You are on page 1of 60

Laporan Kasus

Morbus Hansen tipe BL dengan


Reaksi Kusta ENL
Oleh :
Laura Darliani
2009730090

Pembimbing :
Dr. Fisalma Mansjoer, Sp.KK

Identitas

Nama
: Tn. N.A.
Usia
: 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Cempaka I no.47 Rt 09/03
Kelurahan Sunter Agung
No. Rekam Medik: 00841469
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Status
: Belum Menikah
Dokter yang merawat : Dr. Afaf Agil Al Munawwar Sp
KK

Autoanamnesis dilakukan pada hari Jumat, 26 September


2014.
Keluhan Utama:
Pasien mengeluhkan timbul benjolan terasa perih
pada wajah sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Benjolan dirasakan bertambah banyak disertai sedikit
rasa gatal dan bengkak.

Riwayat Penyakit Sekarang :


4 bulan yang lalu
Awalnya terdapat 1 benjolan yang
timbul di pipi sebelah kiri, dahi,
leher. Benjolan berwarna
kemerahan, bengkak, tidak terasa
gatal, tidak nyeri, tidak ada rasa
baal. Kemudian pasien tidak
langsung berobat ke dokter.

Pasien disarankan oleh dokter untuk


periksa dahak namun pasien tidak
datang untuk memeriksakan kembali
sesuai saran dokter karena menurut
pasien keluhan mengenai benjolan
sudah berkurang

2 bulan yang lalu


Pasien merasakan benjolan
tidak berkurang. Kemudian
pasien berobat ke RSIJ
cempaka putih dan diduga
mengidap kusta.

1 bulan yang lalu

1 bulan yang lalu


Benjolan kembali timbul di kedua bawah
mata, sekitar bibir yang timbul secara
cepat berwarna kemerahan, bengkak, rasa
perih jika terkena air, nyeri,rasa panas.
Kemudian pasien berobat ke klinik umum
dan diduga terkena alergi. Pasien
diberikan pengobatan namun pasien lupa
nama obatnya, benjolan tidak berkurang.

7 hari yang lalu


Pasien saat ini mengeluhkan gejala
timbul benjolan semakin lama
semakin banyak. Benjolan timbul di
tempat lain seperti di telinga,leher
belakang, serta lipat siku sebelah
kanan berwarna kemerahan, bengkak,
rasa perih jika terkena air, nyeri.
Keluhan lain seperti nyeri sendi, rasa
baal demam, disangkal.

Analisa Kasus
Menolak untuk
periksa BTA

2 bulan yang lalu


benjolan
sudah banyak

4 bulan lalu timbul


benjolan hanya di dahi,
pipi sebelah
kiri, leher.
- Papul,
- Eritema,
Suspek Morbus Hansen
- Edema

Reaksi ENL ?
Reaksi Reversal ?

Saat ini

Benjolan di seluruh wajah, leher


telinga, lipat siku timbul mendadak
secara cepat dan nyeri.

Efloresensi :
Nodus Makula Eritema
Bentuk teratur, lonjong dengan
ukuran 1x1 cm,
batas tegas.

B. Pemeriksaan Fisik dilakukan pada Jumat, 26 September 2014

Keadaan umum :
sedang
Kesadaran
:
Tekanan darah :
Suhu
:
Nadi
:
Pernafasan
:

Tampak sakit
Compos mentis
110/70 mmHg
36,3 0 C
84 x/ menit
20 x/menit

Status Generalisata
Kepala : normocephal
Rambut : berwarna hitam, distribusi merata,
tidak
mudah dicabut
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik
-/-, pupil
isokor
Hidung : normotia, deviasi septum (-), secret
-/-, rhinore -/ Telinga : normotia, otore -/-, serumen -/ Mulut : caries (-), lidah kotor (-), tonsil T1-T1,
faring tidak hiperemis

lanjutan ...
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thorak :
Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest, pergerakan
dinding dada simetris.
Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi: Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, pada garis
midclavikularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea
parasternalis dextra
- Batas jantung kiri atas pada ICS IV linea
parasternalis sinistra
- Batas kiri bawah pada ICS VI linea axilla anterior
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung reguler normal, murmur(-),
gallop(-)

