Professional Documents
Culture Documents
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Cut Firza Humaira
NIM : 109103000009
Oleh
Cut Firza Humaira
NIM: 109103000009
Pembimbing 1
Pembimbing 2
ii
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Penguji 1
Penguji 2
Yuliati, M.Biomed
PIMPINAN FAKULTAS
iii
KATA PENGANTAR
iv
Penulis
ABSTRAK
Cut Firza Humaira.Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Otomikosis pada
Mahasiswi PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Faktor yang
Mempengaruhi
Otomikosis merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada telinga luar. Faktor
predisposisi yang mempengaruhi diantaranya kelembaban yang tinggi, trauma
lokal yang sering disebabkan oleh kebiasaan membersihkan telinga secara rutin
menggunakan cotton buds, penggunaan steroid dalam jangka waktu lama, riwayat
dermatomikosis dan kebiasaan berenang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada prevalensi otomikosis pada mahasiswi di PSPD FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan otoskopi, pemeriksaan preparat langsung dibawah mikroskop
menggunakan KOH 10% dan memberikan kuisioner pada sampel. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian cross sectional, serta teknik pengambilan
sampel yakni sistematic random sampling.Sampel penelitian berjumlah 40 orang.
Hasil penelitian ini tidak ditemukan kasus otomikosis, dan ditemukan sebanyak
40% sampel penelitian menggunakan cotton buds4-5 kali dalam seminggu.
Kata Kunci: Otomikosis, Kelembaban, Prevalensi
ABSTRACT
Cut Firza Humaira.Medicine Study Programe. Prevalence of Otomycosis in
Student of PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta and Affecting Factors
Otomycosisis a fungal infectionthat occurs in the outer ear. Predisposing factors
that affect such humidity, local trauma caused by the habit of cleaning the ears
regularly using cotton buds, the use of long term steroids, history of
dermatomycosis, and swimming. This research aims to determine the prevalence
of otomycosis in student of PSPD FKIK Syarif Hidayatullah State Islamic
University in Jakarta.This research was using otoscope examination, direct
examination under a microscope preparations using 10% KOH and gave
questionnaires to the sample. This research is based on a cross-sectional study
with systematic random sampling which used 40 students. The results of this
research theres no case of otomycosis and there are 40% of the samples using
cotton buds for 4-5 times a week.
Keywords: Otomycosis, Humidity, Prevalence
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
ABSTRAK......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.4.1.
1.4.2.
vii
Desain ................................................................................................. 19
3.2.
Waktu Penelitian.................................................................................. 19
3.3.
3.4.
Populasi ............................................................................................... 19
3.5.
3.6.
3.6.1.
3.6.2.
3.7.
Variabel Penelitian............................................................................... 20
3.7.1.
3.7.2.
3.8.
3.8.1.
3.8.2.
3.9.
3.9.1.
3.9.2.
3.9.3.
3.10.
