You are on page 1of 19

BAB II

Tinjauan Teori
2.1 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) berasal dari kata Yunani diabanein, yang berarti tembus atau
pancuran air, dan dari kata Latin mellitus yang berarti rasa manis. Di Indonesia (dan
negara berbahasa Melayu) lebih dikenal sebagai kencing manis. Diabetes Mellitus adalah
penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (hiperglisemia) yang terusmenerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat
lanjut.Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan
kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan,
serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko
amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO DIABETES MELITUS
Banyak diketahui bahwa etiologi Diabetes Mellitus adalah kurangnya insulin dalam tubuh
manusia yang mengakibatkan kelebihan kadar glukosa darah. Akan tetapi, ada beberapa
kondisi berbeda yang menyebabkan hal itu terjadi . Menurut anjuran Konferensi Kerja
Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia (PERKENI) yang sesuai dengan anjuran ADA 1997 ,
DM bisa diklasifikasikan secara etiologi menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes
dalam kehamilan (gestasional), dan diabetes tipe lain.
Diabetes Tipe 1, biasanya tediagnosa sejak usia kanak-kanak. Tubuh penderita hanya
sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh karena
itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap harinya. Tanpa
pengaturan harian, kondisi darurat dapat terjadi.

Diabetes Tipe 2, lebih umum ditemui daripada type 1 dan mencapai 90% atau lebih dari
seluruh kasus diabetes. Biasanya terjadi di usia dewasa. Pada tipe-2 ini, pankreas tidak cukup
membuat insulin untuk menjaga level gula darah tetap normal, seringkali disebabkan tubuh
tidak merespon dengan baik terhadap insulin tersebut.Kebanyakan orang tidak menyadari
telah menderita dibetes tipe-2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes
type 2 sudah menjadi umum dialami didunia maupun di Indonesia, dan angkanya terus
bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga.
Gestational diabetes, adalah kondisi gula darah yang tinggi yang terjadi pada masa
kehamilan, terjadi pada orang yang tidak menderita diabetes. Umunnya akan kembali normal
setelah masa kehamilan.
Diabetes Tipe lain, yaitu diabetes yang disebabkan oleh beberapa factor lain seperti
kelainan genetic pada fungsi sel pancreas, kelainan genetic pada aktivitas insulin, penyakt
eksokrin pancreas (cystic fibrosis), dan akibat penggunaan obat atau bahan kimia lainnya
(terapii pada penderita AIDS dan terapi setelah transplantasi organ
Konsep Segitiga Epidemiologi

Host

Agent

Environment

Konsep segitiga epidemiologi digunakan untuk menganalisis terjadinya suatu penyakit.


Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Agen penyakit (faktor etiologi):
2

a.
b.
c.
d.

Zat nutrisi
Agen kimiawi
Agen fisik
Agen infeksius

2. Faktor pejamu (mempengaruhi pajanan, kerentanan, respons terhadap agen):


a. Genetik
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Ras
e. Status imunulogis
f. Perilaku manusia
g. Penyakit lain yang sudah pernah ada
3. Faktor lingkungan (mempengaruhi keberadaan agen, pajanan atau kerentanan
terhadap agen):
a. Lingkungan fisik (iklim)
b. Lingkungan biologis (populasi manusia, flora, fauna)
c. Lingkungan sosial ekonomi (pekerjaan, bencana alam)
Analisa penyakit DM menggunakan segitiga epidemiologi, sebagai berikut:

Konsep HOST

Genetika
Jika dalam riwayat keluarga ada yang menderita diabetes mellitus, maka orang tersebut
memiliki resiko untuk menderita diabetes mellitus juga.
Kondisi fisik
Kondisi fisik seseorang, misalnya kelelahan, kurang tidur dan kurang gizidapat membuat
imunitas terganggu, sehingga penyakit diabetes pun dapat menyerang orang tersebut.
Usia
Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan, sehinggamempunyai
resiko yang tinggi terkena diabetes mellitus tipe 1. Sedangkan pada usiadewasa dan lanjut
mempunyai resiko untuk terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2.
Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang dimaksud adalah pola makan yang tidak sehat danminimnya gerak.
Pada era globalisasi ini banyak sekali terdapat restoran makanancepat saji. Sehingga tidak
sedikit manusia yang berpola makan tidak sehat yangmampu menaikkan kadar gula darahnya.
Selain itu, globalisasi membawa masyarakatke arah modern yang canggih akan teknologi
sehingga membuat masyarakat minimaktivitas.
Ras / Etnik
Insidens IDDM paling banyak pada keturunan Eropa, dan tertinggi padaorang-orang
Skandinavia. Sedangkan pada NIDDM prevalensi tertinggi pada orang Asia.

