You are on page 1of 10

BAB VI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

A. Pengelolaan Pendapatan Daerah


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa
pendapatan daerah ádalah semua hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambahan nilai kekayaan bersih.
Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah, sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa hak dan
kewajiban daerah adalah:
a. Memungut pajak daerah, retribusi daerah, dan melakukan pinjaman.
b. Membayar tagihan pihak ketiga.
c. Pengelolaan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.
d. Pengelolaan kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain (surat
berharga, piutang, barang, kekayaan yg dipisahkan dari Badan Usaha
Milik Daerah/BUMD), dan
e. Pengelolaan kekayaan pihak lain yang dikuasai Pemerintah Daerah
dalam penyelenggaraan tugas dan kepentingan umum.
Adapun sumber pendapatan daerah adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:
a. Pajak daerah.
b. Retribusi daerah.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. dan
d. Lain-lain PAD yang sah.
2. Perimbangan keuangan, terdiri dari:
a. Dana Bagi Hasil.
b. Dana Alokasi Umum (DAU), dan
c. Dana Alokasi Khusus (DAK).

VI-1
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Permasalahan umum yang dihadapi pemerintah daerah dalam upaya
meningkatkan penerimaan daerah antara lain:
a. Tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak seimbang dengan
kemampuan daerah.
b. Masih rendahnyanya kualitas layanan publik.
c. Masih lemahnya infrastruktur sarana dan prasarana.
d. Belum diketahuinya potensi PAD yang mendekati kondisi riil, dan
e. Bantuan dari pemerintah pusat yang belum memadai.
Melihat permasalahan di atas, daerah dituntut untuk lebih
meningkatkan kemampuannya guna menggali potensi pendapatan yang
dimiliki. Hal lain yang harus diperhatikan adalah pendapatan daerah harus
dilakukan secara cermat, tepat, dan transparan serta dapat
dipertanggungjawabkan.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Realisasi Pendapatan Daerah selama 5 (lima) tahun terakhir
menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan pada setiap tahunnya baik
pada komponen PAD, dana perimbangan, maupun lain-lain pendapatan
yang sah. Realisasi PAD selama 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagai
berikut:
Tabel 6.1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2003-2007

NO URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007

1 Pajak Daerah 3,935,259,974 4,309,931,811 4,298,026,938 4,792,942,275 5,312,691,380


2 Retribusi 10,810,242,634 12,061,139,544 13,829,685,808 18,637,650,565 19,275,674,047
Daerah
3 Pengelolaan 1,244,347,530 905,462,232 3,287,363,791 1,027,025,862 2,215,271,026
Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan
4 Lain-lain PAD 2,590,213,523 2,344,958,447 2,383,901,791 6,729,941,327 7,869,448,104
yang Sah
JUMLAH 18,580,063,661 19,621,492,034 23,798,978,328 31,187,560,029 34,673,084,557

Selaras dengan peningkatan kebutuhan pendanaan pembangunan


daerah dan dalam upaya meningkatkan kemandirian daerah, maka
kebijakan yang diambil dalam rangka peningkatan pendapatan asli
daerah adalah:

VI-2
1. Menggali dan mengembangkan sumber-sumber PAD.
2. Memperbaiki sistem administrasi pendapatan daerah untuk menjamin
agar semua pendapatan daerah dapat terkumpul secara optimal.
3. Menyederhanakan prosedur pelayanan masyarakat agar lebih efektif
dan efisien.
4. Meningkatkan kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi dalam
melaksanakan kewajibannya.
5. Meningkatkan jaminan keadilan bagi wajib pajak/retribusi.
6. Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme aparat pengelola
pendapatan.
7. Mengoptimalkan peran BUMD.
8. Meningkatkan pemberdayaan aset daerah.
9. Meningkatkan pola koordinasi intern dan antar instansi pengelola
pendapatan.
10. Meningkatkan penyediaan sarana-sarana pendukung berkembangnya
investasi dan dunia usaha.
Untuk mendukung pembiayaan pembangunan daerah dalam rangka
pencapaian visi dan misi daerah, maka target PAD 2009-2013 adalah
sebagaimana tabel berikut.

