Professional Documents
Culture Documents
Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin dan struktur yang
membawa urin untuk dieliminasi tubuh. Urin merupakan cairan yang disekresi
oleh ginjal melalui proses urinasi dan diekskresikan melalui uretra. Perubahan
urin dapat terjadi tergantung pada apa yang dikonsumsi atau yang dilakukan klien.
Oleh karena itu, dalam LTM ini penulis akan menjelaskan proses pembentukan
urin dan karakteristik urin yang normal.
Terdapat tiga proses dasar dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus (Sherwood, 2010). Dengan
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi, nefron membantu mempertahankan homeostasis
volume dan komposisi darah (Tortora, 2012).
1. Filtrasi glomerulus. Saat darah mengalir melalui glomerulus,
plasma yang bebas-protein tersaring ke kapiler glomerulus menuju
kapsula Bowman. Saat keadaan normal, sekitar 20% plasma yang
masuk kedalam glomerulus tersaring, proses ini disebut dengan
filtrasi glomerulus
Universitas Indonesia
warna, bau, kejernihan, sterilitas, kandungan pH, berat jenis, glukosa, badan
keton, darah, dan protein.
1. Jumlah. Kondisi normal, volume urin orang dewasa berkisar antara 12001500 mL. Klien yang memproduksi urine dalam jumlah besar yang tidak
normal dan beberapa liter lebih banyak dari kondisi sehari-hari, dapat
diindikasi mengalami Poliuria yang dapat disebabkan oleh asupan cairan
yang berlebih atau dapat dikaitkan dengan penderita penyakit diabetes
mellitus, diabetes insipidus, dan nefritis kronis.
kurang dari 500 mL per hari atau 30 mL per jam, pasien mengalami
Oliguria. Sedangkan kondisi dimana tidak memproduksi urin, pasien
mengalami Anuria (Berman, 2015).
2. Warna yang terdapat pada urin yang normal berkisar antara kuning jernih
hingga kuning pucat tergantung pada konsentrasinya (Potter dan Perry,
2013). Pada pagi hari atau saat kekurangan cairan, urin mempunyai
konsentrasi yang lebih tinggi dan dengan meminum air lebih banyak,
konsentrasi urin dapat berubah menjadi lebih rendah (Potter dan Perry,
2013). Warna urin yang merah gelap menunjukkan adanya perdarahan di
ginjal atau ureter sementara merah terang akibat terjadi perdarahan di
kantung kemih dan uretra. Beberapa makanan dan obat-obatan dapat juga
mempengaruhi warna urin, contohnya phenazopyridine yang membuat
warna urin menjadi oranye terang, buah bit, rhubarb, atau blackberry
menyebabkan urin berwarna merah. Warna kuning gelap menunjukkan
adanya konsentrasi bilirubin tinggi yang diakibatkan oleh disfungsi hati
(Potter dan Perry, 2013). Apabila urin berwarna hijau kemungkinan
penyebabnya adalah infeksi Pseudomonas, bilirubin, dan obat-obatan
seperti methylene blue, amitriptyline, dan vitamin B kompleks (Timby,
2010).
3. Bau. Urin yang normal tidak memiliki bau, apabila urin terdapat bau yang
menyengat artinya konsentrasi urin tersebut tinggi. Aroma urin yang manis
atau seperti buah-buahan sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus.
Beberapa makanan dan obat-obatan juga dapat mempengaruhi bau urin,
contohnya asparagus dan amoxicillin. Urin yang berbau sering
dihubungkan dengan terjadinya infeksi (Potter dan Perry, 2013).
Universitas Indonesia
4. Kejernihan. Urin yang normal terlihat transparan saat buang air. Urin
pada pasien dengan penyakit ginjal terlihat buram dan berbusa
dikarenakan tingginya konsentrasi protein (Potter dan Perry, 2013). Urin
terlihat buram juga dikarenakan terdapat bakteri dan sel darah putih. Urin
yang buram dapat disebabkan oleh terdapatnya mukus, bacteriuria,
pyuria, phospaturia, hyperuricemia, penyakit parasit, cairan prostat,
sperma, dan lipid (Timby, 2010).
5. Sterilitas. Pada kondisi normal, didalam kandungan urin tidak terdapat
mikoorganisme. Dapat dikontaminasi oleh bakteri dari perineum selama
penampungan (Berman, 2015).
