You are on page 1of 40

Akreditasi RS

Referensi
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Permenkes 012 th 2012 ttg akreditasi RS
(berlaku 15 maret 2012)
Standar Akreditasi RS 2011 (KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
NOMOR HK.02.04/ I/ 2790/ 11 TENTANG
STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT
(berlaku mulai 1 jan 2012)
SK Menkes 1197/SK/Menkes/X/ 2004 ttg Standar
Pelayanan Kefarmasian di RS

Latar Belakang
Mutu pelayanan RS yang sangat rendah
masyarakat Indonesia yang semakin kritis
dalam menilai pelayanan kesehatan, semakin
selektif dan berhak mendapatkan pelayanan
yang bermutu
minat masyarakat untuk berobat keluar negeri
Perlu adanya standar untuk sebuah pelayanan
RS yang bermutu dan prosedur untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
berkelanjutan

SEJARAH AKREDITASI DI INDONESIA

Diterbitkannya SK MenKes No. 033/Birhup/1972 yang


berisi kriteria dan standar mutu pelayanan RS
Disusul dengan kebijakan-kebijakan lain yang berisi
standar dan pedoman pelayanan RS baik dari aspek
pelayanan, ketenagaan, sarana termasuk penetapan
jenis kelas RS
Th 1984 : uji coba akreditasi RS dengan
menyelenggarakan lomba penampilan RS setiap Hari
kesehatan Nasional. Mulai dikembangkan indikator
mutu pelayanan RS tipe C dan RS swasta yang setara
Th 1992 : penyusunan standar pelayanan RS dan
standar pelayanan medik.
Th 1995 : dilakukan akreditasi RS dengan
menerbitkan instrumen self assessment yang
pertama kali

Pelaksanaan akreditasi rumah sakit


th 1995 hanya 5 pelayanan,
th 1998 menjadi 12 pelayanan
th 2002 menjadi 16 pelayanan.
Rumah sakit dapat memilih akreditasi untuk
5, 12 atau 16 pelayanan, sehingga standar
mutu rumah sakit dapat berbeda
tergantung berapa pelayanan akreditasi
yang diikuti.

Pengertian

Akreditasi Rumah Sakit (Standar Akreditasi 2011)


adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh
pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena
telah memenuhi standar yang ditetapkan
Akreditasi Rumah Sakit (permenkes no. 012/
2012) adalah suatu pengakuan thd RS yg
diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh
menteri, setelah dinilai bahwa RS itu memenuhi
standar pelayanan RS yang berlaku untuk
meningkatkan pelayanan secara
berkesinambungan.

Tujuan
meningkatkan mutu pelayanan RS
Meningkatkan keselamatan pasien RS
Meningkatkan perlindungan bagi pasien,
masyarakat, SDM RS dan RS sbg institusi
Mendukung program pemerintah di bidang
kesehatan

Dasar Hukum
Undang-undang No.44 Tahun 2009 ttg RS, pasal 40
ayat 1 :
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara
berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
Permenkes 012 th 2012 ttg akreditasi RS :
pasal 3 ayat 3: RS wajib mengikuti Akreditasi
Nasional
Pasal 3 ayat 7: RS yg telah memperoleh ijin
operasional dan beroperasi sekurang-kurangnya
2 tahun wajib mengajukan permohonan akreditasi

Klasifikasi
Akreditasi Nasional (oleh lembaga independen
pelaksana akreditasi)
Akreditasi Internasional (oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi internasional yg sdh
terakreditasi oleh International Society for Quality
in Health Care (ISQua)

Dalam meningkatkan daya saing, RS dapat


mengikuti akreditasi internasional sesuai
kemampuan, dg syarat harus sdh mendapatkan
status akreditasi nasional

Penyelenggaraan Akreditasi
Nasional
Persiapan Akreditasi (pemenuhan standar dan
penilaian mandiri (self assesment) dg
instrumen akreditasi
Bimbingan Akreditasi (oleh pembimbing
akreditasi dari lembaga independen pelaksana
akreditasi yg akan melakukan akreditasi)
Pelaksanaan Akreditasi (survei dan penetapan
status akreditasi oleh lembaga independen
pelaksana akreditasi)
Kegiatan Pasca Akreditasi (survei verifikasioleh
lembaga independen pelaksana akreditasi)