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Obat yang sering digunakan pada kasus otomikosis ........................... 13
Tabel 4.1: Karakteristik Demografis Subjek Penelitian....................................... 22
Tabel 4.2: Distribusi Sampel Penelitian .............................................................. 23
Tabel 4. 3: Serumen pada Pengguna Cotton Buds .............................................. 25
Tabel 4.4: Prevalensi Otomikosis ....................................................................... 26
Tabel 4. 5: Hubungan penggunaan cotton buds dengan serumen ........................ 26
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Anatomi telinga manusia. ............................................................... 4
Gambar 2. 5: Otomikosis .................................................................................. 10
Gambar 2. 6: Skema kerja pemeriksaan jamur .................................................. 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1 ....................................................................................................... 35
2 ....................................................................................................... 37
3 ....................................................................................................... 38
4 ....................................................................................................... 41
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Otomikosis atau yang dikenal juga dengan fungal otitis externa
merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada telinga luar, terutama pinna
(auricula) dan meatus acusticus externus. Otomikosis sering terjadi di negara
tropis dan subtropis, dan pada kebanyakan kasus, jamur penyebab tersering
infeksi ini merupakan isolat dari Aspergillus (niger, fumingatus, flavescens, albus)
atau Candida spp.1,2
Kasus otomikosis tersebar di seluruh belahan dunia. Sekitar 5-25% dari
total kasus otitis eksterna merupakan kasus otomikosis. Frekuensi terjadinya
infeksi ini bervariasi berdasarkan perbedaan area geografis yang dihubungkan
dengan faktor lingkungan (temperatur, kelembaban relatif) dan dihubungkan juga
dengan musim. Di Inggris, diagnosis otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur
ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim panas.3,4,5
Otomikosis bisa terjadi dengan atau tanpa gejala. Gejala yang paling
sering terjadi adalah pruritus. Namun dapat pula terjadi gejala lain seperti otalgia,
otorrhea, kehilangan pendengaran, dan tinnitus. Faktor predisposisi terjadinya
otomikosis meliputi hilangnya lapisan serumen, kelembaban yang tinggi,
peningkatan temperatur, dan trauma lokal, yang biasanya sering disebabkan oleh
kebiasaan membersihkan telinga secara rutin menggunakan cotton buds dan
penggunaan alat bantu dengar.1,6
Serumen memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan
pertumbuhan bakteri dan jamur. Olahraga air misalnya berenang dan berselancar
sering dihubungkan dengan keadaan otomikosis oleh karena paparan ulang
dengan air sehingga kanal menjadi lembab dan dapat mempermudah jamur
tumbuh. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada telinga seperti
munggunakan cotton budsyang dapat mengangkat film layer sehingga serumen
keluar atau penggunaan antibiotik dan steroids yang dapat menurunkan jumlah
flora normal, dan dapat juga terjadi pada penderita eksema, rhinitis allergika, dan
asthma.5
Ashish Kumar pada penelitiannya yang berjudul Fungal Spectrum in
Otomycosis Patients, menyebutkan faktor predisposisi yang berkontribusi
terhadap kejadian otomikosis, antara lain dermatomikosis (51,22%), pemakaian
sorban (29,26%), pemakaian jilbab (14,63%), dan berenang (4,88%). K. Murat
Ozcan pada salah satu penelitiannya yang berjudul Otomycosis in Turkey:
Predisposing Factors, Aetiology, and Therapy menyebutkan bahwa faktor
predisposisi terjadinya otomikosis termasuk penggunaan penutup kepala (74,7%),
dermatomikosis (34,5%), dan berenang (27,6%).3,7
Berdasarkan teori yang menyebutkan bahwa peningkatan kelembaban
telinga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya otomikosis, maka kejadian
otomikosis merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan pada pengguna
penutup kepala khususnya jilbab, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
prevalensi otomikosis pada populasi PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
1.2.Rumusan Masalah
a. Kasus otomikosis diperkirakan sekitar 25% dari kasus otitis eksterna
b. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya otomikosis tersebut
c. Penelitian di Iran dan Turki menyebutkan bahwa faktor penyebab
terjadinya otomikosis adalah pemakaian sorban/jilbab, berenang, dan
infeksi jamur sebelumnya
d. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia
e. Penduduk Indonesia mayoritas muslim dan rata-rata menggunakan
penutup kepala, terutama wanita
f. Belum diketahuinya prevalensi otomikosis dan faktor penyebabnya di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3.Pertanyaan Penelitian
Bagaimana prevalensi otomikosis pada mahasiswi yang menggunakan jilbab
di preklinik PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
-
b. Tujuan Khusus
-
c. Bagi Peneliti
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga Luar
Secara anatomi, organ pendengaran dibagi menjadi telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam. Daun telinga yang berada di samping kepala hanya
sebagian dari organ pendengaran sebenarnya dan merupakan lipatan kulit yang
terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga bagian luar.
Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan, tetapi
terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibrosa. Bagian besar dari organ
pendengaran merupakan bagian yang penting, tidak terlihat, dan berada di os
temporal. 8,9
Gambar 2.1: Anatomi telinga manusia. Warna ungu menunjukkan bagian telinga luar, warna hijau
menunjukkan bagian telinga tengah, dan warna biru menunjukkan bagian telinga dalam 8
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus. Auricula
atau pinna merupakan bagian telinga luar yang terlihat di kedua sisi kepala dan
mengelilingi lubang meatus acusticus externus. Auricula atau pinna berfungsi
mengumpulkan gelombang suara dan mengantarkan gelombang suara tersebut ke
meatus acusticus. Meatus acusticus externus adalah struktur yang berkelok dan
berbentuk S dengan panjang lebih kurang 2,5cm yang menghubungkan auricula
dengan membrana tympani. Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang
suara dari auricula ke membrana tympani.9,10
predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan yang terjadi ketika
mengorek telinga. 11,12
2.2.2. Patofisiologi
Perjalanan penyakit otitis eksterna dibagi menjadi stadium preinflamasi;
stadium inflamasi akut, yang dapat terjadi secara ringan, sedang, atau berat; dan
stadium inflamasi kronik. Pada stadium preinflamasi terjadi edema stratum
korneum akibat hilangnya pH asam dan lapisan pelindung kanal, kemudian terjadi
penyumbatan di unit apopilosebasea, dan selama penyumbatan berlangsung akan
timbul rasa penuh dan gatal di telinga. Kerusakan lapisan epitel memungkinkan
invasi bakteri atau jamur yang berasal dari pinggir kanal ataupun yang masuk
bersama benda asing yang dimasukkan ke kanal, seperti cotton swab. Hal ini
mengakibatkan terjadinya stadium inflamasi akut yang ditandai dengan nyeri.
Pada tahap awal stadium inflamasi rigan, kulit meatus acusticus externus
dapat terlihat eritema yang ringan, sedikit edema, dan dapat juga terlihat adanya
sekret encer atau agak keruh dalam jumlah yang sedikit. Ketika rasa nyeri dan
gatal semakin bertambah, ini menandakan perkembangan inflamasi akut otitis
eksterna dari stadium inflamasi ringan ke stadium inflamasi sedang telah terjadi,
dimana kanal terlihat lebih edema dan lebih banyak eksudat kental.
Perkembangan inflamasi bila tidak diobati akan berlanjut ke stadium
inflamasi berat, yang ditandai dengan rasa nyeri yang semakin bertambah dan
tertutupnya lumen kanal. Terdapat banyak eksudat purulen, terjadi edema kulit
kanal yang dapat mengaburkan membran timpani, serta sering terlihat adanya
papul putih dan kecil di permukaan kulit kanal. Pada stadium berat ini, sering juga
terjadi perluasan infeksi keluar kanal yang meliputi perbatasan jaringan lunak dan
kelenjar getah bening servikal.
Pada stadium inflamasi kronik, rasa nyeri mulai berkurang tetapi rasa gatal
yang timbul sangat hebat. Kulit kanal eksternal menebal, dan bagian
superfisialnya mulai mengelupas. Pada stadium ini dapat ditemukan perubahan
sekunder pada bagian aurikula dan konka, seperti eksematisasi, likenifikasi, dan
ulserasi superfisial. Kondisi ini hampir sama seperti eksema, dan dapat terjadi
dengan pengeringan dan penebalan kanal, hingga hilangnya kanal eksernal karena
hipertrofi kulit akibat infeksi kronik.12
2.3. Otomikosis
2.3.1 Definisi
Otomikosis merupakan penyakit inflamasi telinga luar yang disebabkan
oleh infeksi jamur,
yangbisa
menyebar
auricula
maupun
lapisan
epidermal
membran
unit-unit
10
liang telinga, sekret yang purulen, atau penebalan kulit yang progresif yang bisa
menutup lumen dan mengakibatkan gangguan konduksi hantaran suara.17
Teknik Pemeriksaan
1. Pemeriksa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Pemeriksa menerangkan pemeriksaan yang akan dilakukan
11
12
1. Dinding belakang faring: warnanya, licin atau bergranula, sekret ada atau
tidak, dan gerakan arkus faring
2. Tonsil: besar atau ukuran, warna, apakah ada detritus
a. T0 : tonsil sudah diangkat
b. T1 : tonsil masih didalam fossa tonsilaris
c. T2 : tonsil sudah melewati pilar posterior belum melewati garis
paramedian
d. T3 : tonsil melewati garis paramedian belum melewati garis
median (pertengahan uvula)
e. T4 : tonsil melewati garis median
3. Mulut: bibir, pallatum, gusi dan gigi geligi
4. Lidah: perhatikan gerakanlidah
Sampel yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis otomikosis dapat diperoleh
dari swab telinga menggunakan cotton swab steril. Pemeriksaan preparat langsung
dengan mikroskop dapat digunakan untuk mendeteksi jamur. Pada preparat
sediaan langsung dengan menggunakan larutan KOH 10% hasil positif akan
menunjukkan adanya hifa pada preparat tesebut.1,3,19
Bahan Pemeriksaan
Preparat
langsung
Letakkan di gelas objek
Tambahkan KOH 10% 1 tetes
Tutup dengan cover glass
Tunggu selama 10 menit
Amati di bawah mikroskop tanpa
minyak emersi dengan
pembesaran 10x10 dan 10x40
Gambar 2. 3: skema kerja pemeriksaan jamur20
13
Study design
Antifungal
Posology
Number
Efficacy
of
(%)
Patients
Jadhav et al.
