You are on page 1of 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PREMATUR

Tiara Priscilia
Program Studi Diploma IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
ABSTRAK
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur di
RSUD Kabupaten Bekasi Jawa Barat tahun 2014.
Metode Penelitian: jenis penelitian analitik dengan rancangan Cross Sectional. Pengambilan data dengan
data sekunder melalui data rekam medik selama tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
bersalin prematur dan sample yang diambil adalah total sampling yaitu 151 orang. Hasil penelitian ini akan di
analisis dengan univariat dan bivariate dengan uji chi-square dengan bantuan komputer SPSS.
Hasil Penelitian: yang mengalami extremely preterm (<28 minggu) 19 (12,5%), very preterm (28-<32
minggu) 46 (30,5%) dan moderate to late preterm (32-<37 minggu) 86 (57%). Usia ibu (Pvalue = 0,004), riwayat
persalinan prematur (Pvalue = 0,267), kehamilan ganda (Pvalue = 0,035), ketuban pecah dini (P value = 0,453),
perdarahan antepartum (Pvalue = 0,614).
Kesimpulan: Ada hubungan antara usia ibu dan kehamilan ganda dengan persalinan prematur. Tidak ada
hubungan antara riwayat persalinan prematur, ketuban pecah dini dan perdarahan antepartum dengan persalinan
prematur.
Kata kunci : Persalinan Prematur
PENDAHULUAN
Kelahiran prematur

masalah

lainnya di Indonesia walaupun sudah mengalami

penting dibidang reproduksi manusia baik di

penurunan, saat ini AKB dari 5077 kasus tahun

negara maju maupun negara berkembang seperti

2011 menjadi 4431 kasus pada tahun 2012. Dinas

Indonesia.

tingginya

kesehatan jawa barat tahun 2012 menunjukkan

kematian perinatal disebabkan oleh persalinan

AKB di jawa barat sebesar 6,4 per 1000 KH

prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri

(Dinkes Jawa Barat, 2012).


Penyebab utama kematian AKB adalah bayi

Sebesar

70%

merupakan

penyebab

merupakan tolak ukur kemampuan suatu negara


dalam

upaya

kesehatan

yang

menyelenggarakan
bermutu

dan

pelayanan
menyeluruh

(Manuaba, 2010).
Menurut The UN Inter agency group for
Child Mortality Estimates (ISME) Tahun 2011
AKB di Indonesia paling tinggi diantara negaranegara ASEAN yaitu 24,8 per Kelahiran Hidup,
sedangkan Malaysia 5,6 per Kelahiran hidup dan
Filipina 20,2 per Kelahiran Hidup (DepKes RI,
2012).
Data hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) Angka Kematian Bayi (AKB)
pada tahun 2012 di Indonesia yaitu 32 per 1000
kelahiran hidup (SDKI, 2012).
AKB di Jawa Barat yang masih tergolong
tinggi bila dibandingkan dengan provinsi yang

berat lahir rendah (15-20%), bayi lebih bulan


(postmatur), asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%)
(Manuaba, 2010).
Angka kelahiran bayi sebanyak 4.371.800
jiwa. Dari jumlah tersebut, satu dari enam yang
lahir mengalami prematur atau

15,5 per 100

kelahiran hidup (675.700 jiwa) terlahir prematur


(WHO, 2013). Pada tahun 2013 dari 52,6% bayi di
Jawa Barat yang memiliki catatan rekam medik,
11%

nya

mengalami

kelahiran

prematur.

Sedangkan di Bekasi sebanyak 12 % bayi lahir


prematur (RISKESDAS, 2013).
Persalinan prematur merupakan penyebab
kematian yang utama pada kematian perinatal dan
neonatal. Sebanyak 30% persalinan preterm tidak
diketahui penyebabnya, sementara 70% sisanya

disumbang oleh beberapa faktor seperti akibat

(6,76%), data tahun 2012 sebanyak 99 orang dari

kehamilan ganda (sebanyak 30%), infeksi genitalia,

1.126 kelahiran (8,79%) dan data tahun 2013

ketuban

antepartum,

sebanyak 105 orang dari 1.056 kelahiran (9,94%)

inkompetensi servik, dan kelainan konginetal

(Medical Record, RSUD Kabupaten Bekasi).

uterus sebanyak (20-25%). Sedangkan sisanya

Berdasarkan hal tersebut sehingga peneliti tertarik

yaitu sebanyak 15-20 % sebagai akibat hipertensi

untuk melakukan penelitian tentang Faktor-

dalam kehamilan, pertumbuhan janin terhambat,

Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan

kelainan kongenital bayi, dan penyakit-penyakit

Prematur di RSUD Kabupaten Bekasi Jawa

lain yang diderita ibu selama kehamilan (HTA

Barat Tahun 2014.

