You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
UJI PROTEIN

Disusun Oleh:

AGUSTINA MIRAWATI
14030244006

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILUM PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir setiap fungsi dinamik dalam makhluk hidup bergantung pada protein. Faktanya
nilai penting protein digaris bawahi oleh namanya, yang berasal dari kata Yunani proteios, yang
berarti tempat pertama. Protein menyusun lebih dari 50% massa kering sebagian besar sel, dan
protein teramat penting bagi hampir semua hal yang dilakukan organisme. Beberapa protein
mempercepat reaksi kimia, sedangkan yang lain berperan dalam penyokongan struktural,
penyimpanan, transpor, komunikasi selular, pergerakan, serta pertahanan melawan zat asing.
Protein terdiri dari asam-asam amino yang dihubugkan melalui ikatan peptida pada ujungujungnya. Selain ikatan peptida terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen,
ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein dapat tidak
stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen.
Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari
keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai
pada protein. Pada berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein,
semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam
amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya,
sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein.
1.2 Rumusan Masalah
1. Unsur-unsur apa saja yang ada dalam protein?
2. Zat-zat apa saja yang larut dalam albumin?
3. Apakah ikatan peptida merupakan pembentuk protein?
4. Warna apa yang akan diperoleh jika campuran asam amino dan Ninhidrin dipanaskan?

1.3 Tujuan
1. Untuk membuktikan unsur-unsur apa saja yang ada pada protein.
2. Untuk membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam protein.
3. Untuk menunjukkan/ membuktikan ikatan peptida yang membentuk protein.
4. Untuk membuktikan adanya suatu asam amino.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat membuktikan unsur-unsur apa saja yang ada pada protein.
2. Mahasiswa dapat membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam protein.
3. Mahasiswa dapat menunjukkan/ membuktikan ikatan peptida yang membentuk protein.
4. Mahasiswa dapat membuktikan adanya suatu asam amino.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah sekelompok senyawa organik yang nyaris keseluruhannya terdiri atas
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein biasanya suatu polimer yang tersusun atas
banyak subunit (monomer) yang dikenal sebagai asam amino. Asam amino yang biasanya
ditemukan dalam protein menunjukkan struktur sebagai berikut (Fried dan Hademenos, 2006).

Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun
lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro molekul, protein
merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi dan berkisar antara beberapa
ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O dan N serta unsur lainnya seperti S yang
membentuk asam-asam amino. Semua protein pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan
dasar yang sama, yaitu 20 macam asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai
aktivitas biologis sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus.
Disamping itu protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga
racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Patong,
dkk., 2012).

STRUKTUR ASAM AMINO


Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi
berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar
dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin,
Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R
yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan
ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam
amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan
macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan,
Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia
sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi, 2012).
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni struktur primer,
struktur sekunder, dan struktur tersier. Sedangkan klasifikasi protein dibagi berdasarkan sifat
biologisnya, berdasarkan sifat kelarutannya dan gugus prostetiknya (Katili, 2009).

Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang
lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya
perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang
tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi
khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda
antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin)
dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji
lainnya (Ariwulan, 2011).
Jika albumin dipanaskan dalam api, maka akan tercium bau seperti rambut terbakar yang
mengindikasikan bau khas dari senyawa N. Selain itu pada dasar tabung terdapat arang yang
mengindikasikan adanya unsur C. Terdapat titik-titik air pada dinding tabung yang
mengindikasikan adanya unsur Nitrogen. Albumin dapat larut dalam air, asam, basa, dan larutan
garam encer, serta dapat digumpakan oleh panas dan dapat diendapkan oleh garam jenuh.
(Ratnasari, dkk,. 2011)
Pada uji kelarutan albumin, protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan
asam maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang
mudah larut dan ada pula yng sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak
seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka
protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang
melingkup molekul-molekul protein.
Biuret adalah senyawa denga dua ikatan peptide yang terbentuk pada pemanasan dua
molekul urea. Pada uji biuret, ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptide atau
lebih, tetapi negative untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap
senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -CH 2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan CONH2.
(Yazid, 2006).
Uji ninhidrin adalah uji yang dilakukan untuk membuktikan adanya kandungan asam
amino pada protein. Semua asam amino atau peptida yang mengandung asam -amino bebas
akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa yang berwarna biru Kompleks berwarna
biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin dengan hasil reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia.

Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga konsentrasi asam -amino bebas dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Protein
yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi
dengan ninhidrin. Prolin, hydroxyproline, dan 2-, 3-, and 4-asam aminobenzoat menghasilkan
senyawa berwarna kuning (hasil positif). Beberapa amina seperti anilin dengan uji ninhidrin
memberikan warna orange hingga merah (hasil negatif). Warna ungu juga menunjukkan sampel
mengandung asam amino (hasil positif). Jika terbentuk warna lain seperti (kuning, orange dan
merah) maka uji negatif. Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik. Metode ini amat
sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger, 1982).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan

Alat
Rak Tabung Reaksi

Bahan
Unsur

pada Kelarutan

Uji Biuret

Protein
Albumin
Putih telur, Ekstrak Kentang dan Ekstrak tempe

Uji Ninhidrin

Pipet Tetes
Penjepit

tabung NaOH pekat

reaksi
Gelas ukur

Kertas Lakmus

NaOH 0,2 %

NaOH 10%

Arginin

NaCO3 0,2 %

CuSO4 0, 01 M

Larutan
Ninhidrin 0,1%

Lampu Spiritus

Larutan

HCl

0,2 %
Vortex

(pada

Kelarutan

albumin Aquades

dan Uji Biuret)


Tabung Reaksi

3.2 Metode Penelitian


A. Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
1

Dimasukkan albumin, ekstrak kentang & tempe pada tabung yang


berbeda
Dipanaskan di atas lampu spiritus
Dilihat perubahan bau, warna, uap air, arang, dan
gelembung

Dimasukkan albumin, ekstrak kentang & tempe pada tabung yang


berbeda
Ditetesi NaOH pekat (2 kali jumlah albumin)

Dilihat perubahan bau, warna, uap air, arang, dan


gelembung

B. Kelarutan Albumin
Disiapkan 4 tabung
reaksi
Diisi 1 ml larutan albumin 2%
Pada
Pada
Pada
Pada

tabung
tabung
tabung
tabung

1
2
3
4

:
:
:
:

diisi
diisi
diisi
diisi

1
1
1
1

ml
ml
ml
ml

aquades
larutan NaOH 0,2 %
larutan HCl 0,2 %
larutan NaCO 3 0,2 %

Di vortex selama 1-2 menit


Diamati perubahan yang terjadi

C. Uji Biuret
Dimasukkan albumin, ekstrak kentang & tempe pada tabung yang
berbeda sebanyak 3ml
Ditambah 1 ml larutan NaOH 10%
Dihomogenkan menggunakan vortex

Ditetesi larutan CuSO4 0,01 M (Diaduk). Jikat tidak timbul warna


ditambah 1-2 tetes CuSO4
Diamati perubahan warna yang terjadi

D. Uji Ninhidrin
Disiapkan 3 tabung
reaksi
Dimasukkan albumin, ekstrak kentang & tempe pada tabung yang berbeda
sebanyak 1ml
Ditetesi 5 tetes Larutan Ninhidrin 0,1%
Dipanaskan hingga mendidih
Diamati perubahan yang terjadi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN


4.1.1 Tabel 1. Hasil pengamatan uji unsur yang ada dalam protein
No

Prosedur

Hasil Pengamatan
Sebelum

Sesudah

1
1

Bau = Tidak berbau


Albumin Warna = Bening
Uap = Tidak ada
Arang = Tidak ada

ml

dipanaskan
PH = 9

1 ml Albumin + 2ml Bau = Tidak berbau


NaOH
pekat
Warna = Keruh
Uap = Tidak ada
dipanaskan
Arang = Tidak ada
PH = 14
Bau = Kentang
1 ml Ekstrak kentang Warna = Hitam (+++)
Uap = Tidak ada
dipanaskan
Arang = Tidak ada
PH = 7
Endapan = Putih
Bau = Tidak berbau
Warna = Coklat (++)
Uap = Tidak ada
Arang = Tidak ada
Endapan = Tidak ada

