You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu misi Kerasulan Muhammad SAW adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat
bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah Beliau itu antara
lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini
dinyatakan oleh Allah didalam Al-Quran. Kepada umat manusia,
khususnya

yang

beriman

kepada

Allah

diharuskan

agar

keluhuran akhlak dan budi Rasulullah SAW dapat dijadikan


contoh dalam khidupan sehari-hari. Mereka yang mematuhi
perintah ini dijamin keselamatan hidupnya baik didunia maupun
akhirat. Oleh sebab itu pemakalah mengangkat tema yang
berkenaan

tentang

aspek-aspek

yang

mempengaruhi

pembentukan akhlak mulia.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan ; Jelaskan akhlak
tasawuf berdasarkan pendorong terjadinya gharizah, lingkungan dan adat ?
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami akhlak
tasawuf berdasarkan pendorong terjadinya gharizah, lingkungan dan adat.

BAB II
PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perbuatan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perbuatan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Akhlaq
Isnting dan naluri(akal-pikiran)
Nafsu
Adat dan kebiasaan
Lingkungan
Kehendak

A. Akhlaq
Dalam kamus besar bahasa indonesia online kata akhlak diartikan sebagai
budi pekerti; kelakuan. Sebenarnya kata akhlak berasal dari bahasa Arab, dan
jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti perangai, tabiat. Sedang arti
akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M)
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Menurut Al-Ghazali akhlaq adalah

gambaran dari keadaan yang tertanam kuat di dalam jiwa yang memunculkan
suatu

perbuatan

dengan

mudah

tanpa

memerlukan

pemikiran

dan

pertimbangan1
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak
merumuskan pengertian Akhlak sebagai berikut: Akhlak ialah suatu ilmu yang
1 H.Moh.Toriquddin,lc.,M.HI., sekularitas tasawuf:membumikan tasawuf dalam dunia
modern,Yogyakarta:uin malang press hal 14

menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh sebagian manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.
Menurut Ibnu Maskawaih dalam bukunya Tahdzibul Akhlaq Wa Tathirul
Araq memberikan pengertian Akhlak sebagai berikut: Keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikir-pikir dan
ditimbang-timbang (terlebih dahulu).
Jika keadaan jiwa tersebut memunculkan pebuatan yang baik dan terpuji
secara akal maupun syara maka jiwa tersebut berakhlak baik. Jika yang muncul
perbuatan jelek maka jiwanya berakhlak buruk. Al-Ghazali mengatakan
keadaan yang tertanam kuat di dalam jiwa karena orang yangmemberikan
harta satu kali, karena ada tendensi ia tidak dikatakan ahlaknya dermawan selagi
tidak tertanam kuat dalam hatinya sifat tersebut. Dan disyaratkan munculnya suatu
perbuatan dengan mudah dengan tanpa pmikiran yang panjang, karena orang yang
menyerahkan harta atau menenangkan diri ketika marah dengan usaha yang
sungguh-sungguh dan melalui pemikiran yang panjang ia tidak dikatakan
dermawan dan bijaksana. Akhlak bukanlah gambaran dari suatu perbuatan, betapa
banyak orang yang akhlaknya dermawan tetapi tidak memberikan harta, mungkin
karena hilangnya harta atau ada sesuatu yang menghalanginya dan mungkin
akhlaknya kikir tetapi menyerahkan hartanya ada kalanya karena suatu tendensi
atau pamer.2
Unsur yang mendorong terjadinya akhlaq yaitu adalah : kebiasaan dan
iradah (kehendak). Jika ditampilkan satu contoh proses akhlaq adalah ;
1. Kecenderungan untuk melakukan sesuatu, - terdapat pengulangan yang sering
dikerjakan sehingga tidak memerlukan pikiran.
2. Dalam iradah: a) lahir keinginan-keinginan setelah ada rangsangan (stimulan)
melalui indra- b) muncul kebimbangan, mana yang harus dipilih diantara
keinginan-keinginan itu Padahal harus memilih satu dari keinginan tersebut
2 abu Hamid Muhammad al-ghazali, ihyaulumi al-din vol.3, (Indonesia:da al-ihyaal-kutub alarabiyah,tt), hal 52

