Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Fungsi Embung
Menurut Departemen PU (1995) Embung adalah bangunan yang berfungsi
menyimpan air hujan dalam suatu kolam dan kemudian dioperasikan
selama musim kering untuk berbagai kebutuhan suatu desa, yaitu :
penduduk, hewan ternak serta sawah atau ladang.
(2)
Kolam embung
(3)
(2)
(3)
II-1
(4)
(5)
II-2
2.1.5. Lokasi
- Penempatan embung sebaiknya dekat dengan saluran air yang ada
disekitarnya, supaya pada saat hujan, air di permukaan tanah mudah
dialirkan kedalam embung.
- Lebih baik lagi kalau dibuat di dekat areal tanaman yang akan diairi.
- Lokasinya memiliki daerah tangkapan hujan.
2.1.6. Ukuran Embung
Embung bisa dibangun secara individu atau berkelompok, tergantung
keperluan dan luas areal tanaman yang akan diairi. Untuk keperluan individu
dengan luas tanaman (palawija) 0,5 hektar, misalnya, embung yang diperlukan
adalah panjang 10 m, lebar 5 m dan kedalaman 2,5 m - 3 m.
2.1.7. Jenis Tanaman dan Cara Pengairan
Umumnya embung digunakan untuk mengairi padi musim kemarau,
palawija seperti jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kuaci dan sayuran.
Mengingat air dari embung sangat terbatas, maka pemakaiannya harus seefisien
mungkin. Sebaiknya teknik pengairan dilakukan dengan cara irigasi tetesan
terutama untuk palawija dan irigasi pada sela-seta larikan. Apabila air embung
akan digunakan untuk mengairi padi dianjurkan untuk mengairi hanya pada saatsaat tertentu, seperti pada stadia primordia, pembungaan dan pengisian bulir padi.
Sedangkan setiap kali mengairi tanah, cukup sampai pada kondisi jenuh air.
II-3
ii.
iii.
iv.
v.
Bulldozer
ii.
Wheel loader
iii.
Backhoe
iv.
Dumptruck
v.
vi.
vii.
Stamper
ii.
iii.
1. Bulldozer
Kapasitas
: tipe D7
Penggunaan
perataan tanah.
2. Wheel loader
Kapasitas
: Bucket - 1 m3
II-7
3. Backhoe
Kapasitas
: Bucket - 1 m3
4. Dump truck
Kapasitas
: 7 ton
II-8
6. Sheepfoot roller
Kapasitas
II-9
7. Tandem roller
Kapasitas
8. Stamper
Kapasitas
: 1.5 ton
II-10
Selimut kedap air di dasar dan dinding lulus air kolam embung
Urugan filter
backfill
Semen-tanah
(3) Batu pecah ukuran kerikil, kerakal, hingga bongkah (paling besar 20 cm),
untuk :
Urugan salir
(4) Semen untuk pasangan batu dan bila diperlukan untuk selimut sementanah.
(5) Geotekstil untuk filter di urugan penyalir.
(6) Geomembran, bila diperlukan, untuk selimut kolam embung.
Jumlah atau volume setiap jenis bahan bangunan yang diperlukan dapat dihitung
berdasarkan gambar desainnya yang harus dipersiapakan terlebih dahulu
(puslitbang pengairan departemen PU, 1995).
2.1.13. Tubuh embung dan kolam embung
Tubuh embung :
Ada dua tipe urugan embung, tergantung ketersediaan bahan bangunan setempat,
yaitu :
(1) Urugan homogen (periksa gambar 4.1 dan 4.2)
(2) Urugan majemuk dengan inti kedap air dari bahan :
2.1
2.2
II-12
Dinding halang dapat dibuat dari bahan : lempung, semen-tanah, pasangan batu
dengan semen, atau beton, berarah vertical mulai bagian kedap air tubuh embung
hingga ke lapisan pondasi kedap air. (periksa gambar 4.2, 4.3, dan 4.4)
2.1.14. Kolam embung
Kolam embung karena berfungsi menyimpan air harus diusahakan bersifat
kedap air. Apanbila dasar atau dinding kolam bersifat lulus air maka diperlukan
selimut yang menutupinya untuk mengurangi kehilangan air. Selimut dapat dibuat
dari bahan : lempung, semen-tanah, atau geomembran.
Periksa gambar 4.2 dan 4.4 (puslitbang pengairan departemen PU, 1995).
2.1.15. Pemadatan tubuh embung
Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis menggunakan alat berat
dengan cara dan ketentuan seperti diuraikan berikut ini.
1.2.1. Tata cara pemadatan tanah berkohesi (lempung) :
(1) Bersihkan tempat penambangan bahan urugan (borrow area) dari bahan
organic, dengan mengupas permukaannya,
(2) Gali dan kemudian angkutlah bahan urugan ke tempat tubuh embung dan
tumpahkan bahan di atas tanah yang telah dipadatkan terlebih dahulu
(3) Hamparkan tanah bahan urugan menjadi rata (lapisan) dengan ketebalan
25 cm, di atas lapisan tanah yang telah dipadatkan lebih dulu,
(4) Siram lapisan tanah butir (3) dengan air secukupnya, bila keadaannya
terlalu kering, sedemikian sehingga tanah tersebut dapat dikepal dengan
tangan tanpa terurai (berarti terlalu kering) dan juga tidak terlalu lunak
(berarti terlalu basah),
II-13
(5) Gilaslah lapisan tanah dengan alat pemadat yang sesuai sehingga tebalnya
berkurang dari 25 cm menjadi 15 cm yang dapat dicapai kira-kira 6-8 kali
lintasan
(6) Ulangi pekerjaan (2), (3), (4), dan (5) hingga urugan mencapai elevasi
yang dikehendaki
Apabila tempat pemadatan cukup luas, missal tubuh embung, gunakan alat
pemadat sheepfoot roller, atau bila tidak ada gunakan tandem roller. Bila
tempat pemadatan sempit, misal di puritan, gunakan alat stamper
Periksa gambar no. 4. 5 (2) sampai (5)
1.2.2. Tata cara pemadatan tanah tak berkohesi :
(1) Tata cara seperti di atas harus dilakukan pula untuk tanah jenis ini, kecuali
langkah no. (4) tidak diperlukan, sehingga urutannya adalah (1), (2), (3),
dan (5), dengan catatan untuk pekerjaan (5) tebal lapisan menjadi 20 cm.