Indonesia, prediksi persalinan preterm, 2010).

BAHAN DAN METODE


Jenis penelitian

pecah

dini,

perdarahan

Penyebab dari persalinan prematur dapat diperoleh


paritas,

dan

riwayat

data dengan data sekunder melalui data

persalinan

rekam medik selama tahun 2014. Populasi

(Manuaba, 2010). Wanita dengan riwayat kelahiran


prematur

sebelumnya

juga

akan

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

mempunyai

bersalin

kemungkinan yang lebih tinggi untuk kelahiran


gizi

yang

kurang

biasanya

prematur

dan

sample

yang

diambil adalah total sampling yaitu 151

prematur lagi pada kehamilan berikutnya. Lalu


keadaan

dengan

rancangan Cross Sectional. Pengambilan

dari berbagai faktor antara lain faktor ibu, umur,


pendidikan,

analitik

orang. Hasil penelitian ini akan di analisis

akan

dengan univariat dan bivariate dengan uji

menyababkan kelahiran prematur (Prawirohardjo,

chi-square dengan

2009).
Di RSUD Kabupaten Bekasi angka kejadian

bantuan

komputer

SPSS. Variabel yang diteliti adalah usia

persalinan prematur didapatkan data dalam tiga

ibu, riwayat prematur, kehamilan ganda,

tahun terakhir sebagai berikut, yaitu data tahun

perdarahan antepartum dan ketuban pecah

2011 sebanyak 78 orang dari 1.153 kelahiran

dini.

HASIL PENELITIAN

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Usia Ibu Bersalin


di RSUD Kabupaten Bekasi Jawa Barat Tahun
2014

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Persalinan


Prematur di RSUD Kabupaten Bekasi Jawa
Barat Tahun 2014
Persalinan Prematur

Frekuensi

Presentase %

Extremely preterm (<28 minggu)

19

12,5

Very preterm (28-<32 minggu)

46

30,5

Moderate to late preterm (32-<37 minggu) 86

Jumlah

100

151

Berdasarkan tabel 5.1 diatas didapatkan hasil


bahwa dari 151 responden persalinan prematur,
yang mengalami extremely preterm (<28 minggu)
sebanyak 19 responden (12,5%), very preterm (28<32 minggu) sebanyak 46 responden (30,5%) dan
moderate

to

late

preterm

sebanyak 86 responden (57%).

(32-<37

minggu)

Usia Ibu

Frekuensi

Presentase %

< 20 tahun

24

15,9

20-35 tahun

51

33,8

>35 tahun

76

50,3

Jumlah

151

100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa


proporsi terbesar adalah responden pada kelompok
usia ibu >35 tahun yaitu sebanyak 76 responden
(50,3%), kemudian kelompok usia ibu 20-35 tahun
sebanyak 51 responden (33,8%), dan kelompok
umur < 20 tahun sebanyak 24 responden (15,9%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Riwayat


Persalinan Prematur di RSUD Kabupaten
Bekasi Jawa Barat Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa


proporsi terbesar adalah responden pada kelompok
tidak memiliki riwayat persalinan prematur yaitu

