Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Status epileptikus (SE) membutuhkan penanganan awal yang cepat. Kehilangan autoregulasi serebral dan kerusakan neuron dimulai
setelah 30 menit aktivitas kejang yang terus-menerus. Penilaian awal berfokus pada kemungkinan adanya gangguan metabolik ataupun
kondisi yang membutuhkan tatalaksana segera. Penatalaksanaan tahap awal menyarankan penggunaan benzodiazepin dan fenitoin untuk
menghentikan kejang, anestesi dipertimbangkan pada SE refrakter. Prognosis SE sangat bergantung pada etiologi yang mendasarinya.
Kata Kunci: Status epileptikus, kejang, obat antiepilepsi
ABSTRACT
Status epilepticus (SE) requires immediate initial treatment. Loss of cerebral autoregulation and neuronal damage begin after 30
minutes of continuous seizure activity. Initial assessments focus on a possibility of underlying metabolic disorders or condition that
requires immediate management. Early management use benzodiazepines and phenytoin to terminate seizures, the use of anesthesia
is considered in refractory SE. Prognosis of SE is dependent on the underlying etiology. Beny Rilianto. Evaluation and Management
of Status Epilepticus.
Keywords: Status epilepticus, seizure, antiepilepsy drug
PENDAHULUAN
Status epileptikus (SE) merupakan keadaan
emergensi medis berupa kejang (seizure)
persisten atau berulang yang dikaitkan
dengan mortalitas tinggi dan kecacatan
jangka panjang.1 Etiologi yang mendasari
sangat menentukan prognosis SE. Pendekatan penatalaksanaan SE telah mengalami
perubahan dibandingkan beberapa tahun
yang lalu seiring pemahaman mengenai
patofisiologi aktivitas kejang; namun penatalaksaan SE saat ini sangat bervariasi
antar institusi, karena masih kurangnya data
pendukung.2
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Lebih dari satu dekade lalu, Epilepsy
Foundation of America (EFA) mendefinisikan
SE sebagai kejang yang terus-menerus selama
paling sedikit 30 menit atau adanya dua
atau lebih kejang terpisah tanpa pemulihan
kesadaran di antaranya.3 Definisi ini telah diterima secara luas, walaupun beberapa ahli
mempertimbangkan bahwa durasi kejang
Alamat korespondensi
750
Nonconvulsive SE
NCSE dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
absence SE dan complex partial SE. Perbedaan
2 tipe ini sangat penting dalam tatalaksana,
etiologi, dan prognosis; focal motor SE
mempunyai prognosis lebih buruk.
Simple Partial SE
Secara definisi, simple partial SE terdiri dari
kejang yang terlokalisasi pada area korteks
serebri dan tidak menyebabkan perubahan
kesadaran. Berbeda dengan convulsive SE,
simple partial SE tidak dihubungkan dengan
mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Secara tradisional, SE dapat diklasifikasikan
menjadi convulsive dan nonconvulsive, namun
istilah ini dapat tidak tepat. Skema baru
klasifikasi ILAE (International League Against
Epilepsy) telah menolak penggunaan istilah
nonconvulsive, karena dapat merupakan
suatu keadaan yang beragam seperti kejang
fokal pada limbic SE ataupun generalized
seperti absence SE. Di samping itu, keadaan
email: beny.rilianto@gmail.com
EPIDEMIOLOGI
Insidens SE di Amerika Serikat berkisar 41
per 100.000 individu setiap tahun, sekitar 27
per 100.000 untuk dewasa muda dan 86 per
100.000 untuk usia lanjut. Dua penelitian
restropektif di Jerman mendapatkan insidens
17,1 per 100.000 per tahun. Mortalitas SE
(kematian dalam 30 hari) pada penelitian
Richmond berkisar 22%. Kematian pada anak
hanya 3%, sedangkan pada dewasa 26%.
Populasi yang lebih tua mempunyai mortalitas
hingga 38%. Mortalitas tergantung dari durasi
kejang, usia onset kejang, dan etiologi. Pasien
stroke dan anoksia mempunyai mortalitas
paling tinggi. Sedangkan pasien dengan
etiologi penghentian alkohol atau kadar
obat antiepilepsi dalam darah yang rendah,
mempunyai mortalitas relatif rendah.3,7
Fase 2: Dekompensasi
Selama fase ini, tuntutan metabolik
serebral sangat meningkat dan tidak
dapat sepenuhnya tercukupi, sehingga
menyebabkan hipoksia dan perubahan
metabolik sistemik. Perubahan autonom
tetap berlangsung dan fungsi kardiorespirasi dapat gagal mempertahankan
homeostasis.
