Professional Documents
Culture Documents
INTERAKSIONISME SIMBOLIK
George
Herbert
Mead,
filosof
ini
identik
dengan
pemikiran
munculnya kasus-kasus
Me senantiasa
Tapi
George
Herbert
Mead
tidaklah
secara
harafiah
mengembangkan teori Weber, atau teori Mead diilhami teori Weber. Hanya
memang ada kemiripan kedua tokoh tersebut mengenai tindakan manusia.
simbolik.
Untuk Dewey, sahabatnya ini, Mead amat menghargainya. Mr Dewey
bukan saja seorang dengan pemikiran orisinal dan luar biasa, tapi juga seorang
pemikir paling dihormati yang pernah saya temui. Saya mendapatkan banyak hal
darinya, daripada orang lain (Dinyatakan dalam G Cook, 1993: 22). Kesimpulan
tersebut benar adanya terutama pada awal karir Mead di Chicago. Bahkan dia
mengikuti Dewey dalam hal teori pendidikan. Walau demikian, pemikiran Mead
melepaskan diri dari pemikiran Dewey dan mengembangkan teori Psikologi
Sosial.
Pada saat Mead mengemukakan teorinya, ilmu sosial sudah mengenal
pemikiran Empirisme, Psikoanalisis, Behaviorisme dan Prakmatisme. Masingmasing pemikiran itu sedang banyak dibahas di berbagai Universitas, sekaligus
menjadi isu ilmiah yang tidak saja dikritik, tapi juga saling melengkapi.
Pemikiran Mead nampak sekali merupakan kritik terhadap Empirisme,
psikoanalisis, sekaligus mengembangkan pemikiran berdasar behaviorisme dan
pragmatisme (Charon, 2000:45).
Empirisme merupakan aliran awal ilmu sosial, salah satu tokohnya adalah John
Locke (1632 1704). Menurut aliran ini, manusia itu pada waktu lahir tidak
mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman
adalah satu-satunya jalan untuk pemilikan pengetahuan. Menurut aliran ini, bukan
ide yang menghasilkan pengetahuan, tetapi baik ide maupun pengetahuan adalah
produk pengalaman. Jadi seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan temperamen,
ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan
bukanlah penyebab perilaku, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu (Rakhmat,
1995: 21).
Sedangkan Psikoanalisis tokohnya Sigmund Freud (1856-1939), yang
melihat manusia itu sebagai homo valens, mahkluk berkeinginan. Perilaku
manusia merupakan hasil dari interaksi tiga subsistem Id, Ego, Superego. Id
merupakann bagian manusia yang menyimpan dorongan-dorongan biologis
manusia, sebagai pusat instink. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan
(plasure principle), bersifat egoistis, tidak bermoral, dan tidak mau tahu dengan
kenyataan (tabiat hewani manusia). Ego, merupakan subsistem yang bergerak
berdasar pinsip realitas (reality principles), berfungsi menjembatani Id dengan
realitas di luar. Ego merupakan mediator antara hasrat dengan tuntutan rasional.
Ego lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya
dalam hidup yang rasional atau pribadi yang normal. Sedangkan Superego adalah
polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani yang
merupakan internalisasi dari dari norma-norma sosial. Secara singkat dalam
psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis
(Id), komponen psikologis (Ego) dan komponen sosial yaitu Superego.
Adapun Behaviorisme yang juga berkembang saat itu, merupakan
perspektif psikologi, yang memiliki perhatian pada perilaku yang dianggap
merupakan hasil dari proses stimulus respon. Behaviorisme (yang radikal)
menyangkal atau tak mau menghubungkan proses mental tersembunyi yang
terjadi saat stimuli muncul dan respon dipancarkan. Thorndike dan Watson,
berpendirian, organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis, perilaku
adalah hasil pengalaman, digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuuhan untuk
1863. Ia merupakan anak kedua dari profesor Hiram Mead dari Obelin
Theological Seminary.
