Professional Documents
Culture Documents
oleh :
Itqan Ghazali
G 99142115
BAB I
PENDAHULUAN
Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan . Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan, atau segera
setelah persalinan.1,2
Faktor Risiko Pre-eklampsia; Usia ( pada wanita hamil berusia kurang dari 25
ahun insidens > 3 kali lipat, dan wanita hamil usia > 35 tahun ), primigravid muda
maupun tua, faktor keturunan, faktor, obesitas/overweight, iklim/musim, kehamilan
ganda, hidramnion, mola hidatidosa.1,2
Kehamilan preterm adalah suatu kehamilan yang terjadi pada seorang wanita
dengan usia kehamilan antara 20 minggu sampai 37 minggu, sedangkan persalinan
preterm atau kurang bulan didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi di antara usia
gestasi sesudah 20 minggu dan sebelum genap 37 minggu.1,3,6,7
Predisposisi untuk persalinan preterm, misalnya : ruptura spontan selaput
ketuban, infeksi cairan ketuban, anomali hasil pembuahan, persalinan preterm
sebelumnya atau abortus lanjut, uterus yang overdistended (hidramnion, keberadaan dua
janin atau lebih), kematian janin, inkompetensi serviks, anomali uterus, plasentasi yang
salah (solusio plasenta atau plasenta previa), retensio IUD, kelainan maternal (kelainan
sistemik, misalnya pre-eklampsia, penyakit diabetes mellitus), infeksi dalam kandungan /
TORCH, induksi persalinan elektif, idiopatik atau tanpa kausa.1,8
Penyebab preterm pada kasus ini adalah adanya kelainan sistemik maternal yakni
pre-eklampsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PRE-EKLAMPSIA BERAT
Definisi
Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan . Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan, atau segera
setelah persalinan.1,2
Definisi lain menyebutkan bahwa pre eklamsia adalah suatu sindroma klinik pada
kehamilan viable (usia kehamilan > 20 minggu atau berat janin > 500 gram) yang
ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan oedema.2
Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui pasti. Teori yang dewasa
ini dapat dikemukakan sebagai penyebab preeklampsia ialah iskemia plasenta, yaitu
Pembuluh darah yang mengalami dilatasi hanya artei spirales didecidua, sedangkan
pembuluh darah di miometrium yaitu arteri. spirales dan arteria basalis tidak melebar.
Pada Preeklamsi invasi sel-sel thropoblast ini tidak terjadi sehingga tonus pembuluh
darah tetap tinggi dan seolah-olah terjadi vasokonsrtiksi.1,2
Faktor Risiko Pre-eklampsia 1,2
1. Usia : pada wanita hamil berusia kurang dari 25 ahun insidens > 3 kali lipat, dan
wanita hamil usia > 35 tahun
2. Paritas : insidens tinggi pada primigravid muda maupun tua
3. Faktor keturunan
4. Faktor gen : diduga bersifat resesif
5. Obesitas / overweight
6. Iklim / musim : di daerah tropis insidens lebih tinggi
7. Kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa
Patofisiologi
2
pada sistem
Perubahan plasentasi
PGE2/PGI2
Renin/angiotensin II
Kerusakan endotel
Vasokonstriksi arteri
Hipertensi sistemik
Ginjal
Proteinuri
GFR
Tromboksan
Disfungsi endotel
endotelin, NO
DIC
SSP
kejang
koma
Hati
LFT abnormal
Organ lainnya
iskemi
Edema
Klasifikasi
4
a. Genuine pre-eklampsia
Gejala pre-eklampsia yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan
oedem (pitting) dan kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/90.
Juga terdapat proteinuria 300 mg/24 jam (Esbach)
b. Super imposed pre-eklampsia
Gejala pre-eklampsia yang terjadi kurang dari 20 minggu disertai proteinuria
300 mg/24 jam (Esbach), dan bisa disertai oedem. Biasanya disertai hipertensi
kronis sebelumnya.
Diagnosis
Diagnosis pre eklampsia didasarkan atas adanya dua tanda utama, yaitu
hipertensi, oedem dan proteinuria.
Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejala-gejala
oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif. Gejala subyektif
antara lain : nyeri kepala, gangguan visual dan nyeri epigastrium. Sedangkan gejala
obyektif antara lain : hiperreflexia, eksitasi motorik dan sianosis. 5
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya
tanda dan gejala pre eklampsia yang disusul oleh serangan kejang, maka diagnosis
eklampsia sudah tidak diragukan. 4
Pencegahan
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsi dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretik dan obat antihipertensi. Memang merupakan kemajuan dari
pemeriksaan antenatal yang baik.9
Komplikasi 2
-
HELLP syndrom
Perdarahan otak
Gagal ginjal
Hipoalbuminemia
Ablatio retina
Edema paru
Solusio plasenta
Hipofibrinogenemia
Hemolisis
HELLP syndrom
Penatalaksanaan :
-
O2 nasal 4 6 liter/menit
CPZ 50 mg I.M
Diazepam 20 mg I.M
2.
Kehamilan < 35 minggu tanpa tanda tanda impending eklampsia dan janin baik
Pengobatan sama seperti penanganan aktif, MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda peeklampsia ringan selambat lambatnya dalam waktu 24 jam
Bila tidak ada perbakan / > 6 jam tensi tetap naik maka dikatakan gagal dan
dilakukan terminasi kehamilan
B. KEHAMILAN PRETERM
Definisi
Kehamilan preterm adalah suatu kehamilan yang terjadi pada seorang wanita
dengan usia kehamilan antara 20 minggu sampai 37 minggu, sedangkan persalinan
preterm atau kurang bulan didefinisikan sebagai masa kehamilan yang terjadi sesudah 20
minggu dan sebelum genap 37 minggu. Persalinan yang terjadi di antara usia gestasi ini
didefinisikan sebagai persalinan kurang bulan.
Dalam literature yang digunakan adalah kriteria yang didasarkan pada berat
badan kelahiran kurang bulan yakni bobot lahirnya kurang dari 2500 gram. Keuntungan
dari parameter ini adalah kita mudah menentukan usia kehamilan, tetapi cara ini kurang
tepat, dimana berat badan lahir denagn berat badan rendah dengan umur gestasi aterm.
Etiologi
Penyebab untuk kelahiran kurang bulan biasanya tidak diketahui. Di bawah ini
tercantum sebagian kejadian yang menjadi predisposisi untuk persalinan preterm :
1. Ruptura spontan selaput ketuban
Persalinan spontan yang jauh sebelum aterm umumnya didahului oleh ruptura
spontan selaput ketuban. Penyebab ruptura selaput ketuban ini jarang diketahui,
tetapi infeksi setempat semakin sering terlibat dalam tahun-tahun belakangan ini.
2. Infeksi cairan ketuban
Meskipun insiden yang tepat bagi terjadinya persalinan preterm tidak diketahui,
terdapat semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa kemungkinan sepertiga
darikasus-kasus persalinan preterm berkaitan infeksi membran koriamnion.
Kasus-kasus ini mempunyai hubungan dengan ruptura preterm selaput ketuban di
samping dengan persalinan idiopatik.
3. Anomali hasil pembuahan
Malformasi janin atau plasenta bukan hanya merupakan faktor predisposisi
terjadinya retardasi pertumbuhan janin, tetapi juga meningkatkan kemungkinan
persalinan preterm.
4. Persalinan preterm sebelumnya atau abortus lanjut
Wanita yang pernah melahirkan jauh sebelum aterm, lebih besar kemungkinan
untuk mengalami hal yang sama sekalipun tidak ditemukan faktor predisposisi
lainnya.
5. Uterus yang overdistensi
Hidramnion, khususnya kalau bersifat akut atau mencolok, atau keberadaan dua
janin atau lebih, akan meningkatkan resiko persalinan preterm yang mungkin
disebabkan oleh overdistensi uteri.
6. Kematian janin
Kematian janin yang terjadi sebelum aterm umumnya, tapi tidak selalu diikuti oleh
persalinan preterm spontan.
7. Inkompetensi serviks
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari aterm, serviks
yang inlompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan sebagai akibat dari
peningkatan aktivitas uterus, melainkan akibat dari kelemahan intrinsik serviks.
8. Anomali uterus
Sangat jarang terjadi, anomali uterus ditemukan pada kasus-kasus persalinan
preterm.
9.
