Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Sjamsuhidayat & De Jong
dalam Nurarif, (2015).
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk
ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
suatu jaringan lemak/omentum Erikson dalam Muttaqin, (2013).
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan mukulo-aponevrotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia dapatan atau akuisita.
B. Klasifikasi
1. Hernia menurut Letaknya:
a. Hernia hiatal
Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorok turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada/ thoraks).
b. Hernia Epigastrik
Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian tulang rusuk di
garisan tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan
lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut
yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak
dapat di dorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar)
yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari
C. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih
besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .
3. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi
buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
4. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih
pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus
melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia,
besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
D. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak napas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.
Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi
atau mengalami kelemahan.
F. Pathway
Hernia
Hernia umbilikalis
kongenital
Henia Inguinalis
Ketidaknyamanan
abdominal
Intervensi bedah
relatif/konsevatif
Nekrosis intestinal
Pembedahan
Nekrosis intestinal
Mual
Terputusnya
jaringanPenunjang
saraf
G. Pemeriksaan
lenton
(penebalan
antara
tepi
bebas
m.obliquus
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang / tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam
manurut kebutuhannya (ferguson, bassini, halstedt, hernioplasty, pada
hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
MC. Vay).
Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Anak berumur kurang dari 1 tahun: menggunakan teknik Michele
Benc.
b. Anak berumur lebih dari 1 tahun: menggunakan teknik POTT.
3. Riwayat penyakit
4. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
5. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia
atau retensi urin.
6. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
7. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia,
nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
9. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
10. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia.
Pada surveu umum pasien hernia reponibel berada pada kondisi optimal.
Sedangkan pada pasien hernia inkarserata dan strangulata pasin terlihat lemah
dan kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan gejala
dehidrasi. Suhu badan pasien akan naik 38,5 oC dan tejadi takikardi.
Insfeksi: secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipatan paha.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka
dengan pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan
aktivitas peningkatan intra abdominal, serta mengedan untuk menilai
adanya penonjolan pada lipatan paha.
Palpasi: turgor kulit < 3 detik menandaka gejala dehidrasi, palpasi pada
kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tanga sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditemukan. Kantong hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, (seperti karet), atau
ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingkingan, pada anak
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah ini hernia
dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Apabila ujung jari menyentuh henia, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya,
berarti hernia inguinalis medialis. Sjamsuhidayat dalam muttaqin,
(2013).
Perkusi:
nyeri ketuk dan timpani terjadi akibat adanya flatulen,
menandakan sekunder dari adanya obstruksi intestinal atau hernia
srangulasi.
Auskultasi: penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan
gejala obstruksi intestinal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah.
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko perdarahan
5. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah/operasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
Tujuan
: Setelah dilakukan intervensi nyeri teratasi
Kriteria Hasil
:
- Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Wajah klien rileks
Intervensi
-
dibutuhkan klien
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Observasi
tanda-tanda
infeksi
(tumor,
rubor,
dolor,
kalor,
fungsiolaesa).
Observasi tanda-tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu
tubuh.
Lakukan ganti balutan tiap hari.
Pertahankan perawatan luka dengan teknik steril, aseptik dan
antiseptik.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Monitor leukosit.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2013. Gangguan gastrointestinal Aplikasi
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, Jilid II. Yogyakarta:
Mediaction
Sjamsuhidayat, R & De Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC