You are on page 1of 7

J.Tek.

Ling

Edisi. Khusus

Hal. 86-92

Jakarta, Juli. 2006

ISSN 1441 318x

ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN PADI DAN


PALAWIJA DI DESA BATU BETUMPANG, KABUPATEN
BANGKA SELATAN, PROPINSI BANGKA BELITUNG
Sudaryono dan Ikhwanuddin Mawardi
Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Abstract
Water is natural resources required absolutely by living creature, role of
water for the plant is bringing nutrient element from inside the ground to
leaf for photosynthesis process and distributing the photosynthesis
outcome to all body tissue. Determination of the amount of crop water
requirement can be observed with measuring empirical equation. From
calculation outcome of water requirement for rice and second crop
(planted after race) and an available water overdraught, the paddy
planting patten (rain season) and being by second crop (beginning dry
season) is preferable planting pattern.At planting period of rainy season
can be planted rice as wide as 2.797 hectar and in the second planting
season (tuming) was planted second crop as wide as 1.762 hectare.
Key words : water requirement, rice, scond crop

1.

PENDAHULUAN

terjadi penurunan kualitas air akibat


kegiatan manusia.

1.1. Latar Belakang


Air merupakan sumberdaya alam
yang mutlak dibutuhkan oleh makluk
hidup, air juga merupakan sumberdaya
alam yang sifatnya dapat diperbarui,
karena air selalu mengalir dalam satu
siklus yang disebut daur hidrologi.
Meskipun air dapat diperbarui, akan
tetapi air juga mengalami perubahan,
baik dari segi jumlah (kuantitas) maupun
mutu (kualitas). Salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan itu adalah
adanya peningkatan penduduk, baik
jumlah maupun aktifitasnya yang
berdampak
terhadap
meningkatnya
permintaan jumlah air, sedang disisi lain

86

Bagi tanaman, air berguna sebagai


pengangkut hara tanaman dari tanah ke
tempat fotosintesa, mengedarkan hasil
fotosintesa dan metabolisme tanaman.
Air juga berfungsi mempertahankan
ketegangan sel-sel tanaman sehingga
tetap menjamin berfungsinya berbagai
mekanisme dalam tubuh tanaman. Air
juga merupakan bahan yang dibutuhkan
dalam fotosintesa karbohidrat 1) .
Walaupun air dibutuhkan untuk
tanaman, tetapi apabila jumlahnya jauh
melebihan kapasitas lapang (sangat
berlebihan), maka air tersebut tidak dapat

Sudaryono dan I. Mawardi, 2006

dimanfaatkan untuk tanaman, seperti


misalnya air dalam lahan rawa.

tanam guna mengimbangi berkurangnya


lahan produktif di Jawa.

Lahan rawa terdiri atas lahan


pasang surut dan lebak, selama ini
dikenal sebagai lahan bermasalah yang
dihadapkan kepada berbagai kendala
dalam pengembangannya sebagai lahan
pertanian, diantaranya kendala fisik 2) .
Kendala fisik di lahan pasang surut
meliputi
genangan
air,
tingginya
kemasaman tanah (pH tanah rendah),
adanya zat beracun dan rendahnya
kesuburan tanah 3) . Di Indonesia sekitar 9
juta hektar dari 33,4 juta hektar lahan
rawa yang tersebar di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua
diperkirakan
berpotensi
untuk
pengembangan pertanian. Walaupun
demikian sampai sekarang baru sekitar
1.5 juta hektar lahan rawa yang telah
direklamasi, baik oleh penduduk lokal
maupun yang terkait dengan program
transmigrasi.

