Professional Documents
Culture Documents
TAHUN 2015/2016
DAFTAR ISI
Surat Keputusan Direktur Tentang PPI
A. Latar Belakang ..
B. Tujuan..
C. Ruang Lingkup .
D. Batasan Operasional ..
12
1. AIDS .
12
2. SARS
14
3. TBC ..
17
4. MRSA ..
19
F. Kegiatan PPIRS .
22
1. Surveilens
22
41
3. APD
45
4. CSSD .
52
5. Dekontaminasi .
61
61
63
8. Kohorting ..
66
71
75
11. Antibiogram .
79
79
70
92
92
B. Uraian Tugas .
93
C. Distribusi Ketenagaan .
98
99
99
107
108
BAB V LOGISTIK ..
109
112
113
115
BAB IX PENUTUP
122
Lampiran lampiran
Lamp 1. Gambar penanganan tumpahan darah
Lamp 2. Tabel desinfeksi
Lamp 3. Tabel cara membuat larutan clorin
Lamp 4. Tabel ASA score
Lamp 5. Tabel Daftar tilik penyakit menular
Lamp 6. Tabel daftar tilik penggunaan APD
penyelenggaraan
pelayanan
pencegahan
dan
Mengingat
1.
2.
Menetapkan
Pertama
PENCEGAHAN
DAN
PENGENDALIAN
Kedua
Ketiga
Keempat
RESPIRA.
Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu
dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan
biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit
tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian
infeksi
nosokomial
dipelopori
oleh
Nightingale,
rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat
maupun berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Paru RESPIRA
YOGYAKARTA.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Paru RESPIRA
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang
tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya
pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme
pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh
terhadap resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara
atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup
memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan,
misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.
B. Tujuan .
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Paru RESPIRA melalui
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua
departemen /unit dengan meliputi kualitas pelayanan,management
resiko,clinical governace,serta kesehatan dan keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam
melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara
jelas.
Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan
fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien.
7
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
Pelayanan surveilens PPI
Hand Higiene sebagai bariier protection.
Penggunaan APD
Pelayanan CSSD
Pelayanan Linen
Pelayanan Kesehatan karyawan
Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan
IPSRS.
Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
Pelayanan management resiko PPI
Antibiogram dan pola kuman RSP Respira
Penggunaan bahan single use yang di re-use
D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
I. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia
termasuk
indonesia
,ditinjau
dari
asalnya
infeksi
dapat
berasal
merupakan
respon
tubuh
(imflamasi)
yang
bersefat
agen
infeksi
dapat
yang
paling
umum
adalah
sehat
permukaan
kulit,selaput
lendir
saluran
(yang
supectibel)
dapat
melalui
saluran
yang
mempengaruhi
gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya
hidup,terpasang
umur,usia,status
barrier
Dengan
pemberian
imunisasi(vaksin
Hepatitis
B),promosi
AIDS
Pengertian
Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena
terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).
Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2
(HIV-2)
KLASIFIKASI INFEKSI AIDS
1. Infeksi Akut.
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.
b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu
setelah kontak.
11
Cairan vagina.
ASI.
Air mata.
Air liur.
Air seni.
Air ketuban.
12
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV
dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara
bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala gejala spt :
2. Flu burung.
Dibagi menjadi 4 sbb :
a) Seseorang dalam penyelidikan
b) Kasus suspek.
c) Kasus probabel
d) Kasus konfirmasi
1. Seseorang dalam penyelidikan
Diputuskan
oleh
pejabat
berwenang
untuk
dilakukanpenyelidikan
Batuk
Sakit tenggorokan
Pilek
Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
dengan
penderita(suspek,probabelatau
konfirm)
seperti
13
dengan
penderita(suspek,probabelatau
konfirm)
seperti
14
Fatigue
spesimen
serum
tunggal
)menggunakan
uji
15
Setelah memasak.
Sebelum memasak
Pengobatan.
Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga
mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi.
