Professional Documents
Culture Documents
melalui
penyediaan
dan
peningkatan
Sarana
Pengadilan,
terlihat
jelas
adalah
mengenai
rangkap
jabatan
yang
sudah
jelas
Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3327), sebagaimana telah diubah dua ka li
te ra k hir
de nga n
N omor
49
dengan
Undang-Undang
Nomor
50
Tahun
2009
tentang
Reformasi Birokrasi.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Mekanisme Persetujuan Pelaksanaan
1993
yang
sudah
diganti
perkembangan jaman.
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2011 tentang Jabatan Yang Tidak Boleh
Dirangkap Oleh Hakim Agung Dan Hakim.
Pokok Permasalahan :
Berdasarkan
uraian
tersebut
diatas,
penulis
berusaha
menguraikan
permasalah yang terjadi dan menganalisa berdasarkan ketententuan perundangundang yang berlaku :
1.Sampai seberapa jauhkan implementasi larangan rangkap jabatan yang diatur
oleh PP Nomor. 36 Tahun 2011 ?
2. Sampai seberapa jauhkah penerapan PP
Untuk mengetahui
secara
fungsi
PP No. 36 Tahun
peradilan,
lembaga
pendidikan
dan
sosial
kemasyarakatan,
sebelas jabatan rangkap yang terlarang bagi hakim yaitu hakim dalam pengertian
yang meliputi hakim agung dan hakim yang bertugas di badan peradilan di bawah
Mahkamah Agung (Kekuasaan Kehakiman), termasuk peradilan khusus, adapaun
larangan tersebut adalah untuk menjaga independensi hakim, yang merupakan
salah satu prinsip penting negara hukum adalah menjamin
penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun
juga.
Pada tahun-tahun sebelumnya sudah ada pengarturan mengenai rangkap
jabatan oleh Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1993 dan telah diganti oleh
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2011 yaitu tentang larangan rangkap jabatan
bagi hakim tidak
pada instansi
pada Direktorat
sebagai
pelayanan yang prima bagi kepentingan para pencari keadilan. Dalam Peraturan
Pemerintah No. 36 Tahun 2011 melarang secara tegas dalam Pasal 2 huruf a
yang isinya adalah
maupun kepala biro) yang berada pada Direktorat Jenderal Badan Peradilan. Jika
kita melihat pada permasalahan rangkap jabatan pada tahun 2008 sampai
dengan tahun 2011 pada Mahfud MD dan Abdul Mukthie Fadjar memang baru saja
mengucapkan sumpah jabatan sebagai Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi (MK) periode 2008-2011 di ruang sidang MK, Kamis (21/8). Kemudian
Gabungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tergabung dalam Aliansi
Masyarakat untuk MK (AMUK) menyambangi ruang kerja Mahfud selang beberapa
jam setelah pelantikan, dimana tujuan mereka adalah beraudiensi dengan Mahfud
dan Mukthie seputar dugaan rangkap jabatan yang kemungkinan dilakukan oleh
para hakim konstitusi.3
Ketua Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) Firmansyah Arifin
meminta agar Pasal 17 UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang
melarang para hakim konstitusi melakukan rangkap jabatan. Ada lima jabatan
yang tak boleh dirangkap oleh hakim konstitusi, ingat Firman. Kelima jabatan itu
adalah pejabat negara lainnya, anggota partai politik, pengusaha, advokat, atau
pegawai negeri. Firman meminta agar para hakim konstitusi menggelar deklarasi
telah terbebas
dari rangkap
jabatan yang
Berdasarkan masukan tersebutMahfud menyambut baik masukan ini dan akan mengecek satu
persatu (para hakim konstitusi) mengenai pelaksanaan Pasal 17, akan tetapi secara pribadi, Mahfud
mengatakan ia telah mundur dari jabatan-jabatan ketika sudah menjadi hakim konstitusi, dan dalam
berbagai kesempatan, ia mengatakan telah mundur dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dua minggu
sebelum ditetapkan sebagai hakim konstitusi. Dan begitu pula Mukthie yang hadir mendampingi
Mahfud juga menegaskan hal serupa. Mukthie mengatakan ia telah pensiun sebagai pegawai negeri
sipil saat dilantik sebagai hakim konstitusi pada tahun 2003.
