Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, manusia dapat membeli atau melakukan
barter untuk memperoleh aset yang dibutuhkan. Selain itu manusia juga dapat menyewa aset
yang diperlukan, untuk dapat menggunakan atau mengambil manfaat dari aset yang disewanya.
Akad sewa-menyewa seperti ini merupakan salah satu contoh dari akad Ijarah. Ijarah adalah akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa sementara hak kepemilikan aset tetap
pada pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau pengguna jasa memiliki kewajiban membayar
sewa atau upah.
Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada pihak lain boleh
dilakukan baik dengan harga sama, lebih tinggi atau lebih rendah asalkan pemberi sewa
mengizinkannya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya adalah
kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa pertama ke
penyewa berikutnya yang tidak lain memberi sewa sendiri) harus tunai.
BAB II
PEMBAHASAN
AKAD IJARAH
1.
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunah, al Ijarah berasal dari kata al Ajruh yang berarti al
Iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi ijarah
dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa (mempekerjakan seseorang)
dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah tertentu).
Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan lain sebagainya.
Karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala sesuatu yang dapat
ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Dengan demikian, barang yang dapat habis
dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena mengambil manfaatnya berarti memilikinya.
Bentuk lain dari objek ijarah adalah manfaat dari suatu jasa yang berasal dari suatu jasa yang
berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
2.
A.
Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil, motor,
Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
B.
Berdasarkan Exposure Draft 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah dikenal secara
luas adalah 2 jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu:
1.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa, dalam waktu
tertentu dengan pembayaran upah atau sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas aset itu sendiri.
2.
Ijarah muntahiya bit Tamlik (IMBT) merupakan ijarah dengan waad (janji) dari pemberi
sewa berupa perpindahan kepemilikan objek ijarah pada saat tertentu (ED PSAK 107).
Skema Ijarah
(1)
(2)
(3)
Keterangan:
(1)
(2)
(3)
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada penyewa, dalam ijarah
muntahiya bit tamlik dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang
dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa.
Kemudian untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat akad baru, terpisah dari akad ijarah
sebelumnya.
Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui:
a.
Hibah;
b.
Penjualan, dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad penjualan, namun
2)
3)
3.
Jual dan sewa kembali (sale and leasback) atau transaksi jual dan ijarah:
Jenis ijarah seperti ini terjadi di mana seseorang menjual aset kepada pihak lain dan menyewa
kembali aset tersebut. Alasan dilakukannya transaksi tersebut bisa saja si pemilik aset
membutuhkan uang sementara ia masih memerlkan manfaat dari aset tersebut.
Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling tergantung
(taalluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual akan mengakui
keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual tidak dapat diakui sebagai
pengurangan atau penambahan beban ijarah yang muncul karena ia menjadi penyewa.
3.
DASAR SYARIAH
A.
1.
Apakahmereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-mu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan
rahmat Tuhan-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. Az-Zukhruf: 32)
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 26)
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada kita) adalah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya. (QS. Al-Qasas: 26)
2.
As-Sunah
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: berbekamlah kamu, kemudian
berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu. (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Ibnu
Umar, bahwa Rasulullah bersabda: berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering. (HR.
Ibnu Majah)
Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya (HR. Abd ar-Razzaq dari Abu
Hurairah dan Abu Said al-Khudri)
Dari Saad bin Abi Waqqash r.a, bahwa Rasulullah bersabda: Dahulu kami menyewa tanah
dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu
dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak. (HR. Nasai)
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW Beliau bersabda: Allah Taala berfirman: Ada tiga
golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka: (pertama) seorang
laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia curang, (kedua) seorang laki-laki
yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang
mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia
tidak memberinya upahnya. (Hasan: Irwa-ul Ghalil no.1489 dan Fathul Bari IV:417 No.: 2227)
Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek. (HR. Ahmad dari Ibnu
Masud)
B.
1.
jasa/lessee/mustajir.
2.
Objek akad ijarah berupa: manfaat aset/majur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa dan
pembayaran upah.
3.
Ketentuan syariah:
1.
2.
a.
1)
Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa komputer, maka
komputer itu harus dapat berfungsi sebagai mestinya dan tidak rusak.
2)
Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka ijarah atas objek
sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya mengupah seseorang untuk membunuh,
menyewakan rumah untuk tempat main judi atau menjual kamar dal lain sebagainya.
3)
Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara syariah
Kewajiban shalat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan kewajiban setiap
individu.
b)
untuk orang tertentu, karena pahala/nilai kebaikan akan kembali pada yang membacanya,
sehingga tidak ada manfaat yang dapat dialihkan.
c)
Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah karena mengambil
Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang
dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa. Untuk mengetahui
kejelasan manfaat dari suatu aset dapat dilakukan identifikasi aset.
5)
b.
Sewa dan upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna jasa
kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat aset atau jasa yang
digunakan.
1)
Harus jelas besarnya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya, Berkah
Boleh dibayar dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan objek akad.
3)
Bersifat felaksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak serta
lainnya yang berbeda. Misanya, sewa atas mobil yang jenisnya sama misalnya Innova 2006, di
Jakarta sewa per hari Rp500.000 sedangkan di Yogyakarta Rp400.000, atau menyewakan toko
kalau digunakan untuk menjual pakaian harga sewanya Rp20 juta per tahun tapi kalau digunakan
untuk bengkel Rp25 juta per tahun atau sewa toko untuk 1 tahun Rp25 juta tapi kalo 2 tahun
Rp45 juta. Begitu di sepakati maka harga sewa akan mengikat dan tidak boleh berubah selama
masa akad.
c.
1)
Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Malik harus melaksanakan akad ijarah terlebih
dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli ataupun pemberian, hanya dapat
dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
2)
Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah waad, yang
hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
3.
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
C.
1.
Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku walaupun
dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan, misalnya keterlambatan masa panen jika
menyewakan lahan untuk pertanian, maka dimungkinkan berakhirnya akda setelah panen selesai.
2.
Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad
ijarah.
3.
4.
5.
Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad
karena memberatkannya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap berlangsung.
Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang menyusui meninggal
maka akadnya menjadi batal.
D.
Ada orang berpendapat ijarah sama dengan leasing, padahal pendapat ini tidak sepenuhnya
benar, Karim (2003) mencoba membandingkan ijarah dengan leasing sebagai berikut:
No.
Keterangan
Ijarah
Objek
Metode pembayaran
disewa.
3
Leasing
Pemindahan kepemilikan
a. Ijarah
IMBT
kepemilikan.
b.
Sewa Guna dengan Opsi: Memiliki opsi membeli atau tidak membeli di akhir masa sewa.
a.
b.
a.
Tabel diatas memberikan ikhtiar perbedaan dan kesamaan antara ijarah dan Leasing. Sedikitnya
ada empat aspek yang dapat dicermati, yakni: objek, metode pembayaran, perpindahak
mepemilikannya, dan jenis leasing.
1.
Objek
Dalam Ijarah, objek yang disewakan dapat berupa aset maupun jasa/tenaga kerja. Ijarah bila
diterapkan untuk mendapatkan manfaat dari aset disebut sewa-menyewa, sedangkan bila
diterapkan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah-mengupah (ujrah). Dalam
leasing hanya berlaku untuk sewa-menyewa aset saja, dengan kata lain terbatas pada
pemanfaatan aset. Dengan demikian, ijarah memiiki cakupan yang lebih luas dari pada leasing.
2.
Metode pembayaran
Dalam ijarah, metode pembayaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang
pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to performance) dan
ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja yang disewa (not contingen to
performance). Contoh akad ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang
disewakan adalah gaji atau sewa. Sedangkan contoh akad ijarah yang pembayarannya tergantung
pada kinerja objek yang disebut jualah atau success fee (misalnya bagi siapa yang menemukan
handphone yang hilang akan diberikan uang sebesar Rp500 ribu).
3.
Perpindahan kepemilikan
Pada dasarnya akad ijarah sama seperti operating lease, yakni dipindahkan adalah manfaat dari
aset yang disewakan. Untuk jenis akad ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT), kepemilikan aset
tetap pada pemberi sewa dan si penyewa mengambil manfaat/menggunakan aset tersebut.
Namun, pemberi sewa di awal akad berjanji (waad) kepada pihak penyewa. Pengalihan hak
milik atas aset yang bersangkutan dapat dilakukan dengan menjual atau dengan
menghibahkannya. Atas pemindahan kepemilikan tersebut akan dibuatkan akad secara terpisah.
Sementara dalam leasing, jjenis leasing tergantung dari sisi pemberi sewa dan penyewa. Dari sisi
pemberi sewa, secara umum dikenal 4 jenis barang , yaitu financial lease, sales type lease,
operating lease dan leverage lease. Sedangkan dari sisi penyewa, dikenal 2 jenis yaitu operating
lease dan capital lease.