Macam obat :
1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)
3. TUBERKULOSIS (TBC)
Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni
micobactpi derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena
sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari
ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis micobakterium
lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir
16
semua
oirgan
tubuh
dapat
terserang
bakteri
ini
seperti
Masa penularan
Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya
mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani
pengobatan adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang
tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten AFB positif
dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.
17
Tingkat
penularan
dikeluarkan,virulensi
tergantung
pada
kuman,terjadinya
jumlah
basil
aerosolisasi
yang
waktu
Batuk berdahak
sesak napas
nyeri dada
Sering demam
BTA (+)
Pengobatan :
Pencegahan.
18
II.
19
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana
seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat
penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan yang dapat
menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.
Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat
dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi
penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat diakibatkan karena tirah baring yang lama
(koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk gaster).
2. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian
ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda tanda infeksi
saluran napas.
Kriteri pneumonia :
1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru.
20
satu ini:
Faktor penyebab :
1. Lingkungan .
- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.
- Makanan ;Muntahan.
2. Peralatan .
- NGT
- ET
- Suktion kateter.
Peralatan bronchospi
- Peralatan pernapasan.
3. Manusia.
- Haemofilus influenza.
- Stapilococus Aereus
- Stapilococcus pnemonia.
- MDR stains.
Faktor-faktor resiko :
1. Kondisi pasien sendiri.
22
Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction kateter.
23
Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.
Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan mengeluarkan lendir .
2. Peralatan ventilator.
Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor.
x 1000=.......%
2.
3.
4.
24
Score
1
Sekresi trakea
sedikit
sedang
banyak
Infiltrat
Tidak ada
Difus
Terlokalisir
Suhu
>39 &<36
Lekosit /mm
>4000 &<11.000
Pa O2 /FiO2
>240 /ARDS
<240 &
ARDS
bukan
x 1000 =........%
25
(>38C
rektal),hipotermia
(<37
C),apneu,bradikardia,letargia,atau
ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan
26
1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama
penggunaan
kateter
,lama
hari
rawat
,pasien
dengan
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme :
* Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
* dan salah satu tanda :
- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > 100.000
kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml dan
pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
2.2. Infeksi saluran kemih asimtomatik
Dengan salah satu criteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik
Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis kuman.
* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil biakan >
100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
28
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
2.3. Infeksi Saluran Kemih lain.
( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga perinefrik )
dengan salah satu criteria dibawah ini :
Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis.
Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.
2.4. Infeksi Saluran Kemih pada neonatus
- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh ( gejala sama
dengan sepsis ).
29
30
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.
2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara enam gejala
berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi ( 380C ) dan
sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman.
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi
ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
31
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.
Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravaskuler ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi
CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.
Cara penghitungan :
32
tidak
terdapat
peradangan
dan
tidak
membuka
traktus
Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic
dari tempat insisi superficial.
Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut.
33
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
3. ASA score .
ASA 1-2,skor :0
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.
Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan
jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat
rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum
operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.
Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu
rendah sebelum operasi.
Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam
sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.
Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap
patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang
direkomendasikan.
35
Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat
dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.
2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.
Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit
kemudian bersihkan cairan tadi .
Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.
Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti
instrumen jatuh saat operasi.
Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi
berjalan .
Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor dan
terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal / epidural/
36
Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi tubuh
yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian
verban.
Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.
37
Skin irritation
Inaccessible handwashing supplies
Being too bussy
No thinking abut it
Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%,
sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan
tangan tersebut :
Individu
Patuh %
Dokter
Perawat
Tenaga kesehatan lainya
Mahasiswa perawat
33
36
43
0
Tidak Patuh %
67
64
57
100
38
mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).
Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris
secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan mereduksi jumlah
mikroorganisme transient dengan menggunakan bahan tertentu.
Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan
pasien
,petugas
lain,atau
permukaan
lingkungan
Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan
permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,debris dan
mikroorganisme yang meempel sementara di tangan.sabun biasa
memerlukan gosokan untuk melepaskan mikroorganisme secara
mekanik,sementara sabun anti septik disamping membersihkan
juga dapat membunuh kuman
Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme baik yang transien atau residen.
