You are on page 1of 16

Tugas tersruktur

Dosen Pengampu

Filsafat Pendidikan Islam

Hakikat Manusia Dalam Pandangan


Perspektif Pendidikan Islam

Di Susun Oleh:
Imam Raharjo (11314103125)
Rizka Nurul Atika

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Bahasa Inggris


Universitas Negri Sultan Syarif Kasim Riau
Tahun Ajaran 2015-2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur pemakalah haturkan kepada Allah SWT, yang senantiasa selalu
memberikan rahmat dan karunianya kepada pemakalah sehingga pemakalah dapat
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstruktur dari mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam yang berjudul Hakikat Manusia Dalam Perspektif
Filsafat Pendidikan Islam. Salawat beserta salam semoga tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW, kepada keluarga sahabat-sahabat Rasul serta kepada
pengikut rasul yang setia sampai akhir.
Dalam penulisan makalah ini pemakalah mengalami

kesulitan dan

kekurangan. Untuk itu penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan rekan-rekan atas bantuan dan bimbingannya.
Demikianlah makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi yang membacanya
terutama untuk pemakalah sendiri.
Pekanbbaru, Maret 2016

(Penulis)

BAB I
PENDAHULUAN

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman


modern sekarang ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ahli-ahli filsafat
modern dengan tekun berfikir lebih lanjut tentang hakikat manusia mana yang
merupakan eksistensi atau wujud sesungguhnya dari manusia itu. Jadi mereka ini
mencari inti hakikat manusia yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh.
Dengan demikian aliran ini tidak memandang manusia tidak dari sudut serba zat atau
ruh atau dualisme tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri, yaitu
dari cara beradanya manusia itu sendiri di dunia.
Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan
dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya,
manusia itu cenderung beragama, inilah hakikat wujud yang lain. Dalam islam
berpandangan bahwa hakikat manusia itu merupakan perkaitan antara badan dan ruh,
yang mana keduanya merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung
dengan yang lain.
Untuk bisa memahami lebih lanjut tentang hakikat manusia dalam perspektif
filasafat pendidikan islam disini akan dibahas tentang pengertian manusia, hakikat
kejadian manusia, tugas manusia, tujuan hidup manusia dan hubungan manusia
dengan pendidikan, yang akan dijabarkan pada bab berikutnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis dan islam.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin
untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi.1
Menurut agama Islam itu sendiri, manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain, yang dipercaya untuk
menjadi khalifah di muka bumi. Dalam Al-quran, ada tiga kata yang digunakan
untuk menunjukan makna manusia. Kata yang digunakan adalah al-basyar, alinsan dan al-nas.
Kata basyar diambil dari kata yang berarti `penampakan sesuatu dengan baik
dan indah. Dari kata basyarah yang artinya `kulit. Jadi, manusia disebut dengan
basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Maka
makna etimologisnya dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks,
keamanan, kebahagiaan dan lain sebagainya.2
Kata al-insan berasal dari kata

al-uns. Secara etimologi, al-insan dapat

diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata al-insan


mengandung makna kesempurnaan sesuai dengan tujuan penciptaannya dan
keunikan manusia sebagai makhluk Allah yang telah ditinggikan-Nya beerapa
derajat dari makhluk-makhluk lain.3
1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) hal 82
2 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005) hal 1-2
3 Ibid, hal 11

Kata al-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia tanpa melihat status


keimanan atau kekafirannya. Kata al-nash dinyatakan Allah dalam al-Quran
untuk menunjuk bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan
keimanan yang kuat. Kadang kala ia beriman, sementara pada waktu lain ia
munafik. Hal ini terlihat dalam firman Allah

Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami


beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal
mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.(Q.S. Al-Baqarah:8)4
B. Hakikat Kejadian Manusia
Hakikat manusia bersumber pada dua asal. Pertama, ashal al-baid (asal yang
jauh),

yaitu

penciptaan

pertama

dari

tanah

yang

kemudian

Allah

menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian ruh-Nya. Kedua, ashal


al-qarib (asal yang dekat), yaitu penciptaan manusia dari nutfah.
Yang terdapat dalam firman Allah (Q.s. As-Sajdah [32]

7-8:

Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan


sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia
dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina. Kemudian dia menyempurnakan
dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia

4 Ibid, hal 12-13

menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan


hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.5
Penciptaan manusia selanjutnya adalah
melalui proses
biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Didalam
proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan
air mani (nuthfah) yang tersimpan di dalam tempat yang kokoh
(rahim). Seperti firman Allah berikut:

Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia


dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. Al-Mukminun:1214)6
Berbicara

mengenai

pandangan

filsafat

tentang

hakikat

manusia, ada 4 aliran yang dikemukakan oleh para ahli filsafat.