Pada umumnya seperti Inggris, Amerika juga Indonesia tidaklah lazim untuk
memeriksakan serviks pada kunjungan antenatal. Beberapa peneliti melaporkan manfaat
pemeriksaan tersebut untuk meramalkan kemungkinan persalinan preterm. Papiernik
menemukan untuk bahwa indikator yang paling sensitive ialah servik yang pendek < 2
cm dan pembukaan (tanda servik yang matang) mempunyai resiko relatif persalinan
preterm mencapai 3-4x. Meskipun masih terdapat kendala, yakni kuantifikasi penilaian
dan perbedaan antar pemeriksa.
Pencegahan Persalinan Preterm
1. Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan kerugian
kelahiran preterm atau berat lahir rendah. Masyarakat diharapkan untuk
menghindari faktor resiko diantaranya ialah dengan menjarangkan kelahiran
menjadi lebih dari 3 tahun, menunda usia hamil sampai 22-23 tahun.
2. Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan antenatal
yang baik.
3. Mengusahakan makanan lebih baik pada masa hamil agar menghindarkan
kekurangan gizi dan anemia.
4. Menghindarkan kerja berat selam hamil. Dalam hal ini diperlukan peraturan yang
melindungi wanita hamil dari sangsi pemutusan hubungan kerja.
Kriteria persalinan premature antara lain :
-
kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya
pengeluaran lendir kemerahan cairan pervaginam diikuti salah satu berikut ini
periksa dalam :
pendataran 50-80% atau lebih
pembukaan 2 cm atau lebih
Penanganan
Tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan menghalangi terjadinya
persalinan premature.
Ketika mendiagnosis persalinan kurang bulan, beberapa keputusan penanganan
perlu dilakukan tentang :
10
- umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk penentuan prognosis dari
berat janin
- pemeriksaan dalam
penilaian ini dilakukan bila tidak ada kontraindikasi seperti plasenta previa.
Penilaian awal harus dilakukan untuk memastikan panjang dan dilatasi servikal
serta kedudukan dan sifat dan bagian yang berpresentasi.
- apakah ada demam atau tidak
- kondisi janin (jumlahnya, letaknya, presentasi, taksiran berat badan janin,
hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital dan sebagainya dari USG).
- letak plasenta perlu diketahui untuk antisipasi seksio seksaria
- fasilitas dan petugas yang mampu menangani calon bayi terutama adanya seorang
neonatologi
- pada pasien ini juga diperiksa untuk mencari ada tidaknya setiap masalah yang
mendasari yang dapat dikoreksi, misalnya infeksi saluran kencing. Pasien harus
ditempatkan pada posisi lateral dekubitus dipantau untuk mendeteksi adanya
frekwensi aktifitas rahim, dan diperiksa ulang untuk mencari ada tidaknya
perubahan servik setelah selang waktu yang tepat. Selama periode observasi
hidrasi oral dan parental harus dilakukan.
11
BAB III
STATUS PENDERITA
A.
ANAMNESIS
Tanggal 21 Mei 2015 pukul 07.00 WIB
1. Identitas Penderita
Nama
: Ny. Sunari
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
Status Perkawinan
HPMT
: 2 Desember 2014
HPL
: 9 Agustus 2015
UK
: 28+5 minggu
Tanggal Masuk
: 21 Mei 2015
No.CM
: 859730
Berat badan
: 67 Kg
Tinggi Badan
: 159 cm
2. Keluhan Utama
Muka, tangan dan kaki bengkak
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G5P4A0, 39 tahun dengan keluhan muka, tangan, dan kaki
bengkak. Pasien hamil 7 bulan, kenceng-kenceng belum dirasakan, air ketuban
belum dirasakan keluar, gerak janin (+) masih dirasakan, lendir darah (-). Pasien
merasakan sakit kepala yang terpusat di dahi dan merasakan pandangan kabur.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
12
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Mondok
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
I
Menarche
: 14 tahun
Lama menstruasi
: 7 hari
Siklus menstruasi
: 28 hari
13
B.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna
Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi cukup
Tanda Vital
Tensi
: 180/110 mmHg
Nadi
: 88 x / menit
: 36,6 0C
Kepala
: Mesocephal
Mata
THT
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/Sonor
Palpasi
Perkusi
14
Ekstremitas :
Oedema
+
Akral dingin
-
2. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala
: Mesocephal
Mata
Wajah
Thorax
Abdomen
: 20 cm
TBJ
: 1085 gram
HIS (-)
Pemeriksaan Leopold
I
II
III
IV
15
Genital eksterna
Ekstremitas :
Oedema
+
akral dingin
-
Pemeriksaan Dalam :
VT
UPD
C.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
: 10,9 gr/dl
Hematokrit
: 31,4 %
Antal Eritrosit
: 3,69 x 103/uL
Antal Leukosit
: 11,0 x 103/uL
Antal Trombosit
: 306 x 103/uL
Golongan Darah
:A
GDS
: 75 mg/dL
Ureum
: 18 mg/dL
Creatinin
: 0,8 mg/dL
Na+
: 140 mmol/L
K+
: 4,4 mmol/L
Ion klorida
: 107 mmol/L
SGOT
: 18 u/l
16
2.