Konsep AGENT

Agent Biologis (Virus dan Bakteri)


Virus penyebab Diabetes Mellitus adalah Rubela,Mumps, dan Humancoxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel , virus ini mengakibatkan destruksi atau
perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan
hilangnya otoimun dalam

sel beta. Diabetes Mellitus akibat bakteri masih belum bisa

dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan
penyakit ini.
Agent Kimia (Bahan Toksik atau Beracun)
Bahan beracun yang mampu merusak sel secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang
berasal dari singkong.
Agent Nutrisi
Termasuk dalam kategori ini adalah karbohidrat yang mampu mempertinggi kadar gula
darah. Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang
diketahui menyebabkan Diabetes Mellitus. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat
nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit Diabetes Mellitus.

Konsep ENVIROMENT

Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai resiko terkena penyakitinfeksi sedangkan
tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko terkena DiabetesMellitus, karena pada tingkat
sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kecenderunganuntuk terjadinya perubahan pola
konsumsi makanan, seperti fast food.

Musim
Virus telah diduga sebagai etiologi dari IDDM, hal ini berdasarkan penemuanadanya
peningkatan insidens IDDM pada musim-musim tertentu, yaitu musim gugur dan semi, pada
masa ini antibodi terhadap virus tertentu meningkat.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN


MASYARAKAT MENURUT HENDRIK L BLUM

Menurut Hendrick L Blum, terjadinya DM dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu:

Faktor Genetika :

Faktor lingkungan
:

Fisik

Biologis

Sosio

Herediter

Faktor pelayanan
kesehatan :
SEHAT (FISIK,MENTAL,
SOSIAL)

kultural

Preventif

Promotif

Kuratif

Rehabilitatif

Faktor perilaku :

Sikap

Gaya hidup

PENERAPAN TEORI HENDRIK L BLUM PADA PENYAKIT DM

Menurut Hendrik L Blum, terjadinya DM dipengaruhi oleh beberapa faktor,


yaitu:

GENETIC

DM

ENVIRONME
NT

FISIK :

BIOLOGIK :

SOS-BUD-EK : TINGKAT
PENDIDIKAN, EKONOMI YANG
RENDAH

BEHAVIO

PENGETAHUAN :
PENYEBAB, FAKTOR
RISIKO, PENYEBARAN,
PENCEGAHAN,
PENGOBATAN

HEALTH
SERVICE

PROMOTIF :
PENGETAHUAN

PREVENTIF :
PEMERIKSAAN RUTIN GULA
DARAH

KURATIF : MENYARANKAN
PASIEN YANG TERKENA DM
UNTUK BEROBAT KE
PUSKESMAS ATAU DOKTER

REHABILITATIF:

Menurut Teori Hendrik L Blum bahwa derajat kesehatan dipengaruhi


oleh beberapa UNTUK
MENGANJURKAN
MENIMUM OBAT YANG
SIKAP
faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
DIBERIKAN SECARA