1.2. Tujuan

Desa Batu Betumpang di Bangka


Selatan,
Propinsi
Bangka-Belitung,
sebagian besar lahannya berupa lahan
rawa, terutama di bagian hilir yang
dimanfaatkan untuk
persawahan
dengan sistem irigasi rawa, sedangkan
di daerah hulu
berupa lahan
persawahan
tadah
hujan
yang
irigasinya
sepenuhnya
bergantung
pada air hujan.
Walaupun telah
diusahakan hampir sepuluh tahun yang
lalu dengan membuat saluran drainase
primer dan sekunder, akan tetapi
sampai saat ini bangunan tersebut
kurang dapat berfungsi, akibatnya
masyarakat yang semestinya dapat
menikmati fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah,
masih
menghadapi
permasalahan berupa banjir di musim
hujan dan kekurangan air di musim
kemarau.
Pemanfaatan lahan rawa untuk
pertanian merupakan pemikiran yang
strategis dalam program perluasan areal

Studi
ini
bertujuan
untuk
mengetahui kebutuhan air tanaman padi
dan palawija di Desa Batu Betumpang,
Kabupaten Bangka Selatan, Propinsi
Bangka-Belitung,
2.

PERMASALAHAN

Secara umum permasalahan yang


dihadapi dalam rangka pengembangan di
Desa Batu Betumpang, adalah:
-

3.

Elevasi lahan yang rendah sehingga


sering mengalami penggenangan,
sistem drainage yang dibuat tidak
memadai, sehingga kurang dapat
berfungsi secara optimum
Pada musim penghujan terjadi
genangan di daerah rawa dengan
lama genangan kurang lebih 1
minggu dan tinggi genangan banjir
mencapai 1 meter
Pada musim kemarau daerah dengan
elevasi > 4 meter tidak dapat terjangkau oleh potensi pasang surut
DISKRIPSI WILAYAH

Lokasi penelitian terletak pada


koordinat UTM X = 630.356 dan Y =
9.691.257 atau pada 1 201 LS dan 105 107 BT, termasuk dalam wilayah
administrasi Desa Batu Betumpang,
Kecamatan
Cipayung,
Kabupaten
Bangka Selatang, Propinsi BangkaBelitung 4) .
Curah hujan bulanan bervariasi
antara 0,5 576,2 mm dan curah hujan
tahunan rata-rata 2418,9 mm. Sedang
suhu rata-rata berkisar antara 23,2C
hingga 31,6C dengan kelembaban udara
antara 79% - 88% 4).

Analisis Kebutuhan ..J. Tek. Ling. PTL- BPPT.( Ed. Khusus): 86-92

87

Sungai di wilayah studi berjumlah


kurang lebih 50 buah sungai besar dan
kecil. Sungai-sungai tersebut mengalir ke
13 Daerah Aliran Sungai (DAS), salah
satunya adalah DAS Nyirih yang berada
Desa Batu Betupang.
Di wilayah studi dijumpai rawa lebak
(rawa dalam) yang tidak dipengaruhi oleh
pasang
surut
dan
diantara
bukit
bergelombang terdapat laur drainage alam
yang bermuara di rawa lebak
tersebut,
sehingga terjadi genang-an air cukup dalam
( 1 meter). Di bagian selatan yang
berbatasan
dengan
Selat
Bangka
merupakan dataran rawa yang sangat
dipengaruhi oleh pasang surut sampai jarak
3 km dari garis pantai.

Berdasarkan penggunaan lahan


terdapat lahan sawah basah seluas 1.850
ha, lahan pekarangan 245 ha, dan lahan
dalam bentuk lain 7.367,3 ha. Sebagian
besar lahan tersebut belum dimanfaatkan
secara
optimal,
terutama
karena
pengaruh genangan air yang tinggi dan
dalam waktu yang lama dengan tingkat
kesuburan tanah yang rendah.
4.