c) mengambil keputusan dengan menentukan keinginan yang diprioritaskan


diantara banyak keinginan tersebut.
Pembagian Akhlak
Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi
dua; pertama; akhlak yang baik/mulia (akhlakul karimah) dan kedua; aklak yang
buruk/tercela (akhlakul madzmumah)
Macam-macam akhlak
1. Akhlak terhadap diri sendiri
2. Aklak terhadap keluarga (Orang tua, akhlak terhadap adik/kakak)
3. Akhlak terhadap teman/sahabat, teman sebaya
4. Akhlak terhadap guru
5. Akhlak terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua
6. Akhlak terhadap lingkungan hidup/linkungan sekitar.
B. Insting dan naluri (Akal-pikiran)/ Gharizah
Menurut bahasa insting berarti kemampuan berbuat suatu tujuan yang
dibawa sejak lahir, merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu, dan
dorongan psikologis. Insting juga merupakan kesanggupan melakukan hal yang
kompleks tanpa dilihat sebelumnya, terarah kepada suatu tujuan yang berarti bagi
subjek tidak disadari langsung secara mekanis.
Insting pada intinya ialah suatu kesanggupan untuk melakukan perbuatan
yang tertuju kepada sesuatu pemuasan dorongan nafsu atau dorongan batin yang
telah dimiliki manusia maupun hewan sejak lahir. Perbuatan insting pada hewan
bersifat tetap, tidak berubah dari waktu ke waktu, sejak lahir sampai mati. Insting
pada manusia dapat berubah-ubah dan dapat dibentuk secara intensif.
Dalam insting terdapat tiga unsure kekuatan yang bersifat psikis, yaitu:
1. mengenal (kognisi),
2. kehendak (konasi),
3. perasaan (emasi).

Insting, merupakan keseluruhan dari energi psikis yang dipergunakan oleh


kepribadian. Insting terdiri dari empat pola khusus, yaitu sebagai berikut.
a. Sumber insting.
Sumber insting berasal dari kondisi jasmaniah, untuk melakukan
kecenderungan, lama-lama menjadi kebutuhan.
b. Tujuan insting.
Tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan jasmaniah, untuk
menghilangkan perasaan tidak enak yang timbul karena adanya tekanan
batin yang disebabkan oleh meningkatnya energi pada tubuh.
c. Objek insting.
Objek insting merupakan segala aktivitas yang mengantar keinginan dan
memilah-milah agar keinginannya dapat terpenuhi.
d. Gerak insting.
Gerak insting tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat
akidah, namun harus ditopengi ilmu, amal, dan takwa pada Allah. Allah
memuliakan akal dengan dijadikannya sarana tanggungjawab. Diantara mereka
ada yang menerimanya dengan cara melalui hafalan dan dipercayai sebagai adat
kebiasaan (kepercayaan tradisional). Kepercayaan ini tidak luput dari timbulnya
kebimbangan

dan

keraguan.

Ada

yang

memperolehnya

dengan

jalan

memerhatikan dan berpikir sehingga kepercayaannya semakin mendalam dan


keyakinannya semakin kuat.3
Manusia dilengkapi dengan akal pikiran dalam melakukan kegiatan, ia
menggunakan akal pikir dengan sempurna dan sarana penunjang berupa bahasa,
logika, matematika, dan statistika. Akal adalah jalinan pikir dan rasa yang
menjadikan manusia, berlaku, berbuat, membentuk masyarakat dan membina
kebudayaan. Akal menjadikan manusia itu mukmin, muslim, muttaqin, shalihin.
Agama itu akal, maka hanya dengan akal-lah kita bisa memahami Allah, akal
merupakan kunci untuk memahami islam. Disamping itu, banyak insting yang
mendorong