1 ml Ekstrak kentang +
4

2ml

NaOH

pekat

dipanaskan
PH = 14

Bau = Tempe
1 ml Ekstrak tempe Warna = Putih
Uap = Tidak ada
dipanaskan
Arang = Tidak ada
PH = 6
Bau = Tempe
Warna =

- Lap. Atas: kuning (+)


- Lap. Bawah: Bening
Uap = Tidak ada

1 ml Ekstrak tempe + 2ml


6

NaOH

pekat

dipanaskan
PH = 12

Keterangan:

: Pudar

++

: Agak pekat

Bau = Rambut terbakar


Warna = Putih
Uap = Ada
Arang = Ada
Gelembung = Ada
Bau = Rambut terbakar
Warna = Kuning (+)
Uap = Ada
Arang = Tidak ada
Gelembung = Ada
Bau = Kentang bakar
Warna = Hitam (+)
Uap = Ada
Arang = Tidak ada
Gelembung = Ada
Endapan = Tidak ada
Bau = Apek
Warna = Coklat (+)
Uap = Ada
Arang = Tidak ada
Gelembung = Ada
Endapan = Tidak ada
Bau = Rambut terbakar
Warna = Putih
Uap = Ada
Arang = Tidak ada
Gelembung = Ada
Bau = Rambut terbakar
Warna = Kuning (+)
Uap = Ada
Arang = Tidak ada
Gelembung = Ada
+ + + : Pekat

4.1.2 Tabel 2. Hasil pengamatan Uji Kelarutan Albumin


No

Prosedur

Hasil Pengamatan
Sebelum

Sesudah

Albumin + Aquades

Albumin larut dalam Aquades


Terdapat putih putih (+++) Tidak ada Endapan
Albumin larut dalam NaOH

Albumin + NaOH 0,2%

Terdapat putih putih (++)

Albumin + HCl 0,2 %

Terdapat putih putih (++)

0,2 %
Tidak ada Endapan
Albumin larut dalam HCl 0,2%
Tidak ada Endapan
Albumin larut dalam NaCO3

Albumin + NaCO3 0,2 %

Keterangan:

Terdapat putih putih (++)

: Pudar

++

: Agak pekat

0,2 %
Tidak ada Endapan
+ + + : Pekat

4.1.3 Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Biuret


No

1. A

Hasil Pengamatan
Sebelum
Sesudah
Warna = Kuning kehijauan Busa = Ada
3 ml Albumin +1 ml Biuret = Biru
Warna = tidak berubah menjadi
NaOH 10% pekat +
ungu
Prosedur

CuSO4 3 tetes
3 ml Ekstrak tempe + 1
B

ml NaOH 10% pekat +

Warna = Putih kekuningan Endapan = putih keruh


Biuret = Biru
Warna = putih keruh

CuSO4 3 tetes
Warna =
Endapan = putih keruh
- Lap. Atas : Coklat tua Warna = coklat pekat
1 ml NaOH 10% pekat + - Lap. Bawah: Coklat
3 ml Ekstrak kentang +

CuSO4 3 tetes

2. A

muda

Warna = Putih kekuningan Busa = Ada


3 ml Albumin +1 ml Biuret = Biru
Warna = ungu
Terjadi pengerasan berwarna
NaOH 10% pekat +
putih kekuningan
Biuret 3 tetes

Warna = Putih keruh


3 ml Ekstrak tempe +1 Biuret = Biru
B

Warna = Kuning
Endapan = putih kekuningan

ml NaOH 10% pekat +


Biuret 3 tetes
Warna = Coklat kehitaman Warna = Coklat
Endapan = putih
3 ml Ekstrak Kentang Biuret = Biru

+1 ml NaOH 10% pekat


+ Biuret 3 tetes

Keterangan:

: Pudar

+ + + : Pekat

++

: Agak pekat

4.1.4 Tabel 4. Uji Ninhidrin


No

Hasil Pengamatan
Sebelum

Prosedur

Sesudah
Arginin + Ninhidrin Arginin = tidak berwarna Biru (+++)
Ninhidrin = agak pucat
dipanaskan
Ekstrak tempe 1 ml + 5 Ekstrak tempe = Kuning

tetes

Ninhidrin

pucat
Ninhidrin = agak pucat

Biru Keunguan (+++)

kehitaman
Ninhidrin = agak pucat

Biru Keunguan (+++)

dipanaskan
Ekstrak tempe 1 ml + 5 Ekstrak kentang = Coklat
3

tetes

Ninhidrin

dipanaskan
4

Albumin 1 ml + 5 tetes Albumin = Kuning


Ninhidrin dipanaskan Ninhidrin = agak pucat

Keterangan:

: Pudar

++

: Agak pekat

Biru (++)

+ + + : Pekat

4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Membuktikan Unsur-unsur yang ada dalam protein
Unsur-unsur yang terdapat pada protein adalah karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen.
Adanya arang pada dasar tabung mengindikasikan adanya unsur karbon, uap air
mengindikasikan adanya unsur hidrogen, gelembung yang terjadi mengindikasikan adanya unsur
oksigen, dan bau seperti rambut terbakar mengindikasikan adanya unsur nitrogen.
Hasil praktikum, 1 ml albumin (pH=9) pada saat dipanaskan terbentuk arang pada dasar
tabung, terdapat uap air dan gelembung, serta timbul bau menyengat seperti rambut terbakar.
Sedangkan pada 1 ml albumin dan ditambah 2 ml NaOH pekat (pH=14) pada saat tidak
terbentuk arang pada dasar tabung, terdapat gelembung dan uap air, serta timbul bau menyengat
seperti rambut terbakar.
Pada uji pembuktian unsur-unsur yang ada pada protein seharusnya semua sampel yang
diujikan pasti terbentuk arang, uap air, gelembung, dan bau seperti rambut terbakar karena ciriciri tersebut merupakan ciri khas dari senyawa-senawa yang terkandung dalam protein. Namun
pada sampel yang diujikan hanya sampel 1ml albumin (pH=9) saja yang menunjukkan ciri-ciri
dari protein tersebut, ini dikarenakan ketidaktelitian praktikan dan kurang lamanya waktu
pemanasan pada saat melakukan uji protein. (Lihat tabel 4.1.1)
4.2.2

Kelarutan Albumin

Albumin dapat larut dalam air, larutan asam, larutan basa, dan larutan garam encer, serta
albumin dapat digumpalkan oleh panas dan dapat diendapkan oleh garam jenuh.
Tabel 4.1.2 menunjukkan albumin larut dan tidak membentuk endapan pada aquades,
NaOH 0,2%, HCl 0,2%, dan NaCO3 0,2% . Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa
aquades, larutan NaOH 0,2% (Larutan Basa), HCl 0,2% (Larutan Asam), dan NaCO 3 (Larutan
Garam Encer) dapat melarutkan albumin.
4.2.3

Uji Biuret
Uji biuret adalah uji yang dilakukan untuk membuktikan adanya ikatan peptida yang

merupakan hasil hidrolisis protein. Reaksi dikatakan positif jika terjadi perubahan warna menjadi
ungu / merah muda akibat dari terjadinya persenyawaan antara cadangan N dari peptida dan O
dari air.
Pada Uji biuret, kesemua sampel tidak menunjukkan perubahan warna menjadi ungu
padahal seharusnya semua sampel mengandung protein. Kesalahan ini diakibatkan karena
kontaminasi dari tabung-tabung reaksi yang digunakan sebelum digunakan oleh praktikan,
mungkin pencucian yang dilakukan belum benar-benar bersih atau bisa disebabkan oleh faktorfaktor lain. Pengecualian pada sampel kentang didapatkan reaksi negatif karena sampel kentan
yang diuji telah mengalami proses oksidasi sehingga terjadi proses pencoklatan (browning
enzymatic).
4.2.4

Uji Ninhidrin
Uji Ninhidrin adalah uji yang dilakukan untuk membuktikan adana asam amino. Ninhidrin

yang tereduksi akan bereaksi dengan NH3 bebas dan membentuk senyawa kompleks berwarna
biru.
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji ninhidrin, ke semua sampel memberikan hasil
positif dengan pereaksi ninhidrin. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan warna menjadi biru hingga
biru keunguan. Reaksi positif ini menunjukkan adana kandungan asam amino pada arginin,
ekstrak kentang, ekstrak tempe, dan putih telur.