ANALISIS KEBUTUHAN AIR

4.1. Metode Perhitungan Kebutuhan Air

Metodologi yang digunakan adalah


kosep menghitung keperluan air untuk
tanaman padi, tanaman palawija atau
kombinasi dari keduanya. Dari data yang
di peroleh akan mendapat suatu nilai
perhitungan ketersediaan sumberdaya air
untuk tanaman padi dan palawija.
2.2. Kebutuhan Air untuk Tanaman
Padi dan Palawija
Tidak semua presipitasi (hujan)
yang mencapai ke permukaan tanah
langsung terinfiltrasi ke dalam tanah,
akan tetapi sebagian hilang dalam
bentuk evaporasi (penguapan melalui
permukaan), penguapan dari tanaman
(transpirasi), yang secara bersama-sama

88

disebut evapotranspirasi atau kebutuhan


air (consumptive use) 5) .
Pendekatan atau penghitungan
besarnya
evaporasi
atau
evapotranspirasi, dapat dengan cara langsung
maupun menggunakan berbagai metode
tidak langsung yang telah dikembangkan
oleh para ahli.
Jika air tersedia dalam tanah cukup
banyak maka evapotranspirasi itu disebut
Evapotranspirasi Potensial (Ep). Sedang
kan Evapotranspirasi Aktual (Eo), adalah
jumlah evapotranspirasi yang erat
hubungannya dengan curah hujan 5) .
Banyaknya evapotranspirasi tidak
dapat diperkirakan dengan tepat, akan
tetapi
karena
evapotranspirasi
itu
merupakan faktor dasar untuk menentukan
kebutuhan air dalam rencana irigasi dan
merupakan proses yang penting dalam
siklus hidrologi, maka nilai evapotranspirasi
harus dapat diperhitungkan secara tepat
atau paling tidak mendekati nilai riel.

4.3.

Analisis Kebutuhan Air

Analisis kebutuhan air untuk


tanaman padi dan palawija meliputi
beberapa tahapan, antara lain: (1) pola
tanam, (2) penentuan koefisien tanaman,
(3) Evapotranspirasi, (4) kebutuhan air
untuk penyiapan lahan, (5) perkolasi, (6)
curah hujan effektif
a)

Kebutuhan air untuk padi sawah


( NFR ) = ETp + Pd + P + WLR - Re

b) Kebutuhan air untuk palawija


(NFR) = ETp Re
NFR

ETp
Pd

:
:

Kebutuhan air untuk padi atau


palawija (mm)
Evapotranspirasi konsumtif (mm)
Kebutuhan air untuk pengolahan
tanah (mm)
Kehilangan air akibat perkolasi

Sudaryono dan I. Mawardi. 2006

WLR
Re

:
:

(mm)
Penggantian lapisan air (mm)
Curah hujan efektif (mm)

Evapotranspirasi Konsumtif (ETp)


diartikan sebagai kehilangan air melalui
tanaman dan dapat diasumsikan sebagai
kebutuhan air tanaman dan biasa disebut
sebagai
evapotranspirasi
tanaman.
Besarnya Etp ditentukan sebagai berikut:
ETp

= ETo x kc

kc

Mek
IR =

( ek 1 )

dengan:

: Evapotranspirasi referensi
(standar evapotranspirasi
aktual/rerumputan datar)
: koefisien tanaman

Koefisien tanaman tergantung jenis


tanaman, waktu, kondisi tanaman dan
kondisi lingkungan setempat.
c)

Untuk penyiapan lahan digunakan


rumus emperis van De Goor dan Zijlstra.

5)

Dimana :
ETo

Besarnya kebutuhan air untuk


pengelolaan tanah bergantung besarnya
penjenuhan tanah, lama pengelolaan,
evaporasi dan perkolasi.

IR

Eo :
K
T
S

:
:
:

Kebutuhan air irigasi di sawah saat


pengolahan lahan (mm/hari)
Kebutuahan air untuk penggantian
kehilangan akibat evaporasi dan
perkolasi (mm) = Eo + P
Evaporasi air terbuka, diambil 1,1
Eto selama penyiapan lahan (mm/hari)
MT/S
Jangka waktu penyiapan lahan (waktu)
Kebutuhan air untuk
penjenuhan
ditambah dengan lapisan air 50 mm
Bilangan dasar dalam logaritma 2,7183

Penyiapan lahan

Tabel 1 : Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah


No.
1

Satuan
Eo=Eto

Jan Peb Mrt Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des
mm/hr 3,67 3,85 3,78 3,54 3,66 3,92 3,86 4,69 4,60 4,41 4,27 3,35

