Professional Documents
Culture Documents
NIM : 1101999005
: By. Ny. S
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Tanggal Lahir
Umur
: 1 hari
Anak Ke
: 1
Partus Jenis
: SC
Dengan Pertolongan
BB dan PB Lahir
: 1600 gr, 41 cm
Tanggal Dirawat
: 17-11-2007
Tanggal Pemeriksaan
: 18-11-2007
Nama ayah
: Tn. DR
Umur
: 26 tahun
Pendidikan
: SMU
Pekerjaan
: TNI AD
Penghasilan
: Rp. 1.000.000,-/bulan
Alamat
: ASABRI Yonif 11
Nama ibu
: Ny. S
Umur
: 19 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Alamat
: idem
ANAMNESIS
Keluhan utama
: Bayi kecil
Anamnesis Khusus :
Satu hari yang lalu pukul 11.40 pasien lahir secara sectio caesaria dengan pertolongan
dokter spesialis kebidanan. Berat badan waktu lahir 1600 gr, panjang badan 41 cm, letak
belakang kepala, pasien tidak langsung menangis, dengan nilai APGAR 6-8 pada 1 menit dan
5 menit pertama. Tali pusat langsung dipotong. Letak ari-ari normal dan ketuban pecah 10
menit sebelum bayi lahir. Air ketuban terlihat jernih.
Anamnesis Tambahan Tentang Riwayat Kehamilan :
Pasien lahir dari seorang ibu dengan G1P0A0 dengan HPHT 5 Maret 2007. Berat badan
ibu pasien sebelum hamil 44 kg dengan tinggi badan 151 cm. Kenaikan berat badan selama
hamil sebesar 6,5 kg. Selama hamil, ibu pasien kontrol tidak teratur sebanyak 6 kali. Ibu
pasien mendapatkan obat-obatan berupa vitamin yang diminum 3 kali sehari, zat besi dan
penambah darah yang masing-masing diminum 1 kali sehari. Obat-obatan tersebut diminum
selama 6 bulan tetapi tidak teratur. Selama hamil ibu pasien makan dengan frekuensi tidak
teratur berupa sepiring nasi ditambah sayuran, telur, ikan, tempe dengan menu bervariasi
tetapi jarang mengkonsumsi buah-buahan dan susu.
Riwayat ibu menderita penyakit darah tinggi, kencing manis atau pun kelainan darah tidak
ada. Riwayat merokok tidak ada.
Riwayat memelihara binatang peliharaan seperti kucing dan unggas tidak ada.
Riwayat ibu mengalami trauma/pernah jatuh selama kehamilan tidak ada.
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tambahan selain yang diberikan oleh bidan dan jamujamuan tidak ada.
Aktivitas selama kehamilan cukup berat karena pasien masih melakukan pekerjaan rumah
tangga dalam kesehariannya tanpa dibantu oleh siapa pun.
Nama
Tn. DR
Ny. S
Umur
26 th
19th
Keadaan
Sehat
Sehat
BB lahir
1,6 kg
Jenis kelamin
Laki - laki
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Berat badan
: 1600 gram
Panjang badan
: 41 cm
Lingkar kepala
: 28 cm
Lingkar dada
: 26 cm
Warna kulit
: kemerahan
Keaktifan
Tanda Vital
Heart rate
: 156 x/menit
Respirasi
Suhu
: 36,7 oC
Kepala
Bentuk
: simetris
Suara
: menangis sedang
Rambut
Mata
: edema +/+
Telinga
Mulut
: agak sianosis
Leher
Thoraks
Payudara
Paru:
Inspeksi
Perkusi
Perkusi
Auskultasi
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
: ictus teraba
3
Perkusi
Auskultasi
: BJ I - BJ II murni reguler
Abdomen
Bentuk
: datar, lembut
Hepar
Lien
Umbilikus
Ektremitas
Extremitas atas
Extremitas bawah
Lipatan plantar
Lain-lain
: tidak ada
Anus
Atresia ani
: tidak ada
Genitalia
Jenis kelamin
: laki-laki
Skrotum
Kulit
Warna
Lanugo
: menipis
Ikterik
: ikterik (-)
Neurologi
Refleks moro
: ada
Refleks hisap
: tidak ada
Refleks pegang
: ada
Refleks rooting
: tidak ada
1. Sikap
: Ballard score=2
2. Sudut pergelangan
: 30o (Ballard score = 3)
tangan
3. Arm Recoil
: Ballard score = 2
6. Heel to ear
: Ballard score = 3
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah
: Leukosit
: 14,6 rb/mm3
Hb
: 13,5 gr/dL
Trombosit
: 230 ribu/mm3
Gol darah
: 0
Hitung jenis
Basofil
: 0%
Eosinofil
: 0%
Neutrofil batang : 5 %
Neutrofil segmen : 59 %
Limfosit
: 33 %
Monosit
: 3%
Urine
Feces
: Warna
: Hitam kehijauan
Konsistensi
: Lembek
Bau
: Normal
Lendir
: Tidak ada
Darah
: Tidak ada
Mikroskopis
Eritrosit
: Tidak ada
Leukosit
: Tidak ada
Telur cacing
: Tidak ada
RESUME
Seorang bayi laki-laki lahir 1 hari yang lalu , dengan ayah seorang TNI AD dan ibu
bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan keduanya SMA.
