You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baja merupakan logam yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
seperti pada industry minyak dan gas. Pada industri ini penggunaan baja banyak pada pipapipa yang dialiri fluida. Akan tetapi baja memiliki sifat mudah terkorosi yang menyebabkan
kerusakan pada pipa-pipa yang mengalami korosi. Korosi merupakan penurunan kualitas atau
degradasi pada suatu material logam karena bereaksi dengan lingkungan sekitar seperti udara,
tanah dan air yang menghasilkan oksida logam atau hasil reaksi lain. (Sulistijono, 1999).
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan korosi yang terjadi karena reaksi
dengan lingkungannya adalah menggunakan metode inhibitor korosi. Sejumlah inhibitor
menghambat korosi melalui cara adsorpsi untuk membentuk suatu lapisan tipis yang tidak
nampak dengan ketebalan beberapa molekul saja, ada pula yang karena pengaruh lingkungan
membentuk endapan yang nampak dan melindungi logam dari serangan yang mengkorosi
logamnya dan menghasilkan produk yang membentuk lapisan pasif, dan ada pula yang
menghilangkan konstituen yang agresif. (Dalimunthe, 2010). Inhibitor dibedakan menjadi
dua macam, inhibitor organik dan anorganik. Inhibitor akan membentuk lapisan yang
seragam (film), seperti pelapisan (coating), yang berperan sebagai pembatas antara logam dan
lingkungannya. Lapisan tersebut dapat mengubah reaktivitas elektrokimia permukaan untuk
mereduksi laju korosi (Zakaria, 1996). Inhibitor berfungsi untuk menurunkan laju korosi
dengan cara meningkatkan atau menurunkan reaksi katodik dan/atau anodik, menurunkan
laju difusi untuk reaktan pada permukaan logam, dan menurunkan tahanan elektrik
permukaan logam (Trethewey, 1991). Inhibitor mempunyai peran penting dalam strategi
pengontrolan korosi dan beberapa diantaranya efektif untuk lebih dari satu jenis campuran
logam. Kinerja inhibitor dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pH, suhu, dan kondisi
lainnya yang bersifat khas untuk masing-masing inhibitor. Salah satu jenis inhibitor yang
digunakan adalah inhibitor organik yang merupakan senyawa organik dengan atom nitrogen,
oksigen, dan/atau sulfur, senyawa heterosiklik dan electron. (Dalimunthe, 2004).

Dita F. Alhabsyi, dkk ( 2014 ) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ekstrak kulit pisang
mengandung senyawa fenolik, flavonoid, dan tanin.dimana ketiga senyawa tersebut memiliki
aktivitas antioksidan yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini akan memanfaatkan antioksidan yang terkadung
dalam ekstrak kulit pisang ( flavonoid ) sebagai zat inhibitor korosi yang diaplikasikan pada
baja grade API 5LC. Jenis baja ini sering digunakan dalam industri minyak dan gas pada pipa
minyak. Media yang digunakan adalah NaCl 3.5%.
I.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh inhibitor obat paracetamol terhadap karakteristik korosi pada baja
API 5L grade C.
2. Bagaimana cara kerja inhibisi dari ekstrak kulit pisang ( flavonoid ) pada baja API 5L
grade C.
I.3 Batasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, ditetapkan batasan-batasan dari penelitian yang
dilakukan antara lain:
1. Material yang digunakan dianggap homogen dan bebas cacat.
2. Kehalusan dari permukaan tiap-tiap specimen dianggap homogen.
3. Diasumsikan tidak terjadi perubahan terhadap temperatur, perubahan volume larutan, dan
pH larutan sepanjang waktu
4. Komposisi lain yang terkandung dalam obat paracetamol diasumsikan tidak berpengaruh.
5. Kecepatan fluida sama dengan 0 (nol).
I.4 Tujuan penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa pengaruh inhibitor obat paracetamol terhadap karakteristik korosi pada
baja API 5L grade C.
2. Untuk menganalisa mekanisme inhibisi dari antioksidan pada ekstrak kulit pisang
( flavonoid )
I.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini dapat diharapkan adalah:

1. Memanfaatkan ekstrak kulit pisang sebagai alternatif inhibitor yang digunakan pada baja
karbon yang diaplikasikan dalam industri.
2. Mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi peneliti lain agar dapat terus
mengembangkan potensi yang ada pada senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam
bahan alam yang mudah didapatkan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Inhibitor
1. Inhibitor Korosi
Inhibitor korosi merupakan senyawa kimia yangbisa memperlambat laju korosi.[7] Inhibitor
korosibekerja adalah dengan membentuk lapisan pasifberupa lapisan tipis atau film
dipermukaan materialyang berfungsi sebagai penghalang antara logamyang tersedia
yangdapat dipilih untuk mengatasipermasalahan korosi. Kebanyakan inhibitor korosi
merupakan senyawa organik turunan amin yangberfungsi membentuk lapisan/film
tipisdipermukaan material yang akan melindungi dalammedia yang korosif. Senyawa organik
turunan aminmerupakan inhibitor yang bagus karena adapasangan elektron bebas dari atom
hidropobil pada permukaan. Lapisan film inhibitor memutusmata rantai korosi dengan
memisahkan logam darimedia yang korosif. Inhibitor korosi ditambahkankedalam media
dalam tingkat parts per million
(ppm). Pemilihan inhibitor korosi tergantung pada
kondisi aktual dari lapangan. Seleksi dan kualifikasi
inhibitor korosi di laboratorium perlu dilakukan
sebelum digunakan. Faktor seperti temperatur, dan
kondisi laju aliran perlu di pelajari sebelum
penentuan inhibitor korosi. Perhatian juga harus
diberikan seperti faktor komposisi dan mikrostruktur
dari material yang dig
unakan, absorsi inhibitor oleh
partikel yang tersuspensi dalam air. Efektivitas
inhibitor korosi juga sangat ditentukan oleh
temperatur dan komposisi hidrokarbon pada sistem
karena akan mempengaruhi kelarutan inhibitor.
Dalam pemakaian inhibitor, produsen menjelaskan
secara spesifik atau merekomendasikan jumlah/dosis
pemakaian produknya. Sangat penting untuk
diketahui kinerja produk apabila kelebihan atau
kekurangan dosis. Jumlah inhibitor harus cukup
untuk melindungi permukaan material dari sistem.
Bila dosis yang diberikan kurang dari yang
diperlukan maka akan ada bagian permukaan
material yang tidak terlindungi sehingga bagian ini
akan terkorosi.
Banyak tipe inhibitor korosi untuk berbagai
keperluan. Secara umum inhibitor korosi di bagi
atas dua katagori yakni inhibitor organik dan
anorganik. Inhibitors anorganik sering dipakai
untuk air cooling tower , pendingin/pemanas.
Secara umum inhibitor korosi di bagi atas
beberapa katagori yakni;
1. Inhibitor korosi katodik
2. Inhibitor korosi anodik
3. Inhibitor korosi organik

4. Inhibitor korosi adsorpsi


1.1 Inhibitor Korosi Katodik
Inhibitor katodik menurunkan laju korosi dengan
cara memperlambat reaksi katodik[7]. Inhibitor
katodik membentuk senyawa tak larut yang
mengendap pada katodik dengan membentuk
lapisan penghalang.
Senyawa yang biasa dipakai sebagai inhibitor
katodik;
5. Garam kalsium (kalsium karbonat, kalsium
fosfat)
6. Garam magnesium
7. Poli fosfat

Baja merupakan material yang memiliki ketahanan korosi cukup rendah


Ketahanan korosi baja dapat ditingkatkan dengan inhibitor ekstrak bahan alam
Kulit pisang memiliki antioksidan yang tinggi

PROBLEM STATEMENT :
Kandungan antioksidan menentukan efisiensi inhibitor

PERUMUSAN :
Perbedaan jumlah ekstrak kulit pisang
mempengaruhi tingkat efisiensi inhibitor
Penambahan jumlah ekstrak kulit pisang
berpengaruh terhadap laju korosi pada baja API
5L grade C

PERSAMAAN YANG MENDUKUNG :


Laju korosi =

534 w
At

Efisiensi inhibitor :

d imana :

= massa jenis

DATA DAN PARAMETER


PENELITIAN :
Komposisi kimia baja API 5L grade C
Estrak kulit pisang
Parameter proses : variasi jumlah
ekstrak kulit pisang yang ditambahkan

DATA HASIL PENGUJIAN LAB :


Laju korosi
Tebal lapisan

w = kehilangan berat
Lks 1L ks 2
(
) x 100 %
Lks 1

ANALISIS :
Pengaruh penambahan ekstrak kulit pisang terhadap laju
korosi logam

NO

KRITERIA :
Laju korosi </= 10 mpy
Efisiensi inhibitor > 75 %
YES

KESIMPULAN :
Penambahan ekstrak kulit pisang berpengaruh terhadap laju korosi baja API 5L grade C

Baja API 5L grade C

Parameter proses

Persiapan permukaan logam

Larutan NaCl 3,5 %

Penambahan inhibitor ekstrak kulit


pisang

Percobaan spesimen ke dalam


larutan

Pengumpulan dan pengolahan


data

Spesimen yang telah dilakukan percobaan

Karakterisasi dan pengujian

Percobaan selanjutnya

You might also like