Et=1,1 Eo

mm/hr 4,03 4,23 4,15 3,90 4,03 4,32 4,24 5,16 5,06 4,85 4,70 3,68

mm/hr 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50

M=Et+P
T

mm/hr 5,53 5,73 5,65 5,40 5,53 5,82 5,74 6,56 6,56 6,35 6,35 5,18
hr
31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31

mm/hr 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200

K=M.T/S

0,86 0,80 0,88 0,81 0,86 0,87 0,89 1,03 0,98 0,98 0,93 0,80

Ek

2,33 2,18 2,38 2,20 2,33 2,37 2,42 2,81 2,68 2,67 2,53 2,18

ek-t

1,33 1,18 1,38 1,20 1,33 1,37 1,42 1,81 1,68 1,67 1,53 1,18

IR=Nek/ek-1

Keterangan
Perhitungan
kebutuhan air untuk
penyiapan lahan
dengan metode van
de Goor dan Zijistra

e = bil alam
IR = Kebutuhan air
untuk peny iapan
lahan

mm/hr 9,69 10,58 9,74 9,89 9,69 10,06 9,79 10,3510,4810,1410,26 9,56

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, Departemen Pekerjaan Umum

Analisis Kebutuhan ..J. Tek. Ling. PTL- BPPT.( Ed. Khusus): 86-92

89

d) Perkolasi
Kehilangan
air
di
sawah
diperhitung-kan
karena
adanya
rembesan air ke dalam lapisan tanah
(perkolasi).
Besarnya
perkolasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
1) Tekstur tanah, makin besar
tekstur tanah makin besar angka
perkolasinya dan sebaliknya
2) Permeabilitas tanah
3) Tebal lapisan tanah bagian atas
4) Letak permukaan air tanah
e)

Curah hujan efektif

Untuk menghitung kebutuhan air


tanaman, curah hujan effektif adalah
curah hujan yang dimanfaatkan oleh
tanaman untuk memenuhi kebutuhannya.
Curah hujan effektif untuk padi adalah
70% dari hujan tengah bulanan dengan
keandalan 80%.

Tabel 2 : Hubungan T, ea, w dan f(t)


No.

T (
C)

Ea (
mbar)

F (t)

1.

24.00

29.50

0.735

15.40

2.

25.00

31.69

0.745

15.65

3.

26.00

33.62

0.755

15.90

4.

27.00

35.66

0.765

16.10

5.

28.00

37.81

0.775

16.30

6.

28.60

39.14

0.781

16.42

7.

29.00

40.06

0.785

16.50

Dari data iklim kemudian


dihitung Evapotranspirasi Potensial (
ETp ), dengan menggunakan metode
empiris Penman dari data iklim yang
diambil dari stasiun yang sama.
Besarnya Evapotranspirasi Potensia
ditentukan dengan metode Penman (
ETp ) dinyatakan dengan persamaan:
ETp = ETo x
ETo = c [W x Rn + ( 1 w ) x f(U) x (ea ed)]

0,7
Re =

Berdasarkan persamaan dan


ketetapan-ketetapan di atas, maka
dapat ditentukan nilai evapotranspirasi
potensiap di daerah studi, seperti Tabel
3.

x R80
N

Dimana :
Re

Curah hujan efektif (mm/bl),


bila dijadikan (mm/hr) tinggal
dibagi dengan jumlah hari
bulan bersangatkutan

R80

Curah hujan bulanan dengan


keandalan 80%

Jumlah data

Untuk mendapatkan besaran


evapotranspirasi
diperlukan
data
klimatologi: suhu, kelembaban relatif,
penyinaran matahari dan kecepatan
angin.

90

6.