Tabel 6.2. Proyeksi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2009-2013

NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013


1 Pajak Daerah 5,603,566,000 6.547.957.027 6.871.795.627 7.212.011.908 7.570.352.962
2 Retribusi Daerah 20.453.415.000 27.466.110.284 28670.850.273 30.584.042.614 32.056.668.057
3 Pengelolaan 2.889.854.000 5.010.065.600 5.578.623.000 6.108.768.000 6.704.754.000
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
4 Lain-lain PAD yang 11.046.313.000 8.532.076.600 9.082.964.344 8.188.887.500 8.855.347.782
Sah
JUMLAH 39.993.148.000 47.556.209.511 50.205.233.244 52.093.710.120 55.187.122.801

Untuk mendukung pencapaian target di atas, maka program-program


yang akan dilaksanakan dalam rangka peningkatan pendapatan asli
daerah adalah:
1. Menyusun dan mereview Peraturan Daerah tentang pajak dan
retribusi yang sudah tak sesuai.
2. Menggali dan menetapkan jenis pajak dan retribusi baru.

VI-3
3. Peningkatan sistem administrasi pendapatan daerah.
4. Penerapan beban pajak dan retribusi secara proporsional dan
berkeadilan.
5. Peningkatan kinerja dan disiplin aparat pengelola pendapatan.
6. Intensifikasi pendapatan daerah.
7. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perkembangan dunia
usaha dan investasi.
8. Pemberdayaan aset daerah.
9. Pemberdayaan dan peningkatan peran BUMD.
10. Penegakan Peraturan Daerah tentang pajak dan retribusi daerah.

2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan komponen pendapatan daerah yang
dominan. Realisasi dana perimbangan selama kurun 2003-2007 adalah
sebagai berikut:
Tabel 6.3. Realisasi Dana Perimbangan

NO URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007

1 Dana Bagi 18,482,722,197 16,894,824,477 11,909,561,684 19,373,341,552 26,201,372,867


Hasil
2 Dana 221,660,000,000 228,086,000,000 233,303,000,000 357,822,000,000 389,124,000,000
Alokasi
Umum
3 Dana 7,500,000,000 6,760,000,000 16,939,629,939 24,629,999,000 39,674,000,000
Alokasi
Khusus
JUMLAH 247,642,722,197 251,740,824,477 262,152,191,623 401,825,340,552 454,999,372,867

Alokasi dana perimbangan baik itu bagi hasil, dana alokasi umum
maupun dana alokasi khusus dilakukan melalui formula baku yang telah
ditetapkan pemerintah. Besar kecilnya Dana perimbangan yang diterima
daerah sangat tergantung pada:
a. Potensi daerah atau kapasitas fiskal.
b. Kebutuhan pembiayaan untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
c. Tersedianya dana APBN.
Upaya yang dapat dilakukan daerah dalam rangka meningkatkan dana
perimbangan ini adalah dengan mengoptimalkan penerimaan pajak pusat
yang dapat dibagi dengan daerah, seperti PPh, BPHTB.

VI-4
Dengan memperhatikan kondisi perekonomian nasional dan dinamika
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, maka prediksi dana
perimbangan selama kurun waktu 2009-2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 6.4. Proyeksi Dana Perimbangan

NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013

1 Dana Bagi 19.676.173.677 29.674.350.742 30.890.962.333 32.158.900.211 33.480.456.603


Hasil
2 Dana 430.276.350.000 460.395.694.500 492.623.393.115 527.107.030.633 564.004.522.777
Alokasi
Umum
3 Dana 51.185.000.000 54.256.100.000 57.511.466.000 60.962.153.960 64.619.883.198
Alokasi
Khusus
JUMLAH 501.137.523.677 544.326.145.242 581.025.821.448 620.228.084.804 662.104.862.578