6. Kandungan pH. pH urin mengindikasi keseimbangan asam-basa klien
(Berman, 2015). Urin yang normal memiliki rentang pH antara 4.60-8.0
untuk orang dewasa dan anak-anak sementara 5.0-7.0 untuk bayi yang
baru lahir (DeLaune, 2011). Urin yang normalnya bersifat sedikit asam,
dengan rata-rata pH adalah 6.0 (Berman, 2015). Mengkaji pH urin sangat
pernting karena dapat mengidentifikasi apakah ginjal merespon dengan
tepat keseimbangan asam-basa. Penyakit diabetes mellitus, dehidrasi,
diare, emfisema, dan kelaparan membuat urin bersifat asam. Sementara
gagal ginjal kronis, asidosis tubulus ginjal, infeksi saluran kemih, dan
keracunan salisilat dapat menyebabkan urin bersifat basa.
7. Protein. Pada urin yang normal, tidak terdapat atau hingga 8 mg/100 mL
protein (Potter dan Perry, 2013). Ukuran molekul protein pada kondisi
normal, terlalu besar untuk melewati kapiler glomerulus ke filtrat. Apabila
membran glomerulus rusak misal karena proses inflamasi seperti
glomerulonefritis, dapat terjadi kebocoran yang menyebabkan protein
dapat lewat (Berman, 2015). Pada pasien penderita penyakit ginjal sering
ditemukan protein pada urin, karena kerusakan glomerulus atau tubulus
yang dapat membiarkan protein masuk kedalam urin (Potter dan Perry,
2013)
8. Glukosa. Pada kondisi normal, didalam kandungan urin tidak terdapat
glukosa (Timby, 2010). Glycosuria penyebabnya adalah diabetes mellitus
dan gestational diabetes (Timby, 2010).
9. Badan Keton adalah hasil dari metabolism asam lemak dan kemudian
dimetabolisme oleh hati dalam keadaan normal (DeLaune, 2011). Pada
Universitas Indonesia
kondisi normal, didalam urin tidak terdapat badan keton (Berman, 2015).
Pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol, dapat ditemukan badan
keton. Pasien yang mengalami dehidrasi, kelaparan, atau mengkonsumsi
aspirin secara berlebihan dapat megalami ketonuria.
10. Darah. Urin yang pada kondisi yang normal tidak terdapat darah dalam
kandungannya (Berman, 2015). Darah yang terdapat dalam urin
mengindikasi terjadinya kerusakan pada ginjal atau saluran kemih.
11. Berat jenis adalah indicator konsentrasi urin atau jumlah zat terlarut yang
terdapat dalam urin (Berman, 2015). Berat jenis air murni adalah 1,00;
sementara berat urin normal berkisar antara 1,010 hingga 1,025. Asupan
cairan yang berlebih atau penyakit, dapat mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk mengkonsentrasikan urin yang hasilnya akan menunjukkan
berat jenis urin rendah. Sementara berat jenis urin yang tinggi
menunjukkan terjadinya dehidrasi atau kelebihan zat seperti glukosa dalam
urin (Berman, 2015). Keadaan rendah dapat diakibatkan oleh diabetes
insipidus atau penyakit ginjal, sementara keadaan tinggi dapat diakibatkan
karena kesalahan pembacaan karena terdapat pus, albumin, protein, dan
glukosa dalam urin (Timby, 2010).
Kesimpulannya, apabila terjadi kerusakan organ pada saluran kemih dapat
mengganggu proses pembentukan urin yang dapat mengakibatkan karakteristik
urin menjadi abnormal. Selain itu, beberapa penyakit seperti diabetes mellitus,
diabetes insipidus, atau dehidrasi dapat menyebabkan urin menjadi abnormal.
Sebagai calon perawat professional, mahasiswa diharapkan untuk mengetahui
proses pembentukan dan karakteristik urin yang normal serta penyebab yang
dapat mengakibatkan proses dan karakteristik urin abnormal agar dapat
diaplikasikan saat mengkaji pasien.
Daftar Pustaka
Berman, A. T., Snyder, S., Frandsen, G. (2015). Kozier & Erbs fundamentals of
nursing: Concepts, process, and practice, (10 th ed). New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Universitas Indonesia
(n.d).
Physical
characteristics
of
urine.
Retrived
from
https://cnx.org/contents/FPtK1zmh@8.1:8BgIuFeE@3/PhysicalCharacteristics-of-Ur
Potter, A. P., Perry, A. G. (2013). Fundamentals of nursing, (8th ed). Missouri:
Elsevier/Mosby Inc
Sherwood, L. (2010). Human physiology: From cells to systems, (7th ed).
Belmont: Brooks/Cole
Timby, B. K., Smith, N. E. (2010). Introductory medical-surgical nursing, (10th
ed). Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.
Tortora, G.J., Derickson, B. (2012). Principles of anatomy & physiology:
organization, support and movement, and control sytems of the human body,
(13th ed). New Jersey : John Wiley and Sons, Inc
Universitas Indonesia