Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Dr. Fisalma Mansjoer, Sp.KK
Identitas
Nama
: Tn. N.A.
Usia
: 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Cempaka I no.47 Rt 09/03
Kelurahan Sunter Agung
No. Rekam Medik: 00841469
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Status
: Belum Menikah
Dokter yang merawat : Dr. Afaf Agil Al Munawwar Sp
KK
Analisa Kasus
Menolak untuk
periksa BTA
Reaksi ENL ?
Reaksi Reversal ?
Saat ini
Efloresensi :
Nodus Makula Eritema
Bentuk teratur, lonjong dengan
ukuran 1x1 cm,
batas tegas.
Keadaan umum :
sedang
Kesadaran
:
Tekanan darah :
Suhu
:
Nadi
:
Pernafasan
:
Tampak sakit
Compos mentis
110/70 mmHg
36,3 0 C
84 x/ menit
20 x/menit
Status Generalisata
Kepala : normocephal
Rambut : berwarna hitam, distribusi merata,
tidak
mudah dicabut
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik
-/-, pupil
isokor
Hidung : normotia, deviasi septum (-), secret
-/-, rhinore -/ Telinga : normotia, otore -/-, serumen -/ Mulut : caries (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1,
faring tidak hiperemis
lanjutan ...
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thorak :
Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest, pergerakan
dinding dada simetris.
Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi: Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, pada garis
midclavikularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea
parasternalis dextra
- Batas jantung kiri atas pada ICS IV linea
parasternalis sinistra
- Batas kiri bawah pada ICS VI linea axilla anterior
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung reguler normal, murmur(-),
gallop(-)
Abdomen:
Inspeksi
Palpasi
teraba
Perkusi
kuadran
Auskultasi
: perut datar
: hepar dan lien tidak
: timpani pada keempat
: Bising usus (+) normal
C. Status Dermatologis :
Distribusi : Regional
Ad Regio : Facialis, Auris Sinistra dan Dextra, Colli
Anterior, Colli Posterior, Fossa Cubiti.
Bentuk : Teratur , Lonjong,
Susunan : Batas
: Tegas
Ukuran : Ukuran bervariasi 1x1 cm,
Efloresensi : Nodus, makula eritema.
Foto Pasien
Resume
C. Status Dermatologis :
Distribusi : Regional
Ad Regio : Facialis, Auris Sinistra dan Dextra, Colli
Anterior, Colli Posterior, Fossa Cubiti.
Bentuk : Teratur , Lonjong,
Susunan : Batas
: Tegas
Ukuran : Ukuran bervariasi 1x1 cm,
Efloresensi : Nodus, makula eritema.
Non Medikamentosa
Edukasi :
Menerangkan proses terjadinya penyakit ini ke penderita.
Kurangi aktivitas di luar lingkungan untuk menjaga imunitas
tubuh.
Menjaga kebersihan personal
Memakai sepatu untuk melindungi kaki.
Memakai sarung tanga bila bekerja dengan benda yang tajam atau
panas, dan memakai kacamata untuk melindungi matanya.
Selain itu diajarkan pula untuk perawatan kulit sehari-hari. Hal ini
dimulai dengan memeriksa ada tidaknya memar, luka atau ulkus.
Setelah itu kaki dan tangan direndam, disikat dan di minyaki agar
tidak kering dan pecah.
Tinjauan Pustaka
Morbus Hansen
Pendahuluan
Kusta termasuk penyakit tertua.
Kata kusta berasal dari bahasa India kustha,
dikenal sejak 1400 tahun sebelum Masehi.
Kata kusta disebut dalam kitab Injil,
terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath yang
sebenarnya mencakup beberapa penyakit
kulit lainnya.
Definisi
Kusta merupakan penyakit infeksi yang
kronik dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat
intraseluler obligat.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama,
lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke orgam
lain kecuali susunan saraf pusat.