39
Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan
Tujuan.
1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,
2. Mereduksi jumlah microorganisme transient
40
5.
ALAT PELINDUNG DIRI
Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah
digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan
kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis
di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk
melindungi staf .
Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung
mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak
negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang
sangat efektif, bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik
yang menahan air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya.
Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena
mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang
140/in) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan
gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif,
karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi.
Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk
ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu
untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar
kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.
Macam APD :
41
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Kaca mata,
4. Topi
5. Apron/celemek
6. Pelindung kaki
7. Gaun pelindung
8. Helm
1. Sarung tangan.
Tujuan memakai sarung tangan :
Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau
bahan berbahaya
c) Sarung tangan rumah tangga
42
Masker bedah
43
Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan
semua rambut muka
b. Masker khusus
c.
Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang
mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.
Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk
penggunakan diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap 2.
Masker biasa.
Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat
pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dll)
4. Gogless (kacamata)
Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya
yang terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih,
kacamata pengaman, pelindung muka dan visor.
44
5. Apron (Clemek)
Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi
cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien.
Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen ,
dapur, IPAL, Laboratorium, VK.
6. Gaun.
Tujuan :
- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau
cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.
Jenis Gaun :
- Gaun pelindung tidak kedap air.
- Gaun pelindung kedap air.
- Gaun steril.
- Gaun non steril.
Indikasi penggunaan gaun :
- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi
pada pakaian petugas seperti ;
Seperti membersihkan luka bakar.
Tindakan drainage.
Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau
Toilet.
45
Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan
berbahaya.
Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
(operasi,pemasangan kateter vena sentral.)
8. Helm
46
Tanpa luka
Memandikan
/
bedding
Reposisi
2.
Luka terbuka
Memandikan
/
bedding
Reposisi
3.
Perawatan perianal
4.
Perawatan mulut
5.
Pemeriksaan fisik
6.
Penggantian balutan
Luka operasi
Luka decubitus
Central line
Arteri line
Cateter intravena
Tindakan Khusus.
7.
Pasang cateter urine
8.
Ganti bag urine / ostomil
9.
Pembilasan lambung
10. Pasang NGT
11. Mengukur suhu axilia
12. Mengukur suhu rectal
13. Kismia
14. Memandikan jenazah
Perawatan saluran nafas
47
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
22.
Pemasangan infuse
23.
24.
Punksi arteri
25.
26.
27.
Penyuntikan IM / IV / SC
Penggantian botol infuse
Pelesapan dan penggantian
selang infuse
Percikan darah / cairan tubuh
Membuang sampah medis
Penanganan alat tenun.
28.
29.
30.
IV.
Lebih
baik
Lebih
baik
Lebih
baik
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
Sterilisasi
Adalah
bakterial
Adala Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry
heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini
yang digunakan untuk proses sterilisasi.
170C selama 1 jam (total cycle time-meletakkan instrumeninstrumen di oven, pemanasan hingga 170C, selama 1 jam dan
kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau
Ingat:
49
50
Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan
terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan
digunakan.
Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah
Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
51
V.
Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung
tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan
adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena
darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam
di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
52
Penerapan
Semi
kritis
Proses
Penyimpanan
Contoh alat
Alat yg
Sterilisasi
masuk,penetrasi
steam,sterad
dalam jaringan
atau DDT
steril,rongga,alira
n darah
Sterilisasi harus
dijaga :
-bungkusan alat
harus kering.
-kemasan tidak
robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
dipakai
-Alat yang
digunakan
untuk
tindakan
invasif.
Simpan pada
daerah bersih
dan kering
guna
melindungi dari
Alat yang
berhubunga
n dengan
respiratori :
-LM
Sterilsasi
steam/termal
dan dengan
cairan
desinfektan
53
Non
kritis
tingkat
tinggi
kontaminasi
lingkungan
Bersihkan
alat dengan
menggunaka
n detergent
dan air .jika
menggunaka
n
desinfektan
gunakan
yang
compatibel
Simpan dalam
keadaan bersih
ditempat yang
kering
laringeal
mask.
