You are on page 1of 4

4.2.

4 Bungkil Kedelai
Beberapa komponen yang terdapat dalam bungkil kedelai diantaranya
adalah air, protein kasar, serat kasar, abu, lemak, kalsium, pospor, dan aflatoksin.
Pada pengujian mutu bungkil kedelai dapat dilakukan dengan prinsip pada kadar air
kehilangan bobot pada pemanasan 1050 dianggap sebagai kadar air yang terdapat
pada sampel, pada kadar protein senyawa nitrogen diubah menjadi senyawa
ammonium sulfat oleh H2SO4 pekat.
Ammonium sulfat yang terbentuk diuraikan oleh NaOH, amoniak
yang dibebaskan diikat oleh asam borat (H3BO3) dan kemudian dititar dengan larutan
asam standar (Julisti B, 2010). Bungkil kedelai termasuk dalam klasifikasi bahan
pakan sumber protein, berbentuk serbuk, berwarna cokelat, bau apek, rasa hambar
dan zat antinutrisinya berupa mimosin. Bungkil kedelai memiliki kandungan zat
nutrisi yaitu Bahan Kering (BK) 84%, Protein Kasar (PK) 17,0%, Serat Kasar (SK)
8,8%, Lemak Kasar 5,1%, Abu 24,1%, BETN 45% (Hartadi et al., 1997).
Berdasarkan pengamatan yang uji fisik yang dilakukan, bungkil
kedelai mempunyai karakteristik antara lain berwarna kuning kecoklatan, berterkstur
kasar, baunya seperti bau kacang pada umumnya, dan memiliki rasa pahit. Rasa pahit
ini berbeda dengan yang ada pada literatur. Hal ini disebabkan karena perbedaan
kemampuan mengecap seseorang terhadap suatu bahan pakan (objek
praktikum). Uji mikroskopis yang dilakukan pada bungkil kedelai menunjukkan
bahwa bungkil kedelai memiliki bentuk kristal dengan tingkat kerapatan yang rendah.
Sekitar 50% protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil kedelai
dan pemakaiannya untuk pakan ayam pedaging berkisaran antara 15-30%, sedangkan

untuk pakan ayam petelur bekisar antara 10-25% (Wina, 1999). Kandungan protein
bungkil kedelai mencapai 43-48%. Bungkil kedelai juga mengandung zat antinutrisi
seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan unggas, namun zasat
anti nutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk digunakan
sebagai pakan unggas (Boniran S, 1999).
4.2.5 Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan sumber protein utama bagi unggas karena
bahan makanan tersebut mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan
ayam dalam jumlah yang cukup dan merupakan sumber lisin dan methionin yang
baik. Pemberian tepung ikan sering dibatasi untuk mencegah bau ikan yang dapat
meresap dalam daging dan telur (Anggorodi, 1985).
Adapun persyarat dan standar fisik tepung ikan menurut Murtidjo (2001)
adalah sebagai berikut:
a.

Warna: Kuning kecoklatan atau sedikit kemerahan, tergantung

jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung ikan.
b.

Bau: Produk disertai sedikit bau minyak

c.

Bentuk : Hasil penggilingan tepung ikan 100% harus dapat

lolos saringan nomor 9 dan 98% dapat lolos saringan nomor 10.
d.

Sifat: Produk tepung ikan bebas dari ketengikan serta tidak

hangus, warna dan tingkat kehalusannya homogen.

Tabel kandungan nutrisi tepung ikan


Parameter

Pengamatan

Bahan kering

93%

Air

7,00%

Abu

17,93%

Lemak kasar

6,89%

Protein kasar

59,58%

Serat kasar

4,48%

ETN

4,12%

(Darsudi,
2011)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapat bahwa tepung ikan
memiliki warna coklat muda, bertekstur halus, memiliki bau amis seperti bau terasi,
dan memiliki rasa asin. Dari literatur dapat disimpulkan bahwa kualitas tepung ikan
yang diamati telah sesuai dengan standar artinya tepung ikan tersebut berkualitas
baik. Sedangkan hasil uji mikroskopis pada tepung ikan menunjukkan bahwa tepung
ikan memiliki bentuk kristal berwarna kecoklatan dan butiran-butiran yang
mengelilinginya dengan tingkat kerapatan yang tinggi.
DAPUS:
Anggorodi, R., 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta
Hartadi H., S. Reksohadiprojo, AD. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. Cetakan Keempat, Gadjah Mada Uivesity Press,
Yogyakarta.

Murtidjo, Bambang Agus. 2001. Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan.


Kanisius.
Yogyakarta.
Boniran, S. 1999. Quality Control Untuk Bahan Baku Dan Produk Akhir Pakan
Ternak.
Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop
American Soybean Associationdan Balai Penelitian Ternak. hlm 2-7
Wina. 1999. Kualitas protein bungkil kedelai:metode amnalisa dan hubungannya
dengan penampilan ayam. Kumpulan makalah feed Quality
management workshop.american soybean associationdan balai penelitian
ternak.hlm 1-3

You might also like