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah


Sebagian besar pendapatan ini merupakan bagian pendapatan daerah
yang diterima dari pemerintah provinsi. Selama kurun waktu 2003-2007,
realisasi pendapatan lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah
sebagai berikut:
Tabel 6.5. Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Realisasi
Tahun
(Rp)
2003 15,749,907,000
2004 14,847,333,000
2005 10,872,000,000
2006 0
2007 14,921,155,700

Adapun prediksi selama kurun waktu 2009-2013 adalah sebagai berikut.

Tabel 6.6. Proyeksi Lain-Lain pendapatan daerah yang sah

Tahun Proyeksi
2009 37,727,066,709
2010 47.866.634.612
2011 50.030.707.848
2012 52.324.625.478
2013 54.756.178.165

Berdasarkan realisasi pendapatan daerah selama 5 (lima) tahun


terakhir dan perkembangan potensi pendapatan daerah selama ini, maka

VI-5
proyeksi pendapatan daerah selama 5 (lima) tahun kedepan dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 6.7. Proyeksi Pendapatan Daerah 2009-2013

NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013


1 PENDAPATAN ASLI 39.993.148.000 47.556.209.511 50.205.233.244 52.093.710.120 55.187.122.801
DAERAH
1,1 Pajak Daerah 5,603,566,000 6.547.957.027 6.871.795.627 7.212.011.908 7.570.352.962
1,2 Retribusi Daerah 20.453.415.000 27.466.110.284 28670.850.273 30.584.042.614 32.056.668.057
1,3 Pengelolaan Kekayaan 2.889.854.000 5.010.065.600 5.578.623.000 6.108.768.000 6.704.754.000
Daerah yang
Dipisahkan
1,4 Lain-lain Pendapatan 11.046.313.000 8.532.076.600 9.082.964.344 8.188.887.500 8.855.347.782
Asli Daerah Yang Sah
2 DANA 501.137.523.677 544.326.145.242 581.025.821.448 620.228.084.804 662.104.862.578
PERIMBANGAN
2,1 Dana Bagi Hasil 19.676.173.677 29.674.350.742 30.890.962.333 32.158.900.211 33.480.456.603
2,2 Dana Alokasi Umum 430.276.350.000 460.395.694.500 492.623.393.115 527.107.030.633 564.004.522.777
2,3 Dana Alokasi Khusus 51.185.000.000 54.256.100.000 57.511.466.000 60.962.153.960 64.619.883.198
3 LAIN-LAIN 37,727,066,709 47.866.634.612 50.030.707.848 52.324.625.478 54.756.178.165
PENDAPATAN YANG
SAH
JUMLAH 578.857.738.386 639.748.989.365 681.261.762.539. 724.646.420.402 772.048.163.544
PENDAPATAN
DAERAH

Target kinerja yang akan dicapai adalah:


1. Tercapainya target Pendapatan Asli Daerah yang realistis sesuai dengan
potensi dan kapasitasnya.
2. Tersusunnya peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah serta
juklak dan juknisnya baik itu review maupun baru.
3. Tersedianya dan tercukupinya sarana dan prasarana pendukung
peningkatan PAD.
4. Terlaksananya koordinasi antar instansi pengelola pendapatan dengan
lebih terpadu dan berkesinambungan.
5. Meningkatnya kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi untuk memenuhi
kewajiban dan mengerti hak-haknya.