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe
invasif
ultrasonic
(trans
vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscop
e
- Breast
pump
-alatnon
invasif
equipment:
* Bedpan
dan urinal.
* Manset
tekanan
darah.
* bed
*
Termometer.
* Tourniket
* Tensi
meter
54
- Kebersihan tangan.
- Penggunaan APD (alat pelindung diri )
- Peralatan perawatan pasien.
- Pengendalian lingkungan.
- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.
- Penempatan pasien.
- Higiene respirasi/etika batuk.
- Praktek menyuntik yang aman.
- Praktek untuk lumbal punksi.
terkontaminasi ke orang).
Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit
yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh
lainnya
atau
instrumen
yang
kotor
dan
sampah
yang
56
57
Jarang
Intermediate
Sering
Selalu
terjadi
Frekuensi
Probability
Dampak
occurence
58
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan sebagai
berikut:
Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area skitarnya.
Pertukaran udara 6 12 kali/jam.
Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang
efisien sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah sakit.
Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar
dengan pasien lain dengan infeksi mikroorganisme yang sama atau
ditempatkan secara kohort.
Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda.
b. Respiratory Protection
Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki
rungan pasien yang diketahui infeksi pulmonary tuberculosis
Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang
diketahui atau diduga mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka
harus memakai respiratory protection (N 95) respirator.
Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu
memakai perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan
yang penting saja.
Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien
2. Droplet Precaution
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara
kohart
Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft
dengan pasien lainya
b. Masker
Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
60
Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau
desinfeksi sebelum dipakai kepada pasien lain.
Recommendation Isolation Precaution
administrative Controls
1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada pasien,
petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan
bertanggung jawab dalam menjalankanya.
Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan)
2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya
perbaikan langsung.
62
63
VIII.
IX.
64
Penerapan
Proses
Penyimpanan
Contoh alat
Alat yg
masuk,penetrasi
dalam jaringan
steril,rongga,alir
an darah
Sterilisasi
steam,sterad
atau DDT
Sterilisasi
harus dijaga :
-bungkusan
alat harus
kering.
-kemasan tidak
robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi
dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril
yang tidak
dibungkus
harus segera
dipakai
-Alat yang
digunakan
untuk
tindakan
invasif.
-endoskopidan
assesoris yang
dipakai dlm
tindakan
invasif:
- alat ERCP
-Laparoskopi
Broncoskopi
- instrument
bedah/operasi
Semi
kritis
Alat yang
kontak dengan
Sterilsasi
steam/terma
Simpan pada
daerah bersih
Alat yang
berhubungan
65
Non
kritis
selaput lendir
l atau
dengan
cairan
desinfektan
chlorine 0,5
%
dan kering
guna
melindungi
dari
kontaminasi
lingkungan
Alat yang
kontak dengan
kulit
Bersihkan
alat dengan
menggunak
an detergent
dan air .jika
menggunak
an
desinfektan
gunakan
yang
compatibel
Simpan dalam
keadaan bersih
ditempat yang
kering
66
dengan
respiratori :
-LM laringeal
mask.
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
*sigmoidesko
pe
- Breast pump
-alatnon
invasif
equipment:
* Bedpan dan
urinal.
* Manset
tekanan darah.
* bed
* Termometer.
* Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.
* kontainer
darah
Laringeal
mask
Frekuensi
penggunaan
ulang&prose
s
40x
steam
Nasal
spray
5x
steam
Endotrace
a tube non
kinkin
40x
steam
Respirator
y valve
30x
steam
Dengan
melihat
Proses kontrol
67
segera dibuang
Beast
pump
Pengelolaan linen
Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk
mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor
dan
membinatu
(mencuci,
mengeringkan,
melipat,
atau
68
tercantum dalam
KONSTRUKSI BANGUNAN
UDARA
AIR
PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY
69
Kelompok 2
Sedang
Perawatan
pasien dan
tidak tercakup
dalam Grup 3
atau 4
Laundry
Kantin
Manajemen
Material
Kelompok 3
Sedang Tinggi
UGD
Radiology
Recovery
Rooms
Ruang
Maternitas /
VK
Kamar bayi
Lab
70
Kelompok 4
Tinggi
Area klinis
Kamar
Operasi
Kamar
prosedur
invasif pasien
rawat jalan
Area
dimanapu
n
Penerimaan/Pe
mulangan
Laboratorium
tidak spesifik
seperti Grup
3Koridor
Umum (yang
dilewati pasien,
suplai, dan
linen)
Microbiolog
i
Farmasi
Anastessi &
pompa
jantung
Semua
Intensive Care
Unit (kecuali
yang tertulis
di Grup 4)
71
Kelas IV
XII.