Epidemiologi
Jumlah
Penyebaran
kasuspenyakit
kusta dikusta
seluruh
daridunia
suatuselama
tempat12ketahun
tempat
terakhir
lain
sampai
seluruh
dunia, tampaknya
disebabkan
ini
telahtersebar
menurunditajam
di sebagian
besar negara
atau
oleh perpindahan
wilayah
endemis. penduduk yang terinfeksi penyakit
tersebut.
Kasus yang terdaftar pada permulaan tahun 2009 tercatat
Masuknya kusta ke pulau-pulau Melanesia termasuk
213.036
penderita
yang berasal
negara, sedangkan
Indonesia,
diperkirakan
terbawadari
oleh121
orang-orang
Cina.
jumlah kasus baru tahun 2008 baru tercatat 249.007.
Tempat implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama.
Di
Indonesia
jumlah
kasusumur,
kustaanak-anak
yang tercatat
akhir
tahun
Dapat
menyerang
semua
lebih
rentan
2008
adalah
22.359
orang dengan kasus baru tahun 2008
daripada
orang
dewasa.
16.668penderita
orang. anak-anak di bawah umur 14 tahun
sebesar
Di Indonesia
didapatkantidak
11,39%
tetapi
di bawah
umur
Distribusi
merata,
yanganak
tertinggi
antara
lain1ditahun
Pulau
jarangSulawesi,Maluku,dan
sekali.
Jawa,
Papua. Prevalensi pada tahun
2008
Frekuensi
tertinggi
terdapatadalah
pada kelompok
umur antara 25per 10.000
penduduk
0,73.
35 tahun.
Etiologi
Kuman penyebab adalah Mycobacterium Leprae
yang ditemukan oleh G.A Hansen pada tahun 1874 di
Norwegia.
M.leprae berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 um x
0,5 um, tahan asam dan alkohol serta gram-positif.
KUSTA
17 spesies
21 spesies
2 spesies
Gejala Klinis
Diagnosis penyakit
kusta didasarkan
gambaran klinis,
bakterioskopis, dan
histopatologis, dan
serologis.
TT :
Ti :
BT :
BB :
BL :
Li :
LL :
TT
Madrid
Tuberkuloid Bordeline
WHO
Puskesmas
BT
PB
PB
BB
BL
LL
Lepromatosa
MB
MB
Sifat
Lepromatosa (LL)
Bordeline
Lepromatosa(BL)
Lesi :
Bentuk
Makula
Infitrat ulkus
Papul
Nodus
Makula
Papul
Plakat
Plakat
Dome-shaped (kubah)
Punched-out
Jumlah
Dapat dihitung,kulit
sehat jelas ada
Distribusi
Simetris
Hampir simetris
Asimetris
Permukaan
Halus berkilat
Halus berkilat
Batas
Tidak jelas
Agak jelas
Agak jelas
Anestesia
Tak jelas
Lebih jelas
Banyak
Biasanya negatif
Negatif
Agak banyak
Negatif
Biasanya negatif
BTA
- Lesi Kulit
Banyak (ada globus)
- Sekret hidung Banyak (ada globus)
Tes Lepromin Negatif
Tuberkuloid (TT)
Bordeline Tuberkuloid
(BT)
Indeterminate (I)
Lesi :
Bentuk
Makula saja
Makula dibatasi
infiltrat
Makula dibatasi
infiltrat
Infiltrat saja
Hanya makula
Jumlah
Distribusi
Asimetris
Masih asimetris
Variasi
Permukaan
Kering bersisik
Kering bersisik
Batas
Jelas
Jelas
Anestesia
Jelas
Jelas
BTA
- Lesi Kulit
Tes
Lepromin
Biasanya negatif
Dapat positif lemah
atau negatif
Multibasilar
1. Lesi kulit
- 1-5 lesi
(makula datar, papul
-hipopigmentasi/eritema
yang meninggi, nodus) - distribusi tidak
simetris
- hilangnya sensasi
yang jelas
- >5 lesi
- distribusi lebih
simetris
- hilangnya sensasi
kurang jelas
- banyak cabang saraf
2.Kerusakan saraf
- hanya satu cabang
(menyebabkan
saraf
hilangnya
sensasi/kelemahan otot
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena).