Prospective
Clotrimazole
79
100
Piantoni et al.
Prospective
Bifonazole
23
100
Nong et al.
Randomized
Miconazole
110
97,6
prospective
Ketokonazole
97,5
Clotrimazole
90
Thymol alcohol
80
141
96
39
94,8
days
Prospective
Clotrimazole
Kley
Prospective
Clotrimazole
days
Tisner et al.
Prospective
Thimerosal
Not reported
152
93,4
Than et al.
Prospective
5-Fluorocytosine
189
90
Ho et al.
Retrospective
Cresylate otic
51
86
Ketokonazole otic
48
95
18
86
14
Kurnatowski et al.
Prospective
Fluconazole
96
89,4
23
66,6
23
95,8
24
75
x 21 days
Mgbor dan Gugnani
Randomized
Locacorten-vioform
prospective
Mercurochrome
Clotrimazole
Randomized
Cyclopyrox olamine
20
80
prospective
Cyclopyrox olamine
1% solution x 1 week
20
95
Boric acid
1 week
40
72,5
Ozcan et al.
Prospective
Boric acid
4% solution in alcohol
87
77
Prospective
Ketokonazole
Not reported
100
Jackman et al.
Retrospective
Not reported
15
40
Clotrimazole
50
Nystatin
50
Bhaily et al.
Case report
Clotrimazole
0,25 mg/ml
100
Mishra et al.
Case report
Mercurochrome
1% solution
100
Dyckhoff et al.
Review
Miconazole
0,25% solution
Bassiouny et al.
In vitro
Clotrimazole otic
1-4 ug/ml
100
Econazole
1% solution
100
Miconazole
0,1-4 ug/ml
90
Egami et al.
In vitro
Not reported
57
Lanoconazole
0,1 ug/ml
100
2.3.5 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya otomikosis, hal yang paling penting dilakukan
adalah menjaga pertahanan kanal telinga untuk melawan infeksi bekerja dengan
baik, seperti membiarkan serumen di kanal telinga yang memiliki sifat antimikotik. Disarankan menggunakan handuk untuk mengeringkan telinga setelah
berenang, atau mandi.22
2.4 Jilbab dan Otomikosis
Selain tradisional dan budaya, jilbab juga dikenal memiliki nilai religius
yang tinggi. Saat ini, jilbab bahkan sering digunakan untuk fashion
dengan
berbagai mode dan bahan untuk penggunaannya. Secara khusus, Agama Islam
mewajibkan penggunaan jilbab bagi kaum wanita, sedangkan sorban yang sering
digunakan kaum pria lebih menunjukkan budaya pada suatu wilayah tertentu. Hal
yang penting diperhatikan disini adalah bagaimana seseorang menggunakan jilbab
15
atau penutup kepala dan bagaimana cara menjaga kebersihan dengan penggunaan
jilbab.