PRAKTEK
TERATUR
DAN TIDAK
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik
dan non :MENJAGA
fisik. Lingkungan fisik terdiri
dari keadaan

geografis (dataran

POLA
udara, temperatur atau suhu dan
MAKAN,MENGURANGI
MANIS
danMAKANAN
sekitarnya).
Lingkungan non fisik yaitu lingkungan
OLAHRAGA TERATUR,
MELAKUKAN
PEMERIKSAAN RUTIN
GULA DARAH

tinggi atau rendah), kelembaban

lingkungan tempat tinggal (rumah

sosial (pendidikan, pekerjaan) dan ekonomi. Berikut ini pemaparan teori Hendrik L Blum
pada penyakit DM:
1. Lingkungan
Sosial, budaya & ekonomi
Dimana budaya atau ras sebuah suku dapat mencerminkan pola makan dan pola
hidup. Pada kasus DM, faktor resiko terbesar salah satunya adalah obesitas sehingga
pola makan seperti banyak lemak dapat menjadi faktor resiko penyakit tersebut.
2. Perilaku
Perilaku hidup tidak sehat yaitu kurang berolahraga dapat meningkatkan resiko
penyakit DM. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh pekerjaan yang di lakukan yaitu
seberapa banyak aktifitas yang di laukan saat berkerja contohnya ibu rumah tangga dan
ibu pekerja kantoran, ibu rumahtangga melakukan pekerjaan rumah tangga sedangkan
pekerja kantoran lebih banyak duduk dalam pekerjaannya.
3. Pelayanan kesehatan
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perilaku hidup sehat dapat
ditanggulangi oleh pelayanan kesehatan dengan mengadakan penyuluhan pada
masyarakat serta peran aktif pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Herediter
Dua daerah gen utama telah terbukti berhubungan dengan diabetes tipe 1.
Yang pertama dikenal sebagai HLA, terlibat dalam kegagalan proses kekebalan
mengidentifikasi sel tubuh, sehingga menyebabkan respon autoimun, yaitu
penghancuran sel-sel kita sendiri (sel-sel beta dalam kasus diabetes tipe 1). Mungkin
ada dua atau lebih gen di daerah ini terlibat dalam kerentanan seseorang terhadap
diabetes. Wilayah kedua adalah wilayah gen insulin. Diperkirakan bahwa dua daerah
gen ini memberikan kontribusi paling banyak terhadap kasus diabetes 1, sekitar 50%.
Beberapa daerah gen lain yang terlibat dalam diabetes tipe 1 (mungkin lebih dari dua
belas, atau bahkan lebih dari dua puluh) dan peneliti sedang mencoba untuk
mengungkap hal ini.

BAB II
PENATALAKSANAAN KASUS

1.1 Program
8

a. Promosi kesehatan : Penyuluhan (Komunikasi, Informasi, Edukasi)


b. Preventif
:Kesehatan
Lingkungan
(peninjauan
lapangan)

dan

meningkatkan partisipasi masyarakat


c. Kuratif
:Deteksi dini (penemuan kasus) dan penatalaksanaan di
puskesmas
d. Rehabilitatif

: Program rehabilitasi DM (Sosialisasi dan edukasi)

1.2 Sasaran
1. Masyarakat umum (keluarga dan kelompok yang berpengaruh dan berperan di
masyarakat dan kader).
2. Masyarakat khusus (kelompok masyarakat yang berisiko DM)
1.3 SDM
1. Petugas puskesmas (dokter, perawat, bidan, kesmas )
2. kader kesehatan

1.4 Kegiatan
A. Promotif
1.Penyuluhan (KIE)
1

Menyusun materi penyuluhan dan mengadakan pelatihan KIE tentang DM secara


menyeluruh antara lain tentang pengertian, perjalanan penyakit, penyebab, gejala dan
tanda, faktor resiko serta pencegahan dan penanggulangan DM bagi petugas

kesehatan (medis dan para medis), kader kesehatan maupun tokoh masyarakat.
Meningkatkan keterampilan penggunaan obat pada petugas kesehatan (medis dan

para medis), pasien DM dan keluarganya.


Melaksanakan penyuluhan atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang DM
dan faktor risikonya melalui berbagai media penyuluhan, seperti:
a Penyuluhan tatap muka.
b Poster, leaflet, pamflet, surat kabar dan media cetak lain yang dianggap efektif

untuk mencapai kelompok sasaran.


Penyuluhan perorangan atau penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh petugas
puskesmas, kader kesehatan dan lain-lain seperti klinik konseling.
9

Penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanggulangan DM.

