Professional Documents
Culture Documents
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Partisipasi
Penegakan hukum
Transparansi
Responsif
Berorientasi kesepakatan
Kesetaraan
Keefektifan dan Efisiensi
Akuntabilitas
Visi strategis
Partisipasi
Bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
penetapan
agenda
publik
dan
pengambilan
keputusan, baik langsung maupun dalam lembaga
perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan
mereka.
Untuk mendorong partisipasi, maka regulasi birokrasi
harus diminimalisasi. Paradigma birokrasi adalah
sebagai pusat pelayanan publik diikuti dengan
deregulasi berbagai aturan, sehingga proses-proses
politik dapat dilakukan dengan eektif dan efisien.
Efisiensi pelayanan publik merupakan pelayanan
yang tepat waktu dengan biaya murah.
Penegakan hukum
Realisasi clean and good governance harus
diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk
menegakkan hukum yang mengandung unsurunsur:
1. Supremasi hukum: yaitu setiap tindakan unsur
kekuasaan negara dan peluang partisipasi
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan pada hukum dan aturan
yang jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya
secara benar serta independen. Supremasi hukum
akan menjamin tidak terjadinya atindakan
pemerintah atas dasar diskresi (tindakan sepihak
berdasarkan pada kewenangan yang dimiliki).
Lanjutan
2.
Transparansi
Pemerintah di semua tingkatan harus menerapkan prinsip
transparansi dalam proses kebijakan publik. Hal ini muatlak
dilakukan dalam rangka menghilangkan budaya korupsi dikalangan
pelaksana pemerintahan baik pusat maupun di bawahnya.
Dalam pengelolaan negara ada 8 unsur yang harus dilakukan
secara transparan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kesehatan
Moralitas pejabat dan aparatur pelayanan publik
Keamanan dan ketertiban
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan
masyarakat.
pencerahan
Responsif
Dalam hal ini pemerintah harus tanggap terhadap
persoalan-persoalan
masyarakat.
Pemerintah
harus memahami kebutuhan masyarakatnya,
bukan
menunggu
mereka
menyampaikan
keinginannya, tetapi pemerintah harus proaktif
mempelajari
dan
menganalisis
kebutuhan
masyarakat.
Setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika
yaitu etika individual dan etika sosiial. Kualifikasi
etika individual menuntut pelaksana birokrasi
pemerintah memiliki kapabilitas dan loyalitas
profesional. Etika sosial menuntut para birokrat
memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan
publik;
Konsensus
Keputusan apapun harus yang menyangkut kepentingan
publik harus dilakukan melalui proses musyawarah
melalui konsensus agar dapat memuaskan semua
(sebagian besar) pihak.
Cara konsensus mengikat
komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan
memaksa (coercive power) untuk melaksanakan
keputusan.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan secara partisipatif, akan semakin banyak
aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Selain
itu, semakin banyak yang melakukan pengawasan serta
kontrol terhadap kebijakan publik, semakin tinggi tingkat
kehatia-hatian dan akuntabilitas pelaksanaannya dapt
semakin dipertanggungjawabkan.
Kesetaraan
Asas
kesetaraan adalah kesamaan dalam
perlakuan dan pelayanan publik. Asas ini
mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah
bersikap dan berperilaku adil dalam hal
pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan
keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas sosial.
Akuntabilitas
Visi Strategis
Lanjutan..
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah;
Harus terjadi perubahan paradigma aparatur negara
dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis (pelayan
rakyat). Dengan peningkatan proesionalitas dan
integritas moral jajaran birokrasi pemerintah.
Akuntabilitas birokrasi akan berdampak pada naiknya
akuntabilitas dan legitimasi. Dengan demikian
dapat tercipta pelayanan birokrasi yang cepat,
efektif dan berkualitas.
4.
Penguatan
partisipasi
masyarakat
madani;
Partisipasi adalah unsur penting dalam meralisasi
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Partisipasi
dalam proses kebijakan publik mutlak dilakukan dan
difasilitasi
oleh
negara/pemerintah.
Partisipasi
merupakan hak dasr masyarakat.
Lanjutan.
5.