Dari anamnesis didapatkan pasien lahir dengan berat badan 1600 gr dan panjang badan
41 cm secara sectio sesaria .Pasien tidak langsung menangis,dengan APGAR skor 3-5. Pasien
lahir dari seorang ibu G1P0A0 dengan HPHT 5 Maret 2007. Selama hamil BB ibu bertambah
6 kg. PNC dilakukan sebanyak 6x melalui bidan. Ibu tidak mendapat imunisasi TT.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien mengalami kesulitan bernafas,berat
badan lahir pasien sangat rendah,diperkirakan umur kehamilan ibu pasien sewaktu
megandung selama 34 minggu.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan:
Darah : kadar hemoglobin menurun dan limfosit berada dalam batas atas dari batas normal
Feses : dalam batas normal.
DIAGNOSIS BANDING
BBLSR+NKB+SMK+Asfixia
DIAGNOSIS
BBLSR+NKB+SMK+Asfixia
USUL PEMERIKSAAN
Laboratorium : Darah : Analisis gas, elektrolit, kadar glukosa
Radiologi
PENATALAKSANAAN
Pertahankan suhu
Dipuasakan
Aminofilin 3 x 1,4 mg
Cefotaksim 2 x 125 mg
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
A. BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) maupun bayi kurang bulan (BKB) merupakan
masalah utama di negara berkembang termasuk Idonesia. Hal ini karena makin tingginya
kejadian BBLR/BKB serta tingginya mortalitas dan morbiditas perinatal/neonatal.
1. Definisi:
BBLR
Bayi baru lahir (BBL) dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Berat lahir
Berat badan bayi baru lahir yang ditimbang sejak 0-24 jam setelah lahir.
Bayi imatur
BBL dengan usia kehamilan <28 minggu
2. Etiologi
Penyebab kelahiran bayi kurang bulan sebagian besar belum diketahui. BKB dan
banyak kasus BBLR lahir berhubungan dengan kondisi sebagai berikut :
Ras (angka kelahiran prematur pada kulit hitam 2 kali lipat daripada kulit putih.)
Ibu usia dibawah 16 tahun atau lebih diatas 35 tahun, lebih banyak melahirkan BBLR.
Faktor usia lebih bermakna daripada faktor ras.
Aktifitas ibu. Adanya stres fisik yang laama mungkin berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan intrautern dan prematuritas, teteapi kondisi ini tidak bermakna pada ibu-ibu
dari kelompok sosial ekonomi lebih tinggi dimana perawatan kesehatannya, termasuk
PNC baik.
Kehamilan multipel
Faktor-faktor kebidan seperti malformasi uterus, trauma uterus, plasenta previa, solutio
plasenta, servix inkompetene, terpapar diethylstilbestrol, ketuban pecah sebelum
waktu/dini dan amnionitis.