4.3 DISKUSI
4.3.1 Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
1. Apakah ada perubahan warna pada uji dengan kertas lakmus? Bagaimana
pendapat saudara?
Jawab : Ada, Uji yang dilakukan dengan kertas lakmus digunakan untuk
mengetahui sifat asam basa dari sampel protein yang digunakan.
2. Bila kertas lakmus menunjukkan perubahan warna hal tersebut mengindikasikan
adanya unsur apa? Alasan ?
Jawab : Perubahan warna pada kertas lakmus mengindikasikan adanya unsur
4.3.2

Nitrogen yang membentuk NH3 yang bersifat basa.


Kelarutan Albumin
1. Mengapa sifat larutan protein bergantung pada jenis protein serta jenis dan macam
pelarut?
Jawab : Kelarutan protein bergantung pada jenis protein dan macam protein

4.3.3

karena protein mempunyai sifat amfoter, sifat ion switzer, dan optis aktif.
Uji Biuret
1. Dapatkah uji biuret digunakan untuk mengetahui hidrolisis seperti protein telah
selesai? Jelaskan?
Jawab : Ya bisa. Hidrolisis protein dapat membuktikan suatu ikatan peptida yang
terdiri dari 2 atau lebih ikatan peptida bereaksi dengan Cu 2 + dalam larutan basa

4.3.4

maka akan membentuk kompleks berwarna biru-ungu.


Uji Ninhidrin
1. Mengapa pereaksi Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan adanya asam
amino?
Jawab : Karena uji ninhidrin secara kuantitatif lebih spesifik karena saat asam
amino ditambah dengan larutan Ninhidrin, asam amino tersebut akan membentuk

reagen berwarna ungu dengan spektrometer. Ninhidrin merupakan oksidator


penyebab dekarboksilasi oksidatif dari -asam amino dengan mengeluarkan CO 2.
NH3, dan aldehid Ninhidrin yang tereduksi akan bereaksi dengan NH 3 bebas
membentuk senyawa kompleks berwarna biru.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Unsur-Unsur yang terdapat pada protein yaitu C, H, O dan N. Jika albumin dipanaskan
dalam api, maka akan tercium bau seperti rambut terbakar yang mengindikasikan bau
khas dari senyawa N. Selain itu pada dasar tabung terdapat arang yang mengindikasikan
adanya unsur C. Terdapat titik-titik air pada dinding tabung yang mengindikasikan
adanya unsur Nitrogen.
2. Zat-zat yang dapat larut pada albumin yaitu aquades, larutan NaOH 0,2% (Larutan Basa),
HCl 0,2% (Larutan Asam), dan NaCO3 (Larutan Garam Encer).
3. Uji biuret adalah uji yang dilakukan untuk membuktikan adanya ikatan peptida yang
merupakan hasil hidrolisis protein. Reaksi dikatakan positif jika terjadi perubahan warna
menjadi ungu / merah muda akibat dari terjadinya persenyawaan antara cadangan N dari
peptida dan O dari air.
4. Pada uji ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang mengandung asam -amino
bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa yang berwarna biru
Kompleks berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin dengan hasil reduksinya, yaitu
hidrindantin dan amonia.
5.2 SARAN
Saran praktikan untuk praktikum selanjutnya adalah ketepatan dalam prosedur kerja, time
management, dan kekompakan antar tim adalah unsur-unsur yang penting dalam melakukan

praktikum supaya praktikum ini dapat berjalan lancar. Selain itu kebersihan alat-alat yang
digunakan supaya tidak terjadi kontaminasi dari bahan-bahan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ariwulan, R.R. Dyah Roro, 2011, Uji Reaksi Protein (online), (http://pustakabiolog.
wordpress.com), diakses pada tanggal 24 November 2015 pukul 20.03 WIB.
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J., 2006, Schaums Outlines Biologi Edisi Kedua, Penerbit
Eralangga, Jakarta.
Katili,

A.

S.,

2009,

Struktur

dan

Fungsi

Protein

Kolagen

(online),

(http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/587), Jurnal Penelitian, Vol : 2 (5),


Hal : 19-29, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.
Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam Pedaging (online),
(http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2), Hal :
42-48, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga

Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

You might also like