5 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
Jakarta: Gema Insani Press, 1995 hal 38
6Zuhairini, Op. Cit, hal. 76

Adapun keempat aliran tersebut, seperti yang dikutip jalaluddin


dan Zuhairini adalah sebagai berikut:
a. Aliran Serba Zat
Aliran ini menyatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada
hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat
sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah
unsure alam. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah zat
atau materi.
b. Aliran serba ruh
Aliran ini berpandangan bahwa hakikat segala sesuatu yang
ada di dunia ini adalah ruh. Adapun zat atau materi adalah
manifestasi ruh di atas dunia ini. Dengan demikian, jasad
atau badan manusia hanyalah manifestasi atau penjelmaan
ruh.
c. Aliran Dualisme
Aliran ini menggabungkan pendapat kedua aliran diatas.
Aliran ini berpandangan bahwa hakikatnya manusia terdiri
dari substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini
merupkan unsure asal, tidak tergantung satu sama lain. Jadi,
adan tidak berasal dari ruh, dan sevaliknya, ruh tidak berasal
dari badan.
d. Aliran Eksistensial
Aliran ini memandang manusia dari segi eksistensinya.
Menurut aliran ini, hakikat manusia merupakan
atau

perwujudan

sesungguhnya

dari

eksistensi

manusia.

Intinya,

hakikat manusia adalah pada yang menguasai manusia


secara menyeluruh.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah

1. Dari segi jasmani, Allah telah jadikan manusia dalam bentuk


yang paling indah. Tidak ada makhluk yang mempunyai
bentuk yang lebih indah dari manusia. Malaikat dan jin tidak
mempunyai bentuk: hanya mereka dapat menyerupakan diri
mereka dengan manusia atau lain-lainnya. (al-Tin:4)
2. Dari segi rohani, Allah telah menjadikan manusia di atas
fitrah yang hanif, iaitu: sifat semulanjadi manusia adalah
lurus, bersih, suci dan sukakan kebaikan. (ar-Rum:30)
3. Akal: dengannya manusia dapat mencapai ilmu pengetahuan
dan kemampuan untuk memanfaatkan segala yang Allah
cipta untuk mereka. Dapat membezakan baik dan buruk,
betul dan salah, yang bermanfaat dan berbahaya. Dengannya
juga manusia beroleh kelayakan untuk menerima bebanan
atau tugasan daripada Allah s.w.t.7
Al-ghazali

mengungkapkan

proses

penciptaan

manusia

dalam

teori

pembentukan sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang


membuatnya cocok untuk menerima ruh. Meteri itu merupakan saripati tanah liat
nabi Adam a.s yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau
sel benih (nutfah) yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses
akhirnya menjadi bentuk lain yaitu manusia dalam bentuk yang sempurna. Tnah
liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan), makanan menjadi
darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur.
Berdasarkan proses penciptaan itu manusia merupakan rangkaian utuh antara
komponen materi dan immateri. Komponen materi berasal dari tanah dan
komponen immateri ditiupkan oleh Allah.8

7 http://www.scribd.com/doc/101805195/hakikat-kejadian-manusia

8 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, Hal 15-16

C. Tugas Manusia
1. Ibadah kepada Allah
Seluruh tugas manusia dalam hidup ini, berakumulasi pada tanggung
jawabnya untuk beribadah dan mengesakan Allah, sebagaimana dijelaskan
Allah dalam firman-Nya:

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-dzariat: 56)9
2. Pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
Tuhan telah melengkapai manusia dengan potensi-potensi rohaniah
yang lebih dari makhluk-makhluk hidup yang lain, terutama potensi akal,
maka pada manusia juga dibebani tuga, disamping tugas untuk memanfaatkan
ala mini dengan sebaik-baiknya juga tugas untuk memelihara dan
melestarikan ala mini dan dilarang untuk merusaknya.
3. Menjadi kalifah
Manusia diberikan kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur
kehidupan di muka bumi.10 Al-Quran menegakkan manusia diciptakan Allah
sebagai pengemban amanat. Diantara amanat yang dibebankan kepada
manusia memakmurkan kehidupan di bumi. Karena amat mulianya manusia
sebagai pengemban amanat Allah, maka manusia diberi kedudukan sebagai
kalifah-Nya di muka bumi. Firman Allah:

9 Abdurrahman An Nahlawi, Op. Cit, hal 46


10Zuhairini, Op. Cit, Hal 85-87

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Q.S.
Albaqarah: 30)
Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifahan manusia di muka
bumi

ini adalah pentingnya kemampuan untuk memahami alam semesta

tempat ia hidup dan menjalankan tugasnya. Manusia memiliki kemungkinan


untuk hal ini dikarenakan kepadanya dianugerahkan Allah berbagai potensi.11
D. Tujuan Hidup Manusia
1. Pengabdi Allah (Abd)
Secara luas, konsep abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas
manusia dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas
seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebagai
ibadah dan manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata untuk
mencari ridha Allah SWT.
Belajar adalah ibadah manakala itu dilakukan dengan niat mencari
ridha Allah. Bekerja juga adalah ibadah manakala itu dilakukan untuk mencari
ridha Allah. Semua aktivitas seoerang hamba dalam seluruh dimensi
kehidupan adalah ibadah manakala itu benar-benar dilakukan untuk mencari
ridho Allah.12
2. Menjadikan makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya
Alquran
menjelaskan
bahwa
sebagian
manusia
menjadikan makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya.
Allah