(2) Alat yang diperlukan untuk pemadatan tanah jenis ini adalah tandem
roller bila tempat cukup luas, dan stamper bila tempat sempit.
(3) Alat pemadat zona tanah lempung tidak boleh melintasi urugan tanah tak
berkohesi agar urugan tidak terkotori lempung (puslitbang pengairan
departemen PU, 1995)
II-14
Gambar. 2.2. Urugan Homogen, material utama lempung diatas pondasi kedap air
II-15
Gambar 2.3. Tubuh Embung tipe urugan homogeni dengan dinding halang dan
selimut di kolam waduk
Gambar.2.4.
Gambar.2.5.
Gambar.2.6.
II-18
2.2.
ANALISIS HIDROLOGI :
Menurut (DR. Suyono sosro darsono, 2002) Hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari sirkulasi air, di dalam hidrologi dipelajari antara lain:
1. Presipitasi
(precipitation)
yaitu
nama
umum
dari
uap
yang
10
15
20
25
0,4665
14,999
22,502
26,844
2,97
31,985
4
0,5100
0,5296
0,5396
0,5458
0,5501
0,5533
0,5557
0,5576
0,5592
5
0,5128
0,5309
0,5402
0,5463
0,5504
0,5535
0,5553
0,5578
0,5593
6
0,5157
0,5320
0,5410
0,5468
0,5508
0,5538
0,5561
0,5580
0,5595
7
0,5181
0,5332
0,5418
0,5473
0,5511
0,5540
0,5463
0,5581
0,5596
8
0,5202
0,5343
0,5424
0,5477
0,5515
0,5543
0,5565
0,5583
0,5598
Ltd.New Delhi,1973
II-21
9
0,5220
0,5353
0,5430
0,5481
0,5518
0,5545
0,5567
0,5585
0,5599
1.1. Dari perhitungan dengan metode gumbel perlu dilakukan untuk mengetahui
seberapa dapat diterima dengan Uji Kecocokan Smirnov Kolomogorof
Metode Gumbel.
Pengujian kecocokan Smirnov Kolomogorof menggunakan persamaan garis
lurus :
Y = a ( X-X o )
(1.4)
Dengan :
f ( Y ) = a .( X- (Xa-
0,577
)
a
P(x) = f(Y)
(1.5)
(1.6)
Keterangan :
x = debit maksimum pengamatan (mm)
xa = debit maksimum rata-rata (mm)
S = Simpangan baku
Y = variable Gumbel
a=
1,283
S
(1.7)
Keterangan :
X T = Debit maksimum pada periode ulang T tahun
t = derajat kepercayaan
SE(x) = perkiraan simpangan baku
II-22
(1.8)
1.2. Dari perhitungan dengan metode gumbel perlu dilakukan untuk mengetahui
seberapa dapat diterima dengan Uji Chi Kuadrat (x2) metode Gumbel
Pengujian Chi-Kuadrat dilakukan dengan pembagian data pengamatan menjadi 5
sub bagian, interval peluang P = 0.20.
Besarnya peluang untuk tiap sub grup adalah :
Sub grup 1 P < 0.20
Sub grup 2 P < 0.40
Sub grup 3 P < 0.60
Sub grup 4 P < 0.80
Sub grup 5 P > 0.80
dengan :
Oi = jumlah data pengamatan pada interval debit
Ei = N/sub grup interval peluang
x2 = (Oi-Ei)2/Ei
(1.9)
1.3. Dari perhitungan dengan metode gumbel perlu dilakukan untuk mengetahui
seberapa dapat diterima dengan Uji Kecocokan Smirnov Kolomogorof
Metode Log Pearson III
Pengujian kecocokan Smirnov Kolomogorof metode Log Pearson III
menggunakan persamaan :
Log x = Log xa + G.Si
Keterangan :
II-23
Logx Logxa
Si
(1.10)
Dari ketiga metode diatas, manakah nilai metode yang paling besar dapat
diterima. Metode tersebutlah yang digunakan.
(2.1)
II-24
Dengan :
I
R 24
Jika data curah hujan yang tersedia merupakan curah hujan jangka pendek, maka
perhitungan intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam (It), dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut :
(2.2)
Rt merupakan besarnya curah hujan selama t jam.
3. Lengkung Intensitas Hujan (IDF)
Lengkung Intensitas Curah Hujan adalah, Kurva yang menyatakan
hubungan antara lamanya pengaliran (dalam menit) atau waktu konsentrasi
sebagai absis dan intensitas curah hujan (dalam mm/jam) sebagain ordinat.