Kemudian hakim konstitusi periode pertama HAS Natabaya juga dipensiunkan karena faktor
usia. Namun, tambah Mukthie, hakim konstitusi yang berusia di bawah 56 tahun hanya dinonaktifkan
sementara. Sebagai contohnya, I Dewa Gede Palguna. Sekarang dia diaktifkan kembali (karena sudah
tak menjabat sebagai hakim konstitusi lagi), dan akan atau bakal kembali ke almamaternya di
Universitas Udayana, Bali.
3.http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19967/mahfud-akan-pastikan-tak-adahakim-konstitusi-yang rangkap-jabatan.
4 http://pa-pelaihari.go.id/index.php?content=mod_berita&id=40.
Mengacu pada kebijakan pemerintah ini, Mukthie menilai Hakim Konstitusi Maria Farida
Indrati dan Achmad Sodiki seharusnya juga sudah pensiun mengingat usianya di atas 56 tahun. Namun,
ia meminta kepada Aliansi Masyarakat untuk MK (AMUK) agar bersabar, karena mereka baru
beberapa hari dilantik sebagai hakim konstitusi. Pak Sodiki mau ke Malang, ujarnya. Sodiki merupakan
dosen di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Apabila Maria dan Sodiki dicurigai belum
mundur dari jabatan PNS nya sebagai dosen, beda lagi dengan Akil Mochtar. Mantan Anggota Komisi
III DPR RI ini memiliki latar belakang sebagai anggota Partai Golkar dan juga advokat. Pak Akil
memang bukan PNS, tapi dia advokat, ujar Mukthie.
Dari uraian diatas bahwa keberadaan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1993 yang telah
diganti dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2011 tentang jabatan rangkap Hakim Agung dan
Hakim, masih terlihat terjadi penyimpangan-penyimpangan yang sangat menyolok, apalagi di era
Reformasi Birokrasi sekarang masih saja pelanggaran-pelanggaran rangkap jabatan terjadi di lembagalembaga maupun instansi pemerintahan, apalagi dalam upaya keterbukaan informasi khususnya yang
berkaitan dengan lelang jabatan, masih terlihat para hakim yang menyadang predikat jabatan
fungsioanl, masih saja berambisi untuk menduduki jabatan-jabatan struktural di Direktorat jenderal,
yang seharusnya tugas para hamim adalah memeriksa, mempertimbangkan dan memutus perkara di
peradilan dan harus tunduk kepada Mahkamah Agung sebagai yang menjalankan Kekuasaan
Kehakiman.
Demikianlah usalan saya ini, semoga menjadi pertimbangan bagi para pembaca mengenai
sepercik Pemberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor. 36 Tahun 2011 tentang larangan Rangkap
Jabatan bagi Hakim Agung dan Hakim.
Kesimpulan :
1.
Peraturan
Daftar Pustaka :
1. Republik Indonesia, Undang Undang Dasar 1945.
2. Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman.Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah
dan ditambah dengan Undang-UndangNomor. 5 Tahun 2004 dan perubahan
kedua dengan Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung Republik Indonesia.
3. Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3327), sebagaimana
telah diubah dua ka li te rak hir de nga n U nda ng-U nda ng N om or 49
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 2 Tahun
1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5077).
4. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3344), sebagaimana
telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 160, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5079).
5. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3400), sebagaimana
telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5078).
6. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076).
7. Peraturan Menteri PAN Nomor : PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum
Reformasi Birokrasi.
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Mekanisme Persetujuan Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi dan Tunjangan Kinerja Bagi Kementerian/Lembaga.
9. Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
MA/SEK/07/III/2006 Tanggal 13 Maret 2006.
10. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1993 yang sudah diganti
pemberlakukannya dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2011 karena
perkembangan jaman.
11. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2011 tentang Jabatan Yang Tidak Boleh
Dirangkap Oleh Hakim Agung Dan Hakim.
12.www.mahkamahagung.go.id/images/news/LAPORAN_REFORMASI_BIROKRASI_M
AHKAMAH_AGUNG_FINALE.
13.http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e51c1de1caa2/sebelas-jenisjabatan-terlarang-bagi-hakim.
14.http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19967/mahfud-akan-pastikan-takada-hakim-konstitusi-yang rangkap-jabatan.
15. http://pa-pelaihari.go.id/index.php?content=mod_berita&id=40.