Abdomen:
Inspeksi
Palpasi
teraba
Perkusi
kuadran
Auskultasi

: perut datar
: hepar dan lien tidak
: timpani pada keempat
: Bising usus (+) normal

C. Status Dermatologis :
Distribusi : Regional
Ad Regio : Facialis, Auris Sinistra dan Dextra, Colli
Anterior, Colli Posterior, Fossa Cubiti.
Bentuk : Teratur , Lonjong,
Susunan : Batas
: Tegas
Ukuran : Ukuran bervariasi 1x1 cm,
Efloresensi : Nodus, makula eritema.

Foto Pasien

Resume

Pasien laki-laki usia 27 tahun datang ke poli kulit dan


RS Islam Cempaka Putih dengan keluhan benjolan
kelamin
Setelah
7
hari
pasien
berobat
ke
RSI
Cempaka
putih,
terasa perih pada wajah dirasakan sejak 1minggu yang
Pasien
saat
ini
mengeluhkan
gejala
timbul
benjolan
lalu. Menurut pengakuan pasien, awalnya terdapat 1
semakin lama semakin banyak. Benjolan timbul di tempat
benjolan yang timbul di pipi sebelah kiri, dahi, serta leher
lain seperti di telinga,leher belakang, serta lipat siku
yang sudah dirasakan 4 bulan yang lalu. Benjolan
sebelah
kanan.
Keluhan
lain
seperti
nyeri
sendi,
rasa
baal
berwarna kemerahan, bengkak, tidak terasa gatal, tidak
disangkal.
Pasien
tinggal
di
rumah
kontrakan
dengan
ada rasa baal. Dua bulan setelah itu, pasien merasakan
teman-temannya. Pasien bekerja di bagian pemasaran di
benjolan tidak berkurang. Kemudian pasien berobat ke RSIJ
salah satu perusahaan minuman di Jakarta.
cempaka putih dan diduga mengidap kusta.

Pada satu bulan berikutnya pasien mengeluhkan


benjolan kembali timbul di kedua bawah mata, sekitar bibir
yang timbul secara cepat berwarna kemerahan, bengkak,
rasa perih jika terkena air, rasa panas. Kemudian pasien
berobat ke klinik umum dan diduga terkena alergi.

C. Status Dermatologis :
Distribusi : Regional
Ad Regio : Facialis, Auris Sinistra dan Dextra, Colli
Anterior, Colli Posterior, Fossa Cubiti.
Bentuk : Teratur , Lonjong,
Susunan : Batas
: Tegas
Ukuran : Ukuran bervariasi 1x1 cm,
Efloresensi : Nodus, makula eritema.

F. Diagnosis kerja : Morbus Hansen Tipe BL


dengan Reaksi Kusta ENL
G. Penatalaksanaan :
Medikamentosa :
1. Multi Drug Treatment (MDT) tipe Multibasilar
2. Prednison 40 mg/hari.Pemberian minggu 1-2
3. Asam Mefenamat 3 x 500 mg

Non Medikamentosa
Edukasi :
Menerangkan proses terjadinya penyakit ini ke penderita.
Kurangi aktivitas di luar lingkungan untuk menjaga imunitas
tubuh.
Menjaga kebersihan personal
Memakai sepatu untuk melindungi kaki.
Memakai sarung tanga bila bekerja dengan benda yang tajam atau
panas, dan memakai kacamata untuk melindungi matanya.
Selain itu diajarkan pula untuk perawatan kulit sehari-hari. Hal ini
dimulai dengan memeriksa ada tidaknya memar, luka atau ulkus.
Setelah itu kaki dan tangan direndam, disikat dan di minyaki agar
tidak kering dan pecah.