Setelah mendapatkan intensitas curah hujan dan waktu konsentrasi perhitungan
selanjutnya menggunakan kurva lengkung intensitas hujan dengan waktu
konsentrasi dibuat dengan range waktu 5 menit untuk mendapatkan intensitas
curah hujan dengan periode ulang tertentu yang lebih spesifik.
4. Waktu Konsentrasi atau Time Of Concentration (tc)
Time of concentration (tc) adalah, waktu yang diperlukan oleh butiran air
untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik yang
ditinjau. Untuk saluran drainase tc adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk
mengalir diatas permukaan tanah sampai ke saluran terdekat (to) ditambah waktu
pengaliran di dalam saluran (td) sampai ke titik yang ditinjau.
II-25
(2.4)
Keterangan :
to : waktu limpasan (menit)
Lo : panjang limpasan (m)
S : kemiringan medan limpasan
C : koefisien atau angka pengaliran (tabel )
(2.5)
Keterangan :
L : panjang saluran (m)
V : kecepatan aliran rata-rata (m/det)
4. Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien pengaliran atau koefisien limpasan adalah angka reduksi dari
intensitas hujan, yang besarnya disesuaikan dengan kondisi permukaan
kemiringan atau kelandaian, jenis tanah dan durasi hujan, koefisien ini tidak
berdimensi. Koefisien pengaliran tergantung dari karakterisitik daerah pengaliran.
II-26
Harga C akan bertambah besar jika daerah kedap air di daerah pengaliran
bertambah besar, umumnya daerah permukiman mempunyai nilai C yang cukup
besar namun nilainya tetap dibawah 1 (satu).
Tabel.2.3.
Koefisien Pengaliran
No
1
2
3
2.2.
Debit Andalan
Besarnya debit dengan kemungkinan 80% terpenuhi atau tidak terpenuhi 20%
II-27
m
N
(2.6)
Dengan :
Untuk menghitung debit andalan pada materi ini digunakan metode Dr.FJ.Mock,
dengan alasan bahwa data yang dimiliki bukan data debit aliran sungai melainkan
data hujan. Sehingga paling cocok menggunakan metode ini.
2.3.1. Metode FJ.Mock
Adapun parameter-parameter yang diperlukan dan langkah perhitungannya
dengan menggunakan metode Dr. F.J Mock adalah sebagai berikut:
a. Evapotranspirasi (Penman)
b. Limited Evapotranspirasi
c. Water Balance
d. Run off dan Water Storage
II-28
a.
Limited Evapotranspirasi
Rumus :
E1
Et 0 E
(2.7)
Et 0 x m/20 ( 18 n )
(2.8)
E1
Limited Evapotranspirasi
Et 0
Evapotranspirasi
Dimana:
B.
Water Balance
Rumus:
Ws
P E1
Ws
Water Surplus
E1
Limited Evapotranspirasi
(2.9)
Dimana:
c.
DRO + BF
BF
I dv(n)
DRO =
WS I
Dv(n) =
V(n) V(n-1)
(2.10)
II-29
Dimana:
2.3.
: Aliran sungai
BF
: Aliran Dasar
: Infiltrasi
DRO
: Aliran Langsung
: Aliran Lebih
Vn
: Volume Tampungan
saluran adalah daerah pengaliran yang menerima curah hujan selama waktu
tertentu (Intensitas curah hujan), sehingga menimbulkan debit limpasan yang
harus ditampung oleh saluran, untuk perhitungan luas daerah pengaliran
dinyatakan dalam satuan Km2.
2.4.
1.
Koefisien aliran :
II-31
2.
Waktu Konsentrasi :
(2.11.2)
3.
4.
5.
6.
2.5.
Dari beberapa rumus yang ada, Metode Pennman yang sudah dimodifikasi sangat
dianjurkan untuk digunakan.
Eto = C.[w(0,75Rs-Rn 1 )+(1-w).f(u).(ea-ed)]
(2.12)
dimana :
Eto
W=
(2.13)
+
= konstanta psychometric
Rn
F(U)
(ea-ed) = Perbedaan tekanan uap jenuh rata-rata dengan tekanan uap rata-rata
yang
sesungguhnya dan dinyatakan dalam mbar, pada temperature rata-rata.
C
= Faktor penyesuai (koreksi) yang tergantung dari kondisi cuaca siang dan
malam.
u
1+
f(U) =0.27
100
(2.14)
(2.15)
Dengan :
II-33
Rn : Radiasi netto
Rs = (0.25+0.50.n/N).Ra
(2.16)
Dengan :
n/N : Presentase penyinaran
Ra
(2.16.1)
Dengan :
f(T) = .T4
(2.16.2)
(2.17)
II-35
yang mengalami infiltrasi, dengan kata lain kehilangan air di lahan miring akan
lebih besar.
b. Hidrologi
Jumlah contoh hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak curah
hujannya, maka makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini di karenakan hujan
efektif akan menjadi besar.
c. Klimatologi
Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk pengelolaan
pertanian. Tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca buruk. Dengan
memperhatikan
keadaan
cuaca
dan
cara
pemanfaatannya,
maka
dapat
dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai
dengan keadaan tanah. Cuaca dapat digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju
evaporasi dan evapotranspirasi, hal ini sangat bergantung pada jumlah jam
penyinaran matahari dan radiasi matahari.
d. Tekstur Tanah
Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk
tumbuh, yang dalam teknik irigasi dinamakan tanah. Tanah yang baik untuk usaha
pertanian ialah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur.
