Professional Documents
Culture Documents
tindak
sodomi
terhadap
anak.
Dan
para
pelakunya
2
dari upaya bujuk rayu, yang pelaku utamanya adalah pacar dari
korban sendiri. Kasus-kasus pencabulan juga banyak dilakukan
oleh orang-orang terdekat dari korban seperti teman, orang tua
tiri, majikan, guru, dan orang yang baru dikenal. Untuk tahun
2011, data kasus pencabulan yang dimiliki Pusaka mencapai 78
kasus. Di asumsikan per tiga bulan, ada 19 kasus pencabulan
yang terjadi di Sumut. Sehingga ada lonjakan kenaikan sekitar
100 % pada tri semester pertama pada tahun 2012 ini. Selain dari
kasus pencabulan, kasus lainnya yang juga masih berkaitan
dengan kekerasan terhadap anak adalah kasus penganiayaan
berjumlah 13 kasus, sodomi 9 kasus, pemerkosaan 9 kasus, inses
1 kasus, pembunuhan 3 kasus, penelantaran 1 kasus, serta
perampokan ada 4 kasus.
Data yang dilaporkan lebih sedikit dibandingkan data yang
sebenarnya ada. Hal ini disebabkan tidak semua anak yang
mengalami kekerasan seksual mau melaporkan kejadian yang
dialami ke orangtua maupun pihak yang berwajib.
Hal yang penting dilakukan adalah memberikan pendidikan
seksual atau pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak-anak
sedini mungkin, perlu dilakukan oleh orangtua dan pihak sekolah
agar anak tidak mendapatkan informasi yang salah dari teman,
internet, maupun media lainnya. Orangtua terkadang mengalami
kesulitan membicarakan tentang seksualitas kepada anaknya,
menganggap hal tersebut masih tabu, ketika anak bertanya
kepada orangtua mengenai seksualitas. Orangtua justru
memarahi anak dan memerintahkan anak untuk tidak
membicarakannya di depan orangtua. Akibatnya anak menjadi
takut bertanya ke orangtua.Padahal ketika anak bertanya itu
merupakan waktu yang tepat bagi orangtua untuk menjelaskan
mengenai seksualitas.
Didorong atas rasa keingintahuan yang tinggi, anak akan
mencari jawaban atas pertanyaannya ke sumber informasi lain
yang belum tentu tepat, seperti teman ataupun internet.
10
11
12
13
14
mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak (Pasal 47); (2) Diwajibkannya bagi pihak
sekolah (lembaga pendidikan) untuk memberikan perlindungan terhadap anak di dalam dan di
lingkungan sekolah dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau
teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya
(Pasal 54); (3) Diwajibkannya bagi pemerintah untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan
perawatan anak terlantar, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga (Pasal 55); (4)
penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, dan pelibatan
berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan
masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi dan/atau seksual
(Pasal 66); (5) penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perundangundangan yang
melindungi anak korban tindak kekerasan (Pasal 69).
Di Indonesia pelecehan seksual pada anak-anak delik hukumnya diatur dalam KUHP
pada bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan dan UU No.23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, pada KUHP bab XIV terdapat pada pasal 285, 287, 288, 290, 292, 293,
294 dan 295.
Hukum pidana mengancam siapa saja (laki-laki) yang dengan kekerasan maupun
ancaman kekerasan memaksa seorang anak (perempuan) berhubungan seksual dengannya
(pasal 285 KUHP) atau berbuat cabul dengannya (pasal 289 KUHP), pasal 81 dan 82 UU
No.23/2002 tentang perlindungan anak bahkan mengancam pelakunya dengan hukuman yang
lebih berat.
