Professional Documents
Culture Documents
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................
2.3.4 AIDS...............................................................................................................
10
13
13
14
Page 1 of 19
15
16
16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
iv
BAB I
Imunologi Defisiensi Imun
Page 2 of 19
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini, semakin banyak penyakit yang bermunculan. Penyakit sistem imun
merupakan suatu penyakit yang sedang ramai dibahas. Defisiensi sistem imun yang
paling melekat di masyarakat adalah HIV/AIDS, padahal masih banyak penyakit
sistem imun yang terdapat di sekitar kita. Defisiensi imun disebabkan oleh berbagai
factor seperti oleh virus, mutasi, antigen, genetik dan lain sebagainya.
Pada tahun 1953 untuk pertama kali Bruton menemukan hipogamaglobulinemia
pada anak usua 8 tahun yang memiliki riwayat sepsis dan arthritis lutut sejak usia 4
tahun yang disertai dengan seranan-serangan otitis media, sepsis pneumokok dan
pneumonia. Analisis elektroforesis serum tidak menunjukkan fraksi globulin gama.
Anak tersebut tidak menunjukkan respon imun terhadap imunisasi dengan tifoid dan
difteri. Defisiensi imun tersebut merupakan salah satu jenis defisiensi jaringan limfoid
yang dapat timbul pada pria maupun wanita dari berbagai usia dan ditentukan oleh
faktor genetik atau timbul sekunder karena faktor lain.
Sistem Imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan
adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul dan jatuh pada 3 kategori yaitu:
Defisiensi Imun, Autoimunitas dan Hipersensitivitas. Namun dalam makalah ini
penulis hanya memberikan informasi mengenai Defisiensi Imun saja.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Apa yang dimaksud dengan Defisiensi Imun?
b.
Bagaimana meknisme terjadi Defisiensi Imun?
c.
Apa saja jenis dari Defisiensi Imun?
d.
Bagaimana terapi kelainan Defisiensi Imun?
e.
Bagaimana pencegahan kelainan Defisiensi Imun?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk memahami tentang Defisiensi Imun.
b.
Untuk mengetahui mekanisme terjadi Defisiensi Imun.
c.
Untuk mengetahui jenis dari Defisiensi Imun.
d.
Untuk mengetahui terapi kelainan Defisiensi Imun..
e.
Untuk mengetahui pencegahan kelainan Defisiensi Imun.
Page 3 of 19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
2.1.1 Imunitas
Imunitas atau kekebalan merupakan sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengindentifikasi dan
Page 4 of 19
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem imun dapat mendeteksi berbagai macam
pengaruh biologis luar yang luas, sehingga organisme akan melindungi tubuh dari
infeksi, bakteri, virus hingga cacing parasit serta menghancurkan zat-zat asing lain
dan memusnahkannya dari sel organisme yang sehat agar jaringan tetap dapat
berfungsi seperti biasa.
2.1.2
Defisiensi Imun
Defisiensi imun merupakan keadaan saat fungsi sistem imun menurun atau
tidak berfungsi dengan baik yang muncul ketika satu atau lebih komponen sistem
imun tidak aktif dan kemampuan sistem imun untuk merespon patogen berkurang
baik pada anak-anak maupun dewasa karena respon imun dapat berkurang pada usia
50 tahun. Respon imun yang kurang baik akan terjadi juga pada pengguna Alkohol
dan narkoba. Namun kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang
menyebabkan defisiensi imun terjadi di negara berkembang. Diet yang kekurangan
cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen,
fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin. Defisiensi nutrisi
seperti Zinc, Selenium, Zat besi, Tembaga, Vitamin A, C, E, B6 dan Asam folik
(Vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
Defisiensi imun juga dapat didapat dari Chronic Granulomatus Disease
(penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit
berkurang), misalnya seperti AIDS dan beberapa tipe kanker.
