You are on page 1of 8

TANAMAN PADI

1. Sistematika Tanaman Padi


Padi

dalam

Spermatophyta,

sistematika

dengan

tumbuhan

Subdivisio

diklasifikasikan

Angiospermae,

termasuk

ke
ke

dalam
dalam

Diviso
Kelas

Monocotyledoneae, Ordo Poales, Famili Graminea, Genus Oryza Linn, dan Speciesnya
adalah Oryza sativa (Herawati, 2011). Dari 20 species anggota anggota genus Oryzae
yang sering dibudidayakan adalah Oryza sativa L dan Oryza glaberima Steund.
Perbedaan dari kedua spesies ini pada O. sativa mempunyai cabang-cabang sekunder
pada malainya, ligula lebih panjang, gluma dan daunnya agak kasar. Namun kedua
species tersebut berasal dari leluhur yang sama yaitu Oryza parennis Moench yang
berasal dari Gounwanaland. Proses evolusi kedua kultigen tersebut berkembang menjadi
3 ras ekogeogrfik, yaitu sinica (japonica), indica, dan javanica (Firmanto, 2011).
Menurut Chevalier dan Neguier dalam Herawti (2011), padi berasal dari dua
benua ; Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis
padi lainnya yaitu Oryza stapfi Roschev dan Oryza glaberima Steud berasal dari Afrika
Barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan
Oryza sativa f spontania.
2. Morfologi Tanaman Padi
Akar. Merupakan bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan
dari dalam tanah, kemuadian diangkut kebagian atas tanaman (Herawati, 2011). Akar
padi tergolong akar serabut. Akar yang tumbuh dari kecambah biji disebut akar utama
(primer, radikula). Sedangkan akar lain yang tumbuh didekat buku disebut akar seminal
(Firmanto, 2011). Tanaman padi mengalami dua perubahan sistem perakaran, yaitu akar
tunggang berkembang dari calon akar (radikula), tumbuh saat benih berkecamah relatif
bersamaan dengan tumbuhnya akar seminal. Setelah 5-6 hari akar adventif tumbuh dari
buku batang bagian terbawah dan perlahan-lahan menggantikan fungsi akar tunggang.
Akar-akar ini akan terus berkembang membentuk sistem akar serabut dan akar tunggang

mati. Akar serabut berada pada kedalaman 20-30 cm dibawah permukaan tanah
(Soemartono, dkk.,1992).
Batang. Batang tanaman padi secara fisik berfungsi untuk menopang tanaman
secara kesulurahan yang diperkuat oleh pelepah daun sedangkan secara fungsional batang
berfungsi untuk mengalirkan unsur hara dan air ke seluruh bagaian tanaman. Batang padi
bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas dipisahkan oleh buku. Pada awal
pertumbuhan, ruas-ruas sangat pendek dan bertumpuk rapat. Setelah memasuki stadium
reproduktif, ruas-ruas memanjang berongga (Firmanto, 2011). Panjang ruas tidak sama,
pada ruas batang paling bawah adalah pendek dan semakin ke atas semakin ruas batang
semakin panjang. Ruas batang ini diakhiri oleh bunga yang berupa malai. Pada buku
paling bawah tumbuh tunas yang akan menjadi batang sekunder. Selanjutnya batang
sekunder akan menghasilkan batang tersier (Departemen Pertanian, 1983).
Daun. Daun padi yang khas tersusun seludang (sheath), helaian, lidah daun
(ligule), dan telinga daun (auricle). Seludang terjulur, daun berbentuk pita (ribbon)
pangkalnya menggulung ke dalam silinder yang menutup semua bagian tajuk yang masih
muda. Helaian daun sempit, rata, dan lebih panjang dari seludang daun pada semua daun
kecuali daun kedua. Lidah-lidah (ligula) kecil, putih, bersisik (scale) segitiga yang
menyerupai sinambungan seludang. Pada pangkal helaian, yaitu sekitar pertemuan
(junction) antara helaian dan seludang, terdapat pita putih yang disebut collar. Pasangan
auricle berambut dan auricle berbentuk sabit (sickle) terletak pada pertemuan antara
collar dan seludang. Adanya auricle yang berkembang baik sering digunakan sebagai
panduan untuk membedakan padi dengan rumput, yang tidak mempunyai telinga daun
(Yoshida, 1981).
Bunga. Bunga padi berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan
tangkai sari pendek dan dua kandung kandung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga
mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih tau
ungu. Sekam mahkotanya ada dua dan yang bawah disebut lemma, sedang yang diatas
disebut palea. Pada dasar bunga terdapat dua mahkota yang berubah bentuk dan disebut
lodicula. Bagian atas ini sangat berperan dalam pembukaan palea Lodicula mudah

