Professional Documents
Culture Documents
TUBERKOLUSIS PARU
1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection.
2. Etiologi
Bakteri Myobakterium tuberculosis, dengan ukuran panjang 1-4 m dan tebal
1,3-0,6 m, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil
tahan asam.
3. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus
a. Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia
Tenggara.
b. Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan
penurunan status kesehatan.
c. Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
d. Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker.
4. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat
yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit.
Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan
droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya .
(Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan
dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak
dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin
kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak
di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa
muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening
atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening
dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ
tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di
inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang
mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas
lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya
leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut.
Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang
dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh
limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru
yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun
basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A
Price:1995;754).
5. Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik
dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah
satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai
berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
-
Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
g. Nyeri dada
h. Batuk darah
7. Gambaran Klinik
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas
sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
i.
Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
ii.
Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
iii.
Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lainlain.
iv.
Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
ii.
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak
jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Masuk ke jalan
nafas
Tinggal di alveolus
Reaksi inflamasi
Alveolus
peradanagan
mengalami
Nyeri
Ketidaknyamanan
pada rongga dada
dan diafragma
Anoreksia
Bersihan
jalan
nafas tidak efektif
Masukan
peroral
menurun
10. Pengkajian
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gejala:
Kelelelahan umum dan kelemahan
Dispnea saat kerja maupun istirahat
-
Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari, menggigil dan
atau berkeringat
Mimpi buruk
Tanda:
Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja
b.
Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi
Tanda:
Takikardia, disritmia
-
Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam
mediatinum)
c.
TD: hipertensi/hipotensi
Integritas ego:
Gejala:
Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit, masalah
keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.
Tanda:
Menyangkal (khususnya pada tahap dini)
d.
Tanda:
Turgor kulit buruk, kering, bersisik
e.
Gejala:
Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang
-
Tanda:
Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
f.
Pernapasan:
Gejala:
Batuk (produktif atau tidak produktif)
-
Napas pendek
Tanda:
Peningkatan frekuensi pernapasan
-
Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
(crackels posttussive)
g.
Deviasi trakeal
Keamanan:
Gejala:
Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi sekunder.
Tanda:
Demam ringan atau demam akut.
h.
Interaksi Sosial:
Gejala:
Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular
-
i.
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Riwayat keluarga TB
Intervensi
NOC:
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
thrust bila perlu
diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil: 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu
No
Indikator
Awal Target
pernafasan
1. Tidak didapatkan demam
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
2. Tidak
didapatkan
5. keluarkan sekret dengan batuk atau suction
kecemasan
3. Frekuensi pernafasan
6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
sesuai dengan yang
7. Berikan pelembab udara
diharapkan
8. Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimlkan
4. Pengeluaran sputum pada
keseimbangan
jalan nafas
9. Monitor respirasi dan status O2
5. Bebas dari suara nafas
tambahan
Keterangan:
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan
2.
Ketidakseimbangan
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
nutrisi: kurang dari jam diharapkan kebutuhan nutrisi menjadi seimbang, dengan
kebutuhan tubuh b.d kriteria:
ketidaakmampuan
N
Targe
Indikator
Awal
mencerna,
o
t
memasukkan,
1. Masukan peroral
mengasorbsi makanan
meningkat
karena faktor biologi.
2. Porsi makan yang
disediakan habis
3. Tidak terjadi penurunan
berat badan
4. Dapat mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Ket:
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan
3.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan , diharapkan nyeri
hilang/terkendali dengan skala :
1 = Tidak pernah
2 = Jarang
3 = Kadang-kadang
4 = Sering
5 = Konsisten menunjukkan
yang dibuktikan dengan indikator :
No
Indikator
1.
2.
3.
4.
5.
6.
5. Kaji TTV
6. Berikan posisi yang nyaman
7. Ajarkan teknik relaksasi (misal : nafas dalam, pijat
Awal
Target
punggung )
8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Daftar Pustaka
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,
EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Johnson, Marion& Maas, Meidean. 2000. Nursing Outcome Classification. New
York : Mosby.
Mccloskey, Joanne& Bulechek, Gloria. 1996. Nursing Intervention Clasification.
New York: Mosby.
Mosby, NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta,
Prima Medika
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,
EGC, Jakarta
Smelzer,Suzanne.C,2001.buku ajar keperawatan medikal bedah brunner dan
suddarth.Ed 8.Jakarta : EGC.
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab.
Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.