Riwayat Persalinan
Prematur

Frekuensi

Presentase
%

Ya

31

20,5

Tidak
Jumlah

120
151

79,5
100

sebanyak 120 responden (79,2%), sedangkan


proporsi yang paling sedikit yang mengalami
riwayat

responden (20,5%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kehamilan


Ganda di RSUD Kabupaten Bekasi Jawa Barat
Tahun 2014
Kehamilan Ganda

Frekuensi

Presentase %

Ya
Tidak

25
126

16,6
83,4

Jumlah

151

100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa


proporsi terbesar adalah responden pada kelompok
tidak mengalami kehamilan ganda yaitu sebanyak
126 responden (83,4%), sedangkan proporsi yang
paling sedikit yang mengalami kehamilan ganda
sebanyak 25 responden (16,6%).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ketuban Pecah
Dini di RSUD Kabupaten Bekasi Jawa Barat
Tahun 2014

persalinan

prematur

sebanyak

31

Ketuban Pecah Dini

Frekuensi

Presentase
%

Ya

31

20,5

Tidak

120

79,5

Jumlah

151

100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa


proporsi terbesar adalah responden pada kelompok

Solusio Plasenta
Plasenta previa
Tidak

18
25
108

11,9
16,6
71,5

Jumlah

151

100

tidak mengalami ketuban pecah dini yaitu sebanyak


120 responden (79,5%), sedangkan proporsi yang

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa

paling sedikit yang mengalami ketuban pecah dini

proporsi terbesar adalah responden pada kelompok

sebanyak 31 responden (20,5%).

tidak mengalami perdarahan antepartum yaitu

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Perdarahan


Antepartum di RSUD Kabupaten Bekasi Jawa
Barat Tahun 2014
Perdarahan Antepartum

Frekuensi

sebanyak 108 responden (71,5%), plasenta previa


yaitu 25 responden (16,6%), solusio plasenta yaitu

Presentase %18 responden (11,9%).

persalinan prematur adalah usia kehamilan 32-<37


Tabel 5.7 Hubungan Antara Usia Ibu Dengan
Persalinan Prematur di RSUD Kabupaten
Bekasi Jawa Barat Tahun 2014

minggu yaitu sebanyak 16 (66,7%). Dari 51


responden

Usia
(Tahu
n)

Persalinan Prematur
<28
Minggu

28-<32
minggu

< 20

25

20-35

>35
Jumla
h

12
19

15,8
12,6

berusia

20-35

tahun

yang

terbanyak pada usia kehamilanya 33-<37 minggu

Total

yaitu sebanyak 34 (66,7%). Sedangkan pada usia

32-<37
minggu

yang

>35 tahun sebanyak 76 responden terjadi pada

8,3

16

66,7

24

100

16

31,4

34

66,7

51

100

28
46

36,8
30,5

36
86

47,4
57

76
15
1

100
100

kehamilan 32-<37 minggu sebanyak 36 (47,4%).


Hasil uji statistic menunjukan P value sebesar
0,004 lebih kecil dari (0,05) yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan

Berdasarkan tabel 5.7 dari 24 responden yang


usianya < 20 tahun

persalinan prematur.

yang terbanyak mengalami

Tabel 5.8 Hubungan Antara Persalinan


Prematur dengan Riwayat Prematur di RSUD
Kabupaten Bekasi Jawa Barat Tahun 2014

Tidak
Jumlah

15
19

12,5
12,6

33
46

27,5
30,5

72
86

60
57

Berdasarkan tabel 5.8 dari 31 responden yang


Riwayat
Prematur

Persalinan Prematur
<28
Minggu

Ya

28-<32
minggu

12,9

13

41,9

Total
32-<37
minggu

n
14

mengalami riwayat persalinan prematur yang


terbanyak mengalami persalinan prematur adalah
usia kehamilan 32-<37 minggu yaitu sebanyak 14

45,2

31

(45,2%).

Dari

120

responden

yang

tidak

mengalami riwayat persalinan prematur yang

120
151

100
100

terbanyak pada usia kehamilanya 32-<37 minggu


Tidak
Jumlah

yaitu sebanyak 72 (60%). Hasil uji statistic

17
19

14,2
12,6

37
46

30,8
30,5

66
86

55
57

120
151

100
100

menunjukan P value sebesar 0,267 lebih besar dari


Berdasarkan tabel 5.10 dari 31 responden yang

nilai (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang


bermakna

antara

riwayat

prematur

mengalami ketuban pecah dini yang terbanyak

dengan

mengalami persalinan prematur

persalinan prematur.

adalah usia

kehamilan 32-<37 minggu yaitu sebanyak 20


Tabel 5.9 Hubungan Antara Kehamilan Ganda
dengan Persalinan Prematur di RSUD
Kabupaten Bekasi Jawa Barat Tahun 2014

(64,5%).