B. Pengelolaan Belanja Daerah


Belanja Daerah diarahkan untuk pencapaian visi dan pelaksanaan
misi 5 (lima) tahun ke depan. Pengelolaan belanja daerah dilaksanakan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip efektifitas, efisiensi, transparan dan
akuntabilitas. Belanja Daerah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan, dan

VI-6
urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintahan daerah atau
antar pemerintahan daerah.
Belanja daerah dalam rangka pelaksanaan urusan wajib digunakan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial untuk menjaga eksistensi
penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan pelaksanaan belanja daerah
dalam rangka pelaksanaan urusan pilihan dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Realisasi Belanja Daerah selama 5 (lima) tahun terakhir
menunjukkan terjadinya peningkatan belanja daerah pada setiap tahunnya
seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan pembangunan daerah.
Perkembangan belanja daerah selama 5 (lima) tahun terakhir adalah sebagai
berikut:
Tabel 6.8. Realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung 2003-2008

KOMPOSISI BELANJA
TH TIDAK LANGSUNG KENAIKAN LANGSUNG KENAIKAN JUMLAH KENAIK AN
TL L
2003 199.251.919.058 0,000 % 95.422.120.258 0,000 % 294.674.039.316 0,000 % 67,618 % 32,382 %
2004 227.951.445.401 14,404 % 79.181.393.843 -17,020 % 307.132.839.244 4,228 % 74,219 % 25,781 %
2005 223.027.063.869 -2,160 % 45.984.043.375 -41,926 % 269.011.107.244 -12,412 % 82,906 % 17,094 %
2006 344.791.420.909 54,596 % 78.895.262.646 71,571 % 423.686.683.555 57,498 % 81,379 % 18,621 %
2007 359.251.365.133 4,194 % 144.292.130.826 82,891 % 503.543.495.959 18,848 % 71,345 % 28,655 %
2008 379.954.704.010 5,763 % 214.533.843.226 48,680 % 594.488.547.236 18,061 % 63,913 % 36,087 %

Kebijakan belanja daerah didasarkan pada prioritas kegiatan dari


masing-masing SKPD dan SKPKD. Selain itu kebijakan belanja daerah
didasarkan pula pada hasil evaluasi penganggaran tahun sebelumnya dan
capaian target kinerjanya sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen
RPJMD.
Arah kebijakan belanja daerah dalam pengalokasian belanja tidak
langsung maupun belanja langsung adalah mengalokasikan kebutuhan
belanja daerah didasarkan pada kriteria-kriteria:
1. Sesuai dengan pelaksanaan misi daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan
dalam rangka pencapaian visi daerah.
2. Berdampak luas pada penyelesaian permasalahan pokok yang dihadapi
daerah.

VI-7
3. Bersifat strategis, penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan.
4. Berdampak luas pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan
peningkatan pelayanan publik serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
5. Mencukupi kebutuhan penyelenggarakan pemerintahan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengingat terbatasnya kemampuan keuangan daerah untuk
memenuhi kebutuhan anggaran pembangunan daerah yang semakin
meningkat, maka program dan kegiatan pembangunan yang direncanakan
dalam rangka pencapaian visi daerah dilakukan secara selektif berdasarkan
skala prioritas. Kebijakan yang dapat diambil dalam hal ini adalah:
1. Pilihan aktivitas, strategi yang digunakan adalah efisiensi, ekonomis dan
efektif dalam rangka pencapaian tujuan daerah.
2. Pengurangan aktivitas, dalam hal ini adalah aktivitas yang kurang atau
tidak mendukung pencapaian tujuan daerah.
3. Penghilangan aktivitas, menghilangkan aktivitas yang tidak mendukung
tujuan daerah serta membebani anggaran daerah.
Pokok-pokok pengelolaan belanja daerah selama 5 (lima) tahun ke
depan didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Pengelolaan belanja daerah bertumpu pada peningkatan pelayanan
publik guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Pengelolaan belanja daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja.
3. Pengelolaan belanja daerah dilakukan dengan prinsip money follow
function untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan publik.
4. Pengelolaan belanja tidak bersifat line item dan incrementalism akan
tetapi berbasis pada program.
5. Peningkatan alokasi belanja untuk program yang dapat mengakibatkan
penerimaan kembali pada daerah atau bersifat investasi/cost recovery.
6. Penggunaan belanja daerah memperhatikan kemampuan pendapatan
daerah serta memperhitungkan sisa lebih perhitungan anggaran tahun
sebelumnya dan melihat kapasitas serta substansi belanja baik belanja
tidak langsung maupun belanja langsung secara komprehensif.
7. Pengelolaan belanja daerah dituangkan dalam Kebijakan Umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) dan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

