You are on page 1of 14

PERCOBAAN I

IMOBILISASI ENZIM SECARA PENYERAPAN FISIK


I.

Tujuan Percobaan
Mempelajari

cara

imobilisasi

enzim

amilase

secara

penyerapan

fisik

menggunakan bahan pengamobil limbah abu sekam padi dan karbon aktif.
II. Tinjauan Pustaka
Amobilisasi enzim adalah suatu proses di mana pergerakan molekul enzim
ditahan pada tempat tertentu dalam suatu ruang reaksi kima yang dikatalisnya.
Proses ini dapat dilakukan dengan cara mengikatkan molekul enzim tersebut pada
suatu bahan pendukung (matriks) tertentu melalui pengikatan kimia atau menahan
secara fisik dalam suatu rongga bahan pendukung. Hal ini dimungkinkan karena
molekul enzim yang struktural globular (tertier maupun kuartener) mempunyai
gugus hidrofilik yang mengarah keluar dari permukaan molekul enzim. Gugus
fungsi inilah yang berikatan dengan gugus fungsi bahan pendukung untuk
membentuk ikatan kovalen atau non kovalen (Firmansyah, 2012).
Imobilisasi secara penyerapan fisik termasuk salah satu teknik. Imobilisasi enzim
yang sangat sederhana. Bahan pengamobil dapat berupa bahan organik seperti
selulosa, kitin dan kitosan, karbon aktif, bahan anorganik seperti silica, batu
merah, pasir, silica gel atau abu sekam padi (Hartono, 2008).
Enzim amobil adalah enzim yang secara fisik ditempatkan di dalam suatu
daerah/ruang tertentu, sehingga dapat menahan aktivitas katalitiknya serta dapat
digunakan secara berulang-ulang dan kontinyu (Hartono, 2008).
Teknik pelaksanaannya dapat berlangsung dalam larutan yang dilanjutkan dengan
penyaringan vakum. Enzim yang diimobilisasi dapat berupa enzim bentuk padat
maupun enzim bentuk cair, baik kasar (enzim kasar) maupun enzim murni.
Imobilisasi secara penyerapan memungkinkan bahan pengamobilnya mencapai

kejenuhan. Hal ini dapat dimonitoring melalui analisis kadar protein cairan yang
melewati bahan pengamobil (Hartono, 2008).
Salah satu kelebihan enzim amobil adalah dapat digunakan secara kontinu atau
dapat digunakan secara berulang. Penggunaan berulang tersebut akan berakibat
terhadap penurunan aktivitas yang disebabkan karena terlepasnya enzim dari
permukaan karier untuk imobilisasi cara penyerapan fisik. Aktivitas enzim pada
sekian kali penggunaan dibagi dengan aktivitas enzim awal dinyatakan sebagai
retensi aktivitas (Hartono, 2008).
Sekam padi dapat digunakan untuk biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai hal seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar
ataupun sebagai adsorpsi pada logam-logam berat. Sekam tersusun dari jaringan
serat-serat selulosa yang mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut
yang sangat keras. Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi biji
beras dari kerusakan yang disebabkan oleh serangan jamur, dapat mencegah
reaksi ketengikan karena dapat melindungi lapisan tipis yang kaya minyak
terhadap kerusakan mekanis selama pemanenan, penggilingan dan pengangkutan
(Anonim. 2011).
Karbon aktif adalah karbon yang di proses sedemikian rupa sehingga poriporinya
terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi. Karbon
aktif merupakkan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam (internal
surface), sehingga mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan daya menyerap
dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa karbonnya yang berkisar
antara 85 % sampai 95% karbon bebas. Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak
berbau, tidak terasa dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan kabon aktif yang belum menjalani proses aktivasi, serta
mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki luas antara 300 sampai 2000
m/gram. Karbon aktif ini mempunyai dua bentuk sesuai ukuran butirannya, yaitu
karbon aktif bubuk dan karbon aktif granular (butiran). Karbon aktif bubuk
ukuran diameter butirannya kurang dari atau sama dengan 325 mesh. Sedangkan