Saraf Perifer
N. fasialis
N. aurikularius magnus
perlu dinilai
N. ulnaris
N. medianus
N. radialis
- pembesaran
N. poplitea lateralis
- konsistensi
N. tibialis posterior
- nyeri -/+
Gambaran Klinis
KERUSAKAN SARAF
Sensoris
Motoris
Anastesi
paresis/paralisis
Otonom
kulit kering
Deformitas
Deformitas atau cacat kusta sesuai dengan
patofisiologinya, dapat dibagi dalam
deformitas primer dan sekunder.
Cacat primer sebagai akibat langsung oleh
granuloma yang terbentuk sebagai reaksi
terhadap M.leprae, yang mendesak dan
merusak jaringan di sekitarnya seperti kulit,
mukosa traktus respiratorius atas, tulangtulang jari dan wajah.
Cacat sekunder terjadi sebagai akibat adanya
deformitas primer, terutama kerusakan saraf
(sensorik,motorik,otonom) antara lain
kontraktur sendi, mutilasi tangan dan kaki.
lanjutan ....
Kerusakan mata pada kusta dapat primer dan sekunder.
Primer mengakibatkan alopesia pada alis mata dan
bulu mata,juga dapat mendesak jaringan mata lainnya.
Sekunder disebabkan oleh rusaknya N.fasialis yang
dapat membuat paralisis N.orbikularis palpebrum
sebagian atau seluruhnya, menyebabkan kerusakan
bagian-bagian mata lainnya. Secara sendiri-sendiri
bergabung akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri
atas kelenjar keringat, kelenjar palit, dan folikel rambut
--> mengakibatkan kulit kering dan alopesia.
Pada tipe lepromatosa dapat timbul ginekomasti akibat
gangguan keseimbangan hormonal dan oleh karena
infiltrasi granuloma pada tubulus seminiferus testis.
Kusta Histoid
Variasi lesi tipe lepromatosa
Klinis : nodus berbatas tegas, dapat berbentuk plak.
Bakterioskopik : positif tinggi
Terjadi oleh karena kasus relaps sensitif atau relaps
resisten.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
Pengamatan pengobatan
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan
mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan
asam (BTA) antara laiin dengan Ziehl-Neelsen.
Bakterioskopik negatif pada seseorang penderita, bukan berarti orang
tersebut tidak mengandung kuman M.leprae.
M. leprae terlihat merah
solid
: batang utuh
hidup
fragmented : batang terputus
granular
: butiran
mati
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan Histopatologik
Untuk memastikan gambaran klinis
Penentuan klasifikasi kusta
3. Pemeriksaan Serologik
Pengobatan
Multi Drugs Treatment (MDT) :
DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lamprene)
Rifampisin
Pemberian MDT
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
Pengobatan
Obat alternatif :
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin
Pengobatan
MDT Multibasiler (MB)
BB,BLdan LL
atau semua tipe BTA (+)
Pengobatan
MDT Pausibasiler (PB) : I, TT dan BT -->
syarat bakterioskopik (-).
Rifampisin
600 mg/bulan
DDS 100 mg/hari
Diberikan 6 9 bulan
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
Reaksi Kusta
Interupsi dengan episode akut pd perjalanan
penyakit kusta yg kronik
Dapat terjadi pada awal, selama & setelah
terapi
KLINIS
REVERSAL
ENL
Kulit
Saraf
Konstitusi
Demam ringan
Malese
Reaksi lepra
Pengobatan Reaksi
Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi rasa
nyeri
4. MDT diteruskan
Pengobatan Reaksi
Reaksi ENL
Ringan
rawat jalan, istirahat
Berat
rawat inap
Obat :
Prednison 15 30 mg/hr
berat/ringan reaksi
Klofazimin 200 300 mg/hr
Thalidomide
teratogenik, di Indonesia (-)
Pengobatan Reaksi
Reaksi Reversal
Neuritis (+)
Prednison 40 mg/hr
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena istirahatkan
Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
Reaksi lepra
setelah diobati
Komplikasi