You are on page 1of 6

RESUME PIP

1) Bahan Dasar Petrokimia, Jalur proses produksi, dan tahapannya


a. Jalur Olefin
Dibuat dari Produk polimerisasi monomer propilen menghasilkan poli propilen
Dibuat dari Produk polimerisasi monomer butadiena menghasilkan nylon 6 dan ban mobil (SBR), namun, SBR dapat dimasukkan juga
ke dalam jalur aomatis karena gabungan dari 1,3-batadiena dan Styrena Monomer.
b. Jalur Aromatik
Deterjen dihasilkan dari benzena
PTA dihasilkan dari produk toluene & xilene (paraxylene)
c. Jalur Gas sintetis
Produk urea dihasilkan dengan mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor
Kaca Film merupakan produk jadi (produk hilir) dari PTA.
Tahapan produksi pembuatan kaca film:
PTA + EG (ethylene glycol) polyethylene terephtalat, kemudian di drying sehingga menjadi PET, PET masuk kedalam
extruder yang berfungsi mencairkan PET, kemudian keluaran extruder didinginkan secara mendadak, selanjutnya dibentuk
menjadi ukuran yang homogen (butiran atau lembaran film)
2)

a. Perbedaan prinsip pengolahan bahan baku utama industri petrokimia berbasis minyak
bumi dan gas alam adalah
Minyak bumi : bahan baku berupa crude oil sebelum masuk kolom fraksionasi dipanaskan terlebih dahulu kemudian masuk ke dalam
proses cracking (baik dengan thermal maupun katalis) dan akan menghasilkan produk bahan dasar industri petrokimia yaitu nafta.
Sedangkan jika berbahan dasar gas alam
Alat-Alat utama proses minyak bumi :
1.
2.
3.
4.

Hydrotreating : memisahkan dari pengotor seperti sulfur, nitrogen, CO2, mercaptan.


Distilasi : Pemisahan antara fraksi ringan dengan fraksi berat berdasarkan titik didih
Cracking : Pemotongan rantai lurus dan panjang menjadi rantai pendek, dengan bantuan thermal (Thermal cracking), Katalis
(Catalytic cracking), Hydrocracking.
Reforming dan isomerisasi : Merubah rantai lurus menjadi rantai cincin atau cabang dengan bantuan thermal ( Thermal cracking),
Katalis (Catalytic cracking), Hydroisomerisasi.

Alat-alat proses gas alam :


1.
2.
3.

Absorber : penghilangan CO2 yang terkandung dalam gas alam mentah


Fractionation (scrub coloumn) : Pemisahan propane, butane dan kondensat dari gas alam mentah.
Main exchanger : mencairkan gas alam dengan bantuan propane refrigeration.

b. Penjelasan Proses dari :


Hydrodesulfurizer
Hydrodesulfureizer (HDS) adalah proses penghilangan sulfur pada bahan bakar cair. Hydrodesulfureizer adalah standar proses katalitik
untuk menghilangkan sulfur dari produk minyak bumi. Dalam proses ini, minyak mentah dipanaskan kemudian dicampur dengan
hydrogen dan katalis untuk mengubah kandungan suldur menjadi hydrogen sulfid. Untuk memenuhi standar kandungan sulfur yang
sangat rendah (<50 ppm) metode Hydrodesulfureizer harus beroperasi pada temperatur dan tekanan yang tinggi serta membutuhkan
katalis yang sangat aktif.
Catalytic Cracking
Catalytic cracking adalah reaksi pemecahan senyawa hidrokarbon molekul besar pada temperatur tinggi menjadi molekul-molekul yang
lebih kecil.Hidrokarobon akan merengkah jika dipanaskan pada temperatur 350-400 C dengan atau tanpa katalis. Proses perengkahan
yang terjadi hanya karena pemanasan dinamakan perengkahan termal (thermal cracking). Sedangkan proses perengkahan yang terjadi
dengan bantuan katalis disebut perengkahan katalitik (catalytic cracking).
Steam Reforming
Steam reforming adalah proses pengubahan bentuk. Molekul rantai karbon lurus menjadi rantai karbon cabang atau rantai cincin.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan. Salah satu contoh Metode steam reforming ini adalah untuk
memproduksi hydrogen. Proses reforming ini beroperasi pada suhu tinggi (700-1100 oC) dan dengan adanya katalis akan bereaksi
dengan uap metana menghasilkan karbon monoksida dan hydrogen
Blending
Blending adalah proses pencampuran beberapa produk untuk mendapatkan produk yang memenuhi spesifik. Proses blending ini
dilakukan dengan penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi.
3)