H. Rencana Pemeriksaan penunjang :


Pemeriksaan bakterioskopik (kerokan kulit)
Pemeriksaan Histopatologik
Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan Hematologi Lengkap
I. Prognosis :
Quo Ad Vitam : Ad Bonam
Quo Ad Functionam : Ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Ad Bonam

Tinjauan Pustaka
Morbus Hansen

Pendahuluan
Kusta termasuk penyakit tertua.
Kata kusta berasal dari bahasa India kustha,
dikenal sejak 1400 tahun sebelum Masehi.
Kata kusta disebut dalam kitab Injil,
terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath yang
sebenarnya mencakup beberapa penyakit
kulit lainnya.

Definisi
Kusta merupakan penyakit infeksi yang
kronik dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat
intraseluler obligat.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama,
lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke orgam
lain kecuali susunan saraf pusat.

Epidemiologi

Jumlah
Penyebaran
kasuspenyakit
kusta dikusta
seluruh
daridunia
suatuselama
tempat12ketahun
tempat
terakhir
lain
sampai
seluruh
dunia, tampaknya
disebabkan
ini
telahtersebar
menurunditajam
di sebagian
besar negara
atau
oleh perpindahan
wilayah
endemis. penduduk yang terinfeksi penyakit
tersebut.
Kasus yang terdaftar pada permulaan tahun 2009 tercatat
Masuknya kusta ke pulau-pulau Melanesia termasuk
213.036
penderita
yang berasal
negara, sedangkan
Indonesia,
diperkirakan
terbawadari
oleh121
orang-orang
Cina.
jumlah kasus baru tahun 2008 baru tercatat 249.007.
Tempat implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama.
Di
Indonesia
jumlah
kasusumur,
kustaanak-anak
yang tercatat
akhir
tahun
Dapat
menyerang
semua
lebih
rentan
2008
adalah
22.359
orang dengan kasus baru tahun 2008
daripada
orang
dewasa.
16.668penderita
orang. anak-anak di bawah umur 14 tahun
sebesar
Di Indonesia
didapatkantidak
11,39%
tetapi
di bawah
umur
Distribusi
merata,
yanganak
tertinggi
antara
lain1ditahun
Pulau
jarangSulawesi,Maluku,dan
sekali.
Jawa,
Papua. Prevalensi pada tahun
2008
Frekuensi
tertinggi
terdapatadalah
pada kelompok
umur antara 25per 10.000
penduduk
0,73.
35 tahun.

Etiologi
Kuman penyebab adalah Mycobacterium Leprae
yang ditemukan oleh G.A Hansen pada tahun 1874 di
Norwegia.
M.leprae berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 um x
0,5 um, tahan asam dan alkohol serta gram-positif.

KUSTA

Lepra, Morbus Hansen

M.Leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi yang rendah

sebab penderita yang mengandung kuman lebih banyak belum tentu


menghasilkan gejala yang lebih berat,

disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya


reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri
atau progresif.

17 spesies

21 spesies

2 spesies

Gejala Klinis
Diagnosis penyakit
kusta didasarkan
gambaran klinis,
bakterioskopis, dan
histopatologis, dan
serologis.

Bentuk lesi kulit pada lepra

Bila kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh


seseorang dapat timbul gejala klinis sesuai
dengan kerentanan orang tersebut.
Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem
imunitas seluler (SIS) penderita.
Bila SIS baik akan tampak gambaran klinik
ke arah --> tuberkuloid, sebaliknya SIS
rendah memberikan gambaran -->
lepromatosa.

Menurut Ridley dan Jopling

TT :
Ti :
BT :
BB :
BL :
Li :
LL :

Tuberkuloid polar ,bentuk yang stabil


Tuberkuloid indefinite
Bordeline tubercoloid
Mid bordeline
Bordeline lepromatosa
Lepromatosa indefinite
Lepromatosa polar, betuk yang stabil

Zona Spektrum Kusta Menurut Macam


Klasifikasi
Klasifikasi
Zona Spektrum Kusta
Ridley &
Jopling

TT

Madrid

Tuberkuloid Bordeline

WHO
Puskesmas

BT

PB
PB

BB

BL

LL

Lepromatosa

MB
MB

Gambaran Klinis,Bakteriologik, dan Imunologik oleh


Kusta,Multibasilar (MB)

Sifat

Lepromatosa (LL)

Bordeline
Lepromatosa(BL)

Mid Bordeline (BB)

Lesi :
Bentuk

Makula
Infitrat ulkus
Papul
Nodus

Makula
Papul
Plakat

Plakat
Dome-shaped (kubah)
Punched-out

Jumlah

Tidak Terhitung, praktis


tidak ada kulit sehat

Sukar dihitung, masih ada


kulit sehat.