Tanah yang baik tersebut memberi kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh
dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran
dan secara relatif memiliki persediaan hara dan kelembaban tanah yang cukup.
(2.18)
dengan :
Eo = Penguapan dalam mm/hari
Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian dalam mmHg
Pu = Tekanan uap sebenamya dalam mmHg
U 2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam mile/hari, sehingga bentuk U2
dalam m/dt masih harus dikalikan dengan 24 x 60 x 60x1600
2. Transpirasi
Transpirasi adalah suatu proses pada peristiwa uap air meninggalkan tubuh
tanaman dan memasuki atmosfir. Fakta iklim yang mempengaruhi laju transpirasi
adalah : intensitas penyinaran matahari, tekanan uap air di udara, suhu, dan
II-37
kecepatan angin. Transpirasi dari tubuh tanaman pada siang hari dapat melampaui
evaporasi dari permukaan air atau permukaan tanah basah, tetapi sebaliknya pada
malam hari lebih kecil bahkan tidak ada transpirasi.
3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman
yang merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan
air untuk transpirasi dari tubuh tanaman.
2.7. Kebutuhan Air Irigasi
2.7.1. Pengertian Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk
tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui
hujan dan kontribusi air tanah.
Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
a. Penyiapan lahan
b. Penggunaan konsumtif
c. Perkolasi dan rembesan
d. Pergantian lapisan air
e. Curah hujan efektif.
f. Efisiensi irigasi
2.7.2. Penyiapan Lahan,
II-38
Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap
tanah.
Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk
menanam padi sawah atau padi ladang kedua.
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, kondisi sosial, budaya yang ada
(2.19)
II-39
1000
dengan :
PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa
Sb
= Porositas tanah dalam (%) pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
Pd
FL
Untuk tanah bertekstur berat tanpa retak-retak, kebutuhan air untuk penyiapan
lahan diambil 200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.
(2.20)
dengan :
IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M
perkolasi di
sawah yang sudah dijenuhkan M = Eo+P (mm/hari)
II-40
Eo =
Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 Eto selama penyiapan lahan
(mm/hari)
P = Perkolasi
k = MT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S
yakni
200+50 = 250 mm.
2.7.5. Penggunaan konsumtif
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk
proses fotosintesis dari tanaman tersebut. Penggunaan konsumtif dihitung dengan
rumus berikut :
Etc = Kc.Eto
(2.21)
dengan :
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
Kc = Koefisien tanaman
2.7.6. Neraca Air / Keseimbangan Air
Pengertian Neraca air/keseimbangan air adalah :
Dalam proses sirkulasi air menjelaskan mengenai hubungan antara aliran ke
dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode
tertentu. Umumnya terdapat hubungan keseimbangan sebagai berikut :
P = D + E + G + M ............. : ...........................(I.)
II-41
Dimana :
P
Presipitasi
D :
Evapotranspirasi
G :
M :
Faktor ekonomi
Faktor sosial
Faktor politik
Faktor lingkungan
Dan keenam faktor di atas sebenarnya faktor teknis sangat ditentukan oleh
faktor-faktor lainnya. Misalkan dalam perancangan konstruksi tanggul pengaman
banjir, untuk melindungi daerah pemukiman terhadap banjir dengan besaran
tertentu. Secara teknis, tidak terlalu sulit untuk menetapkan berapa besar banjir
yang diperkirakan akan terjadi dengan kala ulang tertentu 25 tahun, 50 tahun, atau
100 tahun.
Demikian pula tidak akan menyulitkan dalam analisis hidrolik dan analisis
perancangan tanggulnya. A k a n tetapi, untuk menetapkan banjir yang mana yang
akan dihindari, tidak terlalu mudah untuk dijawab. Pertimbangan sosial ekonomi,
lingkungan dan faktor non teknis lain paling menentukan, misalnya berapa luas
daerah yang akan di lindungi bukan pemukiman, akan tetapi misalnya daerah
pertanian atau industri. Paling tidak, setiap perancangan seperti ini harus melewati
tahap analisis ekonomi, untuk melihat
diharapkan dari pekerjaan fisik tersebut. Analisis ekonomi ini pun juga tidak terlalu
mudah, berbagai pertimbangan dan kepekaan terhadap keadaaan dan aspirasi
wilayah sangat diperlukan.
2.7.8. Contoh Perhitungan Neraca Air
Beberapa contoh di bawah ini memberikan gambaran lebih lanjut mengenai
pentingnya pengetahuan hidrologi dan khususnya pengertian akan pengetahuan
keseimbangan air dalam proses siklus hidrologi untuk suatu tinjauan perencanaan
daerah tertentu.
II-44
Waduk :
Perumusan isi waduk :
1= .f.r
(2.22)
Dimana
l = Isi waduk
n = Koefisien pengisian waduk
f = Luas daerah pematusan waduk
r = Tinggi hujan selama periode tertentu (misal 1 tahun).
Sedangkan isi waduk efektif adalah :
Ief = I - Ih
(2.23)
Dimana :
Ief
= Isi waduk
Ih
Ih
= e+ t + R + G
= Evaporasi
= Transpirasi
= Run-off/ pcngaliran
II-46
2.8.
ANALISIS SEDIMENTASI
4. Kondisi meteorologi
Karakteristik dari hujan yang jatuh di daerah pengaliran antara lain
mengenai intensitas, frekuensi serta durasinya sangat mempengaruhi intensitas
degradasi dan erosi pada batuan yang membentuk daerah pengaliran terlebih pada
daerah yang bergunung-gunung, dimana air mengalir di atas permukaan tanah
dengan mudah mengikis lapisan atasnya.