Bila Sudah Terakreditasi


RS terakreditasi nasional wajib
menginformasikan status akreditasi kepada
publik
RS terkreditasi internasional harus melaporkan
statusnya kepada MenKes
RS dapat mencantumkan terakreditasi nasional
atau terakreditasi internasional setelah nama
RS dengan huruf lebih kecil dari nama RS
Lembaga independen penyelenggara akreditasi
wajib melaporkan RS yg telah terakreditasi oleh
lembaga tsb

Ketentuan Peralihan
(Permenkes 012 th 2012 ttg akreditasi RS)
KARS masih bs bekerja sampai Lembaga
independen Penyelenggara Akreditasi
ditetapkan Menteri
SK Menkes ttg 1195/Menkes/SK/VIII/2010 ttg
Badan/Lembaga Akreditasi RS bertaraf
Internasional dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Lembaga Independen
SK Menkes 428/SK/Menkes/XII/2012
KARS : Komisi Akreditasi RS), dari dalam
negeri
JCI : Joint Commissions International, dari
luar negeri

Farmasi dan Akreditasi RS

Pelayanan farmasi merupakan bagian tidak


terpisahkan dari pelayanan RS (SK Menkes
1197/2004)

Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan


lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan (UU
no 44/2009 ttg RS).

Persyaratan Kefarmasian
(UU no 44/2009)
(1) harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat,
aman dan terjangkau.
(2) Pelayanan sediaan farmasi di RS harus mengikuti
standar pelayanan kefarmasian.
(3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan
bahan habis pakai di RS harus dilakukan oleh
Instalasi farmasi sistem satu pintu.
(4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi
farmasi Rumah Sakit harus wajar dan berpatokan
kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah.

Instalasi Farmasi Sistem satu


pintu
instalasi farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit
yang bertugas menyelenggarakan,
mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta
melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di RS.
sistem satu pintu adalah rumah sakit hanya
memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium pengadaan, dan
pendistribusian alat kesehatan, sediaan farmasi, dan
bahan habis pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien

Standar Akreditasi RS

Akreditasi yg telah dijalankan sejak 1995, dengan


semakin berkembangnya ilmu dan teknologi,
memerlukan perubahan.
Perlu ditetapkannya kebijakan akreditasi rumah sakit
yg lebih berkualitas dan menuju standar
Internasional.
Kementerian Kesehatan khususnya Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan memilih akreditasi
dengan sistem Joint Commission International (JCI)
karena lembaga akreditasi ini mrpk badan yang
pertama kali terakreditasi oleh International Standart
Quality (ISQua) selaku penilai lembaga akreditasi.

Referensi Standar Akreditasi RS


Komisi Akreditasi Rumah Sakit bersama-sama dengan
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,
Kementerian Kesehatan R.I berupaya menyusun
standar akreditasi baru yang mengacu pada :
Buku International Principles for Healthcare
Standards, A Framework of requirement for
standards, 3rd edition December 2007
International Society for Quality in Health Care
Joint Commission International Accreditation
Standards for Hospitals 4rd edition dari JCI 2011
Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2007 ,KARS
Standar-standar spesifik lainnya

Muatan Standar akreditasi


RS
Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien
Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien
Kelompok Sasaran Menuju Millenium
Development Goals

I. KELOMPOK STANDAR PELAYANAN BERFOKUS


PADA PASIEN

BAB 1. AKSES KE PELAYANAN DAN


KONTINUITAS PELAYANAN (APK)
BAB 2. HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
BAB 3. ASESMEN PASIEN (AP)
BAB 4. PELAYANAN PASIEN (PP)
BAB 5. PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
BAB 6. MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN
OBAT (MPO)
BAB 7. PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA
(PPK)

II. KELOMPOK STANDAR MANAJEMEN RUMAH


SAKIT

BAB 1. PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN


PASIEN (PMKP)
BAB 2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)
BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN
PENGARAHAN (TKP)
BAB 4. MANAJEMEN FASILITAS DAN
KESELAMATAN (MFK)
BAB 5. KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF (KPS)
BAB 6. MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN
INFORMASI (MKI)

III. SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH


SAKIT

SASARAN I. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


SASARAN II. PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
SASARAN III. PENINGKATAN KEAMANAN
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
SASARAN IV. KEPASTIAN TEPAT LOKASI,TEPAT
PROSEDUR,TEPAT PASIEN OPERASI
SASARAN V. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI
TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
SASARAN VI. PENGURANGAN RISIKO PASIEN
JATUH

IV. SASARAN MILENIUM DEVELOPMENT GOALS

SASARAN I. PENURUNAN ANGKA KEMATIAN


BAYI DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU
SASARAN II. PENURUNAN ANGKA KESAKITAN
HIV/AIDS
SASARAN III.PENURUNAN ANGKA KESAKITAN
TB

Manfaat proses akreditasi rumah sakit dapat :


Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa
rumah sakit menitik beratkan sasarannya pada
keselamatan pasien dan mutu pelayanan
Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan
efisien sehingga staf merasa puas
Mendengarkan pasien dan keluarga mereka,
menghormati hak-hak mereka, dan melibatkan
mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan
Menciptakan budaya mau belajar dari laporan
insiden keselamatan pasien
Membangun kepemimpinan yang mengutamakan
kerja sama. Kepemimpinan ini menetapkan prioritas
untuk dan demi terciptanya kepemimpinan yang
berkelanjutan untuk meraih kualitas dan
keselamatan pasien pada semua tingkatan

Tingkatan kelulusan dan


kriterianya
1.Tingkat

Dasar (4 mayor, 11 minor)


2.Tingkat Madya (8 mayor, 7 minor)
3.Tingkat Utama (12 mayor, 3 minor)
4.Tingkat Paripurna (15 mayor)

Kriteria Lulus Tingkat Dasar


a. Empat bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus 80% :
1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
b Sebelas bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap bab harus 20 % :
1) Millenium Development Goals (MDGs)
2) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
3) Asesmen Pasien (AP)
4) Pelayanan Pasien (PP)
5) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
6) Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
7) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
8) Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
9) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
10) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan ( TKP)
11) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

Kriteria Lulus Tingkat Madya


a. Delapan bab digolongkan Major,nilai minimum setiap bab harus 80%:
1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
5) Millenium Development Goals (MDGs)
6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
7) Asesmen Pasien (AP)
8) Pelayanan Pasien (PP)
b. Tujuh bab digolongkan Minor, nilai minimumsetiap bab harus 20 % :
1) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
2) Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
3) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
4) Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
5) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
6) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
7) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

Kriteria Lulus Tingkat Utama


a. Duabelas bab digolongk Major,nilai minimum setiap bab harus 80 % :
1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
5) Millenium Development Goals (MDGs)
6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
7) Asesmen Pasien (AP)
8) Pelayanan Pasien (PP)
9) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
10)Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
11)Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
12)Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
b. Tiga bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap babharus 20 % :
1) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
2) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
3) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

Kriteria Lulus Tingkat Paripurna


Limabelas (semua) bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus
80 % :
1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
5) Millenium Development Goals (MDGs)
6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
7) Asesmen Pasien (AP)
8) Pelayanan Pasien (PP)
9) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
10)Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
11)Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
12)Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
13)Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
14)Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
15)Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

ManajemendanPenggunaanObat
(MPO)

Manajemen obat merupakan komponen yang penting


dalam pengobatan simptomatik, preventif, kuratif dan
paliatif, terhadap penyakit dan berbagai kondisi.
Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang
digunakan rumah sakit sakit dalam memberikan
farmakoterapi kepada pasien.
Biasanya merupakan upaya multidisiplin, dalam
koordinasi para staf rumah sakit, menerapkan prinsip
rancang proses yang efektif, implementasi dan
peningkatan terhadap seleksi, pengadaan,
penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan
(transcribe), pendistribusian, persiapan
(preparing), penyaluran (dispensing), pemberian,
pendokumentasian dan pemantauan terapi obat.