KESIMPULAN

Atas dasar perhitungan dan


pertimbangan berbagai kendala yang
dijumpai di lapangan maka pola tanam
(padi-palawija), kebutuhan air maka
pola tanam 1 (pertama) untuk tanaman
padi seluas 2.797 hektar dan pada
musim tanam pergiliran (tanam ke 2)
adalah palawija untuk luasan 1.762
hektar. Apabila dimungkinkan untuk
tanam pada awal musim penghujan
(bulan Oktober-Januari), luasan lahan
sawah yang dapat ditanami padi adalah
seluas 1.400 hektar

Sudaryono dan I. Mawardi. 2006

Tabel 3 : Perhitungan Evapotranspirasi Potensial Metode Penman di Lokasi Studi


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Uraian

Satuan

Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
26.0026.1526.6027.2027.0027.3026.9527.4527.8527.2026.7525.95
33.5834.4134.9336.1936.7736.4035.6636.7137.5536.1935.2433.57
87.5084.5084.5083.5083.5081.0081.0076.0076.5081.0084.0088.50
29.4729.0829.5230.2229.8729.4828.8927.9028.7229.3129.6129.71
4.21 5.33 5.41 5.97 5.90 6.92 6.78 8.81 8.82 6.88 5.64 3.86
372 348 336 264 276 336 360 360 372 300 300 252

Temp rata2 bln


C
ea
mbar
RH udara
%
ed
mbar
(ea-ed)
mbar
Kecepatan
km/hr
angin
f (u)
Km/hr 1.27 1.21 1.18 0.98 1.02 1.18 1.24 1.24 1.27 1.08 1.08 0.95
W
--0.76 0.76 0.76 0.77 0.77 0.77 0.76 0.77 0.77 0.77 0.76 0.75
1-W
mm/hr 0.24 0.24 0.24 0.23 0.23 0.23 0.24 0.23 0.23 0.23 0.24 0.25
(Ra) Penyinaran
mm/hr 15.3615.7415.6615.0213.9813.3813.5814.4215.1615.5415.3815.22
mthr
n/N
%
0.27 0.24 0.34 0.41 0.44 0.51 0.54 0.62 0.54 0.44 0.33 0.17
0.25-0.54n/N
--0.39 0.37 0.42 0.46 0.47 0.51 0.52 0.56 0.52 0.47 0.42 0.34
Rs=Ra(0.25mm/hr 5.95 5.86 6.59 6.84 6.55 6.77 7.06 8.07 7.91 7.29 6.41 5.12
0.54n/N)
Rn=(1-A)Rs
mm/hr 4.46 4.39 4.94 5.13 4.91 5.08 5.29 6.05 5.94 5.47 4.80 3.84
A=0,25
f(t)
15.8715.9416.0016.1316.0916.1516.0716.1816.2716.1316.0315.86
f(ed)
0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.23 0.23 0.22 0.22 0.22
f(n/N)
0.35 0.32 0.41 0.47 0.49 0.56 0.59 0.66 0.59 0.49 0.40 0.26
Rn1=f(t)(ed)f(n/N)
1.22 1.14 1.44 1.66 1.75 2.01 2.11 2.43 2.16 1.78 1.42 0.90
Rn=Rns -Rn1
3.24 3.25 3.49 3.47 3.16 3.07 3.18 3.62 3.78 3.69 3.38 2.95
W x Rn
245 247 256 266 242 235 243 279 292 283 258 222
U day
m/dt
4.31 4.03 3.89 3.06 3.19 3.89 4.17 4.17 4.31 3.47 3.47 2.92
U day/U night
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
c
1.04 1.05 1.06 1.06 1.05 1.04 1.04 1.03 1.03 1.01 1.05 1.05
Eto
mm/hr 3,96 4,059 5,25 3,76 3,606 3,98 4,1485,5386,2345,1734,5293,459
Kebutuhan Air
ltr/dt/ha 0,4871,5180,1160,5260,0750,2100,3980,6180,2582,4281,1250,547

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20
21
22.
23.
24.
25.