Mead
dan Milton. Beberapa tahun kemudian Mead menjadi guru Sekolah Dasar, tapi
hanya berlangsung selama empat bulan. Kemudian ia
Tahun
Chicago. Di Chicago inilah Mead bertahan hingga akhir hayatnya. Saat itu Mead
dan Dewey menjadi teman akrab yang sering saling bertukar pikiran. Bahkan
dalam derajad tertentu kedua teoritisi ini memiliki kemiripian dalam perspektif
filosofi mereka (Ritzer, 2005: 272). Hanya saja John Dewey lebih berkonsentrasi
pada filsafat dan pendidikan, sedangkan Herbert Mead lebih banyak bekerja untuk
sumbangan pemikirannya pada isu-isu dasar dalam psikologi sosial dan sosiologi.
Mead menikah dengan Helen Castle di Berlin pada bulan Oktober, 1891.
Sebelumnya kakak Helen, Henry Northrup Castle, yang merupakan teman akrab
Mead menikah terlebih dahulu juga di Berlin dengan Frieda Stechner dari Leipzig.
Kemudian Henry and dan pasangannya kembali pindah ke Cambridge,
Massachusetts, dimana Henry melanjutkan sekolahnya di Jurusan Hukum di
Harvard University. George Herbert Mead punya anak satu satunya yang bernama
Henry Castle Albert Mead, yang lahir di Ann Arbor pada tahun 1892. Anak Mead
tersebut
setelah
dewasa
menjadi
(http://www.utm.edu/research/iep/m/mead.htm).
seorang
psikiater
Mead adalah seorang pengajar yang baik, namun bukan seorang penulis
yang baik, karenanya dia tidak pernah menyelesaikan sebuah penulisan buku.
Kesulitannya menulis itu pernah diucapkannya, Saya sangat tertekan dengan
ketidakmampuan saya menuliskan sesuatu yang saya inginkan. (G.Cook,
1993:xii). Sisi kelemahan Mead yang lain, Ia juga tidak pernah lulus doktor,
namun murid muridnya amat mengaguminya. Para muridnya mengakui bahwa
setiap kuliah prof Mead, isinya selalu menarik, dan disampaikan secara mengalir.
Salah satu muridnya, Herbert Blumer, pada tahun 1937 memberi julukan
pemikiran Mead itu sebagai teori Interaksionisme Simbolik (Baert, 1998: 67) .
Sebagai tambahan dalam aktivitas akademiknya, Mead aktif dalam
reformasi sosial. Dia percaya bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk
mengatasi problem sosial. Makanya dia terlibat aktif dalam pengumpulan dana
dan pembuat kebijakan berkenaan dengan pemukiman sosial Universitas Chicago.
Dalam hal ini ia memegang peran kunci dalam riset sosial di sana. Sayangnya,
Mead terlibat konflik yang menyakitkan antara departemen yang dia pimpin
dengan rektor (presiden) universitas Chicago. Hal ini yang menyebabkan Mead
mengirim surat pengunduran diri ketika dia masih terbaring di rumah sakit. Pada
tahun 1931 Mead meninggal dunia akibat gagal jantung. Komentar John Dewey,
sebagai teman dekat, menganggap Mead merupakan pemikir filosofi paling
orisinil dari generasi terakhir Amerika (G Cook, 1993, 194). Kedekatan sosial
Mead dengan John Dewey baik dalam kehidupan sosial maupun persahabatannya,
nampak berpengaruh terhadap teori dan pemikiran Mead.
Latar
belakang
Mead
yang
sederhana
sebagai
guru,
kemudian
kedekatannya dengan teman seperti Henry Northrup, John Dewey, yang banyak
membantu dia dalam sekolah dan pekerjaan, serta keterlibatannya dalam konflikkonflik, telah menghantarkan Mead pada pengamatan hal-hal yang sifatnya
everyday life, kehidupan sehari-hari. Disitulah Mead nampak memiliki perhatian
yang besar terhadap persoalan psikologi sosial. Dari pengamatan pada kehidupan
orang-orang di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari itulah, yang kemudian
memunculkan pemikiran teori interaksionisme simbolik. Hal ini dapat kita simak
dalam tulisan berikut.