Meatus (kanal) telinga dapat terinfeksi dengan mudah karena memiliki
kelembaban yang tinggi, dan hal ini lebih sering terjadi pada mereka yang
menggunakan penutup kepala di beberapa tempat dibelahan bumi.21 Seperti yang
telah disinggung pada paragraf diatas, jilbab memiliki banyak mode yang terbuat
dari berbagai macam bahan, mulai dari bahan katun yang dapat menyerap
keringat, sampai bahan tertentu, seperti spandex yang tidak dapat menyerap
keringat. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh seorang pengguna jilbab, karena
bahan tertentu dapat menyebabkan kelembaban telinga meningkat.
Otomikosis paling sering terjadi ketika air terlalu banyak masuk ke kanal,
seperti saat setelah berenang dan sama halnya ketika menggunakan jilbab dengan
cara atau pemilihan bahan yang kurang tepat yang akan menyebabkan keringat
meningkat, dan penyerapannya menurun. Kuman dan jamur akan lebih gampang
tumbuh karena air dapat meningkatkan kelembaban telinga. Ashish Kumar pada
tahun 2005 dengan penelitiannya yang berjudul Fungal Spectrum in Otomycosis
Patients, telah menetapkan faktor predisposisi yang berkontribusi terjadinya
otomikosis termasuk pemakaian sorban, pemakaian jilbab (purdah/hezab), dan
berenang. Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan, profesi, dan agama.3,22
2.5 Hubungan Cotton Buds dengan Otomikosis
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang
sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton buds (kapas pembersih) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan ini dan dapat mendorong sel-sel kulit yang
mati beserta serumen ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk
disana.12
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit
yang basah dan lembab pada saluran telinga akan lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri atau jamur.12
16
Pemakaian
Jilbab
Penggunaan
Cotton Buds
-Pengangkatan
film layer
Peningkatan
kelembaban
-Pendorongan
sel kulit mati
dan serumen ke
arah gendang
telinga
Penggunaan
Antibiotik
Penurunan
jumlah flora
normal
Mekanisme
pembersihan
terganggu
Otomikosis
Immunodefisiensi,
Steroid, Penyakit
dermatologi
Penurunan sistem
imun
17
Bahan jilbab
Lama terpapar/ hari
Lama penggunaan
jilbab(bulan/tahun)
Selang waktu pemakaian jilbab
setelah keramas
Lapis jilbab
Cotton buds
-
Serumen
Variabel terikat
Otomikosis
Berenang
-
18
No
Variabel
Definisi
Pengukur
Cara
Alat ukur
Skala
Hasil ukur
KOH 10%
Nominal
1.
Negatif
2.
Positif
1.
Bahan jilbab
2.
Lama terpapar
muslimah yang
3.
Lama
pengukuran
1.
Otomikosis
Penyakit inflamasi
Peneliti
Pemeriksaan
mikroskop
disebabkan oleh
infeksi jamur
2.
Jilbab
Peneliti
Kuisioner
Kuisioner
Nominal
dipakai secara
pemakaian
Cotton
buds
Peneliti
Kuesioner
Kuesioner
Nominal
1.
Sering
biasanya digunakan
2.
Jarang
sebagai pembersih
3.
Tidak pernah
1.
1x seminggu
bergerak di air,
2.
2-3x seminggu
biasanya
3.
4-5x seminggu
dimanfaatkan untuk
4.
Setiap hari
telinga
4.
Berenang
-Gerakan sewaktu
rekreasi dan
olahraga
-Seberapa sering
responden berenang
dalam seminggu
Peneliti
Kuesioner
Kuesioner
Nominal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Desain
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong
lintang (cross sectional)
3.2.Waktu Penelitian
Terhitung mulai tanggal 1 Juli sampai 10 Agustus 2012
3.3.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3.4.Populasi
Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh mahasiswi preklinik
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5.Sampel Penelitian dan Cara Pemilihan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswi
preklinik dengan metode pemilihan sampel yaitu sistematic random
sampling
3.6.Besar Sampel
3.6.1. Perhitungan Besar Sampel
Jumlah sampel = =
= jumlah sampel
19
32)
20
= 1-P
= presisi
3.9.Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan langsung
dibawah mikroskop menggunakan KOH 10% dan memberikan
kuisioner pada responden.