Dari

120

responden

yang

tidak

mengalami ketuban pecah dini yang terbanyak


pada usia kehamilanya 32-<37 minggu yaitu
sebanyak 66 (55%). Hasil uji statistic menunjukan

Kehamilan
Ganda

Persalinan Prematur
<28
Minggu

n
Ya
Tidak
Jumlah

6
13
19

Total

P value sebesar 0,453 lebih besar dari nilai (0,05)


yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna

28-<32
minggu

32-<37
minggu

antara ketuban pecah dini dengan persalinan

24

12

16

64

25

10,3
12,6

43
46

34,1
30,5

70
86

55,6
57

126
151

Berdasarkan tabel 5.9 dari 25 responden yang

Perdarahan
Antepartu
m

mengalami kehamilan ganda yang terbanyak


mengalami persalinan prematur

prematur.
Tabel 5.11 Hubungan Antara Perdarahan
Antepartum dengan Persalinan Prematur
di RSUD Kabupaten Bekasi Jawa Barat Tahun
2014

adalah usia

kehamilan 32-<37 minggu yaitu sebanyak 16

Persalinan Prematur
<28 Minggu

28-<32
minggu

Solusio
Plasenta

11,1

27,8

(55,6%). Hasil uji statistic menunjukan P value

Plasenta
Previa

20

sebesar 0,035 lebih kecil dari nilai (0,05) yang

Tidak

12

11,1

Jumlah

19

12,6

(64%). Dari 126 responden yang tidak mengalami


kehamilan ganda yang terbanyak pada usia
kehamilanya 32-<37 minggu yaitu sebanyak 70

berarti ada hubungan yang bermakna antara

mengalami

11

61,1

18

100

20

15

60

25

100

36

33,3

60

55,6

108

100

46

30,5

86

57

151

100

solusio

plasenta

yang

terbanyak

adalah usia

kehamilan 32-<37 minggu yaitu sebanyak 11


Total

Dari

108

responden

yang

tidak

mengalami perdarahan antepartum yang terbanyak


pada usia kehamilanya 32-<37 minggu yaitu

<28
Minggu

Ya

mengalami persalinan prematur


(61,1%).

Persalinan Prematur

32-<37
minggu

Berdasarkan tabel 5.11 dari 18 responden yang

kehamilan ganda dengan persalinan prematur.


Tabel 5.10 Hubungan Antara Ketuban Pecah
Dini dengan Persalinan Prematur di RSUD
Kabupaten Bekasi Jawa Barat Tahun 2014

Ketuban
Pecah Dini

Total

28-<32
minggu

32-<37
minggu

sebanyak

6,5

28

20

64,5

31

60

(55,6%).

Hasil

uji

statistic

menunjukan P value sebesar 0,614 lebih besar dari


nilai (0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara perdarahan antepartum dengan
persalinan prematur.

BAHASAN
6.1.1

lebih kecil dari (0,05) yang berarti ada


hubungan yang bermakna antara usia ibu

Distribusi Frekuensi Persalinan Prematur


di RSUD Kabupaten Bekasi Jawa Barat

dengan persalinan prematur.


Sesuai dengan hasil penelitian di RSUD

tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil

Kabupaten Bekasi menurut teori Jenny (2008)

bahwa

dari

151

responden

menyatakan bahwa usia reproduksi yang

persalinan

optimal bagi seorang ibu adalah 20-35 tahun.

prematur, yang mengalami extremely preterm


(<28

minggu)

sebanyak

19

Pada umur kurang dari 20 tahun, organ-organ

responden

reproduksi belum berfungsi dengan sempurna,

(12,5%), very preterm (28-<32 minggu)

rahim dan panggul ibu belum tumbuh

sebanyak 46 responden (30,5%) dan moderate

mencapai

to late preterm (32-<37 minggu) sebanyak 86

sehingga

bila

terjadi

kehamilan dan persalinan akan lebih mudah

responden (57%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rima

mengalami komplikasi dan pada usia lebih

bawa

dari 35 tahun organ kandungan sudah tua,

Persalinan preterm wanita kulit putih lebih

sehingga jalan lahir telah kaku dan mudah

banyak berupa persalinan preterm spontan

terjadi komplikasi. Selain berpengaruh pada

dengan selaput ketuban utuh, sedangkan pada

penerimaan kehamilan dan proses melahirkan,

wanita

kulit

didahului

kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun dan

dnegan

ketuban

Persalinan

di atas 35 tahun juga berisiko untuk

preterm juga dapat dibagi menurut usia

melahirkan bayi prematur (Manuaba, 2010).