Antibiogram
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman
terhadap antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman
rumah sakit
73
74
Penyakit
Masa
inkubasi
Abses
Acinetoba
cter
baumanii
Adenoviru
s type 1-7
Aspergilos
is
6-9 hari
Menular
selama/
virus
shedding
Cara transmisi
Selama luka
mengeluarka
n cairan
tubuh
Luka bakar
yang di
hydroterapi
kontak
Sekret
saluran nafas
Infeksi jar
luas dengan
cairan
berlebihan
Flora N kulit
manusia, mukus
menbran dan tanah.
Bertahan di tempat
lembab dan kering
sampai berbulan,
menular melalui
peralatan rawat
respirasi, tangan
petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras, bantal,
prmk TT, mop,
gorden, tempat
mandi luka terbuka
Inhalasi stadium
airbone, conidia
candidiasi
s
Chlamidia
C
trachomati
Kewasp
adaan
yang
perlu
dijalank
an
Kontak
konserfati
Standar
dan
kontak
Droplet,
kontak
Kontak
dan
airbone
Standar,
kontak
Standar,
kontak,
termasuk
75
Konserfat
s
Congenital
rubella
Conjungti
vitis
*adenovir
us type 8
Campak
Sampai umur
1 tahun
5- 12
hari
14 hari stl
onset
5-21 hari
3-4 hr stl
Droplet yang besar
bercak timbul (kontak dekat) &
mel
udara
nasofaring
Campiloba
cter
Closrtidiu
m difficile
Cytomegal Tidak
Tahan di
o virus
diketahui lingkungan
dlm wkt
pendek
Difteria
Gastroente
ritis
*salmonell
a
*shingella
*yenteroc
Kontak dengan
bahan nasofaring
dan urin
Kontak dengan
tangan, alat
terkontaminasi
seksual
Standar,
kontak
Restriksi 7 hari
Kontak
standar
Sampai mata
tidak kluar
kotoran
Pengobata
Transmis
i udara
Standar
kontak
Kontak dg sekresi
&eksresi : saliva
dan urin
Standar
hand
hygiene
Tidak perlu
Sekresi dr mulut
mengandung c
difteriae
Droplet,
kontak
Kontak px,
konsumsi
makanan/ air
terkontaminasi
Standar
atau
kontak
Sampai terapi
antibiotika
telah lengkap
dan sampai 2
kultur berjarak
24 jam
dinyatakan
negatif, perlu
imunisasi tiap
10 tahun
Tidak
mengolah
makanan sp 2x
jarak 24jam
kultur feses
negatif
76
Pengobata
simtomati
virus.
Minum
eritromici
tb sampai
olitica
Glardia
lambilia
Feses
Kontak
Hepatitis
A
15- 50
hari
2 minggu,
kadang2 sp 6
bulan
(prematur)
Standar
Hepatitis
B,D
B:624mgg
D: 3-7
mgg
Akut atau
kronik dg
HbsAg
positif
Perkutaneus
mukosa, kulit yg
tdk utuh kontak
dgn darah, semen,
cairan vagina,
cairan tubuh yg
lain
Perkutaneus
mukosa kulit yg
tdk utuh kontak
gdn darah, semen,
cairan vagina,
cairan tubuh yg
lain
Kontak dgn ludah
karier mengandung
virus langsung/ lwt
sekresi luka
aberasi/ cairan
vesikel
Perkutaneus
mukosa, kulit yg
tdk utuh kontak
dgn darah, semen,
cairan vagina,
Standar
Hepatitis
C,F,G
Herpes
simplex
HIV
2-14 hr
Asiptomatik
dpt
mengeluarka
n virus
77
Libur di area
perawatan/
pengolahanma
kanan,i
minggu setelah
sakit kuning
imunisasi
paksa ekspos
Tidak perlu
dibatasi smp
HbeAg negatif.