mengisap air dari bakal buah sehingga mengembang. Pada saat palea membuka maka
benang sari akan keluar. Pembukaan bunga diikuti oleh pemecahan kantong serbuk dan
penumpukan serbuk sari. Setelah serbuk sari ditumpahkan, lemma dan palea menutup
kembali. Penempelan serbuk sari pada kepala putik mengawali proses penyerbukan dan
pembuahan. Proses tersebut akan menghasilkan lembaga dan endosperm (Firmanto,
2011).
Buah. Buah padi terjadi setelah penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai
bagian-bagian yang terdiri dari embrio (lembaga), endosperm dan aleuron. Endosperm
mengandung zat tepung, lemak, rotein, dan zat-zat organik. Buah padi tertutup oleh
lemma dan palea yang disebut sekam. Sekam padi keras dan kuat, berfungsi untuk
melindungi butiran beras dari pengaruh luar yang tidak menguntunkan (Departemen
Pertanian, 1983).
a. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh di daerah tropis dan
subtropis pada 45 LU dan 45 LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan
musim hujan 4 bulan (Herawati, 2012).
Komponen iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan padi adalah : curah
hujan, temperatur (suhu), ketinggian tempat, radiasi matahari, musim dan angin, sehingga
tanaman padi dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut,
suhu rata-rata untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 25 C sampai 27 C (Departemen
Pertanian, 1983).
Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik , rata-rata 200 mm/bulan atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki
pertahun sekitar 1500-2000 mm (Aksi Agraris Kanisius, 1990).
Temperatur yang tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif menaikkan jumlah
anakan, karena naiknya aktifitas tanaman dengan mengambil zat makanan. Tetapi
temperatur tinggi pada fase tersebut bagi tanaman berbatang tinggi dan berdaun begerak
dapat menghasilkan daun yang saling menaungi serta kerebahan. Sebaiknya temperatur

rendah pada masa berbunga berpengaruh baik bagi pertumbuahan dan hasil akan lebih
tinggi (Soemartono dkk, 1990).
b. Siklus Hidup Tanaman Padi
Tanaman padi butuh 3-6 bulan dari perkecambahan ke penuaan (maturity),
bergantung varietas dan lingkungan dimana padi ditanam. Selama periode ini, padi akan
menyelesaikan dua tahap urutan pertumbuhan berbeda yaitu: pertumbuhan vegetative dan
pertumbuhan reproduktif. Tahap periode reproduktif dipilah menjadi: periode sebelum
keluar malai (preheading) dan periode setelah keluar malai (postheading). Yang terakhir
tersebut dikenal sebagai periode pemasakan (ripening). Secara agronomi, siklus hidup
(life history) diistilahkan
pemasakan (ripening).