Secara garis besar defisiensi imun dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
Defisiensi Imun Kongenital Atau Defisiensi Imun Primer
Defisiensi imun Kongenital atau defisiensi imun primer disebabkan oleh kelainan
respon imun bawaan yang dapat berupa kelainan dari sistem fagosit dan
komplemen atau kelainan dalam deferensiasi fungsi limfosit.
Defisiensi Imun Dapatan
Defisiensi imun dapatan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi virus
yang dapat merusak sel limfosit, malnutrisi, penggunaan obat-obat sitotoksik dan
kortikosteroid, serta akibat penyakit kanker seperti pengakit Hodgkin, Leukemia,
Myeloma, dan Limfositik kronik.
Penyakit defisiensi imun adalah sekumpulan dari berbagai penyakit yang
karena memiliki satu atau lebih ketidaknormalan sistem imun, sehingga terjadi
peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Defisiensi imun primer tidak berhubungan
Imunologi Defisiensi Imun
Page 5 of 19
dengan penyakit lain yang mengganggu sistem imun, dan kebanyakan merupakan
akibat kelainan genetik dengan pola bawaan khusus. Defisiensi imun sekunder terjadi
sebagai akibat dari penyakit lain, umur, trauma, atau pengobatan.
2.2
Imun
Defisiensi
Sel B
Sel T
rekuren
Kerentanan meningkat terhadap virus, jamur dan
Fagosit
protozoa
Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa
Komplemen
Disfungsi
Sel B
Sel T
Fagosit
Komplemen
Penyakit imun dapat ditimbulkan oleh karena tidak adanya fungsi spesifik
defisiensi imun atau aktivitas yang berlebihan.
2.3
Page 6 of 19
Page 7 of 19
Page 8 of 19
infeksi
sekuren
oleh
bakteri.
Seperti
linked
Page 9 of 19
Malnutrisi
Mikroba
sekunder.
Contohnya : Malaria, virus, campak, terutama HIV;
imunosupresif
APC.
Obat imunosupresif Steroid
Obat sitotoksik/
Obat yang banyak digunakan terhadap tumor, juga
Iradiasi
Tumor
Trauma
(TNF ).
Infeksi meningkat, diduga berhubungan dengan
penglepasan molekul imunosupresif seperti
Penyakit lain
glukokortikoid.
Diabetes sering berhubungan dengan infeksi.
seperti Diabetes
Lain-lain
2.3.4
AIDS
Beberapa jenis virus dapat mengganggu respon imun dengan menekan
fungsi sistem imun atau dengan meninfeksi sel sistem imun.
Page 10 of 19
Sel T
Makrofag
Virus
Virus Epstein - Barr
Campak
Virus 1 sel leukemi
manusia
HIV
Dengue
Lassa
Marburg Ebola
Akibat
Transformasi dan aktivasi sel B
poliklonal.
Replikasi sel T yang diaktifkan
Limfoma sel T atau leukemi
AIDS
Virus demam berdarah
AIDS
Ciri Klinis
Demam, sakit kepala, sakit tenggorok dengan
faringitis, limfadenopati umum, ruam.
Jumlah sel CD4+ menurun.
Infeksi oportunistik;
Protozoa (T. kriptospodium);
Bakteri (M. avium,nokardia, salmonella)
Jamur (kandida, K. neoformans, H. kapsulatum,
pneumocystis)
Virus (CMV, Herpes simpleks, Verisela zoster)
Tumor :
Limfoma (EBV limfoma yang berhubungan dengan
sel B),
Sarkoma Kaposi,
Ensefalopati,
Wasting syndrome.
Page 11 of 19
Kelainan khas dari imun yang dapat ditemukan pada infeksi HIV,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Tahap
Dini
Lambat
Dini
Lambat
Th
Tidak ada respons proliferasi in vitro terhadap antigen spesifik.
Jumlah sel Th menurun dan berhubungan dengan aktivasinya;
Dini
Lambat
sintesis IgM.