Mead spent the rest of his life in Chicago. He was full professor from 1907
until his death in 1931. During those years, Mead made substantial contributions
in both social psychology and philosophy. Mead's major contribution to the field
of social psychology was his attempt to show how the human self arises in the
process of social interaction, especially by way of linguistic communication
("symbolic interaction"). In philosophy, as already mentioned, Mead was one of
the major American Pragmatists. As such, he pursued and furthered the
Pragmatist program and developed his own distinctive philosophical outlook
centered around the concepts of sociality and temporality. His concept was
developed
from
averyday
life
that
has
been
observed
(see
below)
Apa makna
pertanyaan yang berkait dengan Bagaimana manusia berpikir tentang dirinya dan
masyarakat? Itulah yang kemudian dalam pemikirannya Mead bicara tentang
bagaimana munculnya konsep diri, the emergent of the self, dan the self as social
emergent. Juga mengungkap bagaimana interaksi antara I dan Me. Serta
bagaimana dialektika yang terjadi antara The self dan The other.
Ketika menjawab mengapa manusia bertindak, Mead hampir sama dengan
pendekatan behavioristik dan memusatkan perhatian pada rangsangan. Tapi
menurut Mead, stimulus tidak menghasilkan respon secara otomatis melainkan
melalui proses yang dipikirkan, itulah yang disebut sebagai mind.
Mead mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan yang saling
berhubungan (Schmitt dan Schmitt, 1996:28). Tahap pertama adalah dorongan
hati atau impulse yang meliputi stimulasi spontan yang berhubungan dengan alat
indera, dan reaksi aktor terhadap rangsangan itu. Rasa lapar adalah contoh yang
tepat dari impuls. Aktor secara spontan memberikan reaksi atas impuls, tapi
manusia akan memikirkan bagaimana reaksi yang tepat (makan sekarang atau
nanti). Dalam berpikir tentang reaksi, manusia menurut Mead tak hanya
mempertimbangkan situasi kini, tapi juga pengalaman masa lalu, dan
mengantisipasi akibat dari tindakannya di masa depan.
Tahap kedua adalah persepsi. Aktor menyelidiki dan bereaksi terhadap
yang berhubungan dengan impuls. Manusia mempunyai kapasitas untuk
merasakan dan memahami stimuli melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan
sebagainya. Persepsi melibatkan rangsangan yang baru masuk maupun citra
mental yang ditimbulkannya. Aktor tidak secara spontan menanggapi stimuli dari
luar, tapi memikirkannya sebentar dan
(Ritzer & Goodman, 2005: 275). Artinya, dalam hal ini manusia tak hanya tunduk
pada sebuah rangsangan dari luar, mereka secara aktif juga memilih di antara
sekumpulan rangsangan. Manusia memiliki kapasitas untuk memilih mana yang
perlu diperhatikan dan yang mana perlu diabaikan. Tindakan memahami obyek
itulah yang menyebabkan sesuatu itu menjadi obyek seseorang dan hal ini
berhubungan secara dialektis.
Tahap ketiga adalah manipulasi (manipulation). Segera setelah impuls
menyatakan dirinya sendiri dan obyek telah dipahami, langkah selanjutnya adalah
manipulasi obyek, atau mengambil tindakan berkenaan obyek itu. Tahap
manipulasi ini merupakan tahap jeda yang penting dalam proses tindakan agar
tanggapan tak diwujudkan secara spontan, melainkan diolah secara cerdik (Ritzer
& Goodman, 2005 : 275). Sebagai contoh ketika lapar dan menemukan cendawan,
besar kemungkinan tidak langsung dimakan, tapi diperiksa terlebih dahulu,
beracun apa tidak, kemudian baru dimasak atau diolah terlebih dahulu sebelum
dimakan. Dalam hal ini aktor secara mental menguji berbagai macam hipotesis
tentang apakah yang akan terjadi jika cendawan itu dimakan secara langsung.