dalam tiga tahap pertumbuhan: vegetatif, reproduktif dan

Tahap vegetatif: periode dari perkecambahan sampai dengan

primordia malai (PI) tahap reproduktif: dari primordia malai sampai dengan heading
(keluar malai) tahap pemasakan: dari heading sampai dengan penuaan (Yoshida, 1981).
Ciri tahap pertumbuhan vegetatif adanya pembentukan

anakan aktif, anakan

dimulai bila buluh (culm) utama berkembang daun ke-5 atau ke-6, jumlah anakan
menurun setelah tahap jumlah anakan maksimum, ini merupakan periode sebelum (sering
disebut tahap akhir periode anakan) saat jumlah anakan menjadi (menurut angka) sama
terhadap jumlah malai saat penuaan. Anakan yang berkembang setelah tahap akhir tidak
menghasilkan (bear) malai, tetapi anakan yang berkembang pada tahap awal
pertumbuhan akan menghasilkan malai, sedangkan sesudahnya mungkin dapat mungkin
tidak. Juga ditandai dengan munculnya daun pada interval yang teratur (Yoshida, 1981).
Ciri tahap pertumbuhan reproduktif dicirikan adanya pemanjangan buluh (culm)
yang menambah tinggi tanaman, penurunan jumlah anakan, munculnya daun bendera
(flag leaf) (daun terakhir), munculnya booting (bunting), heading (keluar malai), dan
pembungaan. Inisiasi malai (PI) biasanya 30 hari sebelum heading. Ujung lima internodia
dapat memanjang pada saat heading menunjukkan tahap pertumbuhan reproduktif
kadangkala disebut tahap pemanjangan internodia (Yoshida, 1981).
Pemasakan (ripening) lanjutan (follow) penyerbukan, dan dapat dipilahkan
menjadi masak susu (milky), masak adonan (dought), masak kuning (yellow-ripe), dan tua

(maturity). Istilah ini terutama didasarkan pada tekstur dan warna bulir yang sedang
tumbuh. Pemasakan dicirikan oleh senesen dan peningkatan pertumbuhan bulir (ukuran
dan berat) dan perubahan warna bulir. Selama pertumbuhan bulir aktif, baik bobot bulir
segar maupun kering meningkat. Menuju penuaan (maturity), berat kering bulir
meningkat perlahan tetapi berat segar menurun sebagai akibat hilangnya air. Lamanya
pemasakan dipengaruhi oleh suhu, kisarannya sekitar 30 hari di tropika sampai 65 hari di
daerah dingin, daerah sedang seperti Hokaido, Jepang, dan New Sout Wales, Australia
(Yoshida 1981).
c. Sifat Kuantitaif
Banyak karakter penting seperti produksi, kadar protein, dan kualitas hasil
dikendalikan oleh gen yang masing-masing mempunyai pengaruh kecil pada karakter itu.
Karakter demikian disebut karakter kuantitatif.Karakter ini banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Permasalahan yang cukup sulit adalah seberapa jauh suatu karakter
disebabkan faktor genetik sebagai akibat aksi gen dan seberapa jauh disebabkan oleh
lingkungan (Yuniarti, 2011).
Sifat kuantitatif memiliki ciri antara lain : bentuk sebaran continue atau berlanjut,
penilian berupa pengamatan dan pengukuran, gen pengendali banyak (polygenik),
pengaruh lingkungan besar (mudah terpengaruh), dan cara pemilihan berdasarkan analisis
data (Mangoendidjojo, 2003).
Pada umumnya sifat kuantitatif pada tanaman seperti hasil, jumlah biji, tinggi
tanaman, umur panen, besar biji atau buah dan bobot kering dikendalikan oleh banyak
faktor gen, dalam penampilannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan interaksi
antar gen (Ismunadji, 1988).
Sifat kuantitaif dipengaruhi oleh banyak gen dan masing-masing gen dan
pengaruhnya sangat kecil. Gen-gen tersebut secara komulatif mempunyai pengaruh oleh
perubahan lingkungan seperti kesuburan tanah dan iklim (Crowder, 1988).