5.Karakteristik hidraulika sungai
Intensitas penggerusan tebing sungai dan kapasitas transportasi sedimen
sangat dipengaruhi oleh debit sungai, kemiringan dan kekasarannya dari batuan
pembentuk alur sungai,
6. Vegetasi pada daerah pengaliran
Biasanya vegetasi yang menutupi daerah pengaliran sungai akan sangat
membantu pada penurunan intensitas proses-proses degradasi maupun erosi pada
batuan di daerah ini.
7. Karakteristik /embung
Kapasitasnya, kedalamannya, fluktuasi permukaan air yang akan terdapat
di dalamnya (DR. Suyono sosrodarsono, 2002).
Cara perhitungan laju sedimentasi menggunakan rumus berikut
P1 = R1 X F
A
(2.24)
Dimana :
R 1 = Angka sedimentasi tahunan suatu waduk (m2/m3/tahun)
R 1 = W/F (sedimentasi tahun-tahun yang lalu)
F = kapasitas waduk (m3)
II-48
(2.25)
Dimana :
G = Pengaliran sedimen tiap tahun (m3/tahun)
= koefisien (tidak berdimensi)
V = Volume rata-rata tahunan
A = luas DAS (km2)
Adapun nilai A adalah sebagai berikut :
A = 100 300 untuk kondisi DAS yang baik
A = 600 1000
Pada sungai Jeneberang pada titik observasi di Bili-Bili mempunyai debit rata-rata
Q1 = 48,08 m3/det.
Volume rata-rata tahunan :
V = 48,08 x 365 x 86.400 m3 = 1.516 x 106 m3
Luas DAS dihitung dengan planimeter
A = 384,4 km2
Daerah aliran sungai tersebut ternyata rusak berat dengan harga = 2.500
G = (A x V) 0.2
G = 2.500 (1.516 x 106 x 384,4) 0.2 = 563, 685 m3/tahun
Luas DAS = 384,4 km2
Besarannya sedimentasi (pembuangan) sedimen pertahunnya menjadi :
S=
563,685
= 1.466 m3/km2/tahun
384,4
a. Muatan cuci
Muatan cuci adalah partikel lumpur dan debu yang paling halus dan
masuk ke dalam sungai. Cara pengukurannya sederhana tapi harus diteliti pada
laboratorium. Banyaknya kadar sedimen dinyatakan dalam konsentrasi sedimen
yaitu,
Konsentrasi wash load dapat diambil dengan alat water sampler atau alat
lain yang dapat mengambil material yang lebih kecil dari 50 milimikron, antara
lain alat yang dinamakan : U.S. Depth Integrating Sediment Sampler. Pada
dasarnya wash load dianggap menyebar dan merata kearah vertikal sedangkan
konsentrasinya dapat dipertimbangkan selebar sungai.
b. Muatan layang
Muatan layang dapat dianggap material dasar dalam sistem suspensi,
terdiri dari butiran pasir halus yang hampir secara terus menerus terangkat oleh
arus air.
Alat yang digunakan antara lain :
1. Botol Delft (sediment transport meter)
2. Ws depth integrating sampler D-49 (sediment concentration meter)
3. Ws point integrating sampler D-61
Botol depth adalah alat ukur yang pada dasarnya system aliran yang lewat
sediment dalam air melalui alat yang berbentuk botol dan kemudian sejumlah
volume air dan sediment, langsung diukur transportasinya.
II-51
dan
mengendap
sehingga
menyebabkan
pendangkalan
waduk.
(2.26)
Keterangan :
E = Laju erosi aktual rata-rata tahunan (ton/ha/tahun)
R = Faktor erosivitas hujan
II-52
(2.27)
(Rb)
(N)
(Rm)
Januari
1.33
18
12.72
8.34
Februari
0.86
18
16.21
5.64
Maret
0.34
4.73
1.39
April
1.12
20
8.23
5.15
Mei
0.67
14
7.56
3.11
Juni
0.32
12
3.68
0.92
Juli
0.24
12
2.09
0.49
Agustus
0.98
15
8.45
5.10
September
0.26
11
2.36
0.62
Oktober
0.60
22
3.95
1.56
November
0.60
14
3.51
1.83
Desember
0.63
21
2.69
1.38
Jumlah
7.94
185
76.18
35.53
Bulan
EI 30
Th. 1996
II-53
(2.28)
dengan :
K = faktor erodibilitas tanah
M = persen pasir sangat halus + persen debu x (100 - % liat)
a
Tabel 2.6. Prakiraan besarnya nilai K untuk jenis tanah di daerah tangkapan air
jatiluhur, Jawa Barat (lembaga Ekologi, 1979)
II-54
Faktor Kelerengan
Faktor panjang lereng (L) dan kemiringan (S) merupakan nilai perbandingan
dengan nilai kehilangan tanah dari lahan. Dalam menghitung nilai LS,
Wischmeier (1971) memberikan rumus :
(2.29)
dengan :
L = Panjang lereng (m)
S = Kemiringan lereng (%)
Faktor CP
Nilai faktor C dan P (faktor vegetasi dan pengelolaan tanaman atau tindakan
manusia) diperoleh dari tabel 10.8.
