamilannya dan kebutuhan
Ny.

adalah

informasi

mengenai

keadaan

kehamilannya dan KIE mengenai kondisi ibu serta


penatalaksanaan yang akan dilakukan.
3. Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada Ny. A
yaitu

perdarahan

lebih

lanjut

serta

antisipasi

penanganan adalah observasi keadaan umum serta


perdarahan pervaginam.
4. Kebutuhan tindakan segera yang dilakukan yaitu
kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi dan penatalaksanaan tindakan.
5. Rencana asuhan yang dilakukan dalam kasus Abortus
Inkompletus berdasarkan kolaborasi dengan dokter
SpOG yaitu pemberian terapi infus, uterotonik,
oksigen,

dan

penatalaksanaan

kuretase.

Setelah

dilakukan tindakan kuretase diberikan terapi oral


meliputi

tablet

tambah

darah,

antibiotik,

dan

uterotonik.
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada ibu telah
mengacu pada perencanaan yang ditetapkan dilahan.
Dan diakhir perawatan dicapai hasil yang diharapkan,
yaitu diagnosa potensial tidak terjadi dan sisa jaringan
telah dikeluarkan secara lengkap, sehingga ibu pulang
dengan keadaan membaik dan dianjurkan kontrol 1
minggu setelah pulang dan ibu telah mendapatkan
KIE pasca keguguran serta konseling mengenai
metode KB yang cocok bagi ibu selama masa
menunggu ibu untuk di perbolehkan hamil kembali.

33

7. Dari hasil pengkajian awal hingga evaluasi yang


dilakukan pada Ny. A dengan Abortus Inkompletus
telah sesuai dengan rencana asuhan dan keadaan ibu
membaik serta tidak terdapat kesenjangan teori dan
praktek.
111)
B. Saran
112) Klien disarankan untuk menunda kehamilannya sampai
dengan 3 bulan kedepan, menunggu agar kondisi rahimnya pulih
dan siap untuk kehamilan selanjutnya. Selama masa menunggu
tersebut klien diharapkan menggunakan alat kontrasepsi yang
telah dipilih. Apabila klien menemui tanda-tanda gangguan
kesehatan

pada

dirinya

maka

menghubungi petugas kesehatan.


113)

34

diharapkan

klien

segera

114) DAFTAR PUSTAKA


115)
116)

Cunningham, F G,dkk., 2005. Obstetri Williams

Volume I. Jakarta : EGC


117)
Fadlun, Achmad Refyanto. 2011. Asuhan
Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
118)

Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada

Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika


119)

Koesoemawati, H, dkk. 2002. Kamus Kedokteran

Dorlan. Edisi 29. Jakarta : EGC


120)

Mansioer,

Arif

dkk.

2001.

Kapita

Selekta

Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media Aesculaplus


121)

Saifuddin, AB, 2009. Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC.


122)

Sofian, A. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

123)

Sulistyawati, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa

Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika


124)

Varney,H., 2006. Buku ajar Asuhan Kebidanan

Edisi 4. Jakarta: EGC


125)

Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo


126)

__________. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo


127)
128)

35

You might also like