Dapat dihitung,kulit
sehat jelas ada

Distribusi

Simetris

Hampir simetris

Asimetris

Permukaan

Halus berkilat

Halus berkilat

Agak kasar, agak


berkilat

Batas

Tidak jelas

Agak jelas

Agak jelas

Anestesia

Tidak ada sampai tidak


jelas

Tak jelas

Lebih jelas

Banyak
Biasanya negatif
Negatif

Agak banyak
Negatif
Biasanya negatif

BTA
- Lesi Kulit
Banyak (ada globus)
- Sekret hidung Banyak (ada globus)
Tes Lepromin Negatif

Gambaran Klinis,Bakteriologik, dan Imunologik oleh


Kusta,Pausibasilar (PB)
Sifat

Tuberkuloid (TT)

Bordeline Tuberkuloid
(BT)

Indeterminate (I)

Lesi :
Bentuk

Makula saja
Makula dibatasi
infiltrat

Makula dibatasi
infiltrat
Infiltrat saja

Hanya makula

Jumlah

Satu, dapat beberapa

Beberapa atau satu


dengan satelit

Satu atau beberapa

Distribusi

Asimetris

Masih asimetris

Variasi

Permukaan

Kering bersisik

Kering bersisik

Halus agak berkilat

Batas

Jelas

Jelas

Dapat jelas atau


dapat tidak jelas

Anestesia

Jelas

Jelas

Tak ada sampai


tidak jelas

BTA
- Lesi Kulit
Tes
Lepromin

Hampir selalu negatif


Positif kuat (3+)

Negatif atau hanya 1+


Positif lemah

Biasanya negatif
Dapat positif lemah
atau negatif

Bagan Diagnosis Klinis Menurut WHO 1995


Pausibasilar (PB)

Multibasilar

1. Lesi kulit
- 1-5 lesi
(makula datar, papul
-hipopigmentasi/eritema
yang meninggi, nodus) - distribusi tidak
simetris
- hilangnya sensasi
yang jelas

- >5 lesi
- distribusi lebih
simetris
- hilangnya sensasi
kurang jelas
- banyak cabang saraf

2.Kerusakan saraf
- hanya satu cabang
(menyebabkan
saraf
hilangnya
sensasi/kelemahan otot
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena).

- banyak cabang saraf

Saraf Perifer
N. fasialis
N. aurikularius magnus

perlu dinilai

N. ulnaris
N. medianus
N. radialis

- pembesaran

N. poplitea lateralis

- konsistensi

N. tibialis posterior

- nyeri -/+

Tes motorik (Paresis / Paralisis)

Gambaran Klinis
KERUSAKAN SARAF

Sensoris

Motoris

Anastesi

paresis/paralisis

Otonom

kulit kering

Deformitas
Deformitas atau cacat kusta sesuai dengan
patofisiologinya, dapat dibagi dalam
deformitas primer dan sekunder.
Cacat primer sebagai akibat langsung oleh
granuloma yang terbentuk sebagai reaksi
terhadap M.leprae, yang mendesak dan
merusak jaringan di sekitarnya seperti kulit,
mukosa traktus respiratorius atas, tulangtulang jari dan wajah.
Cacat sekunder terjadi sebagai akibat adanya
deformitas primer, terutama kerusakan saraf
(sensorik,motorik,otonom) antara lain
kontraktur sendi, mutilasi tangan dan kaki.

lanjutan ....
Kerusakan mata pada kusta dapat primer dan sekunder.
Primer mengakibatkan alopesia pada alis mata dan
bulu mata,juga dapat mendesak jaringan mata lainnya.
Sekunder disebabkan oleh rusaknya N.fasialis yang
dapat membuat paralisis N.orbikularis palpebrum
sebagian atau seluruhnya, menyebabkan kerusakan
bagian-bagian mata lainnya. Secara sendiri-sendiri
bergabung akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri
atas kelenjar keringat, kelenjar palit, dan folikel rambut
--> mengakibatkan kulit kering dan alopesia.
Pada tipe lepromatosa dapat timbul ginekomasti akibat
gangguan keseimbangan hormonal dan oleh karena
infiltrasi granuloma pada tubulus seminiferus testis.

