Professional Documents
Culture Documents
AKIBAT KERJA
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika
Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%. Puncak insidensi nyeri
punggung bawah adalah pada usia 45-60 tahun (Bratton, 1999). Pada penderita
dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40%
penderita, dan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita
akan mencari pertolongan medis, dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk
evaluasi lebih lanjut (Cohen, 2001) .
Sebagian besar nyeri punggung bawah disebabkan oleh penyakit yang tidak
serius dengan prognosis yang baik (Greenberg, 2001). Penyebab tersering adalah
nyeri punggung bawah pada penderita dewasa adalah : (1) lumbar sprain atau strain,
(2) degenerasi diskus dan faset, (3) herniasi diskus, dan (4) pada penderita yang lebih
tua harus dipikirkan kemungkinan canalis stenosis atau fraktur kompresi akibat
osteoporosis (Cohen, 2001).
Diagnosis nyeri punggung bawah memerlukan penggalian riwayat penyakit
dan pemeriksaan yang teliti. Anamnesis dan pemeriksaan yang teliti akan
mengarahkan pada etiologi (baik mekanik atau sekunder) nyeri punggung bawah yang
terjadi (Bratton, 1999,). Penilaian awal pada penderita nyeri punggung bawah adalah
untuk mengeksklusikan kemungkinan diagnosis banding penyakit yang serius
(memerlukan penanganan segera dan masif) yaitu tumor, infeksi, dan fraktur
(Greenberg, 2001,).
TUJUAN
-
MASALAH
Apa sajakah faktor penyakit yang dihadapi buruh bangunan.
BAB II
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA 2015 - 2016
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. TS
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Status Pernikahan
: Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh bangunan
Jenis pekerjaan
bahan/material yang
digunakan
Masa kerja
(dalam bulan / tahun)
Buruh bangunan
URAIAN TUGAS
Pukul 07.00 12.00 masuk kerja, dan melakukan aktifitas sebagai buruh bangunan
Pukul 12.01 13.00 istirahat
Pukul 13-01 19.00 kembali kerja hingga selesai waktu kerja lalu pulang ke rumah
BAHAYA
Urutan kegiatan
(tuliskan
urutan sesuai bagan alur di no
2)
Bahaya Potensial
Fisik
Kimia
Biologi
Ergonomi
(sesuai Brief survey)
Psik
o
Gangguan
kesehatan
yang
mungkin
Risiko
kecelakaan
kerja
Menyiapkan
Pajanan campuran --material
bahandebu,
kimia
bangunan
asbes, dll seperti
cat,
thinner
Manual
lifting--(beban
berlebih
20-30kg)
Ggn
Sal.Fraktur,
Napas,
dislokasi
Fatigue,
sendi
myalgia,
LBP, HNP
Mencampur bahanInhalasi
bahan
bangunandebu/
sebelum
partikel
pengaplikasian
lain
Bahanbahan
bersifat
iritan
---
Lifting
beban--berat,
posisi
membungkuk saat
bekerja
Ggn
Sal.Fraktur,
Napas,
dislokasi
Fatigue,
sendi
myalgia,
LBP, HNP
Carpenting
(pekerjaan
kayu)
Pajanan
kimia
seperti
plitur
---
Posisi
ergonomis
bekerja
Gangguan
saluran
napas,
Fatigue,
myalgia
---
Hygiene --kurang
baik
Inhalasi
olahserbuk
kayu
Istirahat, makan
---
tidak--saat
---
Ggn
Sal.--Pencernaan
PEMERIKASAAN FISIK
Tanda vital
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA 2015 - 2016
Luka
sayat,
robek,
terpotong,
tertusuk
paku
Tekanan darah
Nadi
130/80 mmHg
84x/mnt
Laju Pernapasan
Suhu Badan
12x/mnt
afebris
166 cm
54 kg
IMT
Bentuk Badan
19
Status Gizi
Tinggi Badan
Berat Badan
Kanan
3 mm
+
Tidak Ikterik
Tidak Pucat
Baik
6/6
Baik
Baik
Kiri
3 mm
+
Tidak ikterik
Tidak Pucat
Baik
6/6
Baik
Baik
Kanan
Baik
Lapang, tidak ada serumen
Intak, refleks cahaya (+)
Baik
Baik
n/a
n/a
n/a
Kiri
Baik
Lapang, tidak ada serumen
Intak, refleks cahaya (+)
Baik
Baik
n/a
n/a
n/a
Telinga
Daun Telinga
Liang Telinga
Membran Telinga
Mastoid
Tes berbisik
Tes Rinne
Weber
Swabach
Hidung
Septum nasi
Mukosa
Penciuman
Gigi dan gusi
Tenggorokan
Faring
Nasofaring
baik
baik
baik
baik
baik
baik
Laring
Tonsil
Leher
Kelenjar tiroid
JVP
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
baik
T1-T1
tidak membesar
5-2 cm H2O
Simetris statis dinamis
Fremitus kiri = kanan
Sonor
Paru vesikular kanan dan kiri, tidak ada bunyi tambahan
Jantung S1 S2 murni tidak ada gallop dan murmur
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
membuncit
lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar lien tidak teraba, pada
anus
Kulit
Ekstremitas
Tangan
Otot
Kekuatan
Tulang
Sensoris
Kaki
Otot
Kekuatan
Tulang
Sensoris
Kanan
baik
5555
Baik
Baik
Kanan
baik
5555
Baik
Baik
Kiri
Baik
5555
Baik
Baik
Kiri
Baik
5555
Baik
Baik
Posisi terlentang :
Laseque
: +/+
Laseque silang
: +/+
Patrick/kontra Patrick : -/-
Deformitas
Pelvis
Atropi gluteal, paha, betis
Spasme otot
:+
::+
:+
:: dbn
::+
past
pointing
Test tinnel
Test Phalen
Negatif
Dapat dilakukan
Negatif/negatif
Negatif/negatif
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Hb = 10,8
Mo = 0,9
AST = 22
HDL Chol = 39
AE = 3,72
Li = 2,2
ALT = 21
AL = 11,1
Gr = 8,1
URE = 0,0
Chol = 142
AT = 331
CRE = 1,56
URIC = 1,68
GD2PP= 48
GDP = 85
CT Scan Lumbal
RESUME
Pasien Tn. TS, 39 th, datang dengan keluhan
namun hanya diabaikan makin lama makin berat hingga tidak kuat berdiri. Pasien
bekerja sebagai buruh bangunan sudah 16 tahun. Terdapat riwayat pekerjaan sering
mengangkat beban berat.