karbon aktif granular ukuran diameter butirannya lebih besar dari 325 mesh (M.T.
Sembiring dan T Sarma Sinaga, 2003)
Adsorpsi fisika didasarkan pada gaya Van Der Waals, dan dapat terjadi pada
permukaan yang polar dan non polar. Adsorpsi juga mungkin terjadi dengan
mekanisme pertukaran ion. Permukaan padatan dapat mengadsorpsi ion-ion dari
larutan dengan mekanisme pertukaran ion. Oleh karena itu, ion pada gugus
senyawa permukaan padatan adsorbennya dapat bertukar tempat dengan ion-ion
adsorbat. Mekanisme pertukaran ini merupakan penggabungan dari mekanisme
kemisorpsi dan fisisorpsi, karena adsorpsi jenis ini akan mengikat ion-ion yang
diadsorpsi dengan ikatan secara kimia, tetapi ikatan ini mudah dilepaskan kembali
untuk dapat terjadinya pertukaran ion ( Indah, 2010 ).
Menurut ( Indah, 2010 ), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adsorpsi antara
lain :
1)

Karakteristik fisika dan kimia dari adsorben, antara lain: luas permukaan,

2)

ukuran pori, dan komposisi kimia.


Karakteristik fisika dan kimia dari adsorbat, antara lain: luas permukaan,

3)
4)
5)

polaritas, dan komposisi kimia.


Konsentrasi adsorbat di dalam fasa cair
Karakteristik fasa cair, antara lain: pH dan temperatur
Sistem waktu adsorpsi

III.
Metodologi Percobaan
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 April 2016 pada pukul
13.00 witaSelesai di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu corong Buchner, gelas ukur
10 ml, gelas ukur 50 ml, tabung reaksi, erlenmeyer 100 ml, rak tabung reaksi,
kuvet, pipet tetes, corong kaca, water bath, neraca analitik, gunting, botol semprot,
stopwatch, sheaker erlenmeyer dan spektronik 20.
3.2.2

Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu abu sekam padi, iodium
10 %, pati 1 %, akuades, amilase, karbon aktif, tisu, aluminium foil dan kertas
saring.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Imobilisasi Enzim Amilase dengan Abu Sekam Padi
Menimbang sebanyak 5 g abu sekam padi dan memsasukkannya ke dalam corong
Buchner. Selanjutnya mencampurkan enzim amilase sebanyak 5 ml dengan abu
sekam padi di atas corong Buchner dan menyaring hingga kering. Kemudian
menimbang enzim amobil yang dihasilkan dan menentukan rendemennya
menggunakan persamaan berikut serta simpan untuk dilakukan pengujian aktivitas
dan ukur kadar protein filtrat menggunakan spektrofotometer.
Rendemen Enzim Amobil =
3.3.2

Berat Enzim Amobil


Berat Enzim+ Berat Abu Sekam Padi

x 100 %

Imobilisasi Enzim Amilase dengan Karbon Aktif

Mengambil 5 ml enzim amilase dan mencampurkan dengan 20 ml air destilata


dalam erlenmeyer 100 ml. Selanjutnya menambahkan karbon aktif sebanyak 5 g
ke dalam erlenmeyer, lalu mengaduk campuran selama 1 jam. Kemudian
menyaring campuran dengan corong buchner hingga kering dan menimbangnya
untuk mengetahui beratnya serta menentukan rendemenya menggunakan
persamaan berikut, lalu menyimpannya untuk pengujian aktivitasnya. Selain itu
tentukan kadar protein pada filtrat menggunakan spektrofotometri