Adapun jenis kegiatan penyuluhan DM bagi pasien dan keluarga pasien antara lain:
a Pengertian DM.
b Penyebab DM.
c Gejala DM.
d Klasifikasi DM.
e Cara penularan DM.
f Kelompok rentan DM.
g Perilaku penyebab DM.
h Cara pengobatan DM.

A Preventif
1.Kesehatan Lingkungan
a

Kegiatan
1 Peninjauan langsung ke pemukiman dan perumahan warga untuk melihat
2

kondisi apakah lingkungannya bersih atau tidak.


Sosialisasi mengenai kebersihan personal (budaya mencuci tangan setelah
melakukan kegiatan) dan lingkungan (membersihkan rumah dan pekarangan
agar terhindar dari debu)

Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan DM


Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian DM dimulai
dengan Kajian Aspek Sosial Budaya dan Perilaku Masyarakat yang kemudian
digunakan sebagai dasar dalam pengembangan program peningkatan partisipasi
masayarakat dalam pencegahan DM.
Kegiatan
1

Melaksanakan survei/kajian aspek sosial budaya dan perilaku masyarakat di salah


satu RT/RW di kelurahan Kramat Jati Kecamatan Kramat Jati.

Pengembangan model pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan DM yang


sesuai dengan kondisi setempat di masing-masing daerah sesuai kajian.

Membuat daerah percontohan di masing-masing daerah RT/RW yang dilakukan


survei/kajian dengan kegiatan KIE, pemeriksaan fisik dan faktor risiko, serta
pemerisaan penunjang.

10

Kajian ini dapat dilakukan bersamaan dengan penyakit menular lainnya dan
pelaksanaannya oleh kabupaten bersama-sama dengan perguruan tinggi, serta
lintas program dan lintas sektor.

B Kuratif
1. Poli DM
Poli mata sebagai program layanan kesehatan utama bersifat kuratif di Puskesmas
kelurahan Kramat Jati wajib memberikan layanan optimal mengenai kasus DM
termasuk di dalamnya :
Deteksi dini gejala dan tanda dari pasien yang memiliki indikasi DM
Pemeriksaan baik anamnesis maupun fisik diagnostik yang memadai
Pemeriksaan penunjang termasuk laboratorium dan sistem rujukan
Edukasi mengenai pencegahan dan pengobatan DM pada pasien DM
a

Deteksi dini
Semua kelompok usia, jika ditemukan gejala-gejala poliuri,
polidipsi, dan polivagi ( tanpa batasan usia )

b.

Penemuan dan tatalaksana kasus

1) Penemuan kasus DM di unit pelayanan kesehatan.


2) Penemuan langsung dengan pemantauan ke perumahan dan pemukiman warga
untuk meninjau dan melihat kondisi lingkungan guna mendorong masyarakat
untuk menjaga lingkungan tetap sehat.
3) Tatalaksana pasien DM sesuai standar:
a) Puskesmas (pelayanan kesehatan primer).

11

1). Penemuan dan tatalaksana pasien DM dipelayanan kesehatan primer di bagian


poli DM
2). Edukasi pasien dan keluarga.
b) Rumah sakit
Tindak lanjut penangananDM (terutama komplikasi DM).

c.

Pemeriksaan

1. Anamnesis
Ada beberapa hal penting yang harus ditanyakan untuk mendiagnosa DM, antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Sejak kapan merasa sering berkemih, sering haus, dan sering lapar?
Gejala lain apa saja? Lesu lemas? Luka yang sukar mengering?
Gatal-gatal tidak?
Apakah mengalami penurunan berat badan?
Apakah ada dalam keluarga yang memiliki keluhan yang sama?

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik banyak didapatkan dari inspeksi yaitu tidak ada
kelainan kecuali pasien datang dengan luka yang sukar sembuh.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis DM adalah:
1. Lab kadar gula darah - puasa : < 160 mg/dl
- sewaktu : < 200 mg/dl

d. Penatalaksanaan
DM tipe 1 : injeksi Insulin.
DM tipe 2 : obat diabetes mellitus
- Metformin
- Glibenklamid
12

C Rehabilitatif
Sosialisasi kepada penderita untuk hidup sehat dirumah dan edukasi
Sosialisasi ini dilakukan sebagai bentuk upaya hidup sehat, berolah raga, mengatur pola
makan, dan penjelasan tentang luka pada orang dengan dm.