3. Komplikasi
Pada bayi kurang bulan, sistem fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat muda
sehingga belum berfungsi optimal, sehingga muncul komplikasi sebagai berikut :
Asfiksia perinatal
Aspirasi pneumonia
Leukomalsia periventrikuler
Apnea rekuren
Bronchopulmonary dysplasia
Hipo/hipertermia
Enterokolitis Nekrotikans
Ikterus neonatorum
Anemia prematuritas
Koagulasi intravaskuler
Retinopathy of prematurity
BBLR dengan KMK (kurang untuk masa kehamilan) mengalami gangguan
Depresi perinatal
Aspirasi mekonium
Perdarahan paru
Hipoksemis
Hipoglikemis
Hipokalsemia
Hiponatremia
Polisitemia
4. Diagnosa
Diagnosa BKB dengan menentukan usia kehamilan berdasarkan :
1. Perhitungan HPHT (hari pertama haid terakhir)
Rumus HPHT, contoh : 1-1-1999
+7 -3 +1
HPL: 8-10-1999
2. Maturitas fisik dan neurologis bayi paska natal dengan skor Dubowitz, Ballard maupun
simplified Dubowitz.
5. Pengelolaan BBLR
10
Bila terjadi gawat janin yang diketahui dari monitor BJA (O 2) maka dilakukan
resusitasi intrauterin dengan pemberian tokolitik dan mencegah infeksi dengan
antibiotik.
Kehamilan < 35 minggu dan tidak dapat dipertahankan, maka untuk mempercepat
kematangan paru diberikan kortikosteroid dosis tunggal.
Beberapa jam sebelum persalinan dimulai, bagian UPF Anak diberi informasi.
Ambulans inkubator.
O2 dengan flowmeter
Tentukan skor APGAR 1 dan 5 menit, untuk menentukan diagnosa dan prognosis
bayi.
11
indikasi perawatan BKB, BBLR sesuai masa gestasi, berat lahir dan klinis kondisi
BKB/BBLR, bayi dirawat dalam 3 tempat perawatan.
1. Perawatan I/rawat gabung/rooming in
BBLR sampai 2250 gram, sehat tanpa komplikasi dilakukan rawat gabung.
2. Perawatan II/perawatan khusus/intermediate care/high care/special care
BBLR-BBLSR memerlukan perawatan khusus untuk onservasi.
3. Perawatan III/perawatan intebsive neonatus/neonatal intensive care unit
BKB BBLR dengan komplikasi berat (PMH, MAS, sepsis, meningitis dll)
12
Glukosa : pada hari I 4-6 mg/kg/mnt melalui infus glukosa 10% 60cc/kg/hr = 4,2
mg/kg/mnt
Protein/aminofusin ped : mulai hari ke-3 nutrisi parenteral mulai 0,5 gr/hari
dinaikkan bertahap sampai 2-3 gr/kg/hari.
Lemak/intralipid : emulsi lemak 10% atau 20% (1,1 kkal/ml-2 kkal.ml), mulai
diberikan pada hari ke-3 nutrisi parenteral.
B. ASFIKSIA NEONATORUM
1. Pendahuluan
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian neonatus. Asfiksia juga
sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurologi. Insidensi asfiksia perinatal di
negara maju berkisar antara 1-1,5% tergantung masa gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia
pada bayi matur berkisar 0,5%, bayi prematur 0,6%. Di Indonesia prevalensi asfiksia sekitar
3% kelahiran (1998) atau 144.900 bayi per tahun lahir dengan sapiksia sedang dan berat.
Asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif, akumulai CO2 dan asidosis.
2. Klasifikasi
13
Tidak ada
Tidak ada
lemah
Tidak ada respon
Biru, pucat
SKOR
1
< 100x/mnt
Lambat, tidak teratur
Sedikit fleksi
Menyeringai
Tubuh merah muda,
2
>100x/mnt
Baik, menagis
Pergerakan aktif
Batu, bersin, menangis
Seluruh tubuh merah
ektremitas biru
muda.
Penilaian APGAR dilakukan pada 1 dan 5 menit setelah lahir dan diulang setiap 5 menit
sampai tanda vital stabil.
3. Patofisiologi
Tahap awal asfiksia ditandai dengan periode pernafasan cepat, bunyi jantung dan
tekanan darah yang meningkat, kemudian diikuti oleh apnea primer. Asfiksia akan
menyebabkan redistribusi aliran darah ke jantung, otak dan adrenal agar kebutuhan oksigen
dan substrat terhadap organ vital terpenuhi. Mekanisme terjadinya redistribusi tersebut
melalui keadaan hipoksia dan meningkatnya CO2, bertambahnya aktifitas simpatis dan
kemoresseptor, bersama-sama dengan pelepasan vasopressin arginin.
