You are on page 1of 3

Rotary Kiln merupakan peralatan paling utama pada proses pembuatan semen.

Fungsi utamanya adalah sebagai tempat terjadinya kontak antara gas panas dan material
umpan kiln sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu C3S, C2S, C3A dan
C4AF. Kiln putar ini berbentuk silinder yang terbuat dari baja yang dipasang secara
horisontal dengan kemiringan 4, berdiameter 5,6 m; panjang 84 m dan kecepatan putar 2,8
rpm. Kiln tanur mampu membakar umpan dengan kapasitas 7800 ton/jam hingga menjadi
terak clinker.
Kiln mempunyai dua lapisan yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar yang
terbuat dari baja, sedangkan lapisan dalam yang terbuat dari baja tahan api yang berfungsi
sebagai isolasi untuk menahan panas yang terjadi saat pembakaran. Panas yang dihasilkan
oleh tungku kiln tidak serta merta berimbas keluar dikarenakan pada dinding kiln dilapisi
oleh bata tahan api yang mampu menahan panas hingga suhu 1600 0 C.
Alat ini dilengkapi dengan preheater sebagai pemanas awal dan pre kalsiner.
Gerakan antara material dan gas panas hasil pembakaran batubara berlangsung secara
counter current. Karena panas yang ditimbulkan batubara tinggi maka rotary kiln perlu
dilapisi batu tahan api pada bagian dalamnya untuk mencegah agar baja tidak meleleh dan
mencegah kontak langsung dengan kiln yang dapat menyebabkan korosif. Bahan bakar
yang digunakan adalah IDO sebagai pemanas awal kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan batu bara hal itu dilakukan karena dapat menekan biaya produksi karena
harga batu bara yang lebih murah, namun saat ini sudah ada rotary kiln yang menggunakan
bahan bakar alternantif seperti sekam, limbah potongan tembakau, cocopit. Apabila terjadi
pemadaman listrik, rotary kiln harus tetap berputar hal itu dikarenakan apabila kiln
mendadak mati dalam keadaan panas dapat menyebabkan kerusakan pada kiln yaitu kiln
bisa menjadi bengkok.
Kiln memiliki tiga penyangga / support untuk dapat menahan berat kiln tersebut
diantaranya ada di ujung sebelah kanan kiri dan juga tengah, ketiga penyangga ini sangat

berperan penting untuk menahan tanur agar tidak jatuh dan salah satu support tersebut
terdapat satu motor yang berfungsi untuk memutar kiln saat operasi.
Prinsip Kerja :
Perputaran kiln yang berlawanan arah dengan arah jarum jam dan dengan posisi kiln
yang miring menyebabkan terjadinya gaya dorong umpan sehingga material bisa bergerak
keluar ke arah clinker cooler setelah mengalami kontak dengan gas panas.

Mekanisme Kerja :
Umpan kiln dari preheater akan masuk melalui inlet chamber. Tenaga gerak dari
motor dan main gear menyebabkan kiln berputar. Perputaran pada kiln diatur oleh girth gear
yang berfungsi sebagai pengaman dan mengurangi beban main gear. Karena pengaruh
kemiringan dan gaya putar kiln, maka umpan kiln akan bergerak perlahan disepanjang kiln.
Dari arah yang berlawan gas panas hasil pembakaran batu bara dihembuskan oleh
burner, sehingga terjadi kontak panas dan perpindahan panas antara umpan kiln dengan
gas panas. Kontak panas tersebut akan mengakibatkan terjadinya reaksi kimia untuk
membentuk komponen semen. Pembakaran akan terus berlangsung sampai terbentuk
clinker dan akan keluar menuju clinker cooler. Selama proses pembakaran, material akan
melewati 4 zone dalam kiln dengan range suhu yang berbeda-beda sehingga dalam kiln
akan terjadi reaksi kimia pembentukan senyawa penyusun semen.
Berikut reaksi yang terjadi dalam setiap zona dalam rotary kiln
1.

Zone kalsinasi lanjutan


Pada zone ini material akan mengalami proses kalsinasi lanjutan yang
sebelumnya telah terjadi suspension preheater 90%, kalsinasi dilanjutkan dalam
kiln sampai 100% sempurna serta pembentukan komponen C2S (Dicalsium Silikat)
yang sebagian juga telah terbentuk di preheater.
Reaksi :
CaCO3 (s)

CaO(s) + CO2 (g)


o
T = 900 1100 C

MgCO3(s)

MgO(s) + CO2(g)
o
T = 900 1100 C

2CaO(l) + SiO2(l)

2CaO.SiO2(l) atau C2S


o
T = 900 1100 C

2.

Zone Transisi
Pada zone transisi mulai terbentuk komponen-komponen dasar penyusun
semen seperti C3A (Trikalsium Silikat) dan C4AF (Tetra Aluminat Ferrit)

Reaksi :
CaO(l) + Al2O3(l)

CaO.Al2O3(l)
T = 1100 1250C

2CaO(l) + CaO.Al2O3(l)

3CaO.Al2O3(l) atau C3A


T = 1100 1250C

CaO + 2CaO.Fe2O3 + CaO.Al2O3

4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF

T = 1100 1250C

3.

Zone klinkerisasi
Klinkerisasi merupakan proses persenyawaan terakhir pada zone ini akan
terbentuk sempurna yaitu C3S yang merupakan bahan utama penyusun semen.
Reaksi :
CaO + 2CaO.SiO2

3CaO.SiO2 atau C3S


T = 12501450C

4.

Zone Pendinginan
Setelah Umpan kiln melewati zone klinkerisasi, umpan kiln akan tetap
meleleh dan bergerak ke daerah zone pendinginan. Pada zone pendinginan lelehan
akan mengalami penurunan suhu dari 1450oC menjadi 1300oC. Clinker ini
selanjutnya akan bergerak menuju Clinker Cooler untuk segera didinginkan

You might also like