Tahap berikutnya adalah tahap konsumasi (consummation) atau
mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati. Tahap ini dilakukan setelah
melalui tahap-tahap sebelumnya dengan berbagai perhitungan dan pemikiran yang
berbeda dengan binatang. John Baldwin mengatakan, Meski keempat tahap
tindakan itu kadang-kadang tampak berangkai menurut urutan garis lurus,
5.
konsep tentang Mind (pikiran), Self (diri) dan Society (masyarakat). Tiga konsep
itu dan hubungan di antara ketiganya merupakan inti pemikiran Mead, sekaligus
key words dalam teori tersebut. Interaksionisme simbolis secara khusus
menjelaskan tentang bahasa, interaksi sosial dan reflektivitas.
Mind atau pikiran, menurut Mead muncul bersamaan dengan proses sosial
dan tidak dapat dipahami sebagai bagian dari proses itu sendiri. Proses
komunikasi melibatkan dua fase yaitu: (1) the "conversation of gestures" dan (2)
language
(bahasa),
atau
the
"conversation
of
significant
gestures."
kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu
respon saja tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang
dinamakan mind menurut Mead.
The self atau diri, menurut Mead merupakan ciri khas dari manusia. Yang
tidak dimiliki oleh binatang. Diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri
sebagai sebuah objek dari perspektif yang berasal dari orang lain, atau
masyarakat. Tapi diri juga merupakan kemampuan khusus sebagai subjek. Diri
muncul dan berkembang melalui aktivitas interaksi sosial dan bahasa. Menurut
Mead, mustahil membayangkan diri muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial.
Karena itu ia bertentangan dengan konsep diri yang soliter dari Cartesian Picture.
The self juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan orang lain
karena adanya sharing of simbol. Artinya, seseorang bisa berkomunikasi,
selanjutnya menyadari apa yang dikatakannya dan akibatnya mampu menyimak
apa yang sedang dikatakan dan menentukan atau mengantisipasi apa yang akan
dikatakan selanjutnya.
Mead menggunakan istilah significant gestures (isyarat-isyarat yang
bermakna) dan significant communication dalam menjelaskan bagaimana orang
berbagi makna tentang simbol dan merefleksikannya. Ini berbeda dengan
binatang, anjing yang menggonggong mungkin akan memunculkan reaksi pada
anjing yang lain, tapi reaksi itu hanya sekedar insting, yang tidak pernah
diantisipasi oleh anjing pertama. Dalam kehidupan manusia kemampuan
mengantisipasi dan memperhitungkan orang lain merupakan cirikhas kelebihan
manusia. Menurut Mead kata-kata simbolik yang digunakan manusia dalam
interaksi sosial juga mencakup isyarat non verbal (non verbal gestures), dan
komunikasi non verbal.
Jadi the self berkait dengan proses refleksi diri, yang secara umum sering
disebut sebagai self control atau self monitoring. Melalui refleksi diri itulah
menurut Mead individu mampu menyesuaikan dengan keadaan di mana mereka
berada, sekaligus menyesuaikan dari makna, dan efek tindakan yang mereka
lakukan. Dengan kata lain orang secara tak langsung menempatkan diri mereka
dari sudut pandang orang lain. Dari sudut pandang demikian orang memandang
dirinya sendiri dapat menjadi individu khusus atau menjadi kelompok sosial
sebagai suatu kesatuan. Dalam hal ini Mead berbeda dengan behavioralismenya
Watson. Psikologi Sosial Mead amat menentang determinisme eksternal yang
ekstrim. Manusia itu berbeda dengan binatang, karena manusia memiliki konsep
diri. Konsep diri dan reflektivitas itu berjalan beriringan, sehingga implikasinya
perilaku manusia tidak dapat dijelaskan, atau diprediksi dengan mudah,
sebagaimana mekanisme stimulus respon dari Watson.
sulit untuk
diramalkan, sulit diobservasi, dan tidak terorganisir berisi pilihan perilaku bagi
seseorang. Sedangkan me (aku) memberikan kepada I (saya) arahan berfungsi
untuk mengendalikan I (saya), sehingga hasilnya perilaku manusia lebih bisa
diramalkan, atau setidak-tidaknya tidak begitu kacau. Karena itu dalam kerangka
pengertian tentang the self (diri), terkandung esensi interaksi sosial. Interaksi
antara I (saya) dan me (aku). Disini individu secara inheren mencerminkan
proses sosial. Dikatakan oleh Mead, bahwa:
There is a dialectical relationship between society and the individual; and
this dialectic is enacted on the intra-psychic level in terms of the polarity of the
"me" and the "I." The "me" is the internalization of roles which derive from such
symbolic processes as linguistic interaction, playing, and gaming; whereas the "I"
is a "creative response" to the symbolized structures of the "me".