Dalam financial lease (sisi lessor) atau capital lease (sisi lessee) adalah merupakan bentuk
transfer sebagian besar risiko dan keuntungan kepemilikan yang menikat pada lessee, periode
jangka panjang, dan lessee akan menanggung semua biaya perbaikan dan pada akhir periode
memiliki hak untuk membeli karena risiko barang ditanggung olehnya. Dalam operating lease,
hak kepemilikan berada pada pemilik aset, yang dialihkan hanya manfaat dari aset tersebut,
dengan demikian akad ijarah atau IMBT merupakan operating lease karena yang ditransfer hanya
manfaat dari objek ijarah sedang kepemilikannya tetap pada pemberi sewa.
Dari definisi tersebut maka syariah tidak menhalalkan capital/financial lease karena memiliki
akad yang tidak jelas (gharar) antara pembeli atau sewa, sedangkan operating lease dibolehkan
a.
Purechase Lease adalah suatu bentuk lease yang menggabungkan antara hak beli dan leasing
sekaligus. Ciri dalam purchase lease: pembeli membayar sejumlah uang untuk hak beli yang
tidak dapat ditarik kembali serta bukan bagian dari uang muka pembeli, harga jual ditetapkan di
awal dan biasanya lebih tinggi dari harga pasar, selama belum terjadi pembelian, pembeli
membayar sejumlah uang sewa, perjanjian tidak dapat dibatalkan kecuali gagal bayar yang
biasanya objek sewa akan disita oleh lessor, dan tidak ada orang yang dapat membeli aset
tersebut setelah perjanjian pembeli dan pemilik.
Dalam syariah, akad lease-purchase ini diharamkan karena adanya two in one dua akad sekaligus
atau shafqatai fi shafqah). Ini menyebabkan gharar dalam akad, yakni ada ketidakjelasan akad:
apakah yang berlaku akad sewa atau akad beli.
b.
Sale and Lease Back (al bai tsumma iadatul ijarah atau jual dan ijarah) adalah suatu bentuk
lease di mana penjual barang kepada pembeli kemudian pembeli menyewakan kembali kepada
penjual. Alasan dilakukannya transaksi tersebut bisa saja si pemilik aset membutuhkan uang
sementara ia masih memerlukan manfaat dari aset tersebut. Akad jenis ini dibolehkan secara
syariah, asalkan akad jual dan akad ijarah harus terpisah dan tidak boleh dipersyaratkan.
4.
A.
1.
Biaya perolehan, untuk objek ijarah baik aset berwujud maupun tidak berwujud, diakui saat
objek ijarah di peroleh sebesar biaya perolehan. Aset tersebut harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a.
Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset
tersebut, dan
b.
Jurnal:
Dr. Aset Ijarah
XXX
Kr. Kas/Utang
XXX
2.
Penyusutan, jika aset ijarah tersebut dapat disusutkan/diamortisasi maka penyusutan atau
amortisasinya diperlakukan sama untuk aset sejeis seama umur manfaatnya (umur
ekonomisnya). Jika aset ijarah untuk akad jenis IMBT maka masa manfaat yang digunakan untuk
menghitung penyusutan adalah periode akad IMBT.
Jurnal:
Dr. Biaya Penyusutan
XXX
XXX
Pendapatan Sewa, diakui pada saat menfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa pada
akhir periode pelapor. Jika manfaat telah diserahkan tapi perusahaan belum menerima uang,
maka akan diakui sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat
direalisasikan.
Jurnal:
Dr. Kas/ Piutang Sewa
XXX
XXX
Biaya perbaikan Objek Ijarah, adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluarannya dapat
dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik.
a.
Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan pemilik maka diakui
XXX
XXX
Jika perbaikan tidak rutin atas objek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat
terjadinya.
Jurnal:
Dr. Biaya Perbaikan
Kr. Kas/Utang/Perlengkapan
c.
XXX
XXX
Dalam ijarah muntahiyah bit tamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan
objek ijarah yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa
sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek ijarah.
Jurnal:
XXX
Kr. Kas/Utang/perlengkapan
5.
XXX
Perpindahan Kepemilikan Objek Ijarah dalam Ijarah Muntahiyah bit Tamlik dapat dilakukan
dengan cara:
a.
Jurnal:
Dr. Beban Ijarah
XXX
XXX
XXX
Penjualan sebelumnya berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlaah yang
disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang
XXX
XXX
XXX
Kr. Keuntungan
XXX
XXX
Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
d.
1)
Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual diakui
XXX
Dr. Kerugian
XXX
XXX
XXX
XXX
Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan ijarah tersebut diakui
sebagai beban/keuntungan/kerugian pada periode berjalan. Keuntungan/kerugian yang timbul
tidak dapat diakui sebagai pengurangan atau penambahan dari beban ijarah.