21
Bunsen
- Gelas objek
Cover glass
- KOH 10%
Swab steril
Langkah kerja :
Bahan Pemeriksaan
Preparat
langsung
Informed
Consent
Pemeriksaan
THT
(otoskopi)
Pemeriksaan KOH
menggunakan
preparat langsung
Pemberian
kuisioner
BAB IV
dengan
melakukan
pemeriksaanlengkap
telinga,
hidung,
dan
Jumlah
Persentase(%)
Kelompok usia
18 tahun
15
19 tahun
14
35
20 tahun
12
30
21 tahun
20
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebaran usia percontoh pada penelitian
ini terdiri dari kelompok usia 18 tahun sebanyak 6 orang (15%), 19 tahun
sebanyak 14 orang (35%), 20 tahun sebanyak 12 orang (30%), dan 21 tahun
22
23
sebanyak 8 orang (20%) dan dapat disimpulkan bahwa sebaran usia didominasi
oleh kelompok usia 19 tahun.Usia tertua adalah 21 tahun dan termuda adalah 18
tahun, denganrata-rata usia adalah 19,5 tahun.
4.1.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi
dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen yang diteliti.
Selanjutnya distribusi sampel penelitian dan hasil analisis univariat dapat dilihat
pada tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2: Distribusi Sampel Penelitian
Jumlah
Persentase(%)
25
62,5
<6 hari
15
37,5
6 bulan 1 tahun
20
1-2 tahun
22,5
>2 tahun
23
57,5
>12 jam
12,5
6-12 jam
35
87,5
Katun
39
97,5
2,5
1 lapis
20
50
2 lapis
20
50
<30 menit
22,5
30 menit- 1 jam
11
27,5
1-2 jam
14
35
>2 jam
15
10
25
11
27,5
Bahan Jilbab
Lapisan Jilbab
24
16
40
Setiap hari
7,5
38
95
Ya
2,5
Tidak
39
97,5
Ya
10
Tidak
36
90
Positif
33
82,5
Negatif
17,5
Positif
2,5
Negatif
39
97,5
Berenang
Serumen
OMSK
25
Total
Positif
2
1
8
10
10
11
3
1
13
2
16
3
Total
33
40
26
Persentasi (%)
Positif
Negatif
40
100
Otomikosis
Serumen
Negatif
Positif
n (%)
n (%)
2 (1,8)
5 (5,2)
8 (8,2)
25 (24,8)
p-value
0,572*
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil laporan pada penelitian ini ditemukan penggunaan
jilbab 6-12 jam perhari sebanyak 35 orang (87,5%), penggunaan jilbab berbahan
dasar katun sebanyak 39 orang (97,5%), dan pemakaian jilbab secara langsung
setelah keramas dengan rentang waktu 1-2 jam sebanyak 14 orang (35%). Hal ini
27
berbahan dasar katun, dan seperti yang diketahui serat katun terbuat dari
tumbuhan (kapas) yang dapat menyerap keringat, sehingga tidak meningkatkan
kelembaban telinga. Selain itu salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
terjadinya infeksi jamur di telinga atau otomikosis adalah personal hygiene, dan
percontoh yang ada pada penelitian ini sebagian besar percontoh memiliki hygiene
yang cukup baik.1,7,23
Tidak ditemukan kasus otomikosis pada mahasiswi yang menggunakan
jilbab di populasi PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian
ini tidak ditemukannya kejadian otomikosis dapat disebabkan karena percontoh
pada penelitian ini tidak memiliki keluhan. Sedangkan pada penelitian Ozcan dkk
tahun 2003, penelitian dilakukan pada pasien yang sudah terdiagnosis otomikosis
selanjutnya dinilai faktor resiko yang ada pada pasien tersebut, dan ditemukan
sebanyak 74,7% pasien adalah wanita yang menggunakan jilbab. Sehingga jumlah
percontoh yang diambil untuk penelitian ini seharusnya lebih besar dibanding
jumlah percontoh yang ada, karena mencari faktor risiko diantara orang normal
tentu akan berbeda dengan mencari faktor risiko yang ada pada pasien yang telah
terdiagnosis penyakitnya.7
Pada
penelitian
ini
tidak
ditemukan
kasus
otomikosis,
namun
28
29
berfungsi sebagai antiinflamasi, steroid juga dapat menurunkan sistem imun yang
dapat mempermudah terkena infeksi.