Jalur Proses Pembuatan Produk Petrokimia:


A. PVC
Pada pembuatan PVC, menggunakan jalur olefin dengan bahan baku berupa Ethylene (olefin) dan Chlorine yang menghasilkan produk
intermediet berupa Ethylene Dichloride. Ethylene Dichloride dipirolisis sehingga mengasilkan produk intermediet berupa Monomer Vinyl
Chloride (VCM). Setelah itu, monomer Vinyl Chloride dipolimerisasikan menjadi produk akhir berupa Polyvinyl Chloride (PVC). Berikut
ini adalah proses struktur bangunnya:

BM=2

BM=7

BM=9

BM=62
,5

BM=(62,5
)n

Pemanfaatan: Pipa paralon, Pelapis lantai, Selang


B. Ethylene Glicol
Pada pembuatan Etylene Glicol, menggunakan jalur olefin dengan bahan baku berupa Ethylene (olefin) dan Oksigen yang menghasilkan
produk intermediet berupa Ethylene Oxide. Ethylene Oxide direaksikan dengan H2O (air) mengasilkan produk akhir berupa Ethylene Glicol .
Berikut ini adalah proses struktur bangunnya:

O= O
BM=2

BM=3

BM=4

BM=1

BM=5

Pemanfaatan: Bahan baku resin PET, Coolant, Poliester resin, Poliester fiber, Poliester film, Antifrezee.
C.PTA
Pada pembuatan Purified Terephthalate Acid (PTA), menggunakan jalur aromatis dengan bahan baku berupa Paraxylene dan oksigen yang
menghasilkan produk berupa Purified Terephthalate Acid (PTA) dan air sebagai produk samping. Berikut ini adalah proses struktur
bangunnya:

3O=O

BM=

BM=10

BM=

BM=

Pemanfaatan: Bahan baku PET, Bahan baku tekstil


D. SBR
Pada pembuatan Styren Butadien Rubber (SBR), menggunakan jalur olefin dengan bahan baku berupa Butadien (olefin) dan Stiren yang
menghasilkan produk berupa Styren Butadien Rubber (SBR). Berikut ini adalah proses struktur bangunnya:

BM=5

BM=(158,1

BM=104,

Pemanfaatannya: Sebagai bahan baku pembuat karet ban


E. Polyurethane
Pada pembuatan Polyurethane, menggunakan jalur aromatis dengan bahan baku kimia reaktif yang berupa poliol dan isosianat yang
menghasilkan produk berupa Polyurethane. Poliol memberikan fleksibilitas sedangkan isosianat memberikan kekakuan pada Polyurethane.
Isosianat yang biasa digunakan adalah TDI (Toluen diisosianat) dan MDI (Metilen difenildiisosianat). Poliol yang digunakan berupa ethane1,2-diol (formaldehyde). Berikut ini adalah proses struktur bangunnya:

BM=
BM=250,

BM=

Pemanfaatan: Pembuatan fiber, bahan elastomer, lem, coating, membuat busa, dll
4)