SGPT
: 14 u/l
Albumin
: 3,4 g/dl
LDH
: 200 U/L
PT
: 15,8
APTT
: 30,0
HbS Ag
: negatif
Nitrazin Test
: (-) negatif
Protein Urin
: (+++) / positif 3
: 62
FL
: 60
AC
: 206
EFBW
: 1100
KESIMPULAN
Seorang G5P4A0, 39 tahun, UK 28+5 minggu, riwayat fertilitas baik, riwayat obstetri
baik, teraba janin tunggal, intra uterin, his (-), DJJ (+) reguler, TBJ : 1085 gram,
STLD (-).
E.
DIAGNOSA AWAL
PEB pada multigravida hamil prematur belum dalam persalinan
F.
PROGNOSA
baik
G. TERAPI
Terapi konservatif :
Tirah baring
17
Cara Pemberian:
- Jika ada tanda impending eklampsi dosis awal diberikan IV + IM, jika tidak
ada, dosis awal cukup IM saja. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 %
dalam 20 cc) selama 4 menit (1 gr/menit) atau kemasan 20% dalam 25 cc larutan
MgSO4(dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di bokong kiri dan 4 gram di
bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung
adrenalin pada suntikan IM.
- Dosis ulangan diberikan setelah 6 jam pemberian dosis awal, dosis ulangan 4
gram MgSO4 40% diberikan secara intramuskuler setiap 6 jam, bergiliran pada
bokong kanan/kiri dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
- Penghentian MgSO4 :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan
selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot
pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7
mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15
mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi
kematian jantung.
Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat
- Hentikan pemberian magnesium sulfat
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam
waktu 3 menit.
- Berikan oksigen.
- Lakukan pernapasan buatan.
Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 6 jam pasca persalinan sudah
terjadi perbaikan (normotensif).
mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat di
ruang ICU.
Nifedipin 3x10 mg/hari
Nifedipine adalah obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi,
fenomena Raynaud, dan membantu mencegah angina. Obat ini bekerja dengan
menghambat jumlah kalsium yang menuju sel otot halus di dinding pembuluh
darah dan jantung, sehingga dapat mengurangi tekanan darah, mengurangi
tekanan dan rata-rata detak jantung, memperluas dan membuat rileks pembuluh
darah, serta meningkatkan aliran darah ke kaki dan tangan. Sel otot akan menjadi
rileks dengan berkurangnya jumlah kalsium karena untuk berkontraksi, otot
memerlukan kalsium.
Injeksi Lasix intavena 1 ampul
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan obat yang mengandung
furosemid dalam bentuk injeksi sebanyak 40 mg/im.
Penulisan resep
dr. Itqan Ghazali
RSUD DR Moewardi Surakarta
Telp. 085642852986
Surakarta, 21 Mei 2015
R/ Infus Ringer laktat flab. No III
Cum infus set No. I
Abbocath no.22 No. I
imm
R/ Magnesium Sulfat inj amp No. I
Cum disposable syringe cc 5 No. II
imm
R/ Lasix inj amp No. I
Cum disposable syringe cc 5 No. I
imm
R/ Nifedipin tab mg 10 No. LX
3 dd tab I
Pro: Ny.Sunari (39 tahun)
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG Mac Donal P.C. William Obsetric, Edisi 18, Appletion & Lange,
1998 : 881-903.
2. Fernando Arias, Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery,
Edition, St. Louis Missiori, USA, 1993 : 100-10, 213-223.
2 nd
20