Seseorang juga diancam pidana apabila melakukan hubungan seksual tanpa paksaan
dengan seorang anak perempuan yang usianya belum cukup 12 tahun dan mengancam dengan
delik aduan bila usianya antara 12-15 tahun (pasal 287 KUHP). Delik biasanya juga
diberlakukan apabila si anak perempuan yang berusia 12-15 tahun tersebut menderita luka
berat atau mati sebagai akibatnya atau ternyata anak tersebut adalah anak, anak tiri, anak
angkat, atau anak yang berada di bawah pengawasan si pelaku (pasal 287, 291, dan 294
KUHP).
Pasal lain dalam KUHP juga mengancam pidana bagi orang yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang lain (pasal 290 KUHP) atau dengan penyesatan atau menyalahgunakan
bawahannya (pasal 293 KUHP) atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul (pasal 295
KUHP). Pidana juga diberikan kepada orang yang melakukan perbuatan cabul dengan sesama
jenis kelamin, yang usianya belum dewasa (pasal 292).
Dalam sistim peradilan yang dianut negara kita, seorang hakim tidak dapat menjatuhkan
hukuman kepada seseorang terdakwa kecuali dengan sekurangnya dua alat bukti yang sah ia
Kekerasan Seksual Pada Anak
15
merasa yakin bahwa tindak pidana itu memang telah terjadi (pasal 183 KUHAP). Sedang
yang dimaksud dengan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat,
petunjuk dan keterangan terdakwa (pasal 184 KUHAP).
Praktik terbaik Penanganan Kasus Kekerasan Seksual pada
Anak
Seorang gadis (H) berusia 15 tahun, masih bersekolah di salah satu
SLTP negeri di Kabupaten Maluku Tengah diperkosa oleh gurunya. H adalah
gadis ke-20 yang mengalami perkosaan dari pelaku. Pelaku mengancam
agar H diam, tidak menceritakan pada siapapun jika masih ingin hidup dan
lulus sekolah. Setelah kejadian itu H menjadi murung dan menarik diri dari
teman-temannya.
Seorang teman sekelasnya menemukan catatan H yang menceritakan
kejadian perkosaan itu. Kemudian ia melaporkannya kepada orang tua H.
Mendengar informasi tesebut orang tua H menyalahkannya. Bahkan ibu H
ingin membunuhnya karena merusak kehormatan keluarga.
Peristiwa ini dilaporkan kepada polsek setempat. Pelaku ditangkap
karena hasil visum menunjukkan bahwa terjadi perkosaan dan didukung
oleh saksi. Di dalam tahanan polisi pelaku ternyata bebas keluar masuk.
Hal ini dikarenakan ia memiliki kedekatan dengan Wakil Kepala Kepolisian
Sektor (Wakapolsek). Alih-alih berkas perkara sampai ke Kejaksaan, pelaku
justru melarikan diri dengan bantuan Wakapolsek. Kasus ini juga akan
diberhentikan penyelindikannya (SP3) dengan alasan masuk dalam Daftar
Pencarian Orang.
Melihat kasus di atas LAPPAN sebagai organisasi yang mendampingi
kasus tersebut melihat adanya kejanggalan dalam proses hukum tersebut.
LAPPAN melihat fakta hukum sudah jelas, bukti sudah lengkap, saksi juga
sudah. Oleh karenanya LAPPAN mengajukan surat permohonan kepada
pihak Profesi dan Pengamanan (ProPam) Polda Maluku untuk melakukan
investigasi terhadap kasus tersebut. Hasil dari investigasi tersebut
menunjukkan bahwa Polsek tidak serius dalam menangani kasus
perkosaan itu. Tindaklanjut dari hasil investigasi adalah Kapolsek dan
Wakapolsek yang menangani kasus tersebut dipindahkan. Sementara
pengganti Kapolsek yang baru diberi tugas untuk menangkap pelaku dan
adili.
Kekerasan Seksual Pada Anak
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Pulih. Kekerasan Seksual Pada Anak. Pulih. Jakarta: 2010
http://www.metrotvnews.com/metronews/video/2013/02/26/5/172061/Awal-2013-42-Anakjadi-Korban-Kejahatan-Seksual
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual_terhadap_anak
18