Proses Utama pengolahan minyak bumi menjadi bahan baku produk petrokimia :
a. Distilasi bertingkat
Dalam proses distilasi bertingkat, minyak mentah tidak dipisahkan menjadi komponen-komponen murni, melainkan ke dalam
fraksi-fraksi, yakni kelompok-kelompok yang mempunyai kisaran titik didih tertentu. Hal ini dikarenakan jenis komponen hidrokarbon
begitu banyak dan isomer-isomer hidrokarbon mempunyai titik didih yang berdekatan. Proses distilasi bertingkat ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Minyak mentah dipanaskan dalam boiler menggunakan uap air bertekanan tinggi sampai suhu ~600oC. Uap minyak mentah yang
dihasilkan kemudian dialirkan ke bagian bawah menara/tanur distilasi.
Dalam menara distilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat-pelat (tray). Setiap pelat memiliki banyak lubang yang
dilengkapi dengan tutup gelembung (bubble cap) yang memungkinkan uap lewat.
Dalam pergerakannya, uap minyak mentah akan menjadi dingin. Sebagian uap akan mencapai ketinggian di mana uap tersebut akan
terkondensasi membentuk zat cair. Zat cair yang diperoleh dalam suatu kisaran suhu tertentu ini disebut fraksi.
Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terkondensasi di bagian bawah menara distilasi. Sedangkan fraksi
senyawa-senyawa dengan titik didih rendah akan terkondensasi di bagian atas menara.
Sebagian fraksi dari menara distilasi selanjutnya dialirkan ke bagian kilang minyak lainnya untuk proses konversi.

Minyak
mentah

Uap

Distilasi
bertingk
Fungsi Boiler : Untuk mengubah minyak
at mentah menjadi uap
Boile
r

Produk bahan
baku
petrokimia

Fungsi Distilasi bertingkat : Untuk mengubah uap minyak mentah menjadi fraksi-fraksi.
Keunggulan : produk yang dihasilkan lebih murni
b. Proses Primer
Minyak bumi atau minyak mentah sebelum masuk kedalam kolom fraksinasi (kolom pemisah) terlebih dahulu dipanaskan dalam
aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu 350C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam
kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan
tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Karena perbedaan titik didih setiap komponen hidrokarbon maka komponen-komponen tersebut akan terpisah dengan sendirinya, dimana
hidrokarbon ringan akan berada dibagian atas kolom diikuti dengan fraksi yang lebih berat dibawahnya. Pada tray (sekat dalam kolom)
komponen itu akan terkumpul sesuai fraksinya masing-masing. Pada setiap tingkatan atau fraksi yang terkumpul kemudian dipompakan

keluar kolom, didinginkan dalam bak pendingin, lalu ditampung dalam tanki produknya masing-masing. Produk ini belum bisa langsung
dipakai, karena masih harus ditambahkan aditif (zat penambah).

Minyak
mentah

Furna
ce

Kolom
fraksionasi
(Flash

Produk
bahan baku
petrokimia

Fungsi Furnace : Untuk memanaskan Minyak bumi dalam pipa hingga suhu 350 oC
Fungsi Kolom Fraksionasi : Untuk memisahkan komponen hidrokarbon berdasarkaan berat fraksi masing-masing produk)
Keunggulan : dapat menghilangkan sulfur dan pengotor lainnya.
c. Proses Sekunder
Teknologi yang banyak digunakan adalah dengan cara melakukan cracking (perengkahan atau pemutusan) terhadap hidrokarbon
rantai panjang menjadi hidrokarbon rantai pendek. Proses perengkahan ini sendiri ada dua cara, yaitu dengan cara menggunakan katalis
(catalytic cracking) dan cara tanpa menggunakan katalis atau dengan cara pemanasan tinggi menggunakan suhu diatas 350C (thermal
cracking).

Hidrokarbon Rantai panjang

Catalytic

d. Proses Polimerisasi

Hidrokarbon Rantai
pendek

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekulmolekul kecil menjadi molekul molekul besar, dengam mempertahankan
bentuk dan susnan atom dalam molekul dasarnya.

Bahan baku

produk
Reaktor

e. Proses Pemurnian
Treating yaitu pemurnian produk hasil pengolahan untuk menghilangkan senyawa -senyawa yang tidak diinginkan seperti, sulfur,
mercaptan,nitrogen,dll.
a. Caustic treating , untuk memperbaiki kualitas dari fraksi nafta, heavy reformate, dan tops reformate agar produk memenuhi spesifikasi
yangdiinginkan.
b. Doctor treating, untuk merubah senyawa mercaptan sulfur menjadi disulfida dengan menggunakan sulfur dan larutan doctor (Na2Pbo3)