Pada hasil pemeriksaan otoskopi yang dilakukan pada penelitian ini,
ditemukan serumen positif dengan jumlah serumen yang cukup banyak pada
sebagian besar percontoh. Hal ini dihubungkan dengan kebiasaan penggunaan
cotton buds. Penggunaan cotton buds sendiri dapat menyebabkan 2 kemungkinan,
yang pertama pengangkatan film layer yang menyebabkan serumen keluar
sehingga fungsi proteksi pada kanal telinga menurun dan mempermudah
terjadinya infeksi, dan yang kedua pendorongan serumen ke tempat yang lebih
dalam sehingga terjadinya akumulasi atau penumpukan serumen yang sulit
dikeluarkan. Suresh Kumar pada tahun 2008 telah menemukan hubungan
otomikosis dengan kejadian penggunaan cotton buds pada penelitiannya, dan
menyebutkan bahwa hal tersebut terjadi akibat keberadaan serumen basah
(moist).11,13,16,28
Hasil pemeriksaan otoskopi yang dilakukan pada penelitian ini ditemukan
juga 1 (2,5%) riwayat kasus OMSK, dan telah dilaporkan tidak adanya kasus
otomikosis (0%), sedangkan Vennewald tahun 2003 pada penelitiannya
menyebutkan infeksi jamur dan OMSK bisa terjadi dalam waktu bersamaan
sehingga sulit diketahui mana yang lebih dahulu terjadi. Pada OMSK tipe aman,
salah satu penyebab infeksi jamur terjadi oleh karena pemakaian antibiotik tetes
telinga dengan jangka waktu yang lama sehingga mengakibatkan penekanan pada
flora normal dan merubah suasana lingkungan pH di telinga menjadi basa
sehingga jamur mudah tumbuh. Selain itu infeksi jamur dapat terjadi akibat
otomikosis yang berlangsung terus menerus pada liang telinga luar sehingga hifa
atau spora berkembang ke telinga tengah.29,30,31
30
BAB V
5.1. Simpulan
1. Mengingat tidak ditemukannya kasus otomikosis pada penelitian ini,
makaprevalensi otomikosis pada mahasiswi preklinik PSPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan karakteristik pemakaian jilbab,
berdasarkan penggunaan cotton buds, dan seringnya terpapar air
(berenang) tidak dapat ditentukan.
2. Pada penelitian ini ditemukan bahwa kejadian otomikosis tidak dapat
ditentukan hanya dengan satu faktor tunggal.
5.2. Saran
1. Dilakukan penelitian selanjutnya dan disarankan untuk memperbanyak
jumlah sampel agar dapat ditemukannya kejadian otomikosis pada
kelompok orang yang tidak memiliki keluhan.
2. Disarankan agar penelitian selanjutnya dilakukan pada populasi umum
terutama pada populasi dengan hygiene yang kurang baik.
3. Disarankan agar penelitian selanjutnya menggunakan pemeriksaan kultur
jamur pada agar saboroud dan diharapkan jamur dapat tumbuh.
4. Dengan personal hygiene yang cukup baik tidak perlu mengkhawatirkan
penggunaan jilbab.
31
32
Daftar Pustaka
1. Barati, B. Dkk. Otomycosis in Central Iran: A Clinical and Mycological
Study. Iran Red Crescent Med J 2011; 13(12):873-876. Vol.13.
www.ircmj.com, diakses pada tanggal 29 januari 2012
2. Sanna, M. Color Atlas of Otoscopy: From Diagnosis to Surgery. New
York: Thieme Stuttgart. 1999
3. Kumar, Ashish. Fungal Spectrum in Otomycosis Patients. JK Science.
Vol. 7 No. 3, July-September 2005. Diakses pada tanggal 29 januari 2012
4. Gutirrez, P.H, dkk. Presumed Diagnosis: Otomycosis. A Study of 451
Patients. Acta Otorrinolaringol Esp 2005; 56: 181-186. Diakses pada 28
januari 2012
5. Knott,
Laurence.