Tabel 2.7. Perkiraan nilai C x P dari berbagai jenis tata guna tanah di jawa
Jenis Penggunaan Tanah
Nilai C x P
0.001
0.003
0.005
0.010
0.100
0.020
0.070
0.200
0.010
0.070
0.010
0.020
0.060
0.650
0.630
0.510
II-55
kacang-kacangan
0.360
campuran
0.430
padi irigasi
0.020
Perladangan 1 tahun tanam 1 tahun bera
0.280
1 tahun tanam 1 tahun bera
0.190
Sumber : (DPMA, 1982, bahan dari : Ambar S dan A Syarifuddin (1979) dan LPT
Bogor)
Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat dibuat klasifikasi tingkat bahaya erosi
sebagai berikut :
Tabel.2.8. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi
Kelas Tingkat Bahaya Erosi
Jumlah kehilangan
tanah ton/ha/tahun
Sangat ringan
< 15
I
Ringan
15 - 60
II
Sedang
60 - 180
III
Berat
180 - 480
IV
Sangat berat
> 480
V
Sumber : (Departemen Kehutanan, 1988)
Tidak semua besarnya erosi akan terbawa aliran sungai oleh karena itu harus
ditentukan harga sedimen delivery ratio (SDR) yaitu :
Untuk DPS yang datanya kurang dapat digunakan harga SDR pada tabel berikut :
Tabel.2.9. Prosentase Harga Sedimen Delivery Ratio
Luas DPS (km2)
SDR (%)
0.1
0.5
1.0
5.0
53
39
35
27
II-56
10.0
50.0
100.0
200.0
500.0
26000.0
24
15
13
11
8.5
4.9
Sumber : DPMA, 1982 (bahan dari Tabel USLE, past, present and future SSSA
Special Publication Number 8, 13-18-1979)
II-57
2.9.
ANALISIS HIDROLIKA
(2.31)
Keterangan :
= volume trapesium (metode topografi) (m3)
h
(m)
II-58
L1
L2
L3
a1
a2
a3
l2
l1
R1
R2
R3
(2.32)
Keterangan :
= volume metode jalur (m3)
= jarak antara jalur (m)
= luas penampang pada elevasi tertentu (m2)
Untuk menghitung kapasitas waduk maka perbedaan kedua metode
perhitungan tidak lebih dari 5%, atau
(2.33)
II-59
W1
L1
W2
W3
L2
L3
Elevasi
Luas
Volume
(m)
(ha)
(Juta m3)
102.21
119.20
1.6180697
1.62
140.70
1.8954594
3.51
(Juta m3)
0.00
167.12
2.24256515
5.76
10
192.35
2.63294695
8.39
11
214.51
2.99605505
11.39
12
237.1417
3.330788737
14.72
13
261.1931
3.677382385
18.39
II-60
14
283.9469
4.031665567
22.42
Dari grafik diatas pada garis perpotongan antara luas genangan dan
kapasitas tampung didapat pada elevasi + 10,6 m mempunyai kapasitas tampung
sebesar 10,2 juta m3 dan mempunyai luas genangan sebesar 206 Ha. Elevasi
+10,6 m merupakan elevasi HWL (High Water Level)/muka banjir maksimum
pada embung batu betumpang.
II-61
II-62
yn
m
dengan :
Q : debit rencana
(m3/det)
(m1/3/det)
: keliling basah
(m)
(m)
: kemiringan hidrolik
: kecepatan rencana
(m/det)
(2.38)
= 6.Yn + 2.(Yn) 2
Keliling basah P :
P = B + 2Yn (1 + m 2 )
(2.39)
= 6 + 2.Yn (1 + 2 2 )
Jari-jari hidraulik R :
R=
A
P
(2.40)
6.Yn + 2.(Yn) 2
6 + 2.Yn (1 + 2 2 )
Hukum Kontinuitas :
Q = A.v
(2.41)
1 ( 2 / 3) 1 / 2
R
S
n
(2.42)
Sehingga :
II-64
1
Q = A. R ( 2 / 3) S 1 / 2
n
Koefisien Manning
0.014
Kaca
0.010
Saluran beton
0.013
0.015
0.025
Saluran tanah
0.022
0.030
rumput
Saluran yang digali pada batu padas
0.040
II-65
tanah tanpa pasangan relatif lebih kecil biaya konstruksinya. Erosi dan
sedimentasi pada semua ruas harus minimum.
Sedimentasi (pengendapan) pada saluran akan terjadi jika kapasitas angkut
sedimennya
berkurang.
Untuk
itu
kapasitas
debit
saluran
harus
adanya
vegetasi
terhadap
saluran
akan
menyebabkan
Q > 10
45
5 < Q < 10
42.5
1<Q<5
40
Q<1
35
II-67
mengikuti kriteria R
I konstan atau makin besar ke arah hilirnya. I adalah
kemiringan dasar saluran, R adalah jari-jari hidraulik penampang saluran.