Tabel 4 : Perhitungan Debit Andalan DAS Batu Betumpang


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Debet
Andalan
Debet

Peluang Januari Februari Maret


4.35
8.70
13.04
17.39
21.74
26.09
30.43
34.78
39.13
43.48
47.83
52.17
56.52
60.87
65.22
89.57
73.91
78.26
82.61
86.96
91.30
95.65
80%
ltr/dtk

2.080.71
2.002.07
1.488.84
1.361.80
1.343.13
1.320.49
1.309.28
1.090.72
1.086.60
1.042.19
1.010.56
949.89
918.26
856.67
776.05
679.82
482.66
454.42
358.54
300.72
165.62
74.33

1.792.23
1.142.70
825.13
806.12
633.25
612.93
601.71
587.97
477.34
438.11
426.54
320.21
286.78
234.94
207.80
130.03
92.88
40.12
28.96
20.32
18.98
6.63

1.367.13
1.264.57
1.208.30
1.011.50
1.011.50
994.62
826.47
759.63
699.46
540.30
505.82
470.48
467.41
442.71
391.41
294.26
279.39
270.08
86.93
67.24
20.37
13.08

416.07

35.65

196.82

April

Mei

Juni

1.470.26 1.609.38 673.22


1.423.96 986.59 539.78
1.166.84 933.95 531.11
1.117.12 746.48 328.16
1.107.42 733.77 319.57
986.01
596.86 239.10
760.75
525.04 225.56
752.83
496.29
38.75
649.46
491.07
38.02
433.27
427.72
29.28
402.45
425.07
17.41
377.91
415.87
16.66
365.95
364.81
16.28
346.28
360.76
13.07
326.32
291.05
12.69
211.43
252.83
10.76
175.79
237.13
10.57
97.80
221.30
9.54
80.56
190.60
9.27
31.86
60.98
7.72
30.65
32.48
3.34
4.43
32.24
0.39
90.90

209.02

9.43

Juli

Agustus Sepber Oktober Nopber Desemb

760.68
667.72
643.48
620.00
527.19
303.79
280.44
151.86
116.93
96.81
38.18
36.52
24.29
14.13
8.43
7.88
6.14
5.20
4.62
4.06
3.74
0.19

681.83
541.19
472.53
452.19
324.87
230.35
154.97
57.42
53.36
24.38
7.86
7.06
4.85
4.80
4.09
3.94
2.96
2.37
2.31
2.03
1.87
0.09

4.97

2.35

494.00 1.360.92 1.186.14 1.808.92


431.10 918.43 897.84 1.559.64
392.43 869.14 861.06 1.372.55
187.31 791.69 823.33 1.330.29
105.97 763.63 785.48 1.242.76
83.87
589.83 636.77 1.176.25
57.46
490.57 596.77 1.154.25
29.88
452.50 537.54 1.143.90
15.34
428.22 522.03 1.038.60
12.60
277.38 488.99 946.76
11.19
242.25 486.90 926.77
4.06
115.00 425.89 834.02
3.75
113.57 400.69 824.64
3.65
71.23
328.79 591.45
2.51
32.53
324.81 590.29
2.48
16.25
308.82 565.65
2.12
10.20
304.55 457.51
2.03
1.96
208.84 393.53
1.19
1.77
89.09
176.70
1.05
0.58
14.07
141.11
0.97
0.47
11.69
106.43
0.05
0.02
0.30
89.92
1.70

1.89

160.94

306.80

Sumber : Ditjen Sumberdaya Air, Departemen PU

Analisis Kebutuhan ..J. Tek. Ling. PTL- BPPT.( Ed. Khusus): 86-92

91

Kualitas Tanah,
Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonimous, 1976. A Framework for
Land Evaluation, FAO, Roma Italiy
2. Buchman & Brody, 1969. The
Nature and Properties of Soils. The
Nacmillian Company, New York
3. Sugeng Winarso, 2005. Kesuburan
Tanah. Dasar kesehatan dan

92

Gava

Media,

4. Anonimous, 2005. Pekerjaan SID


Embung Irigasi untuk Lahan Kering
Batu Betumpang. Laporan Akhir.
Departemen Pekerjaan Umum,
Ditjen Sumberdaya Air
5. Suyono Sosrodarsono, Kensahu
Tekeda, !976. Hidrologi untuk
Pengairan, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta

Sudaryono dan I. Mawardi. 2006

You might also like