Hipoksia juga merangsang kemoreseptor, melalui regulasi N.vagus akan menyebabkan
bradikardia. Jika hipoksia berlanjut akan terjadi penurunan pH dan asidosis metabolik.
Jika asidosis sangat berat akan terjadi gangguan autoregulasi aliran darah ke otak dan
jantung sehingga menyebabkan penurunan tekanan daraha dan curah jantung. Selama asfiksia
berat aliran darah yang ke otak lebih banyak ke batang otak dripada cerebrum. Akibat
pengiriman oksigen ke otak yang berkurang, maka akan terjadi fokus injury di daerah aliran
kolateral cortex (parasagital watershed area).
Akibat redistribusi darah ke otak dan jantung, ginjal akan mengalami ischemic injury
pada tubulus proksimal. Jika proses ini berlanjut akan terjadi nekrosis epitel tubulus.
4. Etiologi
Asfiksia antepertum atau intrapartum disebsbkan insufisiensi plasenta, sedangkan
asfiksia postpartum biasanya merupakan akibat sekunder dari insufisiensi paru, jantung dan
pembuluh darah serta neurologis.
14
5. Faktor Predisposisi
Faktor antepartum; umur.35 tahun, DM, Hipertensi dalam kehamilan, anemia atau
isoimunisasi, infeksi, ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan ganda, tidak ada
PNC,dll.
Faktor intrapartum; SC, kelainan letak, persalinan kurang bulan, persalinan lama, cairan
amnion bercampur mekonium, prolaps tali pusat, abruptio plasenta, plasenta previa, dll.
6. Kriteria Diagnosis
Sesuai dengan klasifikasi atau sesuai dengan batasan dan klasifkasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
8. Komplikasi
1. Hipoksia, edema dan nekrosis serebral
2. perdarahan peri-ventrikuler
3. gagaal ginjal
4. gagal jantung
9. Terapi
Resusitasi yang efektif akan merangsang pernafasan awal dan mencegah asfiksia
progresif. Tujuan tindakan resusitasi adalah memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian
oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke organ-organ vital.
Langkah-langkah dasar resusitasi pada bayi baru lahir:
15
Posisi bayi terlentang atau miring ke salah satu sisi dengan kepala posisi netral atau
ekstensi ringan, keluarkan lendir.
Penghisapan lendir, bila memakai penghisap lendir mekanik tekanan negatif tidak
melebihi 100 mmHg.
Pembebasan jalan nafas dari mekonium dengan penghisapan trakea, ventilasi tekanan
positif.
3. Rangsang taktil
4. Pemberian oksigen, minimal 5 L/menit.
5. Ventilasi
Penggunaan kantung dan sungkup dapat memberikan ventilasi yang adekuat. Pemberian
ventilasi berkisar 40-60 x pernapsan permenit (30x pernafasan bila disertai pemijitan
dada). Pemasangan orogastric tube mengurangi inflasi lambung. Bila masih gagal
dilanjutkan dengan intubasi endotrakeal.
Indikasi pemasangan ETT :
Pada resusitasi dengan keadaan khusus seperti hernia diafragmatika dan BBLSR
6. Pemijatan dada
Indikasi pemijitan dada bila denyut jantung kurang dari 60 kali permenit walaupun sudah
dilakukan ventilasi yang adekuat dengan oksigen 100% selama 30 detik. Pemijatan dada
dengan 2 ibu jari menunjukkan perbaikan puncak sistolik dan tekanan perfusi koroner.
Dengan rasio pemijatan dada dan ventilasi 3 : 1, dengan 90 x pemijatan dan 30 ventilasi
dalam 1 menit. Nilai HR setiap 30 detik. Pemijatan dilanjutkan samapai HR spontan >
60x/menit
7. Medikasi
Obat-obatan jarang sekali digunakan pada resusitasi bayi baru lahir.
16
Epineprin 0,1-0,3 ml/kgBB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kgBB) melaui
i.v atau ET. Diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander, penting pada hipovolemik. Dosis awal 10 ml/kgBB secara i.v
selama 5-10 menit. Dosis diulang sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat, diberikan bila ventilasi dan sirkulasi baik. Dosis yang digunakan 1-2
mEq/kgBB (0,5 mEq/ml larutan) secara i.v lambat minimal lebih dari 2 menit.
