You are on page 1of 12

LAPORAN KASUS BEDAH ORTHOPEDI

SEORANG LAKI-LAKI 55 TAHUN DENGAN FRAKTUR REGIO CRURIS


SINISTRA DISTAL TERBUKA GRADE IIIB, DISLOKASI SENDI
THALLOCRURAL SINISTRA

Disusun oleh :
Tjues Aryo Agung W. G6A 009 153

Pembimbing :
dr. Andry R. Winoto, Sp.OT

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011

LAPORAN KASUS BEDAH ORTHOPEDI

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. M

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 55 tahun

Alamat

: Penggung, Kendal

Pekerjaan

: Petani

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Masuk Rumah Sakit : 7 Mei 2011


No CM

: 6612060

II. DAFTAR MASALAH


No
1.

Masalah Aktif
Fraktur regio
cruris sinistra 1/3
distal terbuka
grade IIIB

Tanggal

No

10-05-2011 1.

Masalah Pasif

Tanggal

Susp. Keratitis

10-05-2011

sawahika
2.

Susp. PV

10-05-2011

III. DATA DASAR


A. DATA SUBYEKTIF
Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita, dan alloanamnesis dari CM pasien tanggal 10
Mei 2011 pukul 15.00 WIB dibangsal A3.
Keluhan Utama : rujukan RSUD Tugu dengan patah tulang kaki kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :


6 jam SMRS pasien membantu tetangganya menebang pohon saat
berangkat ke sawah. Saat pohon jatuh, kaki kiri pasien terjerat tali tambang dan
tertarik oleh batang pohon ke arah berlawanan dan terbentur keras ke batang
pohon yang jatuh. Pingsan (-), nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-), perdarahan
(+), nyeri (+), ada bagian tulang yang terlihat. Penderita dibawa temannya ke
RSUD Tugurejo dan dipasang bidai, kemudian dirujuk ke RSDK.
Selama dirawat, pasien sudah mendapatkan terapi berupa debridement
dan pemasangan backslap, infus RL, injeksi gentamisin, ranitidin, cefazolin, dan
ketorolak, serta ganti balut setiap hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
-

Riwayat sakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kencing manis


disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Tidak ada anggota keluarga yang sakit jantung, tekanan darah tinggi,
dan kencing manis.

Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita bekerja sebagai petani. Pasien tinggal bersama istri dan 2 orang anak
yang belum mandiri. Biaya ditanggung Jamkesmas.
Kesan : Sosial ekonomi kurang.

B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik tanggal 10 Mei 2011, pukul 15.30 WIB di Bangsal A3.
Keadaan Umum : sadar, tenang, kaki kanan terpasang spalk dan terbalut kain
kassa.
Kesadaran

: komposmentis, GCS E4M6V5 = 15

Tanda Vital

: Tekanan darah
Nadi

: 110/70 mmHg
: 72 x/menit isi dan tegangan cukup
2

Respiratory Rate : 18 x/menit


: 37,1 oC

Suhu
Kulit

: sawo matang, kulit kering (-)

Kepala

: mesosefal

Mata

: konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil


kanan sulit diukur, pupil kiri + 3mm, reflek cahaya (sulit
dinilai/+), kornea kanan keruh.

Hidung

: napas cuping (-), discharge (-), septum deviasi (-)

Telinga

: discharge (-)

Mulut

: bibir kering (-), sianosis (-)

Tenggorok

: T1-1, faring hiperemis (-)

Leher

: Simetris, deviasi trakea (-), pembesaran limfonodi (-)

Dada

: Retraksi (-), jejas (-)

Pulmo

Jantung

: simetris, statis, dinamis

Pa

: stem fremitus kanan = kiri

Pe

: sonor seluruh lapangan paru

Au

: SD vesikuler, ST (-)

: ictus cordis tidak tampak

Pa

: ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS,


tidak kuat angkat, tidak melebar

Abdomen

Extremitas

Sianosis

Pe

: konfigurasi jantung dalam batas normal

Au

: BJ I-II murni, gallop (-), bising (-)

: datar, venektasi (-), jejas (-)