(http://www.utm.edu/research/iep/m/mead.htm).
Konsep Mead tidak bebas dari kritik. Patrick Baert mengkritik Mead atas
validitas beberapa argumen inti filosofi yang dikemukakannya. Menurut Patrick
inti pemikiran Mead ada pada posisi kesimpulan bahwa the self itu bersifat sosial.
Tapi menurutnya, Mead tidak jelas dalam memberikan pengertian konsep tersebut.
Dan Mead dianggap tidak konsisten dalam hal pertentangannya dengan konsep
Cartesian maupun behavioralismenya Watson (Baert, 1998: 71).
6.
Jenis Realitas
Jenis realitas dalam ilmu sosial dipahami dalam dua konsepsi, yaitu
realitas objektif dan realitas subyektif. Realitas objektif bersifat empiris diatur
oleh hukum-hukum dan mekanisme alamiah yang berlaku secara universal, dapat
diukur dengan standard tertentu, dan digeneralisasi, serta terbebas dari konteks
menentukan
perilaku individu tersebut, dalam hubungannya dengan masyarakat. The self atau
diri merupakan ciri khas dari manusia. Yang tidak dimiliki oleh mahkluk lain.
Diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek dari
perspektif yang berasal dari luar atau orang lain. Tapi diri juga merupakan
kemampuan khusus sebagai subyek.
melalui
aktivitas interaksi sosial dan bahasa. Sebenarnya, pemikiran Mead ini termasuk
strukturalis. Bahwa masyarakat
(makro) dalam
pemikiran Mead, terpaksa mengakui: Komponen makro sistem teori Mead tak
sama baik perkembangannya dengan komponen mikro. (Baldwin, 1986: 123).
7.
Lingkup Realitas
Realitas sosial, pada dasarnya bisa dilihat dalam lingkup tataran makro
yaitu masyarakat, juga bisa dilihat lingkupnya pada tataran Mikro, yaitu individu
dilihat
dari
sudut
perilaku
masing-masing
individu
yang
berdasarkan penafsiran
Lokus Realitas
Bicara tentang lokus realitas, berarti membahas tentang mana yang lebih
menentukan dalam tindakan sosial, antara badan (body) atau unsur-unsur biologis
dari manusia, atau jiwa (mind), yaitu kemampuan berpikir manusia? Dari judul
buku yang terkenal dalam interaksi simbolik, Mind, Self and Society, maka lokus
realitas yang disoroti atau dijelaskan oleh teori ini memang lebih mengarah pada
mind. Artinya manusia itu bukan sekadar benda hidup (body) yang dibentuk oleh
lingkungannya sebagaimana behaviorisme, melainkan memiliki kehendak yang
dipikirkan (mind), yang dalam melakukan tindakan senantiasa melibatkan proses
interaksi secara simbolik dengan society dan unsur-unsur the self, yaitu I dan
me. Interaksi internal pada diri atau the self inilah menjadi lokus teori interaksi
simbolik. Dengan demikian bisa dikatakan Mead lebih memperhatikan manusia
pada aspek mind dibandingkan dengan body.
Interaksionisme simbolik Mead memusatkan perhatian pada dampak dari
makna dan simbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Mead membedakan
Karena itu interaksionisme simbolik amat memandang penting proses yang terjadi
pada mind ini. Lebih dari itu, menurut teori ini, pemikiran membentuk proses
interaksi, dan dalam kebanyakan interaksi, aktor harus memperhatikan orang lain
dan menentukan kapan dan bagaimana cara menyesuaikan aktivitasnya terhadap
orang lain. Disitu semakin nampak bahwa proses yang terjadi pada aspek mind
jauh lebih penting dalam interaksionisme dibanding body.