Standar
Restriksi
sampai kondisi
membaik
/ sampai
HceAg negatif
Standar,
kontak
tangan
Retriksi tidak
perlu, tp
dibatasi kontak
dgn px
Standar
Vaksinasi
hepatitis a
-segera pe
HbsAg ata
HbeAg,tid
perlu diva
bila petug
mengandu
HBs 10
Kurang da
paska paja
-diberikan
dan 3 tc.
cairan yubuh yg
lain
Helicobact
er pylori
MDRO
(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL,
Srep
pneumoni
a
Influensa
1-5hr
Standar
Infeksius pd
3hr pertama
sakit.Virus
dpt
dikeluarkan
sblm gejala
timbul smp
7hr stlh
dimulai sakit,
lebih panjang
pd anak dan
orang
Kontak luka
Kontak
Airbone, kontak
langsung/ droplet
dgn sekresi saluran
napas
kontak
Hemophil
us
Influenzae
Dewasa
Anak
Human
Metapneu
mo virus
(HMPV)
-dilakukan
pemeriksa
HIVserolo
menitor se
bln,9bln,1
Standar
droplet
Batuk non
produktif,
kongesti
nasal
whezing,
Droplet sekret
respirasi
78
Kontak
Droplet
Vaksinasi pd
petugas yg
rentan.
Amantadin
untuk kontak
dgn influensa
A
Novirus
12-48
jam
N
meningitis
2-10 hr
Parotitis,
Mumps
16-18hr
(1225hr)
Parvovirus 6-10hr
/B19
Pertusis
7-10 hr
bronkhiolitis,
pneumonia
pada anak
+ 11,5 tahun
Diare, KLB
Makanan, air
terkontamibasi
feses
Kontak dgn sekret
saluran napas
Kontak,
makanan
, air
Trasmisi
mel
droplet
Community
acquired,
virus berada
dlm saliva 67hr sbl
parotitis sp
9hr stl onset
Px
immunokom
promls
Kontak dengan
droplet atau
langsung dgn
sekret sal napas, yi
saliva, hidung dan
mulut
Trasmisi
droplet
Menular sblm
bercak merah
sp 7hr stlh
onset
F catarrhal
sangat
menular
Transmis
i drolpet
Libur spm
24jam stlh
terapi paska
ekspos.
Rifampin2x60
0mg, 2hr;
ciprofloxacin1
x500mg atau
ceftriaxon250
mg IM
Vaksinasi
efektif, MMR
Restriksi sp
9hr stlh onset
parotitis.