f. Proses Pencampuran
Blending adalah proses pencampuran beberapa produk untuk medapatkan produk yang diinginkan, sebagai contoh :
a. Penambahan TEL pada mogas untuk menaikkan angka oktan.
b. Kerosene yang smoke pointnya 12 (di bawah spesifikasi) di-blend dengan kerosene yang smoke pointnya 23 (di atas sepsifikasi) untuk
mendapatkan kerosene yang smoke pointnya 17 (memenuhi spesifikasi).
5) Contoh produk hulu, intermediet, dan hillir industri petrokimia yang berpotensi dari proses gas sintesis
a. Hulu :
1. Hidrogen (H2)
2. Karbonmonoksida (CO)
3. Karbondioksida (CO2)
4. Metane (CH4)
Senyawa tersebut merupakan senyawa yang terkandung pada gas sintesis, gas sintesis itu dapat dibuat dari proses gasifikasi batubara, dari
pengolahan minyak bumi dan natural gas.
b. Intermediet :
1.

Amonia (NH3), yang dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Pada industri petrokimia, gas nitrogen diperoleh dari udara sedangkan gas
hidrogen diperoleh dari gas sintetis.
Reaksi pembentukan :
2CH4 + O2 + 2H2O + N2
2CO2 + 4NH3

2.

Metanol (CH3OH), dibuat dari gas sintetis melalui pemanasan pada suhu dan tekanan tinggi dengan bantuan katalis. Sebagian methanol
digunakan dalam pembuatan formaldehida, dan sebagian lagi digunakan untuk membuat serat dan campuran bahan bakar.
Reaksi pembentukan :
CO + 2H2
CH3OH
c. Hilir :

1.

Urea (CO(NH2)2), dibuat dari amonia dan gas karbon dioksida. Selain sebagai pupuk, urea juga digunakan pada industri perekat, plastik, dan
resin.
Reaksi pembentukan :
Tahap I : 2NH3 + CO2
NH4COONH2
Tahap II : NH4COONH2
CO(NH2)2 + H2O

2.

Formaldehida (HCHO), dibuat dari metanol melalui oksidasi dengan bantuan katalis. Formaldehida yang dilarutkan dalam air dikenal dengan
nama formalin, yang berfungsi sebagai pengawet specimen biologi.
Reksi pembentukan :
2CH3OH + O2
2CH2O + 2H2O

Industri petrokimia adalah industri yang menghasilkan produk-produk industri kimia organik yang merupakan bahan
baku industri polymer, dengan bahan baku dasar bersumber dari hasil pengolahan minyak dan gas bumi (gas alam),
serta produk pencairan batubara.