DIAGNOSA KERJA
Hernia Nukleus Pulposus
ICD X : M 51.9
DIAGNOSA OKUPASI
HNP e.c. pajanan ergonomi pada pekerjaan
Dasar diagnosa:
Berdasarkan pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat
kerja
Gejala : nyeri radikuler, menjalar, memberat saat batuk, mengejan, dan membawa beban
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
KATEGORI KESEHATAN
Terdapat kecacatan yang masih dapat diperbaiki
PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad sanationam
Ad fungsionam
: dubia
: dubia
Jenis permasalahan
Medis & non medis (okupasi, dll)
Rencana Tindakan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
----- HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus
melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal menekan
medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga
menimbulkan gangguan.
B. ANATOMI
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.
Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel
yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.
Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA 2015 - 2016
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi
atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis
(sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan
posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis
vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu
dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
10
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum
longitudinalis posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi
gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar
kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA 2015 - 2016
11
12
C. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di
canalis vertebralis menekan radiks.
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang
oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon
dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi
nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi
adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini
merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
D. ETIOLOGI
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
Degenerasi diskus intervertebralis
Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA 2015 - 2016
13
E. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
1
2
3
14
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang
dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung
bagian saraf mana yang terjepit.
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama
banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk,
bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan
hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan
tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi
yang sehat.
G. DIAGNOSIS
-----
Anamnesis
- Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah
-
spontan.
Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari
sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang
setelah melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah,
mungkin disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin
tumor dalam kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan
berkurang setelah melakukan gerakan tubuh mungkin disebabkan
spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi
nyeri pada HNP.
15
Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
Posisi duduk:
16
Posisi berbaring :
Pemeriksaan neurologik,
a Pemeriksaan sensorik
b Pemeriksaan motorik, apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot
c Pemeriksaan tendon
d Pemeriksaan yang sering dilakukan
- Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes
Sicard)
- Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
- Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
- Tes Distraksi dan Tes Kompresi
Pemeriksaan penunjang
a Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
b
c. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat
protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari
neuropati perifer.
d. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda
equina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku
emas untuk HNP.
e. Pemeriksaan Radiologi
17
Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal
atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela
invertebrata dan pembentukan osteofit.
f. Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP
g. pemeriksaan Laboratorium klinik
h. Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint block
(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri).
H. TERAPI
Pada prinsipnya penanganan LBP dapat mencakup :
1. Medikamentosa
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu
pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat.
Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek depresan. Pada
tahap awal, apabila didapati pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi
akibat rasa nyeri, pemberian anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis
lainnya, kadang-kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi,
OAINS, dan penenang.
2. Rehabilitasi Medik
a. High frequency current ( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
-
b. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling menjauh.
Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
-
18
artikularis.
Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh
c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan
berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap
badan melawan kekuatan dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap tubuh
melibatkan aktivitas sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik
terapi ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi
mempertahankan sikap tubuh. Tujuan terapi ini:
-
sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan pernafasan.
Mengurangi nyeri
Curl-up exercise
19
20
konservatif.
Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai,
kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
21
SIMPULAN
1. Diagnosis HNP yang ditegakkan berhubungan dengan pekerjaan pasien.
2. Terdapat beberapa potensi bahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja pada
alur kerja pasien yang bisa diminimalisir
SARAN
1. Edukasi untuk mengikuti terapi sesuai dengan yang telah diberikan
2. Jangan segan segan untuk segera konsultasi ke dokter apabila didapatkan
keluhan serupa yang berulang
3. Memperbaiki sikap saat bekerja, terutama saat mengangkat barang yang berat
dan mendorong gerobak untuk mengurangi pajanan ergonomi
4. Menerapkan pola hidup yang baik, serta beristirahat yang cukup untuk
menjaga ketahanan tubuh.
Daftar Pustaka
22
1.
Cush J. John. Myalgia/arthralgia. in: Rheumatology: Diagnosis and Therapeutics 2nd edition.
Philadelpia, PA, US; Lippincott Williams & Wilkins,2005.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
23