3.6 Diklat
1. Promotif
Diklat yang perlu diberikan adalah pendidikan dan pelatihan mengenai ilmu komunikasi
dan presentasi di masyarakat, serta pengayaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
DM contohnya pengayaan mengenai cara membersihkan lingkungan. Sasaran dari
program diklat ini adalah tenaga kesehatan dan kader yang akan melakukan penyuluhan
dan pemantauan langsung di masyarakat.
4. Preventif
Keterampilan yang perlu diberikan dalam diklat kepada tenaga tenaga puskesmas adalah
keterampilan public speaking, penguasaan materi mengenai hal hal yang berkaitan
dengan DM dan kemampuan memotivasi masyarakat untuk melaksanakan programprogram puskesmas.
5. Kuratif
Diklat yang perlu diberikan adalah mengenai tatalaksana pengobatan dan pencegahan
DM, termasuk didalamnya cara penggunaan obat, pengambilan specimen/sekret untuk
pemeriksaan lab, pengenalan tanda dan gejala, pengenalan faktor resiko, penggunaan
alat-alat dalam pengambilan sekret dan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik juga
penunjang pada pasien-pasien DM.
6. Rehabilitatif

13

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

1.1 Monitoring
Pemantauan dimaksudkan untuk mensinkronkan kembali keseluruhan proses kegiatan
agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan dengan perbaikan segera agar dapat dicegah
kemungkinan adanya penyimpangan ataupun ketidaksesuaian yang berpotensi mengurangi
bahkan menimbulkan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk itu, pemantauan
diarahkan guna mengidentifikasi kualitas kegiatan, permasalahan yang terjadi serta dampak
yang ditimbulkannya.
Pemantauan keberhasilan setiap kegiatan program manajemen kasus DM di puskesmas
dilakukan dengan teknik monitoring bulanan. Monitoring bulanan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah kegiatan program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan pada bulan tertentu di puskesmas telah sesuai dengan yang diharapkan atau
belum. Bila hasilnya belum sesuai dengan harapan, maka akan dicari penyebabnya untuk
kemudian dilakukan intervensi.
Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:
1. Program monitoring promotif dan preventif:
Adanya perwakilan dari puskesmas (supervisi) yang memantau kegiatan

penyuluhan dilapangan
Dibentuknya suatu kelompok kerja yang fokus kepada program promotif,
yang bekerja melihat kebutuhan pengetahuan yang harus ditingkatkan
ditiap wilayah, menyusun jadwal penyuluhan rutin dan yang memfokuskan
pada media promosi kesehatan dengan media cetak.

14

2. Program monitoring kuratif:


Pembentukan tim supervisi yang memantau program kuratif yaitu dalam
hal peralatan yang digunakan untuk penatalaksanaan kasus konjungivitis,
evaluasi SDM dan memberikan diklat sebagai penyegaran pengetahuan dan
ketrampilan, melakukan pencatatan laporan untuk melihat jumlah pasien
DM apakah mengalami peningkatan atau penurunan sebagai indikator
keberhasilan program.
3. Program monitoring rehabilitatif:
Monitoring apakah petugas kesehatan memberi edukasi setelah pengobatan
dan kunjungan ke rumah pasien untuk memantau apakah pasien mengikuti
anjuran dokter.
1.2 Evaluasi
Penilaian ini bertujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan program kegiatan
manajemen kasus DM di puskesmas.Penilaian dimaksudkan untuk. memberikan bobot atau
nilai terhadap hasil yang dicapai dalam seluruh tahap kegiatan, untuk proses pengambilan
keputusan apakah suatu program atau kegiatan diteruskan, dikurangi, dikembangkan atau
diperkuat. Untuk itu penilaian diarahkan guna mengkaji efektifiktas dan efisensi pengelolaan
program. Penilaian kinerja program manajemen kasus DM dilaksanakan berdasarkan
indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam pencapaian sasaran.
Indikator yang di nilai adalah sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan , perilaku dan sikap masyarakat terhadap penyakit DM
2. Faktor penyebab DM di lingkungan sekitar puskesmas
3. Jumlah SDM petugas kesehatan (dokter,bidan,perawat, kesmas) dan kader kesehatan
yang terampil dalam hal promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang
kesehatan khususnya penyakit DM
4. Kualitas hidup penderita DM