perilaku

perbuatan

yang

menjurus

3 Syekh Hasan Al-Banna, Aqidah Islam, Bandung: Al-Maarif, hal. 9

kepada akhlakul

karimah maupun akhlakul

madzmumah,

tergantung

orang

yang

mengendalikannya.
C. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksut disini adalah lingkungan sosial yang meliputi
hubungan antar manusia. Lingkungan ini mengandung susunan pergaulan yang
meliputi manusia seperti di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan kantor
pemerintahan. Lingkungan pergaulan dapat mengubah keyakinan, akal pikiran,
adat istiadat, pengetahuan dan akhlak.
Lingkungan pergaulan terbagi menjadi tujuh kelompok berikut:

Lingkungan dalam rumah tangga


Akhlak orang tua dirumah dapat memengaruhi tingkah laku anggota
keluarganya dan anak-anaknya.

Lingkungan sekolah
Sekolah dapat membentuk siswa-siswinya untuk menjadi yang lebih baik

Lingkungan pekerjaan
Suasana kerja dikantor, di bengkel, dilapangan terbuka, sopir dan buruh.
Masing-masing mempunyai ciri khas yang berbeda-beda.

Lingkungan organisasi
Orang yang menjadi anggota salah satu organisasi akan memperoleh aspirasi
yang digariskan oleh organisasinya.

Lingkungan jamaah
Jamaah adalah semacam organisasi tapi tidak tertulis

Lingkungan ekonomi
Semua manusia membutuhkan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya
Lingkungan pergaulan mempunyai pengaruh yang berlawanan. Terkadang

menguatkan hidup manusia dan meninggalkannya. Terkadang melemahkanya atau


mematikannya.

Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan islam yang tidak


sedikit pengaruhnya terhadap anak didiknya. Lingkungan yang dapat pengaruh
terhadap anak didik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama


Lingkungan yang berpegang teguh terhadap tradisi agama
Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam
lingkungan agama.

Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa berhubungan, iman beradaptasi, akal
harus menempatkannya sesuai fitrah manusia.
D. Adat dan kebiasaan
Kebiasaan terjadi sejak lahir. Lingkungan yang baika mendukung
kebiasaan yang baik pula. Lingkungan dapat merubah keperibadiaan seseorang .
lingkungan yang tidak baik dapat menolak adanya disiplin dan pendidikan.
Kebiasaan yang buruk mendorong kepada hal-hal yang lebih rendah, yaitu
kembali kepada adat kebiasaan primitif. Seseorang yang hidupnya dikatakan
modern, tetapi lingkungan yang bersifat primitif, kebiasaan itu bisa timbul karena
ada dalam diri pribadi seseorang dibawah sejak lahir. Kebiasaan yang sudah
melekat pada diri seseorang sukar untuk dihilangkan , tetapi jika ada dorongan
yang kuat untuk menghilangkan, ia dapat mengubahnya.
Agar kebiasan buruk seseorang dapat berubah menjadi baik, diperlukan
berbagi bimbingan dari orang lain. Begitu juga dengan seorang anak sebelum dia
memiliki kebiasaan yang buruk, maka dalam usia perkembangannya diberikan
bimbingan yang benar
Ada beberapa cara untuk mengetahui kebiasaan baik buruk yang dapat
ditangkap gejala-gejalanya sebagai berikut.
-

Metode mengatasi kebiasaan.


Para filusuf didunia timur menjelaskan kebiasaan ialah kesinambungan dari
suatu pikiran atau tindakan untuk waktu yang lama, menyebabkan lekukan
alur kanla yang terbentuk pada otak tindakannya menjadi tampak sadar dan
otomatis, kemanusiannya selalu timbul untuk mengulang tindakan yang telah

menjadi kebiasaan. Misalnya ketika seseorang mulai merokok ia masih


memikirkan tentang menyalakan korek api kemudian ia menyalakan lagi tanpa
berpikir lagi dan ini menjadi kebiasaan.
-