Berdasarkan penelitian Latifah (2009) di

pada

tahun

2010

mengemukakan

hitam

umumnya

pecah

dini.

kehamilan, sekitar 20% terjadi pada usia

Purwokerto tahun 2009 angka persalinan

kehamilan 24-30 minggu, sekitar 20% pada

prematur pada usia <20 tahun sebesar 30%

usia 32-33 minggu, dan 60% pada usia 31-36


minggu.

Umumnya

persalinan

sedangkan pada persalinan usia reproduksi

prematur

(20-35

terjadi pada usia kehamilannya kurang dari

6.1.2

dewasa

tahun)

angka

kejadian

prematur

31-36 minggu, hal ini sesuai dengan hasil

sebesar 10%.
Menurut peneliti setelah dilakukan penelitian

penelitian,

penelitian

didapatkan kesimpulan bahwa umur < 20

persalinan prematur yang paling banyak


mengalami persalinan prematur pada usia

tahun lebih beresiko melahirkan prematur

kehamilan 32-<37 minggu.


Hubungan antara Usia

belum sempurna dan pada umur > 35 tahun

dimana

dari

hasil

Ibu

karna kematangan organ-organ reproduksi

dengan

Persalinan Prematur di RSUD Kabupaten

juga

Bekasi Tahun 2014


Berdasarkan tabel 5.2

dikarenakan organ - organ reproduksi yang


diketahui

bahwa

proporsi terbesar adalah responden pada

6.1.3

beresiko

melahirkan

fungsi nya sudah mulai menurun.


Hubungan antara Riwayat

prematur

prematur

kelompok usia ibu >35 tahun yaitu sebanyak

dengan Persalinan Prematur di RSUD

76 responden (50,3%), kemudian kelompok

Kabupaten Bekasi Tahun 2014


Berdasarkan tabel 5.3 diketahui

usia ibu 20-35 tahun sebanyak 51 responden


(33,8%), dan

kelompok umur < 20 tahun

sebanyak 24 responden (15,9%). Hasil uji


statistic menunjukan P value sebesar 0,004

bahwa

proporsi terbesar adalah responden pada


kelompok tidak memiliki riwayat persalinan
prematur yaitu sebanyak 120 responden
(79,2%), sedangkan proporsi yang paling

sedikit yang mengalami riwayat persalinan

yang bermakna antara kehamilan ganda

prematur sebanyak 31 responden (20,5%).

dengan persalinan prematur.


Prawirohardjo (2010) menyatakan bahwa

Hasil uji statistic menunjukan P value sebesar

sebanyak 10% pasien dengan partus prematur

0,267 lebih besar dari nilai (0,05) yang

ialah kehamilan ganda dan secara umum

berarti tidak ada hubungan yang bermakna

kehamilan ganda mempunyai panjang usia

antara riwayat prematur dengan persalinan

gestasi yang lebih pendek.


Cunningham (2012) menyatakan

prematur.
Cunningham, 2012 menyatakan bahwa faktor

Kelahiran sebelum aterm adalah alasan utama

risiko utama persalinan kurang bulan adalah

meningkatnya

riwayat kelahiran kurang bulan. Lebih dari


sepertiga

wanita

sebelumnya

yang

kurang

dua
bulan

antara kembar dan tunggal. Persalinan kurang


bulan spontan atau persalinan prematur
merupakan penyebab yang lebih banyak

premature

sedangkan

selanjutnya setelah 1x persalinan premature

persalinan

dan janin tunggal.