Rendemen Enzim Amobil =


3.3.3

Berat Enzim Amobil


Berat Enzim+ Berat Karbon Aktif

x 100 %

Penentuan Aktivitas Amilase Amobil Hasil Imobilisasi

Melarutkan pati 1 % sebanyak 5 ml, lalu memasukkan ke dalam tabung reaksi


berkode A, B, C, dan D. Kemudian menambahkan masing-masing tabung tabung
reaksi dengan larutan iodium 10 % sebanyak 0,05 ml. Selanjutnya menambahkan
tabung reaksi A dengan 1 ml enzim amilase, menambahkan 2 g amilase amobil
dengan bahan pengamobil abu sekam padi ke dalam tabung reaksi B,
menambahkan 2 g amilase amobil dengan bahan pengamobil karbon aktif ke
dalam tabung reaksi C dan menambahkan 1 ml air destilata ke dalam tabung
reaksi D. Kemudian mengocok keempat tabung hingga homogen, lalu
memasukkannya ke dalam air bersuhu 60C selama 30 menit. Selanjutnya
memasukkan kedalam air mendidih selama 10 menit, lalu memindahkan produk
reaksi ke dalam erlenmeyer 100 ml dan menambahkan air destilata sebanyak 50
ml. Kemudian menyaring filtrat yang dihasillkan dan mengukur serapannya pada
panjang gelombang 500 nm. Selanjutnya menentukan aktivitasnya, yaitu nilai
serapan awal tanpa enzim (tabung reaksi D)-nilai sarapan setelah penambahan
enzim ( tabung reaksi A, B, dan C)/ menit/ ml atau g.

IV.

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil pengamatan


4.1.1 Penentuan aktivitas enzim amilase dengan abu sekam padi
No.

Perlakuan

Hasil

1.

5 mL larutan pati + 20 mL air + 0,05

2.

mL iodium 1 %
Larutan 1 + 2 gr enzim amilase

3.

(panaskan)
Mengukur

serapan

(panjang

gelombang)

Pati bereaksi, warna larutan

jadi biru
Warna tidak berubah

A : = 0,017
B : = 0,043
D : = - 0,004

4.1.2 Penentuan aktivitas enzim amilase dengan karbon aktif


No.
1.

Perlakuan
5 mL larutan pati + 20 mL air + 0,05

Hasil
Pati bereaksi, warna larutan

2.

mL iodium 1 %
Larutan 1 + 2 gr enzim amilase

jadi biru
Warna berubah jadi hitam

C : = 0,312

3.

amobil (panaskan)
Mengukur
serapan

(panjang

gelombang)

4.1.3

Penentuan Aktivitas Amilase Amobil Hasil Imobilisasi

Bahan

o
1

0,017

0.043

0,312

-0,004

4.2 Analisis Data

4.2.1 Imobilisasi Enzim Alfa Amilase Dengan Abu Sekam Padi


Diketahui : Berat enzim amobil

= 10,052 gram

Berat enzim

= 5 gram

Berat abu sekam padi

= 5 gram

Ditanya : Rendemen =?
Rendemen enzim amobil =

Berat Enzim amobil


B erat enzim+berat abu sekam padi

Rendemen enzim amobil =

10,052 gram
( 5+5 ) gram

X 100%

X 100%

= 100,52 %
4.2.2 Imobilisasi Enzim Alfa Amilase Dengan Karbon Aktif
Diketahui : Berat enzim amobil

= 8,975 gram

Berat enzim

= 5 gram

Berat abu sekam padi

= 5 gram

Ditanya : Rendemen =?
Rendemen enzim amobil =

Berat Enzim amobil


Berat enzim +berat abu sekam padi

Rendemen enzim amobil =

8,975 gram
( 5+5 ) gram

X 100%

X 100%

= 89,75 %
4.2.3 Penentuan Aktifitas Alfa Amilase Amobil Hasil Imobilisasi
Diketahui :
Absorbansi tabung A = 0,017
Absorbansi tabung B = 0,043
Absorbansi tabung C = 0,312

Absorbansi tabung D = -0,004


Ditanya : aktivitas enzim hasil imobilisasi = ?
Aktivitas enzim hasil imobilisasi = Nilai serapan tanpa enzim (Tabung D) nilai
serapan setelah penambahan enzim (tabung
A, B dan C)/menit/ml atau gram.
1. Tabung A = (-0,004 0,017) menit/ml
= -0,021 menit/ml
2. Tabung B = (-0,004 0,043) menit/ml
= -0,047 menit/ml
3. Tabung C = (-0,004 0,316) menit/ml
= -0,316 menit/ml

