You are on page 1of 1

Pihak yang Berhak Membuat Job Description dan Standard

Operating Procedure di Perusahaan


Biasanya job description dan Standard Operating Procedure (SOP) dalam sebuah perusahaan
disusun oleh tim khusus yang terdiri dari tenaga-tenaga yang kompeten dari tiap divisi perusahaan,
sepertimarketing manager, financial manager, HRD manager, QMR (Quality Management
Representative)manager, atau bahkan dengan menggunakan jasa konsultan SOP.
Namun ini bukanlah hal yang baku. Tiap perusahaan dapat memiliki kebijakan yang berbeda
mengenai hal ini dengan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing perusahaan. Dalam
buku Cara Gampang Bikin Standard Operating Procedure yang ditulis oleh Suryono Ekotama,
disebutkan bahwa penyusunan SOP harus memenuhi 4 (empat) syarat berikut:
1. Adanya visi dan misi usaha;
2. Adanya corporate value yang akan menjiwai pembuatan SOP
3. Adanya penataan dan pemahaman alur kerja (struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan
karyawan); dan
4. Penyederhanaan usaha.
Salah satu pertimbangan penyusunan SOP biasanya adalah karakter perusahaan, efektivitas dan
efisiensi budaya kerja, dan standar etika bisnis (code of conduct) yang ingin diciptakan oleh
perusahaan. SOP dibuat dengan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
kemandirian, dan kewajaran. Perusahan juga kerap mengikuti standar Good Corporate
Governance (GCG), International Organization for Standardization (ISO), maupun Badan
Standardisasi Nasional dalam pembuatan SOP perusahaannya.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dalam menyusun SOP nantinya, Saudara dapat menyusun SOP untuk 7 (tujuh) bidang kerja, yaitu:
Produksi dan distribusi;
Pemasaran yang meliputi promosi dan penjualan;
Akuntansi, keuangan, dan pajak;
Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengembangannya;
Pelayanan dan pengelolaan pelanggan;
Operasional usaha; dan
Pembukaan dan penutupan usaha.
Compliance
Selanjutnya
mengenai compliance (kepatuhan),
hal
ini berfungsi untuk melaksanakan
pengembangan, pembinaan, penerapan, dan penegakan prinsip-prinsip GCG dalam SOP
perusahaan. Compliance juga berfungsi untuk memastikan bahwa kontrol internal dan prosedur
kepatuhan yang mencakup semua kegiatan perusahaan berjalan dengan baik sehingga dapat
mendukung bagi pertumbuhan perusahaan, melindungi reputasi perusahaan, serta meminimalkan
risiko kerugian dan penipuan dalam lingkungan kerja yang efektif dan efisien.
Hal ini didukung bahwa perusahaan besar rata-rata telah membuktikan kepatuhan terhadap SOP
merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan. Lemahnya compliance dapat menyebabkan
perusahaan mengalami kerugian besar secara finansial dan reputasi perusahaan bisa rusak. Hal
inilah yang terjadi pada beberapa perusahaan seperti Siemens, Halliburton, Alcatel Lucent, dan lainlain.
Dalam bidang usaha perbankan, mengenai compliance ini antara lain diatur dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum (PBI 13/2011). Hal ini terkait
dengan aturan dalamUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (UU Perbankan). Dalam Pasal 21 UU
Perbankan disebutkan bahwa salah satu bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa Perseroan
Terbatas, sehingga ketentuan terkaitcompliance dalam UUPT juga berlaku terhadap bank umum
tersebut.

You might also like