2.13.4. Geometri Penampang Saluran
Penampang saluran diharapkan bisa mengalirkan debit tertentu dengan
luas penampang basah yang sekecil-kecilnya (minimum), penampang demikian
biasa disebut penampang efisien atau penampang ekonomis. Dari analisis
geometri penampang melintang saluran, maka penampang melintang yang
ekonomis akan didapatkan jika R =
h
atau setengah dari penampang heksagonal
2
Untuk
debit-debit
kecil
sampai
dengan
0.5
m3/dt
masih
Debit (m3/dt)
Kemiringan
Perbandingan
Koefisien
dinding 1 : m
b/h
Strickler k
0.15 0.30
1.0
35
0.30 0.50
1.0 1.2
35
0.50 0.75
1.2 1.3
35
0.75 1.00
1.3 1.5
35
1.00 1.50
1.5 1.8
40
1.50 3.00
1.5
1.8 2.3
40
3.00 4.50
1.5
2.3 2.7
40
4.50 5.00
1.5
2.7 2.9
40
5.00 6.00
1.5
2.9 3.1
42.5
6.00 7.50
1.5
3.1 3.5
42.5
7.50 9.00
1.5
3.5 3.7
42.5
9.00 10.00
1.5
3.7 3.9
42.5
10.00 11.00
3.9 4.2
45
11.00 15.00
4.2 4.9
45
II-69
15.00 25.00
4.9 6.5
45
25.00 40.00
6.5 9.0
45
Bahan Tanah
Simbol
Kemiringan
(Menurut USCS)
talud m
Batu
< 0.25
Gambut kenyal
Pt
12
CL, CH, MH
12
SC, CM
1.25 2.5
Pasir lanauan
SM
23
Gambut lunak
Pt
34
II-70
1< D2
1.5
D>2
II-71
naik sampai melebihi tinggi rencananya. Tinggi jagaan minimum untuk saluran
primer dan sekunder diberikan pada tabel berikut ini.
< 0.5
0.40
0.5 1.5
0.50
1.5 5.0
0.60
5.0 10.0
0.75
10.0 15.0
0.85
>15.0
1.00
Debit Saluran
(me/dt)
1.0
3.0
II-72
15
1.5
5.0
5 10
2.0
5.0
10 15
2.5
5.0
> 15
3.5
5.0
II-73
landai dari pada kemiringan medan yang ada, sehingga pada saluran ini
akan dibutuhkan beberapa bangunan terjun sebagai konsekuensinya.
- Kemiringan minimum saluran primer garis tinggi.
Kemiringan dasar minimum pada saluran primer garis tinggi (paralel
dengan garis ketinggian) yang benar-benar tepat untuk jaringan irigasi
yang mengangkut sedimen sulit ditentukan. Sehingga besaranRI yang
dipakai pada saluran primer harus lebih besar dari pada hargaR
I pada
kantong lumpur dalam kondisi penuh.
- Saluran sekunder dengan kemiringan medan yang landai.
Untuk saluran sekunder pada medan yang sangat landai maka diusahakan
agar besaran IR sama dengan ruas saluran sebelah hulunya.
II-74
S = 0.035.C.
Q
v
(2.43)
Dengan :
S
0.035 =
Harga C (m/hari)
0.10
pasiran
Lempung dan geluh lempungan
0.12
Geluh pasiran
0.20
Abu vulkanik
0.21
0.37
0.51
0.67
II-75
F=
v
g .D
(2.44)
II-76
ATOTAL = B. y + m. y 2
T = B + 2my
D=
B. y + m. y 2
B + 2my
(2.45)
II-79
II-80
1 : m hilir
C (ton/m2)
1
2
3
4
5
1 : 3.50
0.51
0.94
1.37
1.79
2.22
1 : 3.00
0.49
0.91
1.33
1.73
2.17
1 : 2.50
0.47
0.87
1.27
1.68
2.08
1 : 2.00
0.46
0.86
1.26
1.67
2.07
1 : 1.50
0.43
0.83
1.22
1.62
2.01
1
2
3
4
5
0.53
0.96
1.38
1.81
2.24
0.51
0.93
1.35
1.76
2.18
0.48
0.88
1.29
1.69
2.09
0.47
0.87
1.27
1.68
2.08
0.44
0.83
1.23
1.62
2.02
1
2
3
4
5
0.55
0.98
1.4
1.83
2.25
0.53
0.94
1.36
1.78
2.2
0.49
0.9
1.3
1.7
2.11
0.48
0.88
1.28
1.69
2.09
0.45
0.84
1.24
1.63
2.03
1
2
3
4
5
0.57
0.99
1.42
1.85
2.27
0.54
0.96
1.38
1.79
2.11
0.51
0.91
1.31
1.72
2.12
0.49
0.89
1.29
1.7
2.1
0.45
0.85
1.24
1.64
2.03
II-81
Kebutuhan bersih air irigasi di sawah dan efisiensi jaringan irigasi untuk
kepasitas saluran irigasi.
Trase saluran utama digunakan untuk mengalirkan air dari intake menuju lahan
persawahan yang berada di sebalah barat dan selatan dari lokasi embung. Saluran
utama berupa saluran terbuka dengan penampang trapesium berupa saluran tanah.
2.16. Bangunan Pelimpah (bangunan pelimpas, spillway)
Adalah bangunan beserta instalasinya untuk mengalirkan air banjir yang
masuk ke dalam waduk/embung agar tidak membahayakan keamanan embung.
Apabila terjadi kecepatan aliran air yang besar akan terjadi olakan (turbulensi)
yang dapat mengganggu jalannya air sehingga menyebabkan berkurangnya aliran
air yang masuk ke bangunan pelimpah. Maka kecepatan aliran air harus dibatasi,
yaitu tidak melebihi kecepatan kritisnya.
