You are on page 1of 7

Impact of a School-Based Hygiene Promotion and Sanitation Intervention on Pupil

Hand Contamination in Western Kenya: A Cluster Randomized Trial

ANALISIS JURNAL

Oleh
Iqbal Luthfi Nauri
NIM 142310101083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. RINGKASAN ISI JURNAL

1. Abstrak
Mencuci tangan dengan sabun secara efektif mengurangi paparan penyebab patogen diare.
Intervensi untuk memperbaiki kondisi hygine dan sanitasi di sekolah-sekolah pada negara
dengan berpenghasilan rendah telah memperoleh peningkatan perhatian, namun diare masih
terjadi pada anak anak di usia sekolah yang disebabkan oleh kontaminasi dari tangan mereka.
Pada jurnal ini meneliti apakah di sekolah tidak memberikan pendidikan kesehatan dalam
mencuci tangan ataukah sanitasi di sekolah buruk sehingga bakteri E.Coli menyebar luas dan
mengkontaminasi anak anak melalui tangan mereka. Meskipun dari pihak tenaga kesehatan
memberikan pendidikan kebersihan serta menjaga sanitasi yang baik, jika sekolah tidak
menerapkan dan menyediakan fasilitas seperti toilet, sabun pencuci tangan, kran untuk cuci
tangan akan tetap saja kejadian diare pada sekolah sekolah di kenya barat akan tetap terjadi.
2. Inroduction
Secara global 1,3 juta anak anak usia dibawah 5 tahunmati dikarenakan diare, penyakit yang
dapat dicegah ini dapat menjadi penyebab utama kematian pada kelompok usia anak dan
balita di kenya barat. Mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi resiko diare dan telah
terbukti efektif dalam mengurangi patogen penyebab diare pada tangan. Meskipun upaya
meningkatkan cuci tangan dengan sabun merupakan kunci untuk mengurangi patogen
penyebab diare, fakta yang ada di lapangan menyebutkan bahwa 13 negara dengan
penghasilan rendah menemukan hanya 17% anak anak yang melakukan cuci tangan dengan
sabun setelah mereka buang air, hal tersebut merupakan salah satu dampak dari
meningkatnya diare pada Kenya Barat, meskipun telah mendapatkan perhatian serta
pembelajaran akan kebersihan tangan dan sanitasi yang baik kepada murid murid di sekolah,
akan tetap dapat meningkatkan kejadian diare jika mereka tidak menerapkannya di rumah
bagaimana mencuci tangan dengan baik, mencuci tangan setelah buang air keci, sebelum
makan dan sesudah makan. Lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung serta tidak
adanya fasilitas yang memadahi akan menjadi salah satu faktor kesukaran dalam menerapkan
cuci tangan dengan sabun untuk mencegah diare. Promosi kesehatan pada Lingkungan tempat

tinggal murid akan dapat membantu meningkatkan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
untuk mengurangi kejadian diare.