Dusun Jugil desa sambi bangkol Kecamatan Lombok Utara merupakan desa yang
memiliki lahan kering yang cukup luas. Dusun jugil Kecamatan Gangga ini terdapat
lahan yang masih aktif menanam jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan
sayuran (kacang panjang,kacang komak dan legum). berhubung lahannya yang sangat
kering. maka penanaman biasanya dapat menggunakan teknik irigasi semprot yang
biasanya bersumber dari sumur bor yang di buat langsung dari lakan pertanian (tempat
budidaya) yaitu pada lokasi yang terletak di Kabupaten Lombok Utara. Selain itu,wilayah
tersebut merupakan salah satu wilayah yang memiliki lahan kering pasiran yang cukup
luas mencapai 4000 Ha (Suwardji dkk, 2010).
Potensi lahan kering yang sangat luas di desa ini belum dimanfaatkan secara
optimal sehingga lahan kering yang ada di wilayah ini biasanya hanya ditanami tanaman
kacang tanah setahun sekali dengan penerapan teknologi pertanian yang masih sangat
kurang. Dan sekarng telah dicoba pengembangan penanaman padi gogo .dimana Kondisi
yang seperti ini menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk bisa ikut berpartisipasi dalam
upaya mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering tersebut untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Sejak tahun 2009, Dinas Pertanian Provinsi NTB mengembangkan sumur pompa
air tanah di Desa Jugil sehingga petani mulai menanam tanaman hortikultura dan saat ini
dilakukan uji coba multi lokasi untuk budidaya tanaman padi gogo yang betujuan untuk
mengetahui tingkat produktifitas tanaman padi galur harapan khususnya di daerah
lombok utara . Uji coba tanaman hortikurtura yang dilakukanoleh mahasiswa sebelumnya
telah berhasil dengan baik, sehingga petani mulai antusias untuk mengembangkan
tanaman padi gogo dengan memanfaatkan irigasi semprot yang berkelanjutan dibina oleh
Peneliti-Peneliti dari Pusat Penelitian Lahan Kering Universitas mataram.
Pada saat ini kelompok tani BRIUK GATI di Dusun Jugil sedang berupaya
mengembangkan tanaman cabe dan lebui serta secara integrasi akan mengembangkan
tanaman tahunan turi dan lamtoro untuk pakan ternak dan sumber kayu bakar. Melalui
riset yang dibiayai Litbang Pertanian 2012, Suwardji dan Sukartono (2012) dari Fakultas
Pertanian UNRAM sedang menguji potensi padi gogo untuk pengembangan tanaman di

Desa Jugil ini. Sedangkan Joko Priyono dkk (2012) juga peneliti dari Fakultas Pertanian
UNRAM sedang melakukan kegiatan penelitian uji efisiensi irigasi untuk pengembangan
tanaman hortikultura di lahan kering yang dibiayai CSIRO Australia. Penelitian aksi
tindak yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari Fakultas Pertanian UNRAM di atas
dimaksudkan untuk memotivasi dan membimbing petani dengan memberikan
demonstrasi plot untuk diseminasi teknologi budidaya tanaman di lahan kering agar
petani dapat mencontoh dan mengembangkan usaha di lahan kering untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka.
KKN Tematik yang diusulkan dengan judul di atas dimaksudkan agar mahasiswa
mampu mempelajari berbagai aspek pengembangan tanaman padi gogo dilahan kering
dengan dibimbing oleh peneliti-peneliti senior dari Fakultas Pertanian UNRAM dan
sekaligus mempraktekkan ilmu yang akan diberikan dengan mendampingi kelompok tani
Briuk gati di Desa Jugil yang menjadi binaan Fakultas Pertanian UNRAM. Kegiatan ini
dilakukan melalui proses pembelajaran 20% teori dan 80% praktek lapangan, mentoring
dan pendampingan langsung oleh peneliti-peneliti senior, dan diyakini mahasiswa akan
mempunyai kemampuan berwirausaha dalam pengembangan agribisnis sekaligus mampu
mendampingi kelompok tani dalam mengembangan tanaman pangan di lahan kering
khususnya padi gogo.

You might also like