Proses Pengolahan Batubara


Adalah kekayaan alam yang dikategorikan sebagai energy fossil terbentuk dari proses metamorfosa yang sangat lama. Strukturnya kimia batubara
samasekali bukan rangkaian kovalen karbon sederhana melainkan merupakan polikondensat rumit dari gugus aromatik dengan fungsi
heterosiklik2,3). Jumlah polikondensat yang banyak ini saling berikatan sering disebut dengan bridge-structure. Secara optis batubara sering
merupakan bongkahan berporus tinggi dengan kadar air yang sangat berfariasi
Proses pengolahan batubara sudah dikenal sejak seabad yang lalu, diantaranya:
Gasifikasi (coal gasification)
Secara sederhana, gasifikasi adalah proses konversi materi organik (batubara, biomass atau natural gas) biasanya padat menjadi CO dan H2 (synthesis
gases) dengan bantuan uap air dan oksigen pada tekanan atmosphere atau tinggi. Rumus sederhananya:
Coal + H2O + O2 H2 + CO
Fisher Tropsch proses
Fisher Tropsch adalah sintesis CO/H2 menjadi produk hidrokarbon atau disebut senyawa hidrokarbon sintetik/ sintetik oil. Sintetik oil banyak
digunakan sebagai bahan bakar mesin industri/transportasi atau kebutuhan produk pelumas (lubricating oil).
(2n+1)H2 + nCO CnH(2n+2) + nH2O
Hidrogenasi (hydrogenation)
Hidrogenasi adalah proses reaksi batubara dengan gas hydrogen bertekanan tinggi. Reaksi ini diatur sedemikian rupa (kondisi reaksi, katalisator dan
kriteria bahan baku) agar dihasilkan senyawa hidrokarbon sesuai yang diinginkan, dengan spesifikasi mendekati minyak mentah. Sejalan
perkembangannya, hidrogenasi batubara menjadi proses alternativ untuk mengolah batubara menjadi bahan bakar cair pengganti produk minyak
bumi, proses ini dikenal dengan nama Bergius proses, disebut juga proses pencairan batubara (coal liquefaction).
Pencairan Batubara (coal Liquefaction)
Coal liquefaction adalah terminologi yang dipakai secara umum mencakup pemrosesan batubara menjadi BBM sintetik (synthetic fuel). Pendekatan
yang mungkin dilakukan untuk proses ini adalah: pirolisis, pencairan batubara secara langsung (Direct Coal Liquefaction-DCL) ataupun melalui
gasifikasi terlebih dahulu (Indirect Coal Liquefaction-ICL). Secara intuitiv aspek yang penting dalam pengolahan batubara menjadi bahan bakar
minyak sintetik adalah: efisiensi proses yang mencakup keseimbangan energi dan masa, nilai investasi, kemudian apakah prosesnya ramah
lingkungan sehubungan dengan emisi gas buang, karena ini akan mempengaruhi nilai insentiv menyangkut tema tentang lingkungan.
Efisiensi pencairan batubara menjadi BBM sintetik adalah 1-2 barrel/ton batubara. Jika diasumsikan hanya 10% dari deposit batubara dunia dapat
dikonversikan menjadi BBM sintetik, maka produksi minyak dunia dari batubara maksimal adalah beberapa juta barrel/hari. Hal ini jelas tidak dapat
menjadikan batubara sebagai sumber energi alternativ bagi seluruh konsumsi minyak dunia. Walaupun faktanya demikian, bukan
berarti batubara tidak bisa menjadi jawaban alternativ energi untuk kebutuhan domestik suatu negara. Faktor yang menjadi penentu adalah: apakah
negara itu mempunyai cadangan yang cukup dan teknologi yang dibutuhkan untuk meng-konversi-kannya. Jika diversivikasi sumber energi menjadi
strategi energi suatu negara, pastinya batubara menjadi satu potensi yang layak untuk dikaji menjadi salah satu sumber energi, selain sumber energi
terbarukan (angin, solar cell, geothermal, biomass). Tetapi perlu kita ingat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mempertimbangkannya tidaklah
tanpa batas, karena sementara negara2 lain sudah melakukan kebijakan-kebijakan konkret domestik maupun luar negeri untuk mengukuhkan strategi
energi untuk kepentingan negaranya.
Pencairan batubara metode langsung (DCL)
Pencairan batubara metode langsung atau dikenal dengan Direct Coal Liquefaction-DCL, dikembangkan cukup banyak oleh negara Jerman dalam
menyediakan bahan bakar pesawat terbang. Proses ini dikenal dengan Bergius Process, baru mengalami perkembangan lanjutan setelah perang dunia
kedua.
DCL adalah proses hydro-craacking dengan bantuan katalisator. Prinsip dasar dari DCL adalah meng-introduksi-an gas hydrogen kedalam struktur
batubara agar rasio perbandingan antara C/H menjadi kecil sehingga terbentuk senyawa-senyawa hidrokarbon rantai pendek berbentuk cair. Proses ini
telah mencapai rasio konversi 70% batubara (berat kering) menjadi sintetik cair.
Proses Pencairan Batubara Muda rendah emisi (Low Emission Brown Coal Liquefaction)
Tahapan proses pencairan batubara muda (Brown Coal Liquefacion):

1.Pengeringan/penurunan kadar air secara efficient


2.Reaksi pencairan dengan limonite katalisator
3.Tahapan hidrogenasi untuk menghasilkan produk oil mentah
4.Deashing Coal Liquid Bottom/heavy oil (CLB)
5.Fraksinasi/pemurnian light oil (desulfurisasi,pemurnian gas,destilasi produk)
Istilah-istilah

Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari
sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar
panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan.
Fractionator adalah suatu kolom distilasi yang digunakan untuk memisahkan berdasarkan fraksi-fraksinya
untuk mendapatkan produk yg diinginkan.

You might also like