3. Methods
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai sekolah dalam intervensi mencuci tangan
dengan sabun guna untuk mengurangi patogen penyebab diare. Studi ini dilaksanakan di
kenya dengan melakukan kontrol acak dari 135 sekolah dasar di empat kabupaten di Provinsi
Nyanza, Kenya. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai dampak peningkatan pada sekolah
terhadap mencuci tangan dengan sabun. Dalam studi ini juga memberikan analisis dimana
sekolah sekolah dengan kakus yang tidak memadahi serta hanya memiliki satu toilet dengan
banyak murid, dengan sumber air yang jauh selama musim kemarau akan dialokasikan
beberpa fasilitas untuk menerpakan cuci tangan dengan sabun guna mencegah patogen
penyebab diare, intervensinya adalah :
1. Promosi Kesehatan dan Sanitasi air, intervensi yang diterapkan seperti ember air yang
tertutup dan bersih, kran air untuk mencuci tangan dan untuk minum serta memberi
pasokan Water Guard pertahunnya dan memberikan solusi desinfeksi air dengan
hipoklorit. Guru guru juga telah dilatih tentang bagaimana menjaga fasilitas yang
telah diberikan serta dilatih bagaimana mencuci tangan dengan baik. Serta memberika
pelajaran terhadap murid murid dalam menjaga kebersihan lingkungan agar tidak
mengalami diare. Hal tersebut dilakukan dalam studi ini untuk pencegahan diare.
2. Kakus yang ada pada sekolah sekolah di usahakan untuk tidak dekat dengan sumber
air yang akan digunakan untuk mencuci tangan serta untuk melakukan aktifitas
lainnya, dengan menjauhkan kakus, dan membangun beton untuk menghalangi kakus
mengkontaminasi sumber air bersih.
3. Mengkontrol setiap sekolah dengan melihat intervensi yang telah diberikan.
Dari 135 sekolah yang terdafta dalam studi ini, secara acak peneliti memilih 17 sekolah untuk
dikaji dalam mencuci tangan menggunakan sabun sebagai sample untuk melakukan
pencegahan diare, selain mencuci tangan, sanitasi yang baik serta penerapan setetelah
pemberian promosi kesehatan juga akan dikaji. Dalam melakukan pengkajian peneliti
melkukan wawancara terhadap murid murid seputar mencuci tangan dengan baik dan
menggunakan sabun. Pertanyaan yang diajukan seputar seberapa sering sekolah mengajarkan

mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan apakah ada fasilitas yang mendukung untuk
melakukannya, serta menanyakan kepada murid tentang mencuci tangan dengan sabun kapan
dilaksanakannya. Para murid juga memperagakan cara mencuci tangan dengan benar kepada
peneliti. Semua data survei yang dikumpulkan menggunakan personal digital Assistant pradiprogram dengan kuisioner yang menggunakan perangkat luank Syware Visual CE v10
(Cambridge, MA). Dan untuk analisis dampak utama, peneliti menggunakan data individu
dengan regresi logistik multivarian menggunakan generalized yang memperkirakan
persamaan dengan fungsi log-link. Analisis dilakukan dengan menggunakan prosedur
GENMOD di SAS 9.2 (Cary,NC) untuk menguji efek dari intervensi pada individu yang
berisiko mengalami diare yang disebabkan penularan bakteri E.Coli pada tangan. Untuk
analisis sekunder, peneliti menggunakan pengamatan korelasi di sekolah sekolah dan anak
anak sebagai sampling.
4. Result
Tujuh belas sekolah yang dipilih dalam sample acak berada pada sanitasi dan kurang
pengetahuan tentang mencuci tangan dengan sabun. Akan tetapi masih ada beberapa sekolah
yang masih menerapkan intervensi yang diberikan oleh peneliti dalam melakukan cuci tangan
dengan baik. Ada juga dari sample yang menunjukkan bahwa sekolah tidak menyediakan
fasilitas dengan baik sehingga murid merasa kesulitan dalam menerapkan perilaku cuci
tangan dengan sabun untuk menghindari diare. Salah satu sekolah juga telah membangun
kakus yang telah disarankan oleh peniliti, akan tetapi dalm penerapannya masih kurang.
5. Conclussion
Tidak ada perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh anak anak serta masih dalam angka
tinggi diare yang terjadi, hal tersebut dikarenakan tidak menerapkannya secara terus menerus
dalam melakukan cuci tangan dengan sabun sebelum makan sesudah makan serta setelah
buang air. Sanitasi yang buruk pun tdak dibenahi menjdai lebih baik setelah diberikan
beberapa pendidikan kesehatan. kuangnya dana, kurangnya motivasi dari guru serta peran
jelas dan responsibilities merupaka faktor utama dari masalah tersebut.