Menurut pendapat peneliti bahwa seorang
calon ibu yang mengandung anak kembar

faktor kecemasan ibu-ibu hamil yang pernah

dua, kembar tiga, atau lebih, memiliki potensi

melahirkan persalinan prematur yang lalu


berhati-hati

yang lebih besar untuk melahirkan bayi-

menjaga

bayinya secara prematur. Hal ini dapat

kehamilanya dan memantau kehamilanya ke


6.1.4

tenaga kesehatan.
Hubungan antara

menjadi

sama seringnya pelahiran pada janin kembar

pada kehamilan selanjutnya.


Ketidak sesuaian antara teori dipengaruhi oleh

lebih

dini

bulan atas indikasi merupakan penyebab yang

premature

memiliki resiko untuk mengalaminya kembali

sehingga

pecah

kurang bulan bayi kembar. Persalinan kurang

persalinan meningkatnya hingga 28%. Wanita


mengalami

ketuban

penyebab yang lebih sedikit pada kelahiran

meningkatnya hingg 14,3% dan setelah 2x


yang

dan

kelahiran kurang bulan atau prematur berbeda

Assessment Indonesia tahun 2010 bahwa


persalinan

morbiditas

dkk (1995) mendapatkan bahwa penyebab

kemudian

juga. Berdasarkan data Helath Technology


terjadinya

angka

mortalitas neonatus pada kembar. Gardner

kelahiran

melahirkan bayi ketiga yang kurang bulan

insiden

bahwa

disebabkan oleh merenggangnya rahim yang


Kehamilan

Ganda

kelewat lebar sehingga pada akhirnya, rahim

dengan Persalinan Prematur di RSUD

tidak dapat menampung bayi-bayi ini lebih

Kabupaten Bekasi Tahun 2014


Berdasarkan tabel 5.9 dari 25 responden yang

6.1.5

lama lagi.
Hubungan antara Ketuban Pecah Dini

mengalami kehamilan ganda yang terbanyak

dengan Persalinan Prematur di RSUD

mengalami persalinan prematur adalah usia

Kabupaten Bekasi Tahun 2014


Berdasarkan tabel 5.10 dari 31 responden

kehamilan 32-<37 minggu yaitu sebanyak 16


(64%). Dari 126 responden yang tidak
mengalami kehamilan ganda yang terbanyak
pada usia kehamilanya 32-<37 minggu yaitu
sebanyak 70 (55,6%). Hasil uji statistic
menunjukan P value sebesar 0,035 lebih kecil
dari nilai (0,05) yang berarti ada hubungan

yang mengalami ketuban pecah dini yang


terbanyak mengalami persalinan prematur
adalah usia kehamilan 32-<37 minggu yaitu
sebanyak 20 (64,5%). Dari 120 responden
yang tidak mengalami ketuban pecah dini
yang terbanyak pada usia kehamilanya 32<37 minggu yaitu sebanyak 66 (55%). Hasil

uji statistic menunjukan P value sebesar 0,453

uji statistic

lebih besar dari nilai (0,05) yang berarti

0,614 lebih besar dari nilai (0,05) yang

tidak ada hubungan yang bermakna antara

berarti tidak ada hubungan yang bermakna

ketuban

antara

pecah

dini

dengan

persalinan

previa sering sekali berhubungan dengan

dari luar, persalinan prematur atau kurang

persalinan prematur akibat harus dilakukan

bulan, gangguan peredaran darah atau tali

tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila

pusat yang bisa menyebabkan kondisi gawat

telah

janin dan kematian janin akibat tali pusat

kemungkinan kondisi janin kurang baik

yang tertekan, Oligohidramnion, yakni cairan

karena

ketuban kurang dari jumlah yang dibutuhkan,

merangsang

atau bahkan habis (Khumaira, 2012). Menurut

prematur, meskipun sebagian besar (65%)

pendapat peneliti ketidak sesuaian teori

terjadi pada aterm. Pada pasien dengan

dengan hasil penelitian dipengaruhi oleh

riwayat solusio plasenta maka kemungkinan

faktor-faktor

kasus

terulang menjadi lebih besar yaitu 11%. Teori

kehamilan dengan ketuban pecah dini di

tersebut tidak sesuai dengan penelitian di

RSUD Kabupaten Bekasi. Apabila dijumpai

RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2014. Bahwa

kasus ketuban pecah dini pihak rumah sakit

tidak

langsung segera memantau kesejahterahan

antepartum

janin, dan tim dokter mengambil tindakan

prematur.
Menurut pendapat peneliti pada kehamilan

seperti

kurangnya

terjadi

perdarahan

hipoksia.

ada

(2010)

Solusio

untuk

Plasenta

banyak

maka

plasenta

terjadinya

akan

persalinan

hubungan

antara

perdarahan

dengan

riwayat

persalinan

dengan perdarahan antepartum masih bisa

persalinan prematur dapat segera diantisipasi.