4.2 Pembahasan
Enzim amobil adalah enzim yang secara fisik ditempatkan di dalam suatu
daerah/ruang tertentu, sehingga dapat menahan aktivitas katalitiknya serta dapat
digunakan secara berulang-ulang dan kontinyu.
Adapun tujuan dalam percobaan ini yaitu mempelajari cara imobilisasi enzim
amilase secara penyerapan fisik menggunakan bahan pengamobil limbah abu
sekam padi dan karbon aktif. Imobilisasi enzim secara penyerapan fisik dengan
menggunakan vakum Buchner, merupakan salah satu teknik pembuatan enzim

amobil melalui penyerapan protein enzim pada permukaan zat pembawa (Carrier)
dimana terjadi penyerapan karena adanya gaya interaksi massa antara enzim
dengan zat pengamobil.
Langkah pertama dalam percobaan ini yaitu imobilisasi enzim amilase dengan
abu sekam padi dimana abu sekam padi yang diperoleh dari pabrik penggilingan
padi diayak dengan ayakan 60 mesh untuk memperoleh abu sekam yang halus
dengan ukuran partikel yang sama dan lebih kecil, sehingga luas permukaan
menjadi lebih besar menyebabkan proses kontak lebih banyak dengan enzim amilase sehingga proses imobilisasi menjadi lebih cepat, kemudian hasil ayakan
ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukan kedalam corong buchner. Lalu
sebanyak 5 ml enzim amilase dicampurkan pada abu sekam padi di atas corong
buchner yang selanjutnya disaring sampai mengering sehingga di peroleh enzim
amobil dari pengamobil abu sekam.
Adapun prinsip kerja dari corong Buchner ini yaitu memisahkan endapan dari
pelarutnya atau cairan dari residunya dengan cara menyedot udara didalam corong
dengan pump buchner atau pompa vakum sehingga tekanan didalamnya lebih
kecil daripada yang didalamnya, yaitu hampir sama dengan nol dan air yang ada
dalam corong dapat menetes serta dapat menghasilkan filtrat yang lebih banyak
dan residu atau ampasnya dapat tetap ditinggalkan didalam corong tersebut.
Pemilihan abu sekam padi sebagai pengamobil enzim amilase karena kemapuan
adsorpsinya yang baik dimana sekam tersusun dari jaringan serat-serat selulosa
yang mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat keras.
Langkah kedua yaitu imobilisasi enzim amilase dengan karbon aktif dimana 5
ml enzim amilase dicampurkan dengan 20 ml air destilata dalam erlenmeyer 100
ml, lalu menambahkan karbon aktif sebanyak 5 gram, kemudian campuran diaduk
selam 1 jam diatas mesin pengocok agitasi. Tujuan dari pengocokan yaitu agar
larutan tercampur sempurna atau terjadi homogenisasi yang

mengakibatkan

terjadinya pengikatan partikel-partikel pada campuran tersebut . Selanjutnya

menyaring dengan corong buchner hingga mengering sampai diperoleh enzim


amobil dengan bahan pengamobil karbon aktif.
Pemilihan karbon aktif sebagai pengamobil dikarenakan karbon aktif merupakkan
karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam (internal surface), sehingga
mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan daya menyerap dari karbon aktif ini
tergantung dari jumlah senyawa karbonnya yang berkisar antara 85 % sampai
95% karbon bebas.
Langkah ketiga yaitu pengujian aktivitas enzim dilakukan dengan menggunakan 4
tabung reaksi berkode A, B, C dan D. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan
dengan larutan pati 1 % dan larutan iodium 10 %. Pati bereaksi dengan larutan
iodium menghasilkan warna biru. Kemudian, ke empat tabung tersebut diberikan
perlakuan berbeda-beda. Tabung A ditambahkan 1 tetes enzim amilase, tabung B
ditambahkan dengan 2 gram amilase amobil dengan bahan pengamobil abu sekam
padi, tabung C ditambahkan dengan 2 gram amilase amobil dengan bahan
pengamobil karbon aktif, sedangkan untuk tabung D ditambahkan dengan 1 tetes
air destilata. Kemudian keempat tabung tersebut dikocok hingga homogen, lalu
memanaskannya pada suhu 60 oC selama 10 menit. Selanjutnya dipanaskan
kembali selama 10 menit dalam air mendidih dengan tujuan untuk menginaktifasi
enzim agar tidak beraktivitas untuk menghidrolisis pati secara terus-menerus agar
tidak terbentuk produk yang tidak diinginkan. Pada tahap selanjutnya semua
larutan tersebut dimasukkan masing-masing pada 4 erlenmeyer yang kemudian
ditambahkan dengan air destilata sebagai pelarut. Kemudian disaring