Au

: bising usus (+) Normal

Pe

: timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Pa

: Supel, hepar/lien tidak teraba

:
Superior

Inferior

Ka / Ki
-/-

Ka / Ki
- /3

Swelling
Akral

-/-/-

-/+
-/-

Dingin
Capillary

<2/<2

<2/<2

+/+

+/+

+/+

+ / + menurun

+/+

+ / Sulit dinilai karena

5/5

nyeri.
5 / Sulit dinilai karena

Refill
Pulsasi
arteri
Sensibilitas
Motorik :
- Gerak
- Kekuatan

nyeri
Terlihat UKK berupa bercak warna putih di pertengahan regio brachii
anterior, sisik (+), hipestesi (+)
C. STATUS LOKALIS
Regio cruris sinistra
Inspeksi

: tampak tulang (+), pus (+), darah (+), oedema (+), deformitas
(+), angulasi (+), pemendekan (+), exorotasi (-)

Palpasi

: nyeri tekan (+), pulsasi a. tibialis posterior (+), a. dorsalis


pedis (+), nyeri sumbu (+)

Movement : nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM sulit dinilai
karena nyeri
IV. DIAGNOSA SEMENTARA
Fraktur regio cruris sinistra 1/3 distal terbuka grade IIIB
Dislokasi sendi thallocrural sinistra

VI. INITIAL PLAN


Ip Dx

: S: O: x-foto cruris dextra AP/ lateral, darah lengkap, GDS,


elektrolit, ureum, kreatinin.

Ip Tx

: Infus RL 20 tpm
Gentamicin 2 x 50 mg i.v
Cefazolin 3 x 1 gr i.v
Ketorolac 3x30 mg i.v
Ranitidin 3 x 30 mg i.v
Konsul bagian mata dan kulit kelamin
Pro FSE dan free flap

Ip Mx

: keadaan umum, tanda vital, status lokalis

Ip Ex

- menjelaskan kepada penderita dan keluarga penderita bahwa


penderita mengalami patah tulang terbuka
- menjelaskan tentang perlunya foto rontgen untuk melihat
patah tulangnya
- menjelaskan akan perlunya dilakukan operasi untuk
melakukan reposisi dan memasang fiksator eksterna.
- menjelaskan mengenai komplikasi awal (perdarahan, syok,
compartement sindrom) dan lambat yang mungkin terjadi
dari patah tulang itu sendiri.

TINJAUAN PUSTAKA
A. MEKANISME TRAUMA

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, tekanan

langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma tidak
langsung, trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Akibat
trauna bergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.
B. KLASIFIKASI FRAKTUR
Klasifikasi fraktur dibagi menjadi:
1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar.
- Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
- Fraktur terbuka
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada
kulit dan jaringan lunak.
2. Menurut etiologis
- Fraktur traumatik
Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
- Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
pada tulang maupun di luar tulang, misalnya tumor, infeksi atau
osteoporosis.
- Fraktur stres
Terjadi karena beben lama atau trauma ringan yang terus-menerus pada
suatu tempat tertentu, misalnya fraktur pada tulang tibia atau metatarsal
pada tentara atau olehragawan yang sering berlari atau baris-berbaris.
3. Menurut komplit tidaknya garis fraktur
- Fraktur komplit
Apabila garis patah yang melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti yang terlihat pada foto.
- Fraktur tidak komplit

Apabila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang,


seperti:

Hairline fracture

Greenstick fracture

Buckle fracture

4. Menurut garis fraktur


- Transversal
- Oblik
- Spiral
- Kominutif
- Kupu-kupu
- Segmental
- Depresi
5. Menurut bergeser atau tidak bergesernya fragmen-fragmen fraktur
- Fraktur undisplaced:
Garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
- Fraktur displaced:
Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur.

C. FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA


1. Frekuensi
Fraktur tibia merupakan fraktur yang paling sering dari semua fraktur tulang
panjang. Kejadian tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11,5 per
100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas inferior. Fraktur di ekstremitas
inferior paling banyak adalah fraktur yang terjadi pada diafisis tibia.
2. Mortalitas dan Morbiditas
Ancaman kehilangan anggota gerak bawah dapat terjadi sebagai akibat dari
trauma jaringan lunak berat, gangguan neurovaskular, cedera arteri popliteal,
sindrom kompartemen, atau infeksi seperti gangren atau osteomyelitis. Cedera arteri

popliteal adalah cedera serius yang mengancam ekstremitas bawah dan biasanya
sering terabaikan.
Nervus perineus communis menyilang di samping collum dari fibula. Saraf
ini rentan terhadap cedera dari patah collum fibula, tekanan splint, atau selama
perbaikan bedah. Hal ini dapat mengakibatkan drop foot dan kelainan sensibilitas.
Delayed union, nonunion, dan arthritis dapat terjadi. Di antara tulang panjang, tibia
adalah yang paling umum dari fraktur nonunion.
3. Diagnosis
- Anamnesis
Mekanisme trauma dan kejadian yang menyertainya meliputi waktu
terjadinya, jenisnya, berat ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan. Riwayat trauma atau patah tulang sebelumnya,
riwayat penyakit tulang, osteoporosis atau penyakit penyebab osteoporosis
sebelumnya. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak dan krepitasi.
- Pemeriksaan Fisik
Lokalis:
Ditemukan tanda-tanda klinis patah tulang
Inspeksi:

Ekspresi wajah karena kesakitan

Deformitas yang berupa pembengkokan, terputar, pemendekan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak

Gerak-gerak yang abnormal

Keadaan vaskularisasi

Palpasi:

Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak


dilakukan karena dapat menambah trauma

Temperatur

Nyeri tekan dan nyeri sumbu

Palpasi arteri di sebelah distal fraktur

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah

Sensibilitas

Pergerakan:

Fungsiolaesa. Seberapa jauh gangguan fungsi, gerak yang tidak mampu


dilakukan, ruang lingkup gerak sendi (ROM).

2. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan radiologis dengan foto Roentgen.
Syarat pada pemeriksaan foto Roentgen:

Patah tulang dipertengahan foto

Persendian proksimal dan distal termasuk dalam foto

Dua foto dua arah bersilangan 900

Sinar menembus tegak lurus

4. Penatalaksanaan
Fraktur biasanya merupakan akibat dari suatu trauma. Oleh karena itu penting
untuk memeriksa jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi
(circulation). Bila tidak didapatkan permasalahan lagi baru lakukan anamnesis dan
pemariksaan fisik yang lengkap.
Penatalaksanaan fraktur:
1. Terapi konservatif:
a. Proteksi saja, missal mitela untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan
kedudukan baik
b. Imobilisasi saja tanpa reposisi, misal pemasangan gibs pada fraktur
incomplete dan fraktur dengan kedudukan baik
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gibs, misalnya pada fraktur
suprakondiler, fraktur Smith, fraktur Colles. Reposisi dapat menggunakan
anestesi lokal atau umum.
2. Terapi operatif:
a. Reposisi terbuka, fiksasi interna
b. Reposisi tertutup dengan control radiologist diikuti fiksasi eksterna.

Pada fraktur tertutup diusahakan untuk melakukan reposisi tertutup. Sedang


untuk fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaan waktu dapat
mengakibatkan komplikasi infeksi.
5. Komplikasi

Shok hemoragi

Shok neurovaskular

Infeksi

Embolisasi

Deformitas permanen

6. Fraktur Terbuka
Klasifikasi :
I.

Luka bersih, panjang < 1 cm (biasanya luka dari dalam dengan cidera

jaringan lunak yang sedikit)


II.

Laserasi > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak ekstensif, skin flaps atau

avulsi dan dengan fraktur transversal dan oblik yang simpel


III.

Kerusakan jaringan lunak ekstensif seperti skin flaps, avulsi, dan cidera otot

dan saraf
IIIA. Kerusakan jaringan lunak ekstensif tapi penutupan tulang masih adekuat,
fraktur segmental dan luka tembak
IIIB.

Kerusakan jaringan lunak ekstensif dengan stripping periosteal ekstensif dan

devaskularisasi tulang yang memerlukan graft atau flap


Manajemen :
Tipe I dan II : penutupan kulit primer
Tipe III : penutupan kulit delayed primer

10

REFERENSI
1.

Jong WD, Sjamsuhidajat R. Patah Tulang dan Dislokasi. Dalam :


Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta, 1997 : 1138.

2.

Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Bintang


Lamumpatue : Ujung pandang,1998 :488-501

3.

Mark E Baratz, MD. Tibia and Fibula Fracture[online] 2010. [cited 10 Mei 2011].
Available from http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview

11

You might also like