Menurut (DR. suyono sosrodarsono, 2002) Pada hakekatnya untuk
bendungan urugan, terdapat berbagai type bangunan pelimpah dan untuk
menentukan type yang sesuai, diperlukan suatu study yang luas dan mendalam,
hingga diperoleh alternatif yang paling ekonomis. Selanjutnya akan dibahas
hanya type bangunan pelimpah yang paling umum dipergunakan pada embung,
yaitu bangunan pelimpah terbuka dengan ambang tetap. Bangunan pelimpah type
ini, biasanya terdiri dari empat bagian utama yaitu :
II-82
Saluran peluncur
Peredam energi
= lebar mercu
H = tinggi bendungan/embung,
II-83
= koefisien limpahan
Dengan :
P
= Beda tinggi elev. muka air banjir dengan elev. Pelimpah (m)
II-84
1,85 = 2. 0,85
H
Z
R
y
II-86
Gambar.2.15. Skema bagian transisi saluran pengarah pada suatu bang. pelimpah
Saluran peluncur
Dalam merencanakan saluran peluncur (flood way) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
II-87
1.
Agar air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir dengan lancar
tanpa hambatan-hambatan hydrolis
2.
3.
A = B.y
V = Q.A
P = B + (2.y)
R = A/P
Dengan :
A = luas penampang basah (m2)
B
Sf = kemiringan gesekan
Sfr = kemiringan gesekan rata-rata pada bagian saluran
x = jarak antara station (titik pengukuran)
h f = kehilangan tekanan karena gesekan
H = nilai H baris sebelumnya ditambah nilai h f baris bersangkutan.
Untuk mendapatkan kedalaman aliran (y) yang akurat dicari dengan menggunakan
goal seek pada Ms. Excel. Berikut tabel 2.20. ontoh perhitungan profil aliran
dengan menggunakan metode tahapan standar bernoulli :
II-90
1
0
Elevasi
dasar sal.
2
9.50
3
1.454
4
26.172
18.000
9.50
1.501
17.556
9.50
Station
v /(2g)
4/3
Sf
8
20.908
9
1.25
10
11
1.35 0.007462
Sfr
hf
12
13
14
Elevasi
check
M.A
15.000 16.000
13.990 10.954 0.000
7.72
6
3.036
7
13.990
26.344
7.67
2.997
13.997 20.55683
1.28
1.39 0.007138
0.0073
0.0073
13.997
11.001 0.000
1.551 17.11111
26.535
7.61
2.954
14.004 20.21259
1.31
1.44 0.006813
0.0070
0.0070
14.004
11.051 0.000
9.50
1.605
16.667
26.752
7.55
2.906
14.011 19.8769
1.35
1.49 0.006484
0.0066
0.0066
14.011
11.105 0.000
9.50
1.664
16.222
26.992
7.48
2.855
14.018
19.55
1.38
1.54 0.006157
0.0063
0.0063
14.017
11.164 -0.001
9.50
1.729
15.778
27.281
7.40
2.794
14.023 19.23589
1.42
1.59 0.005815
0.0060
0.0060
14.023
11.229 0.000
9.50
1.801
15.333
27.609
7.32
2.728
14.029 18.93455
1.46
1.65 0.005471
0.0056
0.0056
14.029
11.301 0.000
9.50
1.880
14.889
27.992
7.22
2.654
14.034 18.64901
1.50
1.72 0.005121
0.0053
0.0053
14.034
11.380 0.000
9.50
1.970
14.444
28.449
7.10
2.570
14.039 18.3835
1.55
1.79 0.00476
0.0049
0.0049
14.039
11.470 0.000
9.50
2.072
14.000
29.002
6.97
2.473
14.044 18.14312
1.60
1.87 0.004387
0.0046
0.0046
14.044
11.572 0.000
10
9.38
2.014
14.000
28.195
7.16
2.616
14.010 18.02783
1.56
1.82 0.004778
0.0058
0.0058
14.010
11.394 0.000
2)
3)
Dengan pertimbangan debit yang besar dan konstruksi pelimpah yang ekonomis
maka digunakan peredam energi type kolam olakan. Secara umum kolam olakan
masih bisa dibedakan dalam 3 (tiga) type utama, yaitu :
Akan tetapi yang paling umum dipergunakan adalah kolam olakan datar.
Selanjutnya kolam olakan datar inipun masih mempunyai berbagai variasi dan
yang terpenting adalah 4 (empat) type, seperti uraian berikut ini :
II-92
II-93
7)
Dengan :
F = angka Froude
V = kecepatan aliran air (m3/dt)
g
= gravitasi (9,81)
II-94
Gambar.2.16. Kedalaman minimum air sungai di hilir kolam olakan type I,II,& III
8)
Fb = CVd1/2
(2.53)
Dengan :
Fb = tinggi jagaan (m)
C
Gambar. 2.17. Bentuk kolam olakan datar type IV (bilangan Froude 2.5 s/d 4.5)
10)
menyelidiki adanya bahaya erosi bawah tanah. Misal nilai Lw adalah 7.88 dan
nilai Hw adalah 3.05 maka, angka rembesan C w menurut Lane adalah :
II-96
Dengan :
P
Hw
Dengan :
p
= tekanan air
= percepatan gravitasi
= misal 48.77 kN
RH
= misal - 4.59 kN
= misal - 184.13 kN
Garis tangkap gaya resultante sekarang dapat ditentukan sehubungan dengan titik
I.
h
Eksentrisitas :
e = (L/2) (M/Rv) = dalam (m) < 1/6 x L
Tekanan Tanah :
= Rv/L (1 6e/L)
maks = misal 74.78 kN/m2 pada titik B
min
Daya dukung yang diijinkan untuk pasir dan kerikil adalah 200 600 kN/m2.
Keamanan S untuk daya dukung adalah :