MANAJEMEN
Penatalaksanaan Umum2,3,7,11,12
Prinsip penatalaksanaan SE adalah menghentikan aktivitas kejang baik klinis maupun
elektroensefalografik (EEG). Penatalaksanaan
ETIOLOGI
SE sering merupakan manifestasi akut dari
penyakit infeksi sistem saraf pusat, stroke
akut, ensefalopati hipoksik, gangguan metabolik, dan kadar obat antiepilepsi dalam
darah yang rendah. Etiologi tidak jelas pada
sekitar 20% kasus. Gangguan serebrovaskuler
merupakan penyebab SE tersering di negara
maju, sedangkan di negara berkembang
penyebab tersering karena infeksi susunan
saraf pusat. Etiologi SE sangat penting sebagai
prediktor mortalitas dan morbiditas.3,8
MANIFESTASI KLINIS SE
SE dihubungkan dengan perubahan fisiologis
sistemik hasil peningkatan kebutuhan metabolik akibat kejang berulang dan perubahan
autonom termasuk takikardi, aritmia, hipotensi, dilatasi pupil, dan hipertermia. Perubahan sistemik termasuk hipoksia, hiperkapnia,
hipoglikemia, asidosis metabolik, dan
gangguan elektrolit memerlukan intervensi
medis. Kehilangan autoregulasi serebral dan
kerusakan neuron dimulai setelah 30 menit
aktivitas kejang yang terus menerus.10
751
752
4. Anestesi Umum
Propofol1,5,11-13
Propofol merupakan suatu senyawa fenolik
yang tidak berhubungan dengan obat antikonvulsan lain. Propofol sangat larut dalam
lemak, sehingga dapat bereaksi dengan cepat,
mempunyai sifat anestesi jika diberikan secara
intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB, sangat
efektif dan nontoksik. Beberapa publikasi
melaporkan penggunaan infus jangka panjang propofol dapat diterapkan pada SE.
Propofol dapat menyebabkan depresi
napas dan depresi serebral, sehingga
membutuhkan intubasi dan ventilasi.
Hipotensi mungkin membutuhkan penatalaksanaan segera. Penggunaan jangka
panjang (atau dosis tinggi >5 mg/kg/jam
dalam 48 jam) dapat menyebabkan asidosis,
aritmia jantung, dan rabdomiolisis (propofol
infusion syndrome) yang fatal, khususnya
pada anak usia muda, sehingga propofol
sebaiknya tidak digunakan digunakan pada
kelompok ini.
Tapering off
Pada pasien yang ditatalaksana dengan
infus kontinu obat antiepilepsi harus di-
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abend NS, Duglas DJ. Treatment of refractory status epilepticus. Pediatric Neurol. 2008; 38(6): 377.
2.
Manno EM. New management strategies in the treatment of status epilepticus. Mayo Clin Proc. 2003; 78: 508-18.
3.
Sirven JI, Waterhouse E. Management of status epilepticus. Am Fam Physician 2003; 68(3): 469-76.
4.
Arif H, Hirsch LJ. Treatment of status epilepticus. Semin Neurol. 2008; 28: 342-54.
5.
Roth Jl. Status epilepticus [Internet]. 2014 Apr 28 [cited 2014 Aug 1]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1164462-overview
6.
Panayiotopolus CP. Status epilepticus. A clinical guide to epileptic syndrome and their treatment. Springer; 2010: 65-91.
7.
Chen JWY, Wasterlain CG. Status epilepticus: Pathophysiology and managemenet in adults. Lancet Neurology; 6: 246-56.
8.
Murthy JMK. Convulsive status epilepticus: Treatment. The association of physician of India [Internet]. [cited 2 Agustus 2014]. Available from http://www.apiindia.org/
9.
Lowenstein DH. Current concepts: Status epilepticus. N Engl J Med. 1998; 338(14): 970.
10. Shorvon S. Treatment of status epilepticus. J Neurol Nerusurg Psychiatry 2001; 70: 22-7.
11. Rajshekher J. Recent in the management status epilepticus: Article review. Indian J Crit Care Med. 2005; 9: 52-63.
12. Durham D. Management of status epilepticus. Critical care and resuscitation. 1999; 1: 344-53.
13. Claassen J, Hirsch LJ, Emerson RG, Mayer SA. Treatment of refractory status epilepticus with pentobarbital, propofol, or midazolam: A systematic review. Epilepsia 2002; 43:
146-53.
753
TINDAKAN
0-5 menit
Tatalaksana umum:
Oksigenasi
Stabilisasi jalan napas, pernapasan, dan hemodinamik
Akses IV dan berikan infus normal salin dengan tetesan lambat
Pemeriksaan darah ke laboratorium
Cek kadar glukosa
Monitoring EKG
5-10 menit
754
10-20 menit
Jika kejang masih berlanjut, berikan fenitoin 20 mg/kg IV (50 mg/menit) atau fosfenitoin 20 mg/kg IV (150 mg/
menit). Jika masih kejang, tambahkan 5-10 mg/kg
20-30 menit
40-60 menit