Beberapa contoh program monitoring sebagai berikut:


1. Promotif dan preventif:
Dengan melakukan pre test dan post test saat penyuluhan untuk menilai
apakah terjadi peningkatan pengetahuan pada masyarakat. Indikator
keberhasilan program adalah didapatkan peningkatan pengetahuan > 50 %.

15

Dengan melakukan peninjauan langsung ke rumah warga untuk menilai


keadaan lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah
masyarakat

melakukan

anjuran-anjuran

yang

diberikan

pada

saat

penyuluhan. Indikatornya adalah kondisi lingkungan yang semakin bersih


dan hiegine perorangan yang semakin lebih baik.

2. Kuratif dan rehabilitatif


Indikator yang digunakan adalah data kasus penyakit DM apakah mengalami
peningkatan atau penurunan dilihat dari angka kesakitan, kasus baru dan kasus lama
(apakah pasien yang sebelumnya datang ke puskesmas dengan DM, datang lagi atau
tidak denganpenyakit yang sama). Hal ini sebagai indikator keberhasilan program.

16

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kasus DM sering terjadi dikalangan masyarakat. Penatalaksanaan kasus DM tidak lah
sulit namun perlu manajemen yang baik untuk mengatasinya, jika tidak angka kesakitan DM
akan tetap tinggi karena faktor resiko DM sangat banyak. Program kegiatan manajemen
kasus DM berupa promosi kesehatan dengan penyuluhan, preventif dengan kesehatan
lingkungan, kuratif dengan penemuan kasus dan penatalaksanaan, rehabilitatif dengan
sosialisasi dan edukasi. Diharapkan melalui program-program ini dan dengan manajemen
kasus yang baikdapat menurunkan angka kesakitan karena DM.

5.2 Saran
1. Untuk Penulis Selanjutnya
Untuk penulis selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan kegiatan program
manajemen kasus DM dengan lebih baik lagi dan juga diharapkan membuat lebih banyak lagi
program kegiatan yang inovatif guna perbaikan status kesehatan masyarakat dan supaya
dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan kesehatan khususnya untuk
menurunkan angka kesakitan karena DM.
2. Kepada Petugas Kesehatan :
a.Melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat yang pengetahuannya masih
kurang tentang DM.
b.Meninjau secara langsung keadaan masyarakat sekitar tentang berperilaku hidup bersih dan
sehat sehingga dapat terhindar dari penyakit DM.
c. Menguasai materi tentang DM agar bisa membagikan pengetahuan itu kepada masyarakat
luas

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Elearning.gunadarma.ac.id
2. Profil laporan tahunan puskesmas kecamatan Kramat Jati tahun 2013
3. Alloyna, D., 2011. Prevalensi DM di RSUD H. Adam Malik Medan Tahun 2009
dan2010.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/5/Chapter%20I.pdf.
Akses 20 Juni 2014.
4. Yunisyah, P.H,2011. Karakteristik Penderita DM Rawat Jalan DiRSUD.DR.Pirngadi
Medan Tahun 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/5/Chapter%20I.pdf. Akses 20 Juni
2014.
5. http://arali2008.wordpress.com/2011/12/16/program-pelayanan-kesehatan-di-puskesmas/
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31773/4/Chapter%20II.pdf
7.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/5/Chapter%20I.pdf

8. http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
9. Internation Diabetes Federation : http://www.idf.org/diabetesatlas
10. Prevalensi Diabetes Mellitus :
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
11. Prevalensi Diabetes Mellitus : http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/general14.htm

18

LAMPIRAN DAFTAR PERALATAN

1. Flipchart
2. Laptop
3. Leaflet
4. Pamflet
5. Poster
6. Proyektor + screen
7. Tensi Meter
8. Alat periksa gula darah
9. Alcohol swab
10. Hand scoen

19

You might also like