Fungal
Ear
Infection
33
13. Dhingra, PL. Dhingra, Shruti. Disease of Ear, Nose, and Throat. 5th
Edition. India: Elsevier. 2012
14. Ho, Tang. Otomycosis :Clinical Features and Treatment Implications.
OtolaryngologyHead and Neck Surgery. American Academy of
OtolaryngologyHead and Neck Surgery Foundation. 2006.135, 787-791.
Diakses pada tanggal 28 januari 2012
15. Chander,
Jagdish.
Aspergillus
otomycosis.
2009.
Rivew.
International
Journal
of
Pediatric
Otology.
http://www.drpaulose.com/general/fungus-in-the-ear-
34
Volume
37,
Number
1,
Page(s)
015-017.
Otomycosis
and
Dermatomycoses:
Clinical
and
and
Research
Hospital
ENT
Clinic.
2003.
35
Lampiran 1
36
Peneliti
37
Lampiran 2
Jenis Kelamin :
Umur
Alamat
Telp/Hp
Peneliti
Responden
38
Lampiran 3
Kuisioner Penelitian
4. Bahan apakah yang sering anda gunakan sebagai penutup kepala (jilbab)?
a. Katun
b. Spandex
c. Lainnya.....
39
a. Ya
b. Tidak
7. Berapa lama rentang waktu Anda memakai jilbab setelah mencuci rambut
(menggunakan jilbab secara langsung setelah keramas)?
a. <30 menit
b. 30 menit- 1 jam
c. 1-2 jam
d. >2 jam
40
12. Apakah Anda mempunyai riwayat penyakit oleh jamur seperti panu, atau
keputihan?
a. Ya
b. Tidak
41
Lampiran 4
Data Hasil Uji Statistik
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
setiap hari
25
62.5
62.5
62.5
< 6 hari
15
37.5
37.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
6 bulan - 1 tahun
20.0
20.0
20.0
1 - 2 tahun
22.5
22.5
42.5
> 2 tahun
23
57.5
57.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
42
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
>12 jam
12.5
12.5
12.5
6-12 jam
35
87.5
87.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
Bahan jilbab
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
katun
39
97.5
97.5
97.5
2.5
2.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
Valid
Lapisan jilbab
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
1 lapis
20
50.0
50.0
50.0
2 lapis
20
50.0
50.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
<30 menit
22.5
22.5
22.5
30 menit - 1 jam
11
27.5
27.5
50.0
1-2 jam
14
35.0
35.0
85.0
>2 jam
15.0
15.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
43
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
10
25.0
25.0
25.0
11
27.5
27.5
52.5
16
40.0
40.0
92.5
setiap hari
7.5
7.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
Berenang
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
38
95.0
95.0
95.0
5.0
5.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
Penggunaan steroid
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
ya
2.5
2.5
2.5
tidak
39
97.5
97.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
ya
10.0
10.0
10.0
tidak
36
90.0
90.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
otomikosis
44
Cumulative
Valid
negatif
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
40
100.0
100.0
100.0
omsk
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
negatif
39
97.5
97.5
97.5
positif
2.5
2.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
serumen
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
negatif
17.5
17.5
17.5
positif
33
82.5
82.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
Count
Expected Count
Count
Expected Count
Total
Count
Expected Count
positif
Total
10
1.8
8.2
10.0
25
30
5.2
24.8
30.0
33
40
7.0
33.0
40.0
45
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
.058a
.810
Continuity Correctionb
.000
1.000
Likelihood Ratio
.056
.812
Pearson Chi-Square
1.000
.056
.812
40
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.75.
b. Computed only for a 2x2 table
.572
46
Riwayat Penulis
Identitas :
Nama
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: cutfirza@ymail.com
Riwayat Pendidikan :
1999 2005
2005 2007
2007 2009
2009 Sekarang