Pemberian obat (medication) digambarkan sbg peresepan


obat;
obat contoh;
obat herbal;
vitamin;
nutriceuticals;
obat OTC;
vaksin;
atau bahan diagnostik dan kontras yang digunakan atau
diberikan kepada orang untuk mendiagnosis, untuk
pengobatan, atau untuk mencegah penyakit atau kondisi
abnormal lainnya;
pengobatan radioaktif;
terapi pernapasan;
nutrisi parenteral;
derivative darah;
dan larutan intravena (tanpa tambahan, dengan
tambahan elektrolit dan atau obat)

ORGANISASI DAN MANAJEMEN


(Standar MPO.1)
Penggunaan obat di rumah sakit sesuai dengan
undang-undang, dan peraturan yang berlaku dan
diorganisir untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Penjelasan :
Obat, sebagai suatu sumber penting dalam
pelayanan pasien, harus diorganisir secara efektif
dan efisien.
Manajemen obat bukan hanya tanggung jawab dari
pelayanan farmasi tetapi juga dari para manajer
dan praktisi asuhan klinis

SELEKSI DAN PENGADAAN


(Standar MPO.2)

Obat dengan cara seleksi yang benar,


digunakan untuk peresepan atau pemesanan,
ada di stok atau siap tersedia.
Penjelasan : Kadang-kadang terjadi kehabisan
obat karena terlambatnya pengiriman,
kurangnya stok nasional atau sebab lain yang
tidak diantisipasi dalam pengendalian inventaris
yang normal. Ada suatu proses untuk
mengingatkan para pembuat resep tentang
kekurangan obat tersebut dan saran
substitusinya

PENYIMPANAN
(Standar MPO.3.)
Obat disimpan dengan baik dan aman.
Penjelasan :
Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai bagi
stabilitas produk.
Bahan yang terkontrol dilaporkan secara akurat sesuai
undang-undang dan peraturan yang berlaku
Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk
menyiapkan obat diberi label secara akurat
menyebutkan isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
Seluruh tempat pernyimpanan obat diinspeksi secara
berkala sesuai kebijakan rumah sakit untuk
memastikan obat disimpan secara benar;
Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara identifikasi
dan penyimpanan obat yang dibawa oleh pasien

PEMESANAN DAN PENCATATAN (ordering &


transcribing) (Standar MPO.4)
Peresepan, pemesanan, dan pencatatan diarahkan
oleh kebijakan dan prosedur
Penjelasan :
Para staf medis, perawatan, farmasi dan administratif
berkolaborasi untuk mengembangkan dan
memonitor kebijakan dan prosedur.
Staf yang terkait dilatih untuk praktek penulisan
resep, pemesanan dan pencatatan yang benar.
Karena peresepan obat yang tidak terbaca atau
pemesanan yang mengacaukan keselamatan pasien
bisa menunda pengobatan, maka kebijakan rumah
sakit mengatur tindakan untuk mengurangi tidak
terbacanya resep.

PERSIAPAN DAN PENYALURAN (dispensing)


(Standar MPO.5)

Obat dipersiapkan dan dikeluarkan dalam


lingkungan yang aman dan bersih
Penjelasan :
Pelayanan farmasi atau kefarmasian menyiapkan
dan mengeluarkan obat dalam lingkungan yang
bersih dan aman sesuai undang-undang,
peraturan dan standar praktek profesional.
Rumah sakit mengidentifikasi standar praktek
bagi lingkungan penyiapan dan penyaluran obat
yang aman dan bersih.

PEMBERIAN (Administration)
(Standar MPO.6 )
Rumah sakit mengidentifikasi petugas yang
kompeten yang diijinkan untuk memberikan
obat
Penjelasan :
Suatu rumah sakit bisa membuat batasan bagi
petugas dalam pemberian obat, seperti bahan
yang diawasi atau radioaktif dan obat
investigatif.
Dalam situasi emergensi, rumah sakit
mengidentifikasi setiap petugas tambahan
yang diijinkan untuk memberikan obat.

PEMANTAUAN (Monitoring)
(Standar MPO.7)
Efek obat terhadap pasien dimonitor
Penjelasan :
Pasien, dokternya, perawat dan praktisi
pelayanan kesehatan lainnya bekerja
bersama untuk memantau pasien yang
mendapat obat.
Tujuan monitoring adalah untuk
mengevaluasi efek pengobatan dan untuk
mengevaluasi pasien terhadap KTD
(kejadian yg tdk diharapkan)

Standar PPK (Pendidikan pasien


dan keluarga) .4
termasuk topik-topik berikut ini :
penggunaan obat yang aman,
penggunaan peralatan medis yang aman,
potensi interaksi antara obat dengan
makanan, pedoman nutrisi,
manajemen nyeri
teknik-teknik rehabilitasi.

You might also like