VI-8
8. Pengelolaan belanja daerah harus dilakukan dengan prinsip efisien,
ekonomis, efektif, transparan, normatif, yuridis, dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan dinamika penyelenggaraan pemerintahan daerah dan


selaras dengan kebijakan pemerintah dan pemerintah provinsi, maka
proyeksi belanja daerah selama 5 tahun kedepan adalah sebagai berikut:
Tabel 6.9. Proyeksi Belanja 2009-2013
TAHUN JUMLAH
2009 609,737,958,017
2010 650.147.391.362
2011 685.714.709.600
2012 729.664.883.427
2013 777.207.224.554

C. Pengelolaan Pembiayaan Daerah


Pembiayaan daerah adalah semua transaksi keuangan untuk
menutup selisih antara pendapatan dan belanja. Apabila pendapatan lebih
besar daripada belanja, maka dikatakan surplus anggaran, sebaliknya jika
pendapatan lebih kecil dari belanja dikatakan defisit anggaran. Pemanfaatan
surplus anggaran berada di pos pengeluaran pembiayaan sedangkan untuk
mengatasi defisit adalah dengan menggali sumber-sumber penerimaan
pembiayaan.
Struktur pembiayaan daerah adalah terdiri dari:
1. Penerimaan Pembiayaan :
a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA).
b. Pencairan dana cadangan.
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Penerimaan pinjaman daerah.
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman.
f. Penerimaan piutang daerah.
2. Pengeluaran Pembiayaan :
a. Pembentukan dana cadangan.
b. Penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah.
c. Pembayaran utang pokok yang jatuh tempo.
d. Pemberian pinjaman daerah.

VI-9
Dengan memperhatikan prediksi pendapatan dan belanja sebagimana
di atas, maka selama kurun waktu 5 tahun ke depan posisi RAPBD
Kabupaten Temanggung diperkirakan dalam posisi defisit anggaran, dengan
demikian harus diupayakan sumber-sumber penerimaa pembiayaan untuk
menutup defisit.
Adapun prediksi pembiayaan daerah selama kurun waktu 2009-2013
dengan asumsi bahwa :
a. Pendapatan daerah sesuai preediksi.
b. Belanja daerah sesuai prediksi.
c. Penerimaan daerah hanya mengandalkan SILPA dan penerimaan
pinjaman daerah;
maka proyeksi pembiayaan daerah untuk lima tahun kedepan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 6.10. Proyeksi Pembiayaan

PEMBIAYAAN
TAHUN PENDAPATAN BELANJA DEFISIT
PENERIMAAN PENGELUARAN
2009 578.857.738.386 609,737,958,017 (30.880.219.631,00) 37.992.812.631 7.112.593.000
2010 639.748.989.365 650.147.391.362 (10,398.401.996,77) 32.391.214.628 21.992.812.631
2011 681.261.762.539 685.714.709.600 (4.452.947.061,11) 33.844.161.689 29.391.214.628
2012 724.646.420.402 729.664.883.427 (5.018.463.025,18) 35.362.624.714 30.344.161.689
2013 772.048.163.544 777.207.224.554 (5.159.061.009,98) 37.021.685.724 31.862.624.714

Namun demikian, hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan


keuangan daerah adalah mencapai keseimbangan antara pendapatan dan
belanja, sehingga defisit anggaran dapat diminimalkan. Hal ini dilakukan
dalam upaya menuju kemandirian daerah.

VI-10

You might also like