10. Prognosis
Prognosis dari asfiksia berat sering sulit diperkirakan. Bayi dengan nilai APGAR 5
menit <5, 33% menderita ensefalopati. BCB dengan nilai APGAR 0-3 pada 10,15, dan 20
menit mempunyai angka kematian 18%, 48% dan 50%. Prognosis buruk bila terjadi
kegagalan timbulnya nafas spontan dalam waktu 1 jam setelah lahir, kejang menetap,
gangguan metabolik berat dan adanya gambaran radiologi abnormal (perdarahan serebral,
infark serebral, atrofi serebral).
17
DISKUSI PEMBAHASAN
Bayi kurang bulan atau bayi prematur murni (dalam hal ini pasien
merupakan bayi
prematur)
VLBW 1500-1000gram
3. Panjang badan 41 cm
Panjang badan bayi diukur untuk menentukan apakah sesuai dengan umur kehamilan ibu.
18
Panjang dalam cm
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
10 bulan
menurut Haase
12 = 1
22 = 4
32 = 9
42 = 16
52 = 25
6 x 5 = 30
7 x 5 = 35
8 x 5 = 40
9 x 5 = 45
10 x 5 = 50
menurut Struber
1,1
14,2
108
316
630
1045
1680
2478
3405
Dari rumus ini diperkirakan umur kehamilan ibu pasien menurut panjang badan pasien
adalah +8 bulan,sedangakan menurut berat badannya diperkirakan antara 7-8 bulan.
Alat pengukur panjang badan bayi terbuat dari kayu atau plastik meteran.Bayi ditidurkan
telentang tanpa alas kaki dan topi di atas tempat tidur yang keras.Verteks bayi diletakan
pada kayu yang rata,sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi.
4. Letak belakang kepala
Merupakan presentasi yang normal. Presentasi yang tidak normal adalah:
Letak muka
Letak bokong
Letak lintang
Letak sungsang
Presentasi yang tidak normal merupakan faktor resiko terjadinya hambatan pada waktu
partus sehingga dapat menimbulkan trauma maupun asfiksia pada neonatus yang
dilahirkan.
5. Pasien tidak langsung menangis dengan nilai APGAR 6-8 pada 1 menit dan 5 menit
pertama
Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada pernafasan neonatus, yaitu asfiksia primer.
Asfiksia primer adalah asfiksia yang terjadi pada saat ante partum atau intra partum,
disebabkan oleh insufisiensi plasenta. Sedangkan asfiksia sekunder terjadi pada saat post
partum, disebabkan oleh sekunder dari insufisiensi paru, jantung, pembuluh darah, serta
neurologis.
Perbedaan antara asfiksia primer dan asfiksia sekunder adalah :
19
No.
1.
2.
3.
4.
Asfiksia Primer
Respirasi bisa ada atau pun tidak
Heart rate menurun
Tekanan darah terukur
Asfiksia Sekunder
Tidak ada respirasi
Heart rate sangat rendah
Tekanan darah sangat menurun
Kriteria APGAR :
No.
Kriteria
1.
Appearence
Merah muda,
Seluruh tubuh
2.
Pulse
ekstremitas biru
< 100 x/menit
merah muda
>100x/menit
3.
Grimace
ada
Respon tidak ada
Menyeringai
Batuk, bersin,
4.
5.
Activity
Respiratory
Lemah
Tidak ada
Sedikit flexi
Lambat, tidak teratur
menangis
Pergerakan aktif
Baik, menangis
Nilai APGAR bervariasi antara 0 sampai dengan 10 yang dinilai pada 1 menit pertama
dan 5 menit pertama kehidupan, pembagiannya :
4 7 : Asfiksia sedang
0 3 : Asfiksia berat
Nilai APGAR pasien pada 1 menit pertama adalah 6, termasuk dalam asfiksia sedang,
sedangkan pada 5 menit berikutnya adalah 8 yang berarti tanpa asfiksia.
6. Tali pusat langsung dipotong
Hal ini dilakukan untuk menghindari bayi kuning.