Kusta Tipe Neural


Lesi kulit tidak ada / tidak pernah ada
Pembesaran saraf 1 atau lebih
Anastesia dan atau paralisis, atrofi ototpada
daerah yang disrafinya.
Bakterioskopik (-)
Tes Mitsuda umumnya (+)
Diagnosis sulit,

anjuran biopsi saraf

Kusta Histoid
Variasi lesi tipe lepromatosa
Klinis : nodus berbatas tegas, dapat berbentuk plak.
Bakterioskopik : positif tinggi
Terjadi oleh karena kasus relaps sensitif atau relaps
resisten.

Pemeriksaan Penunjang
1.

Pemeriksaan Bakterioskopik
Membantu menegakkan diagnosis
Pengamatan pengobatan
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan
mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan
asam (BTA) antara laiin dengan Ziehl-Neelsen.
Bakterioskopik negatif pada seseorang penderita, bukan berarti orang
tersebut tidak mengandung kuman M.leprae.
M. leprae terlihat merah
solid
: batang utuh
hidup
fragmented : batang terputus
granular
: butiran
mati

Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan Histopatologik
Untuk memastikan gambaran klinis
Penentuan klasifikasi kusta
3. Pemeriksaan Serologik

Pengobatan
Multi Drugs Treatment (MDT) :
DDS (Diamino Difenil Sulfon)
Klofazimin (Lamprene)
Rifampisin
Pemberian MDT
Mencegah dan mengobati resistensi
Memperpendek masa pengobatan
Mempercepat pemutusan mata rantai penularan

Pengobatan
Obat alternatif :
Ofloksasin
Minosiklin
Klaritromisin

Pengobatan
MDT Multibasiler (MB)

BB,BLdan LL
atau semua tipe BTA (+)

Rifampisin 600 mg/bulan


DDS 100 mg/hari
Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
Diberikan 2 3 tahun
bakterioskopik (-)
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan

Pengobatan
MDT Pausibasiler (PB) : I, TT dan BT -->
syarat bakterioskopik (-).
Rifampisin

600 mg/bulan
DDS 100 mg/hari
Diberikan 6 9 bulan
Pemeriksaan klinis setiap bulan
Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan

Reaksi Kusta
Interupsi dengan episode akut pd perjalanan
penyakit kusta yg kronik
Dapat terjadi pada awal, selama & setelah
terapi

KLINIS

REVERSAL

ENL

Kulit

- sebagian atau seluruh lesi yang telah


ada bertambah aktif dan atau timbul
lesi baru dalam waktu singkat.
*lesi hipopigmentasi - eritemaeritematosa-infiltrat- infiltratif dan
bertambah luas.

Nodus, eritema, nyeri.

Saraf

Nyeri +/Gangguan fungsi +/-

- Nyeri +/Gangguan fungsi +/-

Konstitusi

Demam ringan
Malese

Demam ringan berat


Malaise, iridosiklitis,
neuritis akut, lmfadenitis,
artritis, orkitis dan nefritis
akut.

Reaksi lepra

Pengobatan Reaksi
Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi rasa
nyeri
4. MDT diteruskan

Pengobatan Reaksi
Reaksi ENL
Ringan
rawat jalan, istirahat
Berat
rawat inap
Obat :
Prednison 15 30 mg/hr
berat/ringan reaksi
Klofazimin 200 300 mg/hr
Thalidomide
teratogenik, di Indonesia (-)

Pengobatan Reaksi
Reaksi Reversal
Neuritis (+)
Prednison 40 mg/hr
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena istirahatkan
Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu

Reaksi lepra

setelah diobati

Komplikasi

You might also like