10. Jenis Penjelasan
Ada empat jenis penjelasan dalam teori sosial. Pertama penjelasan yang
melihat dari aspek fungsional, penjelasan historis atau penelusuran asal-usul
(geneology), penjelasan tentang makna, dan penjelasan rasional atau cost benefit.
Teori interaksionisme simbolik merupakan teori yang menjelaskan tentang
makna. Mead menjelaskan tentang makna suatu tindakan manusia, yang bukan
sekedar hasil respons terhadap stimuli dari luar. Dalam hal itu Mead juga
menjelaskan tentang makna pemahaman dunia luar (masyarakat) oleh individu
dalam membentuk konsep diri. Mead juga menjelaskan makna konsep diri yang
dimiliki individu itu sendiri, hingga makna komunikasi, atau interaksi dalam
membentuk diri.
manusia bertindak, diawali dengan penjelasan tentang makna dari konsep diri
yang muncul karena komunikasi. Tanpa bahasa, diri tidak akan berkembang.
Manusia unik karena mereka memiliki kemampuan manipulasi simbol-simbol
berdasarkan kesadaran (Douglas, 1973: 215). Selanjutnya Mead menekankan
pentingnya komunikasi, khususnya melalui bahasa. Isyarat vokalah yang potensial
menjadi seperangkat simbol yang bermakna yang membentuk bahasa. Simbol
adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi
manusia, dan respons manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna
dan nilainya.
Suatu simbol oleh Mead disebut signifikan atau memiliki makna bila
simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikannya respon yang
sama, seperti yang juga muncul pada individu yang dituju. Menurut Mead hanya
lain, tidak hanya kepada diri sendiri. Inilah yang menimbulkan apa yang disebut
oleh Mead sebagai social action atau tindakan sosial dan yang disebut Blumer
sebagai tindakan bersama (Ritzer dan Goodman, 2005: 307).
Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyai
sejumlah pemikiran tentang pranata sosial yang didefinisikan sebagai tanggapan
bersama dalam komunitas
Jadi interaksionisme
self interaction.
Yaitu interaksi di dalam diri yang berperan mengidentifikiasi diri mereka sendiri,
sekaligus untuk melakukan evaluasi dan analisis terhadap hal-hal yang telah
direncanakan ke depan, termasuk kepada orang lain Dengan adanya self
interaction perilaku individu dipahami tidak sekadar respon terhadap lingkungan
(masyarakat), melainkan juga hasil dari kebutuhan, sikap, motif yang tidak
disadari, dan juga nilai-nilai sosial. Melalui interaksi dengan diri mereka sendiri,
orang dapat mengantisipasi berbagai efek yang mungkin muncul dikarenakan
perilaku ataupun pilihan-pilihan di antara mereka.
Interaksi yang terjadi pada setiap individu inilah yang menjadi unit analisis
dari teori interasionisme simbolik. Namun karena interaksi itu sendiri prosesnya
kompleks atau tidak sederhana, melibatkan penggunaan bahasa atau isyarat, juga
berkait dengan proses sosial yang ada di masyarakat, maka teori ini juga
menganalisa realitas makro, yaitu masyarakat. Tapi masyarakat atau orang lain
selalu ada di dalam diri individu. Walau Mead kurang memperhatikan kehidupan
masyarakat secara makro. Masyarakat hanya dipandang secara umum sebagai
proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Pranata Sosial (social
institutions) didefinisikan tak lebih dari sekadar sebagai kebiasaan-kebiasaan
(habits) kolektif (Ritzer & Goodman, 20005, 318).
terpenting bahwa di setiap diri individu di dalamnya juga terdapat orang lain, dan
terjadi interaksi.
Jadi unit analisis untuk penelitian yang menggunakan teori interaksionisme
simbolik adalah individu aktor yang diteliti, yaitu meneliti apa yang berlangsung
dalam dunia subyektif sang aktor, merasakan pengalaman aktor, dan menangkap
dunia makna sang aktor.
meremehkan
bahwa
konsep
interaksi
simbolik
dapat
dioperasionalisasi,
DAFTAR PUSTAKA