7. Letak ari-ari normal
Karena letak ari-ari yang tidak normal merupakan faktor resiko terjadinya trauma
maupun asfiksia pada neonatus. Misalnya pada plasenta previa keluarnya kepala janin
akan terhalang oleh plasenta sehingga neonatus akan mengalami kesulitan bernafas.
8. Ketuban pecah 10 menit sebelum bayi lahir. Air ketuban terlihat jernih
Ketuban pecak sebelum waktunya (KPSW) merupakan faktor resiko terjadinya asfiksia
pada neonatus. Air ketuban yang kotor merupakan faktor resiko terjadinya sepsis pada
neonatus sehingga pada neonatus dengan air ketuban yang berwarna hijau/kotor harus
diberi antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.
20
21
Nama
Tn. Dedi R
Ny. Siska
Umur
25 th
18 th
Keadaan
Sehat
Sehat
Dilihat dari umur, ibu pasien masih sangat muda sehingga rentan terjadinya untuk melahirkan
bayi yang prematur.
BB lahir
1,4 kg
Jenis kelamin
Laki-laki
Pasien merupakan anak pertama. Ibu pasien sebelumnya belum pernah mengalami
keguguran.
Pada penderita ini kesadarannya letargi yang merupakan manifestasi asfiksia. Bayi tidak
menangis kuat terdapat pada bayi dengan kesukaran pernafasan
Berat badan
: 1400 gram
Berat badan pada pasien ini termasuk berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), dan
disesuaikan dengan usia kehamilan neonatus ini pada klasifikasi menurut Battaglia dan
Lubchenco termasuk kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Warna kulit
: kemerahan
Warna kulit untuk menilai fungsi jantung dan paru secara kasar melalui perfusi ke perifer,
pada pasien ini perfusi jaringan cukup baik.
22
Tanda Vital
Heart rate
: 136 x / menit
Respirasi
Suhu
: 36,7 oC
Pada bayi kurang bulan dengan asfiksia diawali dengan periode pernafasan cepat, bunyi
jantung dan tekanan darah yang meningkat, kemudian diikuti oleh apnea primer. Asfiksia
akan menyebabkan redistribusi aliran darah ke jantung, otak dan adrenal agar kebutuhan
oksigen dan substrat terhadap organ vital terpenuhi. Mekanisme terjadinya redistribusi
tersebut melalui keadaan hipoksia dan meningkatnya CO2, bertambahnya aktifitas simpatis
dan kemoresseptor, bersama-sama dengan pelepasan vasopressin arginin. Hipoksia juga
merangsang kemoreseptor, melalui regulasi N.vagus akan menyebabkan bradikardia.
Mata : edema palpebra +/+
Pemeriksaan mata pada BBL seringkali sulit karena tertutup. Edema kelopak mata sering
dijumpai pada bayi prematur. Dengan menggoyangkan kepalanya dengan perlahan-lahan atau
dengan memegang bayi pada posisi tegak atau telungkup mata bayi bisa terbuka.
Telinga : datar, tetap terlipat (Ballard score=0)
Pada bayi cukup bulan terdapat tulang rawan untuk mempertahankan bentuk telinga. Pada
pasien prematur, tulang rawan belum terbentuk sempurna.
Hidung : PCH (+)
Pernafasan cuping hidung berhubungan dengan kesulitan pernafasan, dijumpai pada asfiksia
neonatorum oleh karena belum berkembangnya fungsi pernafasan.
Mulut
: agak sianosis
Mukosa mulut yang sianosis menandakan adanya gangguan perfusi ke jaringan perifer oleh
karena belum sempurnanya fungsi kardiovaskuler dan paru.
Kulit
Warna
Lanugo
Ikterik
: agak ikterik
23
Pada bayi prematur jaringan lemak belum terbentuk sempurna sehingga pembuluh darah
terlihat dan kulit tampak merah muda, juga rambut-rambut halus pada tubuh akan menipis
dan menghilang kira-kira setengah dari punggung. Pada bayi kurang bulan produksi enzim
glukoronil transferase belum sempurna, sehingga terjadi ikterus neonatorum.
Thoraks
Payudara
Adanya retraksi pada otot-otot pernafasan menunjukkan adanya gangguan fungsi paru, pada
bayi kurang bulan paru belum berkembang secara sempurna.