SWT

11 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, hal 17-18


12 Ibid, hal. 19-20

berfirman,

(QS. Muhammad: 12)


3. Menjadikan perhiasan dan kekayaan sementara sebagai
tujuan hidupnya
Alquran juga menjelaskan

bahwa

sebagian

manusia

menjadikan perhiasan dan kekayaan sementara sebagai


tujuan

hidupnya.

Allah

SWT

berfirman,

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan


kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anakanak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah

10

kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat


kembali yang baik (surga). (QS. li Imrn: 14).
4. Manusia menjadikan hidupnya untuk menyulut fitnah dan
menyuburkan kejahatan. Mereka adalah orang-orang yang
disebut dalam firman Allah Tal, Surat al-Baqarah: 204
205,

) )









))








Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya
tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi
hatinya padahal ia adalah penantang yang paling
keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia
berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
(Ungkapan ini adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha
menggoncangkan iman orang-orang mukmin dan selalu
mengadakan kekacauan).
Itulah beberapa tujuan manusia dalam kehidupan ini. Allah
SWT telah membersihkan kaum mukmin dari tujuan-tujuan itu,
membebaskan mereka darinya, memberikan tugas yang lebih
mulia kepada mereka daripada tujuan-tujuan tersebut, dan
menetapkan kewajiban yang lebih luhur di atas pundak mereka.
Tugas mulia serta kewajiban luhur yang dimaksud adalah
menunjukkan manusia kepada kebenaran, membimbing mereka

11

ke jalan kebaikan, dan menerangi seluruh penjuru dunia dengan


matahari Islam.13
E. Hubungan Manusia Dengan Pendidikan
Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktek
kependidikan Islam harus didasarkan kepada konsepsi dasar tentang manusia.
Pembicaraan diseputar ini adalah merupakan sesuatu yang sangat vital dalam
pendidikan. Dari uraian tersebut, ada implikasi terpenting dalam hubungannya
dengan pendidikan islam, yaitu karena manusia adalah makhluk yang merupakan
resultan dari dua komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu
menghendaki

proses

pembinaan

yang

mengacu

kearah

realisasi

dan

pengembangan komponen-komponen tersebut. Jika kedua komponen dipisahkan


dalam

proses

kependidikan

islam,

maka

manusia

akan

kehilangan

keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang


sempurna.14
Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan
manusia dapat mempunyai kemampuankemampuan untuk mengatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula
perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan
melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di
analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh
makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui
pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses
alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh
sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan
yang optimal sebagai manusia.
13 http://mawlaya.blogspot.com/2012/06/tujuan-hidup-menurut-alquran.html

14 Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Op. Cit, hal 22

12

Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak.


Pendidikan salah satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai
perkembangan zaman. Manusia yang baik adalah manusia yang dapat
melestarikan kebudayaannya

karena manusia sebagai

makhluk

budaya.

Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang
menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang membedakan
manusia dengan makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan
pendidikan.

Perkembangan

pendidikan

sejajar

dengan

perkembangan

kebudayaan. 15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk
ciptaan-Nya yang lain, yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi.
15 Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka

13

Hakikat manusia bersumber pada dua asal. Pertama, ashal al-baid (asal yang
jauh),

yaitu

penciptaan

pertama

dari

tanah

yang

kemudian

Allah

menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian ruh-Nya. Kedua, ashal


al-qarib (asal yang dekat), yaitu penciptaan manusia dari nutfah.
Tugas Manusia:
1. Ibadah kepada Allah
2. Pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
3. Menjadi kalifah
Adapun tujuan hidup manusia adalah Pengabdi Allah (Abd), menjadikan
makan dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya, menjadikan perhiasan dan
kekayaan sementara sebagai tujuan hidupnya, dan Manusia menjadikan hidupnya
untuk menyulut fitnah dan menyuburkan kejahatan.
Hubungan manusia dengan pendidikan yaitu setiap manusia itu membutuhkan
pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan
kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, pemakalah menyadari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun dari pembaca semua terutama dari dosen pembimbing agar
makalah ini lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
Al-Rasyidin, H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005)
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka
14

http://www.scribd.com/doc/101805195/hakikat-kejadian-manusia
http://mawlaya.blogspot.com/2012/06/tujuan-hidup-menurutalquran.html

15

You might also like