Tidak ada proliferasi sel B spesifik untuh HIV 1; tidak
ditemukan antibodi terhadap anti HIV pada beberapa penderita;
peningkatan jumlah sel B dengan CD21 yang rendah dan
Dini
Lambat
Dini
Lambat
ada.
Tc
Dini
Lambat
Reaktivitas normal.
Penurunan tetapi bukan hilangnya aktivitas CTL yang disebabkan
oleh gangguan kemampuan untuk menghasilkan CTL dari sel Tc.
Page 12 of 19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
3.2
sel T
Reticular dysgenesis
sel T
Wiskott-Aldrich syndrome
sel B
Prognosis
Prognosis penyakit defisiensi imun untuk jangka pendek dipengaruhi oleh
seberapa berat komplikasi infeksi. Sedangkan untuk jangka panjang sangat tergantung
dari jenis dan penyebab defek sistem imun. Akan tetapi,
dikatakan bahwa perjalanan penyakit defisiensi imun primer buruk dan berakhir fatal,
seperti pada beberapa penyakit defisiensi imun sekunder (AIDS) diperkirakan 1/3 dari
penderita defisiensi imun meninggal pada usia muda karena komplikasi infeksi.
Imunologi Defisiensi Imun
Page 13 of 19
Mortalitas penderita defisiensi imun humoral adalah sekitar 29%. Namun pada
beberapa penderita defisiensi IgA selektif dilaporkan sembuh spontan Sedangkan
hampir semua penderita defisiensi imun berat gabungan akan meninggal pada usia
dini.
Defisiensi imun ringan, terutama yang berhubungan dengan keadaan fisiologik
(pertumbuhan atau kehamilan), infeksi, dan gangguan gizi dapat diatasi dengan baik
bila belum disertai defek imunologik yang menetap.
3.3
persalinan dan morbiditas yang ditemukan sejak lahir secara detail. Walaupun
penyakit defisiensi imun tidak mudah untuk didiagnosis, secara klinis sesuai dengan
gejala dan tanda klinis tersebut maka dapat diarahkan terhadap kemungkinan penyakit
defisiensi imun.
Defisiensi antibodi primer yang didapat lebih sering terjadi dibandingkan
dengan yang diturunkan, dan 90% muncul setelah usia 10 tahun. Pada bentuk
defisiensi antibodi kongenital, infeksi rekuren biasanya terjadi mulai usia 4 bulan
sampai 2 tahun, karena IgG ibu yang ditransfer mempunyai proteksi pasif selama 3
4 bulan pertama. Beberapa defisiensi antibodi primer bersifat diturunkan melalui
autosom resesif atau X-linked. Defisiensi imunoglobulin sekunder lebih sering terjadi
dibandingkan dengan defek primer.
Pemeriksaan laboratorium
penting
untuk
diagnosis.
Pengukuran
Page 14 of 19
3.4.1
3.4.2
Jari tabuh;
Penyakit autoimun;
3.4.3
Limfadenopati
Hepatosplenomegali
atau autoimun)
Ensefalitis kronik
Meningitis berulang
Reaksi simpang
terhadap vaksinasi
berat
Bronkiektasis
Pioderma gangrenosa
Stomatitis kronik
Granuloma
Keganasan limfoid
Kolangitis sklerosis
Page 15 of 19
3.5
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk
mengetahui penyakit defisiensi imun. Karena banyaknya pemeriksaan yang harus
dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap
pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu, yaitu:
3.5.1 Pemeriksaan darah tepi
Hemoglobin
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
3.5.2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG, IgA, IgM, IgE)
3.5.3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus, Difteri
Titer antibodi H.influenzae
3.5.4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
3.5.5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP, kultur dan pencitraan yang
sesuai)
3.6
Pengobatan
Sesuai dengan keragaman penyebab, mekanisme dasar, dan kelainan klinisnya
maka pengobatan penyakit defisiensi imun sangat bervariasi. Pada dasarnya
pengobatan tersebut bersifat suportif, substitusi, imunomodulasi, atau kausal.