Petugas renyan
: 12hr paska
ekspos
pertama sp 25
hr stlh ekspos
terakhir
Tidak perlu
restriksi
Transmis
i droplet
sp 5 hr
menerim
a
antibioti
Vaksin
direkomen
umur 11-64 th
petugas dgn
pertusis:
restriksi fase
79
-perlu pro
dgn Rif2x
selama 2 h
dosis tung
cipro1x1,a
ceftriaxon
mg IM
catarrhal sp mg
3 stl onst / 5 hr
stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Imunisasi
direkomendasi
kan
Transmis
i kontak
Transmis
i droplet
dan
kontak
dgn
cairan sal
napas
Tangan
terkontaminasi saat
merawat pasien
atau menyentuh
benda mati,
transmisi RSV bila
menyentuh mata
atau hidung
Transmis
i kontak
erat dhn
droplrt
atau
aerosol
partikel
kecil
Strandar
transmisi
Batasi kontak
dgn pasien
rawat dan
lingkungan
bila ada KLB
RSV Restriksi
sampai gejala
akut hilang
Retriksi
perawatan
Kontak
dengan
80
Streptococ
A
petugas,
mungkn
karier nares
anterior,
tangan,
axilla,
perineum,
nasofaring,
orofaring
Kontak sisi
terinfeksi &
mensekresi
Salmonell
a,
Shingella
Sypilis
Tuberkolo
sis
Sp 1 bl
minum OAT
Varicella
Sp lesi kering
& berkusta
kontak,
dapat
airbone
Kulit, faring
rektum, vagina
Standar
berdasar
transmisi
Kontak
Airbone, Sampai
kontak
terbukti non
(mengelu infeksius
arkan c
tubuh
infeksius
)
Airbone,
kontak,
81
pasien dan
pengolahan
makanan bila
petugas
dengan lesi
kulit basah
tidak perlu
retriksi bila
kolonisasi
Retriksi
perawatan
pasien &
pengolahan
makanan sp 24
jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi petugas
dg kolonisasi
8 hari pasca
kontak sp 21
-petugas y
terexpose
tes mantou
indurasiny
mm perlu
profilaksis
sesuai
rekomend
lokal
Vaksinasi
varicella
standar
Vibrio
kolera
Zoster
*lokal
*
menyeluru
h atau
orang
immuno
komproma
is
* paska
pajanan
(person
yang
rentan)
Kontak feces
Tutupi lesi,
jangan
kontak dg
pasien rawat
Jangan
kontak dg
pasien
Retriksi
sampai lesi
mengering dan
mengelupas
Retriksi
sampai semua
lesi kering dan
mengelupas
Jangan
kontak dg
pasien rawat
Dari hr ke 10
paska pajanan
pertama sp hari
ke 21 atau hr
28 bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas
A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.
1. Pada mata
hari paska
kontak, beri
imuno globulin
IV paska
kontak,
imunisasi
petugas paska
pajanan dalam
4 hari
2. Pada Kulit
: Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan
B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas
Orang yang terkena
Tidak divaccin
83
Jika sumbermerupakan
resiko tinggi dapat
diperlakukan sebagai sumber
HbsAg (+)
Tes untuk anti HBs :
1.jika (-) ,obati seperti non
serokonversi.
2.jika titer tidak cukup
booster vaksin HB.
3.jika tter cukup tidak perlu
diobati.
HIV(-)
Rujuk ke dokter
internis aagar
mendapatkan
nasehat.
Setelah kejadian
diketahui dari pasien
HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas
post exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .
Sumber
negatif
HIV
Tidak ada
pengobata
n
Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .
Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.
Jangan memberikan
donor darah .
Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)
Tidak perlu
84
pemberian
pengobatan
propilaksis
HIV (+)
Tidak
perlu
diobati
Sumber
HbsAg (-)
Berikan nasehat
Tidak
untuk melakukan
perlu
pemeriksaan 0,3,6,12 diobati
bln pemeriksaan
HVC dengan PCR
dan diperiksa LVT
untuk mengetahui
status infeksinya
Sarankan untuk
meminalkan
penularan
Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular
85
Tidak diketahui
Positif
Kulit utuh
Mukosa/kulit
tidak utuh
Pertimbangkan
rejimen 2 obat
Tidak perlu
PPP
Berikan
rejimen 2 obat
Positif Resiko
tinggi
Tidak perlu
PPP
Berikan
rejimen 2 obat
- Tusukan benda
tajam solid
Berikan rejimen 2
obat.
Berikan
rejimen 2 obat.
Berikan
rejimen 3 obat
- Tusukan benda
tajam berongga
Berikan rejimen 2
obat
Berikan
rejimen 3 obat
Berikan
rejimen 3 obat
Rejimen
AZT 300mg/12
jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28
hari
AZT 300mg/12
jam x 28
hari,3TC 150
mg/12 jam 28
hari,Lop/r
400/100mg/12
jam x28 hari.
XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada
a. lantai,dinding dan ,AC
b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.
c. Kultur darah pada surveilens ILI
86
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. Kualifikasi Ketenagaan.
Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996
tentang tenaga kesehatan
No
1
2
Jenis tenaga
Dokter spesialis
IPCN
Pendidikan formal
Spesialis Paru
D-3
Dokter Umum
Dokter Umum
5
6
7
Perawat
Perawat
Laborat
Pendidikan Profesi
Dokter
Pendidikan Profesi
Dokter
S-1, Ners
D-3
D-3
2.
Minimal pendidikan D3
3.
4.
87
sertipikat
TOT MTPTRO
PPI dasar
IPCN
PPI dasar
TOT MTPTRO
TOT MTPTRO
Jumlah
1
1/150 TT
PPI dasar
1
1
1
1
B. Uraian Tugas :
B.1. Direktur.
Bertanggung
jawab
dan
memiliki
komitmen
yang
tinggi
terhadap
88
Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.
B.2 IPCN
B.2.1Kriteria IPCN :
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI
- Memiliki komitmen di bidang PPI
- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.
- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident
- Bekerja purna waktu.
B.2.2 Uraian tugas :
audit.
PPI
termasuk
pentalaksanaan
limbah,laundry,Gizi
dengan
Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman penggunaannya.
Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB
(HAIs).
C. Distribusi Tenaga.
Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara
komprehensif dari setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
IGD,Poli
rawat
jalan,Unit
Rawat
Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,lien,farmasi,SMF,laborat,Iko,
House keeping (CS).
92
inap,
BAB III
STANDART FASILITAS
Fasilitas
Fisik /bangunan
Jumlah
93
Peralatan
Meja
Kursi
Komputer
Line internet
Almari kaca
Peralatan tulis
Buku perpustakaan PPI
1
3
1
1
1
2
10
B. Fasilitas pelayanan .
1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan ,petugas
laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakantindakan keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa
fasilitas tersebut telah ditetapkan .
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak ,pembatasan dan karantina jika
diperlukan misalnya:
Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial dan
bantuan psikologi
Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat
tersebut (rumah sakit /kamar jenazah)
5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan
dipatuhi (cmplience kebersihan tangan )
6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit
menular,dengan menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai tempat pemeriksaan
awal ,identifikasi sebagai pengobatan darirat,pasien yang perlu dirujuk untuk
penatalaksaanselanjutnya.
94
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di
masing masing unit kerja sbb :
1. Tata laksana pelayanan unit surveilens
a. Penanggung jawab
- IPCN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- IPCN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
95
96
5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
97
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas
ruangan ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin
0,5% dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- IPCN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang
diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter
penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses
selanjutnya sesuai SPO kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada
ruangan yang mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan
kpian kepada IPCN
- IPCN merekap dan menganalisa hasil kultur masing masing
kegiatan.
98
99
Selesai
renovasi
Diamkan
selama 1 bln
dan uji swab
Hasil baik
Ruangan siap
digunakan
Desinfeksi
dinding dan lantai
dengan larutan
Lakukan swab
ulang
100
BAB V
LOGISTIK
101
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A.
102
laboratorium,Radiologi,sanitasi gizi,linen
103
Limbah medis/klinis
ii.
iii.
Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas
H. Pendidikan dan pelatihan PPI
a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
-
Pelatihan surveilens
104
105
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
1.1 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
2.1 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
106
2.1.1
2.1.2
2.1.3
107
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Rahasia
Independen
Tepat waktu
24
jam
untuk
kejadian
yang
berdampak
109
Tingkat risiko tinggi dan ekstrim : Root Cause Analysis (RCA) yang
dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.
melakukan rekapitulasi
laporan insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiap tiga bulan kepada
direksi RS Paru Respira
indicator
110
sesuatu yang benar, maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan : dokter
yang mempunyai kemampuan dalam melakukan RCA, unsur keperawatan,
dan SDM lain yang terkait dengan jenis insiden keselamatan pasien yang
terjadi.
f.
111
2)
Unit CSSD
Upaya kesehatan
114
BAB IX
PENUTUP
115
116
117