Kekuatan kebiasaan.
Kebanyakan

orang

mengibaratkan

kekuatan

kebiasaan

dengan

perkataan kebiasaan itu natur yang kedua. Mereka bermaksud bahwa adat
kebiasan itu mempunyai kekuatan yang mendekati kepada natur yang pertama.
Natur yang pertam ialah apa yang dibawah oleh manusia sejak ia dilahirkan.
Kekuatan kebiasaan ialah yang menjadikan orang-orang tua menolak
pendapat-pendapat Baru dan penemuan-penemuan baru.
Mengubah kebiasan dapat dilakukan dengan cara memperhatikan pola terbaik,
disesuaikan dengan unsur-unsur agama. Untuk mengubah kebiasaan dapat
dilakukan dengan cara berikut ini:

Berniat sunguh-sunguh dengan tiada diiringi keraguan-raguan.


Janganlah mengizinkan bagi diri sendiri melakukan kebiasaan buruk,

apabila menambah kebiasaan buruknya yang lain.


Carilah waktu yang baik untuk men-tahfidz-kan niat dan ikutilah segala
gerak jiwa yang menolong tahfizd terbuat. Kesukaran bukan dalam niat,

tetapi dalam men-tahflidz-kannya.


Jagalah pada diri kekuatan penolak yang kecil-kecil setiap hari untuk
mengekang hawa nafsu yang tidak baik
Semua perbuatan baik dan buruk itu menjadi adat kebiasaan karena ada

kecenderungan hati terhadapnya dan menerima kecenderungan tersebut dangan


disertai perbuatan berulang-ulang secukupnya.
Pengertian adat istiadat. Adat Istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu
negeri yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat.
Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni
budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak negeri, seperti
pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian dan aneka kesenian yang
dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu
maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Adat istiadat semacam ini
sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat. Bila sedang panen
8

baik biasanya megah meriah, begitu pula bila keadaan sebaliknya. Adat adalah
gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah.Adat istiadat
itu beasal dari perbuatan orang-orang dahulu, yang mencoba melakukan
perbuatan-perbuatan yang akhirnya mengetahui mana yang berguna dan
bermanfaat,

dan

mana

yang

merugikan,

memperingatkan orang agar menjauhi.

dengan

dasar

itu

mereka

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Simpulan yang dapat disampaikan kami dari makalah ini
yaitu Akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan
akhlak yang lainnya. Jika akhlak yng lainnya hanya berbicara
tentang

hubungan

dengan

manusia,

maka

akhlak

islami

berbicara pula tentang cara berhubungan dengan binatang,


tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya.
Sumber dari akhlak islami yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.
Banyak faktor yang dapat membentuk akhlak seseorang yaitu
faktor genetic, faktor lingkungan ( social ), faktor psikologis dan
faktor nilai islami seseorang.
Prinsip akhlak dalam islam terletak pada Moral Force. Moral
Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal
Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi
sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak
untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya
yang kongkret. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
perbuatan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Akhlaq
Isnting dan naluri(akal-pikiran)
Nafsu
Adat dan kebiasaan
Lingkungan
Kehendak

B. Saran
Demikianlah Makalah ini semoga dapat bermanfaat. Kami
mengakui masih banyak banyak terdapat kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu
kami

harapkan

kepada

para

10

pembaca

untuk

memberikan

masukan-masukan

yang

bersifat

membangun

untuk

kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Moh, Akhlak Tasawuf, Karya Mulia: Jakarta, 2000
Abu Hamid Muhammad al-ghazali, ihyaulumi al-din vol.3,
(Indonesia:da al-ihyaal-kutub al-arabiyah,tt)
Drs, H. Mahfud, M.Ag, Ilmu Akhlak, Cirebon, 2009
H.Moh.Toriquddin,lc.,M.HI., sekularitas tasawuf:membumikan
tasawuf dalam dunia modern,Yogyakarta:uin malang
Syekh Hasan Al-Banna, Aqidah Islam, Bandung: Al-Maarif

11

You might also like