Jantung:
Pada bayi kurang bulan sering timbul Patent Ductus Arteriosus. Menurut Opeyetehere dkk
(1980) kejadian PDA lebih sering pada bayi-bayi dengan Penyakit Membran Hyalin. Pada
penderita ini jantung dalam batas normal.
Abdomen
Prematuritas merupakan faktor utama timbulnya Enterokolitis Nekrotikans pada bayi kurang
bulan. pada penderita ini fungsi gastrointestinal dalam batas normal.
Ektremitas
Lipatan plantar
: laki-laki
Skrotum
: ada
Refleks hisap
: tidak ada
24
Refleks pegang
: ada
Refleks rooting
: tidak ada
Refleks moro ditimbulkan dengan menarik kain tempat tidur bayi dan bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk, ada atau tidaknya serta simetris atau tidaknya
memberi keterngan mengenai susunan saraf pusat, pleksus brakialis, fraktur klavikula atau
ektremitas, dislokasi sendi panggul dan selainnya. Refleks Moro normal akan menghilang
pada umur 5 bulan, bila masih menetap sampai lebih dari 5 bulan berarti terjadi kerusakan
sistem saraf pusat. Bila menghilang sesaat sesudah lahir menunjukkan adanya perdarahan
sereberal, bila pada waktu lahir tidak ada kemudian timbul menunjukkan adanya edema
sereberal. Refleks hisap diperiksa dengan memasukkan jari ke mulut bayi, lalu bayi akan
menghisap jari tersebut. Refleks rooting / mencari akan timbul bila bayi lapar, lalu diletakkan
sesuatu di sekitar mulutnya, lalu bayi mencari dan menghisapnya. Refleks pegang berupa
gerakan fleksi jari-jari kaki dan tangan, timbul dengan meletakkan sesuatu pada telapak kaki
atau tangan.
Neuromuscular Maturity (Ballard) :
Penggunaan Ballard score pada penderita ini dipilih karena pada neonatus dengan sakit
sedang sampai berat apabila penilaian neurologis menggunakan Dubowitz dapat
memperberat penyakit penderita. Pada penderita ini, pada pemeriksaan fisik diperoleh nilai 9,
ditambah pemeriksaan neurologis 16 sehingga skor total (Ballard) adalah 25 sesuai dengan
umur kehamilan neonatus 34 minggu (bayi kurang bulan)
PEMBAHASAN LABORATORIUM
Darah
: Leukosit
Hb
Trombosit
Gol darah
Hitung jenis
: 0
:
Basofil
: 0 % (N : 0-0,75 %)
Eosinofil
: 0 % (N : 1-3 %)
: 33 % (N : 25-33 %)
25
Monosit
: 3 % (N : 5-7 %)
Urine
Feces
: Warna
: Hitam kehijauan
Konsistensi
: Lembek
Bau
: Normal
Lendir
: Tidak ada
Darah
: Tidak ada
Mikroskopis
Eritrosit
: Tidak ada
Leukosit
: Tidak ada
Telur cacing
: Tidak ada
Dari pasien ini didapatkan kadar hemoglobin menurun dan limfosit berada dalam batas atas
dari batas normal. Feses dalam batas normal.
DASAR DIAGNOSIS
BBLSR
Karena pasien lahir dengan berat kurang dari 1500 gr maka pasien digolongkan ke dalam
BBLSR.
BKB
Pemeriksaan Dubowitz (skore) didapat masa kehamilan 34 minggu.
SMK
Berdasarkan klasifikasi Neonatus menurut Battaglia dan Lubchenco (1967)
26
PEMBAHASAN TERAPI
Pasien diberikan infus Dekstrose 10 % berdasarkan :
Doyle (1997) menganjurkan pada hari I sebanyak 60 cc/kgBB/hari, hari ke II 90
cc/kgBB/hari, hari ke III 120 cc/kgBB/hari, hari ke IV 150 cc/kgBB/hari, hari ke V
dan selanjutnya sebanyak 150 cc/kgBB/hari.
Pasien diberikan antibiotik karena mencegah terjadinya infeksi yang rentan pada bayi
prematur.
Pasien diberi bronkhodilator karna pasien mengalami kesulitan bernafas.
PROGNOSIS
Karena keadaan umum pasien buruk, maturitas organ belum matang serta didapatkan
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
27