BAB 2. ANALISIS JURNAL

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anakanak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010). Dalam jurnal
meneniliti tentang kejadian diare yang disebabkan oleh patogen yang ada pada tangan anak
yang tidak mengerti tentang pentignya dalam menjaga kebersihan tangan, menurut World
Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi dari diare akut dibagi atas
empat penyebab:
1) Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2) Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3) Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris
trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4) Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
Gejala Diare, Widjaja (2002) menyatakan gejala diare adalah anak menjadi cengeng dan
disertai dengan suhu tubuhnya meningkat, tinja balita menjadi encer, berlendir dan berdarah,
tinja berwarna kehijauan karena 4 bercampur dengan cairan empedu, anus anak lecet, gizi
terganggu karena asupan makanan yang berkurang, muntah yang terjadi sebelum dan sesudah
diare, kekurangan cairan (dehidrasi), dan penurunan kadar gula darah (hipoglikemia).
Menurut Tim Depkes (1987) mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala
kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai dengan
kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Pentingnya mencuci
tangan sejak dini akan dapat meminimalkan infeksius dari patogen penyebab diare, seperti
yang dibahas pada jurnal tersebut, berbagai cara dilakukan untuk menerapkan perilaku cuci
tangan dengan benar menggunakan sabun seperti yang dikatakan pada jurnal, seperti :
1. Promosi Kesehatan dan Sanitasi air, intervensi yang diterapkan seperti ember air
yang tertutup dan bersih, kran air untuk mencuci tangan dan untuk minum serta
memberi pasokan Water Guard pertahunnya dan memberikan solusi desinfeksi air
dengan hipoklorit. Guru guru juga telah dilatih tentang bagaimana menjaga
fasilitas yang telah diberikan serta dilatih bagaimana mencuci tangan dengan baik.
Serta memberika pelajaran terhadap murid murid dalam menjaga kebersihan

lingkungan agar tidak mengalami diare. Hal tersebut dilakukan dalam studi ini
untuk pencegahan diare.
2. Kakus yang ada pada sekolah sekolah di usahakan untuk tidak dekat dengan
sumber air yang akan digunakan untuk mencuci tangan serta untuk melakukan
aktifitas lainnya, dengan menjauhkan kakus, dan membangun beton untuk
menghalangi kakus mengkontaminasi sumber air bersih.
3. Mengkontrol setiap sekolah dengan melihat intervensi yang telah diberikan.
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat
( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku, yang dikatakan dijurnal bahwa perilaku juga sangat mempengaruhi
anak anak dalam melakukan cuci tangan dengan sabun untuk mengurangi jumlah
penyakit diare, roleplay dari guru dan orang tua dirumah juga dapat membantu dalam
menerapkan perilaku mencuci tangan dengan benar pada anak setelah makan, sesudah
makan dan setelah buang air.
2. Faktor lingkungan, pada jurnal telah menemukan bahwa faktor lingkunag dapat
mempengaruhi kebiasaan anak, meskipun peneliti pada jurnal telah memberikan
beberapa fasilitas pendukung untuk melakukan cuci tangan dengan benar guna untuk
mengurangi masalah diare, jika lingkungan anak tersebut tidak mendukung akan
menjadi sia-sia dan gagal dalam menerapkan perilaku tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II (Tinjauan Pustaka) [Serial Online]

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31092/4/Chapter%20II.pdf
[Akses pada 18 April 2016]
Buku Saku Petugas Kesehatan [Serial Online]
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/buku-saku-lintas-diareedisi-2011.pdf
[Akses pada 18 April]
BAB II (Tinjauan Pustaka) [Serial Online]
http://eprints.undip.ac.id/33641/3/Bab_2.pdf [Akses pada 18 April 2016]
Hubungan antara kebiasaan mencuci tangan anak pra sekolah dengan kejadian [Serial Online]
http://eprints.ums.ac.id/22549/10/12._NASKAH_PUBLIKASI.pdf
[Akses pada 18 April 2016]
Cuci Tangan ( Tinjauan Pustaka) [Serial Online]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40863/4/Chapter%20II.pdf
[Akses pada 18 April 2016]

You might also like