6.
Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang
terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
7.
Pengungkapan, pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan
Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
1)
Keberadaan waad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada waad
pengalihan kepemilikan);
2)
3)
b.
Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah.
c.
B.
1.
Beban Sewa, diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima.
Jurnal pencatatannya:
Dr. Beban Sewa
Kr. Kas/Itang
XXX
XXX
Untuk pengakuan sewa diukur sejumlah yang harus dibayar aas manfaat yang telah diterima.
2.
Biaya pemeliharaan objek ijarah, yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa
diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Sedangkan dalam ijarah muntahiya bit tamlik melalui
penjualan objek ijarah secara bertahap, biaya pemeliharaan objek ijarah yang menjadi beban
XXX
Kr. Kas/Utang/Perlengkapan
XXX
Jurnal pencatatan atas biaya pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemberi sewa tapi
bayarannya terlebih dahulu oleh penyewa.
Dr. Piutang
XXX
Kr. Kas/Utang/Perlengkapan
XXX
3.
Pemindahan kepemilikan, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan dengan cara :
a.
Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah yang
diterima.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah)
Kr. Keuntungan
b.
XXX
XXX
Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar pembayaran
XXX
XXX
Pembelian setelah masa kad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar pembayaran
yang disepakati.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Eks Ijarah)
Kr. Kas
d.
XXX
XXX
Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar biaya
XXX
Kr. Utang
XXX
XXX
4.
Jika suatu entitas/penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut pada pihak lain atas
aset yang sebelumnya disewa, ia perlakuan akuntansi untuk pemilik dan akuntansi penyewa
dalam PSAK ini.
5.
Pengungkapan, penyewa menungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan
Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada :
b.
Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diikuti (jika ada
Kasus Ijarah
Transaksi (ribuan rupiah)
Pemberi Sewa
Penyewa
Saat pembelia
aset PT B:
Aset Ijarah
150.000
Kas
150.000
12.500
12.500
12.500
12.500
Kas
Pendapatan Sewa
12.500
Kas
12.500
Beban Sewa
12.500
12.500
Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk beban depresiasi selama 5 tahun sesuai masa manfaat
mobil dengan metode garis lurus.
Beban Penyusutan
30.000
Akm. Penyusutan
30.000
Aset Ijarah
150.000
30.000
120.000
Pada saat akhir kontrak aset ijarah dikembalikan kepada pembero sewa, sehingga dibuatkan ayat
jurnal reklasikasi.
(Eks Ijarah)
Aset Ijarah
Aset Nonkas
150.000
150.000
Pemberi Sewa
Penyewa
150.000
150.000
12.500
Pendaptan Sewa
12.500
Beban Sewa
Kas
12.500
12.500
12.500
Beban Sewa
Kas
12.500
12.500
12.500
Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk beban depresiasi selama 5 tahunn sesuai masa
manfaat mobil dengan metode garis lurus.
Akm. Penyusutan
30.000
Beban Penyusutan
30.000
Penyajian pada akhir tahun untuk aset ijarah, jurnal untuk tahun ke-2 dan ke-3 sama dengan
pencatatan di atas.
Aset Ijarah
Akm. Penyusutan
150.000
30.000
120.000
pada saat akhir kontrak aset ijarah di jual kepada pemberi sewa secara tunai Rp65.000. dilakukan
dengan akad jual beli.
Akm. Penyusutan
Aset Ijarah
Keuntungan Penjualan
Kas
Kas
65.000
90.000
150.000
5.000
Aset Nonkas
65.000
65.000
Apabila pada saat akhir kontrak aset ijarah dihibahkan dari pemberi sewa kepada penyewa dan
nilai wajar Rp40.000.
Akm. Penyusutan
Beban Ijarah
60.000
90.000
Aset Ijarah
150.000
Keuntungan
40.000
Aset Nonkas
40.000
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu
tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri.
Aset yang disewakan (objek ijarah) merupakan aset/jasa yang manfaatnya dapat ditransfer.
Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena mengambil
manfaatnya berarti memilikinya. Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset
yng dapat digunakan atau dapat diambil manfaat darinya selama periode akad dan memberikan
hak kepada pemberi sewa untuk menerima upah sewa, jika jasa berarti upah kerja.
Terdapat 3 jenis ijarah, yaitu ijarah, ijarah muntahiyah bit tamlik, dan jual dan ijarah, dihalalkan
bila memenuhi rukun dan ketentuan syariah. Ijarah berbeda dengan leasing, walaupun terdapat
jenis leasing yang sesuai dengan ijarah diantaranya operating lease.