Pengobatan suportif meliputi perbaikan keadaan umum dengan memenuhi
kebutuhan gizi dan kalori, menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa,
kebutuhan oksigen, serta melakukan usaha pencegahan infeksi. Substitusi dilakukan
terhadap defisiensi komponen imun, misalnya dengan memberikan eritrosit, leukosit,
plasma beku, enzim, serum hipergamaglobulin, gamaglobulin, imunoglobulin
spesifik. Kebutuhan tersebut diberikan untuk kurun waktu tertentu atau selamanya,
sesuai dengan kondisi klinis.
Pengobatan imunomodulasi masih diperdebatkan manfaatnya, beberapa
memang bermanfaat dan ada yang hasilnya kontroversial. Obat yang diberikan antara
lain adalah faktor tertentu (interferon), antibodi monoklonal, produk mikroba (BCG),
produk biologik (timosin), komponen darah atau produk darah, serta bahan sintetik
seperti inosipleks dan levamisol.
Terapi kausal adalah upaya mengatasi dan mengobati penyebab defisiensi
imun, terutama pada defisiensi imun sekunder (pengobatan infeksi, suplemen gizi,
Page 16 of 19
pengobatan keganasan, dan lain-lain). Defisiensi imun primer hanya dapat diobati
dengan transplantasi (timus, hati, sumsum tulang) atau rekayasa genetik.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Defisiensi imun merupakan keadaan saat fungsi sistem imun menurun atau
tidak berfungsi dengan baik yang muncul ketika satu atau lebih komponen sistem
imun tidak aktif dan kemampuan sistem imun untuk merespon patogen berkurang
baik pada anak-anak maupun dewasa karena respon imun dapat berkurang pada usia
50 tahun. Respon imun yang kurang baik akan terjadi juga pada pengguna Alkohol
dan narkoba. Namun kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang
menyebabkan defisiensi imun terjadi di negara berkembang.
Secara garis besar defisiensi imun dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
Defisiensi Imun Kongenital Atau Defisiensi Imun Primer
Page 17 of 19
Defisiensi imun Kongenital atau defisiensi imun primer disebabkan oleh kelainan
respon imun bawaan yang dapat berupa kelainan dari sistem fagosit dan
komplemen atau kelainan dalam deferensiasi fungsi limfosit.
Defisiensi Imun Dapatan
Defisiensi imun dapatan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi virus
yang dapat merusak sel limfosit, malnutrisi, penggunaan obat-obat sitotoksik dan
kortikosteroid, serta akibat penyakit kanker seperti pengakit Hodgkin, Leukemia,
Myeloma, dan Limfositik kronik.
Imunodefisiensi atau defisiensi imun secara khusus dapat dibagi 2 (dua),
diantaranya adalah :
Defesiensi Imun Non Spesifik yang meliputi Defesiensi Komplemen, Interferon
Dan Lisozim, Sel NK dan Sistem Fagositosit.
Defesiensi Imun Spesifik yang meliputi Defisiensi kongenital atau primer,
Defisiensi imun spesifik fisologik, dan Defesiensi imun yang didapat atau
sekunder.
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui
penyakit defisiensi imun diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan
imunoglobulin kuantitatif (IgG, IgA, IgM, IgE), pemeriksaan kadar antibodi terhadap
imunisasi sebelumnya (fungsi IgG), penilaian komplemen (komplemen hemolisis
total = CH50), evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP, kultur dan pencitraan
yang sesuai)
Pengobatan penyakit defisiensi imun sangat bervariasi, pada dasarnya pengobatan
tersebut bersifat suportif, substitusi, imunomodulasi, atau kausal.
Page 18 of 19
DAFTAR PUSTAKA
Page 19 of 19