Hubungan antara Perdarahan Antepartum

ditangani segera dan dipertahankan untuk

dengan Persalinan Prematur di RSUD

tidak

Kabupaten Bekasi Tahun 2014


Berdasarkan tabel 5.11 dari 18 responden

kesehatan apabila pasien yang mengalami

mengalami

solusio

plasenta

sebanyak 11 (61,1%). Dari 108 responden


yang tidak mengalami perdarahan antepartum
yang terbanyak pada usia kehamilanya 32<37 minggu yaitu sebanyak 60 (55,6%). Hasil

prematur

oleh

petugas

ke tenaga kesehatan.
KESIMPULAN
Ada hubungan antara usia ibu dan kehamilan ganda
dengan persalinan prematur. Tidak ada hubungan
antara riwayat persalinan prematur, ketuban pecah
dini dan perdarahan antepartum dengan persalinan
prematur

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, dkk. 2010. Obstetric Wiliam
Edisi 21 Panduan Ringkas, EGC, Jakarta
Cunningham, dkk. 2012. Obstetric Wiliam
Edisi 21 Panduan Ringkas, EGC, Jakarta
Jenny. J. 2008. Efektifitas dan Efek Samping
Ketolorac sebagai Tokolitik pada Ancaman

bersalin

tanda dan gejala langsung memeriksakannya

yang

adalah usia kehamilan 32-<37 minggu yaitu

3.

dengan

terjadinya komplikasi, seperti infeksi kuman

terbanyak mengalami persalinan prematur

2.

antepartum

persalinan prematur.
Menurut Prawirohardjo

yang

1.

perdarahan

prematur.
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan risiko

sesuai dengan indikasi, sehingga resiko-resiko


6.1.6

menunjukan P value sebesar

4.

Persalinan Prematur: Tinjauan Perbandingan


dengan Nifedipin [disertasi]. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Laporan
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan
Litbangkes

5.
6.
7.
8.

9.
10.
11.
12.
13.
14.
22.

Kementrian Kesehatan RI. 2009. Survei


Demografi dan Kesehatan Indonesia. Laporan
Pendahuluan.
Krisnadi. 2009. Prematuritas. Bandung: Refika
Aditama.
Khumaira, Marsha. 2012. Ilmu Kebidanan.
Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta
Latifah L, A. M.D. 2009. Hubungan kehamilan
pada usis remaja dengan kejadian prematuritas,
berat bayi lahir rendah dan asfiksia.
Purwokerto: Universitas Soedirman.
Manuaba, I. B. G. 2010. Kapita Selekta
Penatalaksaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Manuaba, I. B. G. 2012. Kapita Selekta
Penatalaksaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan.
Jakarta:
PT
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prediksi Persalinan Preterm [internet]. Health
Technology Assessment Indonesia; 2010.

15.

16.
17.
18.

19.

20.
21.

http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com.
Downloaded on June, 21, 2015.
Preterm Labor and Preterm Birth. American
College of Obstetricians and Gynecologists.
2013.
http://www.acog.org/~/media/For
%20Patients/ faq087. pdf. downloaded on June,
21, 2015.
Rima, Novalia. 2010. Persalinan Preterm.
Samarinda: Universitas Mulawarman.
Saifuddin, A. B. (2009). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Soepardi, J. 2012. Profil Kesehatan Indonesia
tahun
2012.
http://www.depkes.
go.id/downloads/publikasi/ProfilKesehatanIndo
nesia2012.pdf.downloaded on June, 19, 2015.
Soendoro, T. 2012. Profil Provinsi Jawa Barat
tahun
2012.
http://www.depkes.
go.
id/downloads/profil/provjabar2012.pdf.
downloaded on June, 19, 2015.
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian
Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Edisi I.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan. Edisi
ke-2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

You might also like