untuk

menghilangkan pengotor dan diperoleh larutan bening untuk diukur adsorbansinya


pada panjang gelombang 500 nm. Pengukuran adsorbansi menggunakan
spektronik 20.
Adapun Prinsip kerja spektronik 20 yaitu bila cahaya (monokromatik maupun
campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan
dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan, nilai
yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena

memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Hasil absorbansi yang diperoleh


setelah pengukuran absorbansi yaitu pada tabung A yaitu 0,017 A, pada tabung B
yaitu 0,043 A, pada tabung C 0,312 A dan pada tabung D -0,004 A.
Hasil analisa data pada perlakuan penentuan aktivitas amilase amobil hasil
imobilisasi yaitu pada tabung A sebesar -0,021 menit/ml, pada tabung B sebesar
0,047 menit/ml dan pada tabung C sebesar -0,316 menit/ml. Pada hasil ini yang
paling besar pada tabung A yang berisi pati, iodium dan enzim amilase.

V. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu:
1. Enzim amobil adalah enzim yang secara fisik ditempatkan di dalam suatu
daerah/ruang tertentu, sehingga dapat menahan aktivitas katalitiknya serta
dapat digunakan secara berulang-ulang dan kontinyu.
2. Imobilisasi enzim secara penyerapan fisik dengan menggunakan vakum
Buchner, merupakan salah satu teknik pembuatan enzim amobil melalui
penyerapan protein enzim pada permukaan zat pembawa (Carrier) dimana

terjadi penyerapan karena adanya gaya interaksi massa antara enzim dengan
zat pengamobil.
3. Hasil absorbansi yang diperoleh setelah pengukuran absorbansi yaitu pada
tabung A yaitu 0,017 A, pada tabung B yaitu 0,043 A, pada tabung C 0,312 A
dan pada tabung D -0,004 A.
4. Penentuan aktivitas amilase amobil hasil imobilisasi secara berturut-turut
yaitu pada tabung A sebesar -0,021 menit/ml, pada tabung B sebesar 0,047
menit/ml dan pada tabung C sebesar -0,316 menit/ml. Pada hasil ini yang
paling besar pada tabung A yang berisi pati, iodium dan enzim amilase.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. aquades. http://id.wikipedia.org.wiki/Aseton, diakses tanggal 13
April 2016. Palu
Firmansyah. 2012. Metode Immobilisasi Enzim. http://mcfirmansyah.blogspot.
com. Diakses pada 13 April 2016. Palu.
Hartono. 2008. Imobilisasi Enzim. http://khairulanam.files.wordpress.com diakses
tanggal 13 April 2016. Palu
Indah, K. N. 2010. Amobilisasi dan Karakterisasi Enzim -Amilase Dengan
Metode Adsorpsi Menggunakan Bentonit. UNY. Yogyakarta.
Mappiratu. 2016. Modul Praktikum Imobilisasi Enzim dan Sel. Jurusan Kimia
FMIPA UNTAD. Palu

M.T. Sembiring dan T Sarma Sinaga. 2003. Jurnal Kimia : Arang Aktif
Pengenalan dan Proses Pembuatannya. FT Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara.
.

LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN I
IMMOBILISASI ENZIM SECARA PENYERAPAN FISIK

OLEH :
NAMA

: Irawati

STAMBUK

: G 301 13 068

KELOMPOK : IV
ASISTEN

: Asniawati

Laboratorium Kimia Organik Dan Biokimia


Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

You might also like